Pengaruh media ilustrasi musik terhadap kemampuan menulis puisi siswa kelas X: eksperimen di SMA PGRI 22 Serpong

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun oleh: Intan Febrina Wulandini

NIM : 107013000668

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432/2011


(2)

i

Media ilustrasi musik merupakan media yang digunakan dalam penelitian ini sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi, media ilustrasi musik dapat mengubah lingkungan belajar menjadi menyenangkan sehingga para siswa pun antusias untuk belajar. Musik dapat memicu keterkaitan besar di antara bidang-bidang di dalam otak yang bertanggung jawab atas emosi dan ingatan. Menggunakan musik sebagai alat memaksimalkan potensi manusia merupakan upaya yang sangat berarti. Musik mampu memotivasi dan mendorong partisipasi dalam kegiatan yang akan membantu meraih tujuan dalam fungsi-fungsi sosial, bahasa, dan motorik. Dengan menggunakan media ilustrasi musik di sekolah diharapkan mampu meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa dan mampu mengubah suasana lingkungan belajar siswa menjadi menyenangkan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh penggunaan media ilustrasi musik terhadap kemampuan menulis puisi siswa kelas X SMA PGRI 22 Serpong.

Penelitian pada skripsi ini menggunakan metode penelitian true experimental design (eksperimen yang betul-betul). Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian posttest-only control group design, yaitu kedua kelompok (kelas eksperimen dan kelas kontrol) hanya diambil hasil tes akhirnya saja (posttest). Kelompok eksperimen adalah kelompok yang diberikan perlakuan sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak diberikan perlakuan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X SMA PGRI 22 Serpong sebanyak 51 siswa, 25 siswa sebagai kelas kontrol dan 26 siswa sebagai kelas eksperimen.

Berdasarkan hasil penelitian eksperimen yang dilakukan pada kelas X SMA PGRI 22 Serpong menunjukan bahwa terdapat pengaruh media ilustrasi musik terhadap kemampuan menulis puisi siswa. Hal ini berdasarkan hasil uji t, didapat thitung = 2,73 dan ttabel = 2,01. Karena thitung lebih besar dari ttabel, maka Ha -diterima dan Ho ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar yang menggunakan media ilustrasi musik lebih tinggi dibanding rata-rata hasil belajar yang tidak menggunakan media ilustrasi musik.


(3)

ii

melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun dan diajukan untuk melengkapi syarat menyelesaikan studi S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul skripsi “Pengaruh Media Ilustrasi Musik Terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas X (Eksperimen di SMA PGRI 22 Serpong).”

Dengan diselesaikannya penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Nurlena Rifa’I, M.A.,Ph.D., dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., ketua jurusan dan dosen penasihat akademik, yang telah meluangkan waktu bagi penulis untuk berkonsultasi dalam menyelesaikan skripsi ini;

3. Nuryati Djihadah, M.Pd., M.A., dosen pembimbing, yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis selama menyusun skripsi ini;

4. Dra. Hindun, M.Pd., sekretaris jurusan, yang selalu memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini; 5. Seluruh dosen dan staf Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,


(4)

iii

membantu memudahkan penulis melakukan penelitian; Mueliah, S.Pd., guru Bahasa dan Sastra Indonesia, yang telah membantu dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penelitian;

8. Ayah dan Ibuku tercinta, yang telah menaruh harapan besar dan selalu berdoa demi selesainya skripsi ini; serta seluruh keluargaku yang kucintai; 9. Sahabat-sahabat angkatan 2007 kelas A, khususnya untuk Halimah,

Nurfamelia, Hilda, Ani, Kokom, Wita, Indah, Istika dan Utami yang selalu setia mendengarkan semua keluhan dan memberikan masukan selama penyusunan skripsi ini.

Untuk semua yang telah penulis sebutkan di atas, semoga Allah Swt memberikan balasan yang melimpah atas bantuannya dalam menyusun skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan dari penulis. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca serta dunia pendidikan pada umumnya.

Jakarta, 24 November 2011


(5)

iv LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

G. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II : ACUAN TEORETIS A. Tinjauan Pustaka ... 9

B. Hakikat Menulis ... 11

C. Hakikat Puisi ... 14

1. Pengertian Puisi ... 14

2. Unsur-unsur yang Membangun Puisi ... 17

3. Menulis Kreatif Puisi ... 30

4. Tips atau Cara Menulis Kreatif Puisi ... 34

D. Hakikat Media Pembelajaran ... 36

1. Pengertian Media ... 37

2. Fungsi Media Pembelajaran ... 38

3. Jenis-jenis Media ... 45

4. Ilustrasi Musik sebagai Media Pembelajaran ... 47

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 55

B. Metode Penelitian... 55

C. Teknik Pengumpulan Data ... 57

1. Angket ... 57

2. Tes ... 58

D. Populasi dan Sampel ... 58


(6)

v

A. Gambaran Umum Sekolah ... 63

1. Profil Sekolah ... 63

2. Visi dan Misi sekolah ... 64

3. Kurikulum sekolah ... 66

4. Pendidik dan Tenaga Kependidikan ... 67

B. Hasil Penelitian ... 69

1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 69

2. Analisis Data ... 86

3. Deskripsi Hasil Analisis Kuantitatif Pengujian Hipotesis ... 96

4. Deskripsi Hasil Analisis Pengelolaan Angket ... 98

BAB V : PENUTUP A. Simpulan ... 107

B. Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 109 LAMPIRAN


(7)

vi

Tabel 2 Struktur Kurikulum SMA PGRI 22 Serpong Kelas X ... 66

Tabel 3 Data Personil SMA PGRI 22 Serpong ... 68

Tabel 4 Hasil Penilaian Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas X (Kelas Eksperimen) ... 86

Tabel 5 Hasil Penilaian Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas X (Kelas kontrol) ... 87

Tabel 6 Data Pengolahan Hasil Posttest pada Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas X ... 88

Tabel 7 Hasil Pengujian Hipotesis (Uji t) ... 97

Tabel 8 Hasil Angket ... 98


(8)

1

A. Latar Belakang Masalah

Puisi merupakan salah satu dari pendidikan tentang sastra di sekolah terutama di jenjang sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Pendidikan sastra adalah pendidikan yang mencoba untuk mengembangkan kompetensi apresiasi sastra, kritik sastra, dan proses kreatif sastra.1 Dari ketiga kompetensi tersebut, yang menjadi titik konsentrasi dalam penelitian ini adalah proses kreatif sastra atau pendidikan kreatif sastra yang mencoba membelajarkan peserta didik untuk mau dan mampu menulis karya sastra.

Dari berbagai observasi yang dilakukan oleh beberapa ahli terhadap pelaksanaan pembelajaran sastra di sekolah, aspek penulisan kreatif sastra ini kurang mendapat perhatian yang serius. Tidak banyak guru yang mempunyai metode atau model untuk melatih peserta didiknya.

Dalam strategi belajar mengajar memang sangat dituntut bagi guru untuk menggunakan sebuah metode pembelajaran yang baik dan tepat. Metode yang baik harus memperhatikan siswa, dalam hal ini siswa dijadikan objek yang aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu jalan keluarnya yaitu sebuah pembelajaran dengan media yang menarik dan dapat memancing perhatian siswa. Antusias para siswa dapat mendorong

1


(9)

keinginan dan keaktifan pada pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan.

Pemanfaatan media pembelajaran yang dikelola guru secara baik dapat membantu siswa memahami materi pelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Sesuai dengan perkembangan pendidikan dewasa ini, media pembelajaran memiliki banyak jenis media yang digunakan oleh sekolah pada umumnya, diantaranya media visual (penglihatan), media audio (pendengaran), dan audio visual, yang masing-masingnya memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannya masing-masing. Media mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, untuk itu perlu memilihnya dengan cermat dan benar agar dapat digunakan secara tepat guna.

Media ilustrasi musik yaitu media yang bersifat auditif atau media yang lebih menggunakan pendengaran seseorang. Musik pada umumnya dapat melenturkan otot-otot yang kaku dan tegang sehingga menjadi lebih rileks. Ini ada hubungannya dengan lingkungan belajar siswa yang memerlukan musik dalam lingkungan belajarnya, karena kondisi fisiologis selama melakukan pelajaran, tekanan darah dan denyut jantung cenderung meningkat dan otot-otot menjadi tegang, lalu dengan iringan musik, siswa mampu mengalirkan energi kreatif yang membuat pendengarnya terkejut sekaligus gembira.2 Di sinilah peran ilustrasi musik sebagai media

2

Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning (Bandung: Mizan Media Utama, 2003), h. 72


(10)

pembelajaran sangat diperlukan, khususnya untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi.

Untuk merangsang imajinasi dan keinginan siswa menulis sebuah puisi, maka penulis menggunakan ilustrasi musik sebagai media pembelajaran agar kemampuan dan keinginan para siswa dalam menulis puisi meningkat sehingga pembelajaran jadi menyenangkan. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Thomas Carlyle bahwa puisi merupakan ungkapan pikiran yang bersifat musikal,3 maksudnya, puisi merupakan ungkapan pikiran yang terdiri dari rima dan ritme sehingga pada saat dibaca, puisi tersebut mempunyai nada yang indah, sedangkan nada adalah unsur dari musik. Contoh musik yang dijadikan bahan media dalam penelitian ini yaitu musik klasik karya Mozart, Bach, Beethoven, Vivaldi dan Pachelbel.

Selama ini guru-guru di sekolah masih menggunakan cara mengajar yang monoton dalam menyampaikan materi menulis puisi, mereka masih menggunakan metode ceramah dan tidak menggunakan media pembelajaran yang mendukung untuk mencapai hasil yang memuaskan. Selain cara mengajar yang membosankan dan sangat monoton, ditemukan juga masalah lain yang biasanya dijumpai. Masalah itu merupakan ketidaktepatan pemilihan kata dan penggunaan gaya bahasa dalam penulisan puisi siswa.

3


(11)

Melihat kenyataan itu, diduga ada hubungan antara cara guru membelajarkan siswanya dengan suasana belajar yang kurang menyenangkan sehingga sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini dilihat dari ketidaktertarikan siswa untuk memahami materi dan ketidaktepatan pemilihan kata dan bahasa kiasan dalam penulisan puisi siswa. Sehubungan dengan itu, dirumuskan langkah solusi yaitu dengan menggunakan metode mengajar yang bervariasi dan lebih inovatif sehingga siswa dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi.

Untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi bagi siswa ini, metode penggunaan media ilustrasi musik merupakan metode yang dipilih dalam penelitian ini. Pemilihan metode tersebut berdasarkan beberapa keunggulan seperti di bawah ini:

1. Menciptakan suasana belajar terasa santai tetapi siswa tetap siap untuk berkonsentrasi.

2. Merangsang dan memperkuat belajar.

3. Menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan. 4. Merangsang imajinasi para siswa.

Penerapan media pembelajaran ilustrasi musik untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kemampuan menulis puisi merupakan tindakan yang akan dikaji dalam penelitian ini. Adapun judul yang penulis buat adalah “Pengaruh Media Ilustrasi Musik terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas X (Eksperimen di SMA PGRI 22 Serpong).”


(12)

B. Identifikasi Masalah

1. Minimnya guru Bahasa Indonesia dalam menggunakan atau memanfaatkan media ilustrasi musik dalam meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas X.

2. Kurangnya alat-alat pendukung saat guru akan menggunakan sebuah media.

3. Kurangnya minat siswa dalam memahami materi menulis puisi.

4. Kurangnya pemahaman guru terhadap penggunaan media pembelajaran.

5. Masih ditemukan ketidaktepatan pemilihan kata dalam penulisan puisi siswa.

6. Masih ditemukan ketidaktepatan penggunaan diksi dan gaya bahasa dalam penulisan puisi siswa.

C. Pembatasan Masalah

Agar masalah tidak terlalu luas maka dalam penelitian ini penulis membatasi masalah penelitian yaitu: Pengaruh media ilustrasi musik terhadap kemampuan menulis puisi pada siswa kelas X SMA PGRI 22 Serpong tahun ajaran 2010/2011.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini adalah : Bagaimanakah pengaruh media ilustrasi musik pada kemampuan menulis puisi siswa kelas X SMA PGRI 22 Serpong?


(13)

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media ilustrasi musik terhadap kemampuan menulis puisi pada siswa kelas X SMA PGRI 22 Serpong.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini meliputi manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan hasilnya dapat bermanfaat untuk mengembangkan teori pembelajaran, sehingga dapat memperbaiki mutu pendidikan dan mempertinggi interaksi belajar mengajar terutama dalam meningkatkan kemampuan menulis puisi melalui media ilustrasi musik. Dengan adanya pemanfaatan media ilustrasi musik akan memberikan daya tarik pada siswa untuk meningkatkan kemampuannya melalui daya imajinasi dalam menuliskan sebuah cerita sehingga dapat menciptakan kegiatan belajar yang menarik dan tidak membosankan.

Manfaat praktis dari temuan penelitian ini bagi siswa adalah mempermudah siswa untuk menemukan ide-ide secara cepat dan mengembangkan imajinasi mereka dan menuangkan kata-kata indah dalam bentuk tulisan yaitu sebuah puisi dengan memperhatikan pemilihan kata dan bahasa kiasan yang tepat. Sedangkan bagi para guru, temuan ini sebagai bahan masukan tentang penerapan media ilustrasi musik dalam peningkatan kemampuan menulis puisi.


(14)

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan adalah gambaran dari keseluruhan dalam skripsi, sehingga akan mendapatkan suatu kemudahan dalam menelaah dan memahaminya.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis membagi ke dalam lima bab yang sistematikanya sebagai berikut :

Bab Pertama merupakan pendahuluan yang menjadi pengantar umum kepada tulisan. Dalam bab ini dikemukakan: Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

Bab kedua membahas tentang tinjauan teoretis menulis puisi dan media pembelajaran yang meliputi: Tinjauan Pustaka, Hakikat Menulis, Hakikat Puisi, dan Hakikat Media Pembelajaran.

Bab ketiga membahas tentang tempat penelitian dan metodologi pnelitian yang meliputi: Tempat dan Waktu Penelitian, Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Populasi dan Sampel, dan Teknik Analisa Data

Bab keempat membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi: Gambaran Umum Sekolah dan Hasil Penelitian.

Bab kelima merupakan bab penutup yang berisikan simpulan dan saran – saran.


(15)

BAB II

ACUAN TEORETIS

A. Tinjauan Pustaka

Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dalam komunikasi adalah keterampilan menulis. Keterampilan menulis adalah suatu proses berpikir yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Ide/gagasan tersebut kemudian dikembangkan dalam wujud rangkaian kalimat, selain itu menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menurut Tarigan, menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.4 Tetapi dalam menulis banyak hal yang perlu diperhatikan salah satunya penggunaan bahasa. Seorang penulis menggunakan bahasa yang baik dan benar agar orang lain dapat mahami tulisan.

Keterampilan menulis belum optimal dikuasai oleh siswa, bahkan mahasiswa. Mereka menganggap bahwa menulis bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Menulis juga dianggap suatu kegiatan yang menjenuhkan dan membosankan. Oleh karena itu seorang guru harus mencari dan menerapkan penggunaan media untuk meningkatkan keterampilan menulis, misalnya menulis sebuah puisi bagi para siswa.

4

Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 2008), h. 3-4


(16)

Penelitian tentang keterampilan menulis sudah banyak dilakukan. Misalnya Penelitian tersebut antara lain penelitian keterampilan menulis naratif, deskriptif, dan argumentatif. Penulisan keterampilan menulis puisi dengan mempergunakan media pembelajaran masih jarang dilakukan. Oleh karena itu penulis merasa perlu untuk meneliti keterampilan menulis

puisi. Adapun penelitian ini berjudul, ―Pengaruh Media Ilustrasi Musik

terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas X (Eksperimen di SMA PGRI 22 Serpong)‖.

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Nurul Melti Indah yang berjudul ―Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen Melalui Teknik Pengandaian Diri sebagai Tokoh dalam Cerita dengan Media Audio Visual pada Siswa Kelas X4 SMAN 2 Tegal‖. Hasil analisis data penelitian pada siklus I diperoleh rata-rata nilai 70. Rata-rata nilai yang dinyatakan belum menunjukan terlihat adanya peningkatan. Akan tetapi pada siklus II terjadi peningkatan dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 75. Rata-rata nilai tersebut termasuk dalam kategori baik karena berada dalam rentang 70-84. Pemerolehan nilai ini menunjukan bahwa pembelajaran menulis cerpen melalui teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media audio visual pada siswa X4 SMAN 4 Tegal mengalami peningkatan dan berhasil.

Penelitian Nurul Melti Indah Septiani merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan ialah meneliti


(17)

dengan menggunakan desain penelitian eksperimen. Ada perbedaan dalam media pembelajaran yang penulis lakukan, yaitu Nurul Melti Indah Septiani menggunakan media audio visual, sedangkan dalam penelitian ini peneliti menggunakan media ilustrasi musik sebagai media pembelajaran. Penelitian lain yang juga relevan dengan penelitian penulis adalah penelitian yang dilakukan oleh Fitriyani yang berjudul ―Keefektifan Media Kartu Kata untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VIII Semester 2 SMPN Bandung‖. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Berdasarkan hasil uji statistik, bahwa keterampilan menulis puisi lebih efektif dengan media Kartu Kata. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata (mean) nilai tes akhir yang diperoleh kelas eksperimen adalah 73,95, sedangkan nilai tes akhir kelas kontrol adalah 53,45 dengan selisih rata-rata kedua kelas sampel yaitu 20,5. Maka dapat disimpulkan bahwa kelas yang menggunakan media kartu kata lebih baik daripada kelas yang tidak menggunakan kartu kata dalam pembelajaran menulis puisi.

Ada perbedaan antara penelitian penulis dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriyani. Perbedaan tersebut yaitu pada penggunaan media pembelajaran, media yang dilakukan oleh Fitriyani adalah media kartu kata sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah media ilustrasi musik.

Dengan keberhasilan penelitian Nurul Melti Indah Septiani dan Fitriyani dalam menggunakan media pembelajaran, maka penulis juga


(18)

memanfaatkan sebuah pemanfaatan media, yaitu media ilustrasi musik untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi.

B. Hakikat Menulis

Menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa. Menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan, kegiatan menulis juga dapat diartikan sebagai cara berkomunikasi dengan mengungkapkan pikiran, perasaan dan kehendak kepada orang lain secara tertulis. Menurut Cahyani dan Hodijah, menulis dapat dikatakan:

suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekedar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur.5

Walaupun kegiatan menulis itu terlihat mudah, tetapi dalam prakteknya memang sulit untuk dilakukan. Seperti yang telah dikatakan oleh Cahyani dan Hodijah, bahwa dalam menulis juga diperlukan kemampuan dalam mengolah kata dan menyusun struktur tulisan yang teratur.

Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.6 Menulis bukan sekedar menggambarkan huruf-huruf, tetapi juga menyampaikan pesan

5

Isah Cahyani dan Hodijah, Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD (Bandung:UPI PRESS,2007), h.10 Cet. Ke 1

6


(19)

melalui gambar huruf-huruf tersebut berupa karangan. Karangan sebagai ekspresi pikiran, gagasan ide, pendapat, pengalaman disusun secara sistematis dan logis.

Sedangkan menurut Suparno dengan singkat mengatakan bahwa menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat medianya.7 Melihat pengertian Suparno di atas, secara umum kita dapat menjadikan tulisan sebagai alat untuk menyampaikan pesan kepada si pembaca.

Jadi dapat disimpulkan, bahwa menulis merupakan kegiatan menggambarkan sesuatu (lambang-lambang grafik) dan penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat medianya, serta mengembangkan dan menuangkan pikiran dalam struktur tulisan yang teratur.

Adapun manfaat menulis menurut Suparno adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan kecerdasan.

2. Pengembangan daya inisiatif dan kreativitas. 3. Penumbuhan keberanian.

4. Pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.

Manfaat menulis menurut Dr. Pennebaker dalam buku Quantum Writing8 adalah sebagai berikut:

7

Suparno Mohammad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h. 1.3

8

Hernowo, Quantum Writing Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya Potensi Menulis (Bandung: Mizan Learning Center, 2003), h. 54


(20)

1. Menulis dapat menjernihkan pikiran. 2. Menulis dapat mengatasi trauma.

3. Menulis dapat membantu mendapatkan dan mengingat informasi baru. 4. Menulis dapat membantu memecahkan masalah.

5. Menulis-bebas membantu kita ketika kita terpaksa harus menulis.

Manfaat menulis menurut Tarigan9 adalah:

1. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir.

2. Menolong kita berpikir secara kritis.

3. Memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi kita.

4. Memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi. 5. Membantu menjelaskan pikiran-pikiran kita.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis mempunyai banyak manfaat, di antaranya dapat mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas, dapat mengatasi trauma, dapat memberikan informasi baru kepada orang lain, membantu kita berpikir secara kritis, dapat menuangkan ide atau gagasan-gagasan kita ke dalam tulisan, dan bisa mempengaruhi pandangan orang lain.

9


(21)

C. Hakikat Puisi 1. Pengertian Puisi

Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani

poesis, yang berarti membangun, membentuk, membuat, menciptakan. Sedangkan kata poet dalam tradisi Yunani Kuno berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa.10

Menurut Waluyo, puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya.11 Puisi lahir secara alamiah berdasarkan pengalaman atau pikiran dan perasaan si penyair yang bersifat imajinatif. Puisi merupakan rekaman dan interpretasi dan pengalaman manusia yang penting, dan diubah dalam wujud yang paling berkesan.

William Wordsworth (dalam Semi, t.t :93) dengan menggunakan pendekatan struktural merumuskan pengertian puisi : Poetry is the best words in the best order, artinya adalah kata-kata terbaik dalam susunan terbaik.12 Maksudnya puisi merupakan kumpulan kata-kata pilihan yang berada dalam pilihan kata yang indah dan bentuk susunan tulisan (tipografi) terbaik.

10

Abdur Rosyid, ―Puisi-Pengertian dan Unsur-unsurnya‖, artikel diakses pada 9 Juni 2011pukul 17.54 WIB dari http://abdurrosyid.wordpress.com/2009/07/27/puisi-pengertian-dan-unsur-unsurnya/

11

Herman .J. Waluyo, Teori Apresiasi Puisi (Surakarta: Erlangga, 1995), h.97. 12


(22)

Pengertian puisi memang tidak jauh dari luapan perasaan seseorang, saat seseorang merasakan senang, sedih, rindu, atau bahkan kecewa, maka sebagian orang pasti ingin meluapkannya melalui sebuah puisi. Seperti yang dikatakan Leigh Hunt (dalam Semi, t.t :94) dengan menggunakan pendekatan emotif merumuskan pengertian puisi, Poetry is imaginative passion, artinya puisi merupakan luapan gelora perasaan yang bersifat imajinatif.13

Perrine (dalam Siswantoro, 2002) mengatakan bahwa poetry might be defined as kind of language that says more and says it more intensenly than does ordinary language.14 Pernyataan ini menegaskan bahwa puisi merupakan bahasa yang berbeda dari bahasa sehari-hari karena puisi lebih banyak mengatakan dan mengekspresikan dirinya secara intens. Kata intens dalam bahasa Indonesia bisa disejajarkan dengan padat, sarat muatan makna, dan sebagainya, yang membedakannya dari bahasa keseharian atau prosa yang longgar, dan cenderung menggunakan kata dengan lugas. Makna dari tiap kata jelas, tidak menimbulkan ambiguitas. Inilah sifat bahasa keseharian yang cenderung praktis.

Sedangkan bahasa puisi bersifat plastis maksudnya bersifat mudah dibentuk dengan makna lain atau mampu mengakomodasi berbagai dimensi makna di balik apa yang tersurat. Jadi, meskipun sebuah kata itu hanya mempunyai beberapa arti tetapi makna yang dapat ditangkap

13

Ibid, h.94 14

Siswantoro, Apresiasi Puisi-puisi Sastra Inggris (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2002), h. 2. Cet. 1


(23)

dari sebuah kata itu sangat luas. Misalnya kata gerimis, bukan hanya berarti turun hujan tetapi juga bermakna lebih dari pada itu yaitu melambangkan kedukaan.

W.H Auden mengatakan Poetry makes nothing happen.15 Maksudnya puisi bisa membuat sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Sesuatu yang tidak mungkin terpikirkan oleh kita, menjadi ada dan bermakna. Misalnya puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri yang membebaskan kata-kata dari maknanya yang disebut juga sebagai puisi konkret. Dalam puisi konkret ini, tanda baca dan huruf-huruf—baik huruf besar maupun kecil—sangat potensial membentuk gambar.

Gambar wujud fisik yang ―kasat mata‖ lebih dipentingkan daripada makna yang ingin disampaikan. Ini membuktikan pengertian puisi dari Auden di atas dapat juga dikatakan bahwa puisi adalah sesuatu yang tidak mungkin akan menjadi mungkin.

Jadi, dari berbagai pengertian puisi di atas dapat dismpulkan bahwa pada hakikatnya, puisi adalah karya tulis hasil perenungan seorang penyair atas suatu keadaan atau peristiwa yang diamati, dihayati, atau dialaminya dengan menggunakan bahasa figuratif. Cetusan ide berasal dari peristiwa atau keadaan yang dikemas oleh seorang penyair ke dalam bahasa yang padat dan indah.

15

Jerome Beaty,dkk, The Norton Introduction to Literature-Shorter eighth edition (London: W.W. Norton & Company, Inc., 2002), h. 626.


(24)

2. Unsur-unsur yang Membangun Puisi

Unsur-unsur yang membangun puisi dibagi menjadi struktur fisik dan struktur batin puisi.

a) Struktur fisik

(1).Perwajahan Puisi (Tipografi)

Tipografi adalah bentuk dalam penulisan pada sebuah puisi. Menurut Siswanto, perwajahan (tipografi) adalah pengaturan dan penulisan kata, larik dan bait dalam puisi.16 Sedangkan menurut Waluyo:

tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi, prosa, dan drama. Larik-larik puisi tidak seperti paragraf tetapi membentuk bait. Baris puisi tidak bermula dari tepi kiri dan berakhir di tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan dari halaman yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, tidak seperti tulisan yang berbentuk prosa.17

Di dalam puisi-puisi kontemporer, penyajian tipografi puisi itu dipandang begitu penting sehingga menggeser kedudukan makna kata-kata, contohnya, puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri. Tipografi puisi dapat membentuk suasana dan maksud yang hendak dikatakan penyair.

(2).Diksi

Diksi adalah pilihan kata, menurut Wahyudi Siswanto, lengkapnya diksi adalah pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh

16

Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra (Jakarta: PT Grasindo, 2008), h. 113 17


(25)

penyair dalam puisinya.18 Puisi adalah bentuk karya sastra yang menggunakan sedikit kata-kata namun mengungkapkan banyak hal, kata-kata yang digunakan dalam puisi harus secermat-cermatnya. Pemilihan kata dalam puisi berhubungan erat dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.

Pemilihan kata dalam menciptakan puisi berhubungan erat dengan latar belakang penyair. Semakin luas wawasan penyair, semakin kaya dan berbobot kata-kata yang digunakan. Kata-kata dalam puisi tidak hanya sekedar kata-kata yang dihafalkan, tetapi sudah mengandung pandangan pengarang. Kata-kata dalam puisi juga bisa mengungkapkan perasaan pengarang. Perasaan marah, riang, cemas, khawatir, tegang, dan takut bisa terungkap melalui puisi yang diciptakan pengarang.

Untuk menampilkan kata yang tepat penyair harus paham dengan arti kata-kata yang digunakan, padanan katanya, dan konteks sajak yang akan ditulis. Meskipun kata-kata yang digunakan kadang-kadang mengandung arti yang sama, tetapi akan lebih mendalam apabila penggunaan kata diperhatikan dengan konteks. Penggunaan kata, seperti betina, perempuan, atau wanita memberikan kesan yang berbeda meskipun ketiga kata tersebut memilik persamaan makna, mengacu kepada jenis kelamin. Di

18


(26)

sinilah bagaimana kecermatan penyair dalam pemilihan kata diperlukan untuk memberikan nilai tambah kepada pembacanya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemilihan kata dalam puisi merupakan kegiatan penyair dalam mencari dan mengolah kata-kata sebaik mungkin. Hal tersebut dimaksud agar semua luapan hati dalam diri penyair dapat disampaikan secara lengkap, sesuai dengan kehendak penyair.

(3).Pengimajian (Pencitraan)

Pilihan kata oleh penyair yang difungsikan untuk merujuk, menyimpangi, dan mengekspresikan sesuatu terkait dengan imaji. Dengan diksi, penyair berusaha mengkonkritkan imaji. Imaji ini tidak lain adalah daya bayang atau kesan mental yang dapat diserap gambarannya di alam pikir pembaca puisi.

Menurut Siswanto, imaji adalah kata atau kelompok kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan.19 Jabrohim mengungkapkan bahwa citraan merupakan salah satu sarana utama untuk mencapai kepuitisan.20 Maksud kepuitisan itu di antaranya ialah: keaslian ucapan, sifat yang menarik perhatian, menimbulkan perasaan kuat, membuat sugesti yang jelas, dan juga sifat yang menghidupkan pikiran. Waluyo berpendapat bahwa imaji pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman

19

Ibid, h. 118 20


(27)

sensoris, seperti penglihatan (imaji visual), pendengaran (imaji auditif), dan perasaan (imaji taktil).21 Jadi imaji dapat dibagi menjadi tiga: imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji perasaan atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti yang dialami oleh penyair.

(4).Kata Konkret

Untuk membangkitkan daya imaji (daya bayang) pembaca, maka kata-kata harus diperkonkret. Maksudnya ialah kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat hubungannya dengan kiasan dan lambang. Jika penyair mahir mengkonkretkan kata-kata maka pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasa apa yang dilukiskan oleh penyair. Dengan demikian pembaca terlibat penuh secara batin ke dalam puisi.

Menurut Jabrohim, kata konkret adalah kata-kata yang digunakan oleh penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin untuk membangkitkan imaji pembaca.22 Kata konkret ini sangat berhubungan dengan imaji.

Kata konkret berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misalnya, kata konkret salju dapat melambangkan kebekuan cinta, kehampaan cinta, kehampaan hidup, kekakuan sikap. Kata konkret

21

Herman.J.Waluyo, Op.cit. 78 22


(28)

rawa-rawa dapat melambangkan tempat yang kotor, tempat hidup, bumi, dan kehidupan.

Untuk memperkonkret gambaran jiwanya yang penuh dosa, Chairil Anwar menggunakan kata: “aku hilang bentuk/remuk”. Sedangkan untuk melukiskan tekadnya yang bulat untuk kembali ke jalan Tuhan, diperkonkret dengan ungkapan: “Tuhanku/ di pintuMu aku mengetuk/ aku tidak bisa berpaling.” Hal ini berbeda dari usahanya untuk mengkonkretkan sikan kebebasannya dengan kata-kata: “Aku ini binatang jalang/ dari kumpulannya terbuang.”

Untuk mengkonkretkan cita-citanya yang abadi, ia menulis:

“Kumau hidup seribu tahun lagi.”

(5).Bahasa Figuratif atau Gaya Bahasa

Bahasa figuratif menjadikan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Bahasa figuratif adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna.

Perrine (dalam Waluyo, 1995:83) menyatakan bahwa bahasa figuratif dipandang lebih efektif untuk menyatakan apa yang akan dimaksud penyair.23 Keefektifan tersebut disebabkan beberapa hal, yaitu:

a. Bahasa figuratif mampu menghasilkan kesenangan imajinatif.

23


(29)

b. Bahasa figuratif adalah cara untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi sehingga yang abstrak jadi konkret dan menjadikan puisi lebih nikmat dibaca.

c. Bahasa figuratif adalah cara menambah intensitas perasaan penyair untuk puisinya dan menyampaikan sikap penyair. d. Bahasa figuratif adalah cara untuk mengonsentrasikan makna

yang hendak disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu yang banyak dan luas dengan bahasa yang singkat.

Definisi gaya bahasa atau dikenal juga dengan sebutan majas menurut Keraf adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).24 Majas mempunyai berbagai macam jenis, antara lain:

a. Metafora

Metafora adalah semacam analogi yang

membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat.25 Contoh: bunga bangsa, buaya darat, buah hati, cindera mata, dan sebagainya.

Contoh gaya bahasa metafora terdapat pada puisi

Rendra dalam ―Surat Cinta‖, Rendra mengiaskan diri

kekasihnya sebagai Putri Duyung.

24

Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), h.113, cet. Ke-20

25


(30)

Engkaulah Putri Duyung Tawananku

Putri Duyung dengan suara merdu Lembut bagi angin laut

Mendesahlah bagiku

b. Persamaan (simile)

Menurut Keraf, persamaan atau simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit.26 Yang dimaksud dengan perbandingan yang ekspilisit ialah bahwa ia langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Untuk itu, ia memerlukan upaya yang secara eksplisit menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata: seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya. Contoh:

Kikirnya seperti kepiting batu Bibirnya seperti delima merekah Matanya seperti bintang timur

Contoh-contoh dalam puisi modern yaitu: rindunya bagai permata belum diasah, malam bagai kedok hutan bopeng oleh luka, dan sebagainya.

c. Personifikasi

Menurut Keraf, personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau

26


(31)

barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan.27 Contoh:

Angin meraung-raung di tengah malam yang gelap itu menambah ketakutan kami.

Contoh personifikasi dalam penggalan puisi ―Kubakar Cintaku‖ karya Emha Ainun Najib pada bait ketiga, yaitu:

Rinduku terbang

Menembus penyap bayang Rinduku burung malam

Menangkup cahaya: rahasia bintang-bintang

d. Hiperbola

Hiperbola yaitu kiasan yang berlebih-lebihan. Penyair merasa perlu melebih-lebihkan hal yang dibandingkan itu agar mendapat perhatian yang lebih seksama dari pembaca. Contoh:

Penonton sepak bola membanjiri lapangan. Air mataku terkuras saat menangisimu.

Chairil Anwar melukiskan kata-kata yang berlebihan

(hiperbola) pada puisinya yang berjudul ―Aku‖, berikut

penggalan puisinya:

Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradangmenerjang

27


(32)

Luka dan bisa kubawa berlari Berlari

Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak peduli Aku mau hidup seribu tahun lagi

e. Sinekdoke

Sinekdoke yaitu menyebutkan sebagian untuk maksud keseluruhan, atau menyebutkan keseluruhan untuk maksud sebagian. Sinekdoke terbagi menjadi pars prototo

(menyebut sebagian untuk seluruh) dan totem proparte

(menyebut keseluruhan untuk maksud sebagian). Contoh : 1) Pars prototo: sejak pagi batang hidungnya belum juga

kelihatan.

2) Totem proparte: Indonesia menjadi juara ke-1 dalam perlombaan bulu tangkis saat melawan Malaysia. Toto Bachtiar dalam penggalan puisinya yang berjudul

―Gadis Peminta-minta‖, melukiskan penderitaan gadis peminta-minta, menggunakan kalimat dengan gaya bahasa totem proparte, yaitu:

Ingin akuikut, gadis kecil berkaleng kecil Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok

Contoh lain dari gaya totem proparte dan pars prototo ada


(33)

Rakyat adalah kita totem proparte Jutaan tangan yang mengayun dalam kerja pars prototo

Di bumi tanah tercinta

Jutaan tangan mengayun bersama pars prototo

Membuka hutan lalang jadi ladang-ladang berbunga

f. Ironi

Ironi adalah kata-kata yang bersifat berlawanan untuk memberikan sindiran. Menurut Keraf, ironi adalah suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya.28

Contoh ironi terdapat dalam puisi-puisi Rendra,

diantaranya yaitu puisi atau sajak yang berjudul ―Sajak SLA‖, Rendra melukiskan potret kehidupan seorang guru dengan tujuan untuk menyindir guru-guru yang

menyelewengkan wewenangnya demi memenuhi

kebutuhannya dan melalaikan tugasnya sebagai pendidik generasi muda. Hal tersebut terdapat dalam penggalan puisi

berjudul ―Sajak SLA‖ di bawah ini: Ibu guru perlu sepeda motor Jepang Ibu guru ingin hiburan dan cahaya

28


(34)

Ibu guru ingin atap rumahnya tidak bocor Dan juga ingin jaminan pil penenang

……….

(6).Rima dan Ritme a. Rima

Menurut Waluyo, rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi.29 Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca.

Contoh penggalan puisi Rendra ―Ballada Terbunuhnya Atmo Karpo‖ berikut ini perpaduan konsonan /k/, /b/, dan /p/, serta vokal /a/, /i/, /u/, memberi efek suasana yang kacau dan penuh kesibukan.

Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi.

Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya pada pucuk-pucuk para.

b. Ritme

Menurut Waluyo, ritme sangat berhubungan dengan bunyi dan juga berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frase, dan kalimat.30 Sedangkan menurut Siswanto, ritme merupakan tinggi-rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi.31 Ritme sangat menonjol bila puisi dibacakan.

29

Herman .J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, h.90 30

Herman .J. Waluyo, Loc.Cit. 31


(35)

Tiap penyair, aliran, periode, dan angkatan mempunyai perbedaan cara mengulang hal-hal yang dipandang membentuk ritme. Dalam puisi lama jelas sekali pemotongan baris puisi menjadi dua frase merupakan teknik pembentuk ritme yang padu, namun teknik tersebut bersifat statis. Berikut ini contoh ritme dalam puisi lama:

Dari mana / punai melayang Dari sawah / turun ke kali Dari mana / kasih sayang Dari mata / turun ke hati

(7).Struktur Batin a. Tema

Menurut Waluyo, tema merupakan gagasan pokok atau

subject-matter yang dikemukakan oleh penyair.32 Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama pengucapannya, jika desakan yang kuat itu berupa hubungan antara penyair dengan Tuhan, maka puisi yang diciptakan bertema ketuhanan. Jika desakan yang kuat berupa rasa belas kasih atau kemanusiaan, puisi bertema kemanusiaan.

Dengan demikian tema puisi berkaitan dengan tujuan penyair dalam menyampaikan sebuah pesan yang terkandung di

32


(36)

dalam puisi itu. Tema puisi harus dihubungkan dengan penyairnya, dengan konsep-konsep yang terimanjinasikan. Oleh karena itu, tema bersifat khusus bagi penyair, tetapi objektif bagi semua penafsir), dan lugas (tidak dibuat-buat). b. Rasa

Menurut Siswanto, rasa dalam puisi adalah sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya.33 Pengungkapan tema dan rasa berkaitan erat dengan latar belakang sosial dan psikologis penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan pikologis, serta pengetahuan. Contoh, Toto Sudarto Bachtiar

dalam ―Gadis Peminta-minta‖, menyikapi pengemis kecil dengan netral, tidak membenci dan tidak pula dengan rasa belas kasihan yang berlebihan. Dia dapat merasakan kegembiraan pengemis kecil dalam dunianya sendiri, bukan merupakan dunia yang penuh penderitaan seperti yang disangka orang. c. Nada

Nada dalam puisi adalah sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Ada penyair yang menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, dan bekerja sama dengan pembaca.

33


(37)

Penyampaian dengan rasa seperti ini untuk memecahkan masalah, dan menyerahkan masalah kepada pembaca.

d. Amanat (Pesan)

Setiap tulisan pasti ada amanat yang ingin disampaikan oleh seorang penulisnya. Amanat dalam puisi adalah maksud yang hendak disampaikan atau himbauan pesan atau tujuan yang hendak disampaikan penyair.

Amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun. Amanat juga berada di balik tema yang diungkapkan oleh penyair.

3. Menulis Kreatif Puisi

Menulis sastra tidak sama dengan menulis laporan, surat dinas, ataupun makalah, akan tetapi prinsip-prinsip dasarnya dapat dibinakan kepada calon penulis. Adapun masalah isi gaya penulisan dan penggarapan unsur-unsur sastra dapat diserahkan kepada penulis untuk dikembangkan. Menulis sastra berkaitan dengan pribadi kreatif, karena dalam menulis sastra harus ada nilai seni dan kegunaan yang terkandung di dalamnya. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Quintus Horatius Flaccus dalam tulisannya yang berjudul Ars Poetica, penyair kelahiran Venosa Italia ini mengemukakan istilah


(38)

menghibur (dulce) karena keindahan, tetapi juga memberikan makna

(utile) terhadap kehidupan (kematian, kesengsaraan, maupun kegembiraan) atau memberikan pelepasan kepada dunia imajinasi.34

Jabrohim mengemukakan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pribadi kreatif menunjukan sastra sebagai salah satu wilayah pilihan, memang memberikan peluang bagi orang yang terlibat di dalamnya

untuk menjadi ―kreatif‖, baik dalam tujuannya yang apresiatif maupun

yang ekspresif.35 Jadi dapat disimpulkan bahwa menulis kreatif adalah cara mengekspresikan atau mengungkapkan berbagai pengalaman atau berbagai hal yang menggejala dalam diri kita, untuk dikomunikasikan kepada orang lain melalui tulisan kreatif sebagai sesuatu yang bermakna. Salah satu teks yang kreatif adalah teks puisi.

Menulis kreatif pada hakikatnya adalah menafsirkan kehidupan. Melalui karyanya penulis ingin mengkomunikasikan sesuatu kepada pembaca. Karya kreatif merupakan interpretasi evaluatif yang dilakukan penulis terhadap kehidupan, yang kemudian direfleksikan melalui medium bahasa pilihan masing-masing. Jadi, sumber penciptaan karya kreatif adalah kehidupan kita dalam keseluruhannya dan lingkungan kehidupan si penulis puisi (penyair).

34Khris Bheda, ‗Sastra, Dulce et Utile‘, artikel diakses pada 19 Juni 2011pukul 17.10 WIB dari http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=18007

35


(39)

Menurut Roekhan (dalam Nurmalasari, 2008:13)36 unsur penting dalam menulis kreatif adalah sebagai berikut:

a. Kemampuan berpikir kritis

Kemampuan berpikir kritis dalam kreativitas sangat dituntut, karena dengan berpikir kritislah orang dapat menemukan sesuatu yang belum pernah dipikirkan orang lain. Contohnya sang penyair Sutardji Calzoum Bachri. Sutardji selalu berpikir kritis saat akan menulis sebuah puisi maka dari itu ia terkenal dengan puisi-puisinya yang sangat khas (puisi mantra) yang lebih mementingkan tipografi (bentuk) dalam puisinya, sedangkan kata-kata, ia bebaskan dari maknanya.

b. Kepekaan emosi

Kepekaan emosi sangat perlu, agar seseorang dapat menangkap dan merasakan sesuatu yang sangat samar dari apa yang ada di sekitarnya. Maksudnya ia bisa menangkap dan merasakan sesuatu yang mungkin tidak dirasakan oleh orang lain, ia harus bisa menangkap detil-detil dari apa yang dirasakannya. Contoh: seseorang sedang berada di puncak gunung, emosi yang didapatkan adalah kedamaian dan ketenangan. Bila seseorang itu memiliki kepekaan emosi, pasti seseorang itu terbesit dalam pikirannya untuk menumpahkan emosinya pada sebuah tulisan puisi.

36 Vita Nurmalasari, ―

Pembelajaran Menulis Kreatif Naskah Drama Dengan Menggunakan Pendekatan Partisipatif Pada Siswa Kelas XI IPA 3 Sman 23 Bandung: Studi Praeksperimen,‖ (Skripsi S1 Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia, 2008), h. 13


(40)

Meskipun hanya satu larik saja. Itulah yang dimaksud dengan kepekaan emosi.

c. Bakat

Bakat yang memperkuat daya kreativitas seseorang tetapi bukan satu-satunya unsur yang menentukan. Orang yang berbakat menulis (sastra) akan lebih berhasil menulis dibandingkan orang yang kurang atau orang yang tidak berbakat. Tetapi seseorang yang kreatif tidak hanya mengandalkan bakat saja.

d. Daya imajinasi

Kreativitas menuntut pelibatan daya imajinasi yang tinggi. Dengan imajinasinya orang mampu mengasosiasikan apa yang dilihat, dicium, dirasa, didengar atau dirabanya dengan sesuatu yang lain.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa latihan menulis merupakan salah satu kegiatan yang menunjukan kreativitas. Oleh karena itu, dalam keterampilan menulis dikenal dengan istilah menulis kreatif. Menulis kreatif berhubungan dengan memberanikan siswa untuk menggunakan sepenuhnya apa-apa yang mereka miliki, mencakup ide, pesan, pikiran dan perasaan mereka dalam mengomentari sebagian pikiran siswa yang jarang mereka gunakan.


(41)

Jadi dapat disimpulkan, bahwa menulis kreatif puisi atau menulis puisi adalah suatu proses penciptaan karya sastra yang merupakan bentuk curahan pengalaman dengan penyampaian menggunakan bahasa figuratif.

4. Tips atau Cara Menulis Kreatif Puisi

Nenden Lilis. A. mempunyai tips atau cara dalam menulis puisi,37 yaitu:

a. Menggali dan Mengolah Ide Penulisan Puisi

Seorang penyair akan mendapat ide jika hal-hal yang dialaminya dari realitas itu ditangkap oleh jiwanya: diamati, dirasakan, direnungkan, dan dihayati. Jika tidak, pengalaman itu akan berlalu begitu saja dan tidak akan meninggalkan bekas. Dengan begitu tidak akan pernah muncul ide untuk dijadikan bahan penulisan puisi. Banyak cara untuk menggali dan mengolah ide tersebut. Secara umum, penggalian dan pengolahan ide itu dapat terjadi apabila kita selalu mengaktifkan dan membuka jiwa kita pada berbagai hal yang terjadi dalam realitas, antara lain: 1) Selalu mendengarkan dan mempedulikan perasaan-perasaan

dan suara-suara hati sendiri.

2) Selalu mengamati dan menghayati segala hal yang menjadi aktivitas hidup sehari-hari: pada saat berjalan, bekerja, mandi,

37


(42)

makan, menyapu, dan lain-lain, tidak ada yang kita lewatkan untuk dirasakan lebih dalam. Misalnya, pada saat berjalan ada kerikil yang bagi orang lain tidak berarti apa-apa, bagi kita bisa menjadi ide dan pengalaman puitik bagi penciptaan puisi. 3) Tak pernah bosan membaca, baik sumber-sumber tertulis,

maupun yang tidak tertulis. Membaca sumber-sumber tertulis misalnya koran, buku, majalah, jurnal, dan lain-lain mengenai berbagai hal: psikologi, sosiologi, sejarah, sains, karya-karya sastra, dan lain-lain. Membaca yang tidak tertulis misalnya: fenomena alam, fenomena masyarakat, sikap atau mimik seseorang, dan lain-lain.

b. Menulis dengan Memperhatikan Unsur-unsur yang Membangun Puisi

Yang dilakukan dalam proses ini adalah :

1) Memilih kata secermat-cermatnya dan setepat mungkin. Ia mungkin mencoret berkali-kali kata yang dipilihnya hingga ditemukan yang paling mewakili perasaan dan pengalamannya. Kata-kata itu bisa dipikirkannya berhari-hari, bahkan berminggu-minggu. Ini yang sering disebut dengan pengolahan unsur diksi.

2) Melukiskan dengan kata-kata sehingga apa yang digambarkannya itu seolah-olah dapat diindera: dilihat,


(43)

didengar, dicium, diraba, dan dirasakan oleh pembaca. Upaya ini disebut dengan pencitraan.

3) Mencari lambang dan perumpamaan (majas) yang tepat mengungkapkan pengalaman jiwanya. Proses ini disebut pengolahan bahasa figuratif.

4) Memvariasikan struktur kalimat, membuat pengulangan-pengulangan (repetisi), dan eksplorasi-eksplorasi struktur kalimat lainnya. Proses ini disebut penyiasatan struktur.

5) Memaksimalkan daya guna bunyi kata-kata: asonansi, aliterasi, onomatope, rima, dan lain-lain untuk menimbulkan efek yang diharapkan.

6) Menciptakan irama bahasa dengan intonasi kalimat yang berbeda-beda, pengulangan, pola waktu, dan tekanan secara teratur dengan penyusunan jumlah suku kata tiap larik tersebut. 7) Jika perlu, tata letak/perwajahan (tipografi) pun diolah oleh penyair untuk memperkuat estetika dan makna puisinya. Tipografi puisi dengan bentuk zig-zag misalnya, dapat menggambarkan makna hidup yang berliku-liku, hati yang galau, dan lain-lain.

D. Hakikat Media Pembelajaran

Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses komunikasi atau proses penyampaian pesan. Proses ini harus diciptakan


(44)

atau diwujudkan melalui kegiatan penyampaian tukar-menukar pesan atau informasi oleh setiap guru dengan siswa. Pesan atau informasi dapat berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baru. Untuk mempermudah penyampaian pesan atau informasi dalam proses komunikasi, diperlukan sarana dan prasarana. Salah satu sarana yang digunakan adalah media pembelajaran.

Media adalah suatu alat yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar yang berupa perangkat keras maupun lunak. Media berfungsi untuk menyampaikan dan memperjelas materi sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal.

1. Pengertian Media

Menurut Arsyad, kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti ‗tengah‘, ‗perantara‘ atau ‗pengantar‘.

Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.38

Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2010:3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.39 Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar-mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau

38

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), h.3. 39


(45)

elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.

Menurut Munadi, media pembelajaran dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimaannya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.40

Dari tiga pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. 2. Fungsi Media Pembelajaran

Salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.

Menurut Hamalik (dalam Arsyad, 2010:15), pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar-mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan bisa membawa pengaruh psikologis terhadap siswa.41 Maka dari itu, agar pembelajaran menulis puisi ini menjadi menarik dan memotivasi siswa untuk gemar menulis

40

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran (Ciputat: Gaung Persada Press, 2008), Cet. Ke-1, h.7 41


(46)

puisi diperlukan sebuah media pembelajaran agar pembelajaran menjadi berbeda dari biasanya.

Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.

Pada dasarnya fungsi media pembelajaran adalah sebagai sumber belajar. Menurut Munadi (2008:36), fungsi media pembelajaran terbagai menjadi lima:

a) Fungsi Media Pembelajaran sebagai Sumber Belajar

Mudhoffir (dalam Munadhi, 2008:37) menyebutkan bahwa sumber belajar pada hakikatnya merupakan komponen sistem instruksional yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan, yang mana hal itu dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Dengan demikian sumber belajar dapat dipahami sebagai segala macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar.


(47)

b) Fungsi Semantik

Maksud dari fungsi semantik yaitu kemampuan media dalam menambah perbendaharaan kata (simbol verbal) yang makna atau maksudnya benar-benar dipahami anak didik (tidak verbalistik).

Bahasa meliputi lambang (symbol) dan isi (content) –yakni pikiran dan atau perasaan—yang keduanya telah menjadi totalitas pesan (message), yang tidak dapat dipisahkan. Unsur dasar dari

bahasa itu adalah ―kata‖. Kata atau kata-kata sudah jelas merupakan simbol verbal. Simbol adalah sesuatu yang digunakan atau dipandang sebagai wakil sesuatu lainnya. Jadi, gambar Harimau dapat dipakai sebagai simbol keberanian, seperti digunakan oleh masyarakat kota Bandung (Maung Bandung). Padahal, harimau itu sendiri biasanya dirujukan kepada binatang buas. Hubungan antara kata, makna dan perujukan kepada binatang buas. Hubungan antara kata, makna, dan perujukan menjadi amat

jelas, yakni ―makna‖ tidak melekat pada ―kata‖; ―kata‖ hanya

bermakna bila telah dirujukan kepada sejumlah referen. c) Fungsi Manipulatif

Fungsi manipulatif didasarkan pada ciri-ciri (karakteristik) umum yang dimilikinya sebagai tersebut di atas. Berdasarkan karakteristik umum ini, media memiliki dua kemampuan, yakni mengatasi batas-batas ruang dan waktu dan mengatasi keterbatasan inderawi.


(48)

d) Fungsi Psikologis (1) Fungsi Atensi

Media pembelajaran dapat meningkatkan perhatian

(attention) siswa terhadap materi ajar. Setiap orang memiliki sel saraf penghambat, yakni sel khusus dalam sistem saraf yang berfungsi membuang sejumlah sensasi yang datang. Dengan adanya saraf penghambat ini para siswa dapat memfokuskan perhatiannya pada rangsangan yang dianggapnya menarik dan membuang rangsangan-rangsangan lainnya.

(2) Fungsi Afektif

Fungsi afektif, yaitu menggugah perasaan, emosi, dan tingkat penerimaan atau penolakan siswa terhadap sesuatu. Media pembelajaran yang tepat guna dapat meningkatkan sambutan atau penerimaan siswa terhadap stimulus tertentu. Sambutan atau penerimaan tersebut berupa kemauan. Terlihat pada diri siswa kesediaan untuk menerima beban pelajaran, dan untuk itu perhatiannya akan tertuju kepada pelajaran yang diikutinya. Hal lain dalam penerimaan itu adalah munculnya tanggapan yakni berupa partisipasi siswa keseluruhan proses pembelajaran secara sukarela, ini merupakan siswa terhadap rangsangan yang diterimanya.


(49)

(3) Fungsi Kognitif

Fungsi kognitif ini terlihat apabila media yang digunakan adalah darmawisata, siswa mampu menceritakan pengalamannya selama melakukan kegiatan itu kepada teman-temannya. Melihat hal ini, jelas bahwa media pembelajaran telah ikut andil dalam mengembangkan kemampuan kognitif siswa. Semakin banyak ia dihadapkan pada objek-objek akan semakin banyak pula pikiran dan gagasan yang dimilikinya, atau semakin kaya dan luas alam kognitifnya.

(4) Fungsi Imajinatif

Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengembangkan imajinasi siswa. Imajinasi ini mencakup penimbulan atau kreasi objek-objek baru sebagai rencana bagi masa mendatang, atau dapat juga mengambil bentuk fantasi (khayalan) yang didominasi kuat sekali oleh pikiran autistik. (5) Fungsi Motivasi

Guru dapat memotivasi siswanya dengan cara membangkitkan minat belajarnya dan dengan cara memberikan dan menimbulkan harapan. Harapan akan tercapainya suatu hasrat atau tujuan dapat menjadi motivasi yang ditimbulkan guru ke dalam diri siswa. Salah satu pemberian harapan itu yakni dengan cara memudahkan siswa bahkan yang dianggap lemah sekalipun dalam menerima dan memahami isi pelajaran


(50)

yakni melalui pemanfaatan media pembelajaran yang tepat guna.

(6) Fungsi sosio-Kultural

Fungsi media dilihat dari sosio-kultural, yakni mengatasi hambatan sosio-kultural antarpeserta komunikasi pembelajaran. Bukan hal yang mudah untuk memahami para siswa memiliki jumlah cukup banyak (paling tidak satu kelas berjumlah ± 40 orang). Mereka masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda. Masalah ini dapat diatasi media pembelajaran, karena media pembelajaran memiliki kemampuan dalam memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama.

Fungsi atau kegunaan media pendidikan menurut Arief .S. Sadiman, dkk42 adalah sebagai berikut:

a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera.

c. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk:

1) Menimbulkan kegairahan belajar.

42

Arief S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan pemanfaatannya (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2009), h. 17.


(51)

2) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan.

3) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

d. Kesulitan latar belakang lingkungan guru dengan siswa yang berbeda dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemapuannya dalam:

1) Memberikan perangsang yang sama 2) Mempersamakan pengalaman 3) Menimbulkan persepsi yang sama

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan rasa ingin tahu dan minat, membangkitkan motivasi dan rangsangan dalam proses belajar mengajar, serta dapat mempengaruhi psikologi siswa. Oleh karena itu, media dapat digunakan secara tepat, secara nyata membantu dan mempermudah proses belajar mengajar. Dengan demikian hasil pembelajaran dapat lebih optimal.

Penggunaan media juga dapat membangkitkan minat dalam pembelajaran menulis puisi karena dapat merangsang imajinasi dan perasaan siswa untuk dapat menulis puisi secara baik.


(52)

3. Jenis-jenis Media

Munadhi (2008) menggolongkan media menjadi lima, yaitu: a. Media Audio

Media audio adalah media yang isi pesannya hanya diterima melalui indera pendengaran. Dengan kata lain, media jenis ini hanya melibatkan indera dengar. Jenis-jenis media audio adalah

Phonograph (Gramaphone), Open Reel Tapes, Cassette Tapes, Compact Disk, Radio, Laboratiorium Bahasa.

b. Media Visual

Media visual adalah media yang melibatkan indera penglihatan. Terdapat dua jenis pesan yang dimuat dalam media visual, yakni pesan verbal dan nonverbal. Jenis media visual antara lain: gambar, grafik, diagram, bagan, peta, buku atau modul, komik, majalah, poster, dan papan visual.

c. Media Audio-Visual

Media audio-visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media audio-visual antara lain: film, video, dan televisi.

d. Multimedia

Multimedia pembelajaran adalah media yang mampu melibatkan banyak indera dan organ tubuh selama proses pembelajaran berlangsung. Jenis multimedia antara lain : komputer, internet, dan E-learning.


(53)

e. Peralatan Proyeksi

1) Overhead Projector (OHP)

Adalah sebuah alat yang berfungsi untuk memproyeksikan bahan-bahan visual yang dibuat di atas lembar transparan. 2) Slide (Film Bingkai)

Pada dasarnya slide sama dengan film strip, perbedaannya adalah bahwa slide dapat diproyeksikan satu persatu, sedangkan film strip merupakan rangkaian atau keseluruhan penyampaian ide tertentu. Lazimnya slide dapat digunakan untuk menyajikan gambar atau objek hasil pemotretan.

3) Film Strip (Film Rangkai)

Berbeda dengan slide, gambar (frame) pada film strip

berurutan merupakan satu kesatuan.

4) Opaque Projector (Proyektor Tak Tembus Pandang)

Bila ketiga proyektor di atas berbasis bahan transparan, maka proyektor yang satu ini mampu memproyeksikan bahan-bahan tidak tembus pandang (opaque). Benda-benda datar, tiga dimensi seperti mata uang, model, serta warna dan anyaman dapat diproyeksikan. Jadi berbeda dengan proyektor yang memproyeksikan bahan visual dari tranparansi yang tembus pandang, seperti OHP, slide, dan film strip.


(54)

5) Digital Projector

Perbedaan digital projector dengan OHP yaitu kalau digital projector dapat menampilkan bahan visual diam dan gerak, sedangkan OHP hanya menampilkan bahan visual diam saja. Dari berbagai jenis media yang diurai di atas, maka dalam penelitian ini, penulis menerapkan penggunaan satu media baru yang bersifat auditif yaitu ilustrasi musik sebagai media pembelajaran menulis puisi yang berfungsi untuk membangkitkan keinginan, minat, motivasi dan merangsang siswa untuk belajar, serta meningkatkan kemampuan menulis puisi.

4. Ilustrasi Musik sebagai Media Pembelajaran

Kata ilustrasi dan musik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),43 ilustrasi yaitu penjelasan tambahan berupa contoh, bandingan, dsb untuk lebih memperjelas paparan (tulisan dsb), sedangkan arti kata musik yaitu nada atau suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan (terutama yang menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu). Pengertian ilustrasi musik dalam KBBI adalah musik yang mengiringi pertunjukan sandiwara di pentas atau melatari film. Ilustrasi musik bukan hanya untuk mengiringi pertunjukan sandiwara atau melatari film saja tetapi bisa juga menjadi sebuah media

43

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. 526 dan 943.


(55)

pembelajaran. Ilustrasi musik dapat mengubah lingkungan belajar menjadi menyenangkan sehingga para siswa pun antusias untuk belajar.

Musik sangat penting untuk lingkungan Quantum Teaching

karena musik sebenarnya berhubungan dan mempunyai kondisi fisiologis selama melakukan pelajaran mental yang berat, tekanan darah dan denyut jantung cenderung meningkat, dan otot-otot menjadi tegang. Selama relaksasi dan meditasi, denyut jantung dan tekanan darah menurun dan otot-otot mengendur.

Musik sangat berpengaruh pada guru dan pelajar. Sebagai seorang guru, dapat menggunakan musik untuk menata suasana hati, mengubah keadaan mental siswa, dan mendukung lingkungan belajar. Musik membantu pelajar bekerja lebih baik dan mengingat lebih banyak. Musik merangsang, meremajakan, dan memperkuat belajar, baik secara sadar maupun tidak sadar. Di samping itu, kebanyakan siswa memang mencintai musik.44

Penelitian di Universitas California mengungkapkan bahwa masing-masing otak (otak kiri dan otak kanan) mengendalikan aktivitas intelektual yang berbeda-beda sesuai dengan tugas yang sudah menjadi tugas masing-masing. Hal inilah yang menyebabkan tidak terjadinya tumpang tindih antara otak kanan dan otak kiri, karena keduanya mempunyai ruang yang berbeda. Otak kiri menangani

44


(56)

masalah tentang angka, susunan, logika, organisasi, dan hal lain yang memerlukan pemikiran lebih rasional. Sedangkan otak kanan mengurusi masalah pemikiran yang abstrak dengan penuh imajinasi. Misalnya warna, ritme, musik, dan proses pemikiran lain yang memerlukan kreativitas, orisinilitas, daya cipta, dan bakat artistik.45

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa musik berpengaruh signifikan terhadap konsentrasi, kesehatan, daya ingat, kreativitas dan daya pikir. Bahkan mahasiswa yang diperdengarkan musik-musik klasik beberapa jam sebelum tes IQ berakibat pada bertambahnya nilai IQ para mahasiswa tersebut dibanding jika mereka tidak didengarkan musik klasik.46

Para ahli percaya bahwa pelatihan menggunakan musik membentuk jalur baru di dalam otak. Pelatihan menggunakan musik juga memberikan lebih dari sekedar hubungan sebab akibat terhadap perkembangan bagian-bagian tertentu dari otak secara jangka panjang. Musik memicu keterkaitan yang lebih besar dari stimulus lainnya terhadap belahan otak sebelah kiri dan otak kanan. Musik juga memicu keterkaitan yang lebih besar diantara bidang-bidang di dalam otak yang bertanggung jawab atas emosi dan ingatan. Menggunakan musik sebagai alat untuk memaksimalkan potensi manusia merupakan upaya yang sangat berarti. Musik mampu memotivasi dan mendorong

45Miftahul A‘la,

Quantum Teaching (Yogyakarta: DIVA Press, 2010), h. 25-26.

46Amrizal, ―Peranan Musik dalam Pembelajaran‖, artikel diakses pada pukul 15:50, tanggal 6 April 2011 dari http://lembaga-pendidikan-pengabdian-knpi.blogspot.com/2010/07/peranan-musik-dalam-pembelajaran.html


(57)

partisipasi dalam kegiatan yang akan membantu meraih tujuan di dalam fungsi-fungsi sosial, bahasa dan motorik.47

Di negara-negara maju, musik telah dimanfaatkan untuk kepentingan umum dan bukan hanya pada kepentingan musik. Bank, dokter gigi, agen asuransi rumah sakit dan tempat-tempat yang berhubungan dengan orang banyak telah memanfaatkan musik untuk kepentingan tertentu. Negara Indonesia belum mampu untuk melihat prospek musik dari aspek manfaat. Musik masih difungsikan untuk sekedar hiburan dan menjadi disiplin khusus yang sangat spesial sehingga terasa sulit untuk disejajarkan dengan disiplin ilmu lain. Plato pernah berkata, ―Di dalam pendidikan, musik menduduki posisi tertinggi karena tidak ada satupun disiplin yang dapat masuk ke dalam jiwa dan menyertai dengan kemampuan bertahap melebihi irama dan

harmoni‖.48

Musik sepertinya merupakan sistem yang sudah terpasang pada otak kita. Dalam Origins of Music, Wallin, Merker, dan Brown (1999) mengatakan bahwa musik merupakan bentuk komunikasi universal yang mempengaruhi pemeliharaan spesies dan memainkan peran dalam menarik pasangan, mengikat, dan harmoni. Weinberger (2004), seorang neuroscientist pada University of California di Irvine, menunjukan bahwa temuan-temuan baru mendukung teori bahwa otak dikhususkan untuk membangun blok musik. Risetnya mengemukakan

47 Ibid. 48


(58)

bahwa auditory cortex menanggapi titinada dan bukan hanya frekuensi suara mentah dan bahwa sel-sel otak individual mengolah kontur melodi.49

Dampak musik dapat dirasakan juga pada detak jantung, seperti diukur dengan denyut, yang cenderung sinkron dengan hentakan musik yang sedang kita dengar—semakin cepat musik, semakin cepat denyut. Tubuh ikut beresonansi dengan panjang gelombang molekul yang stabil; musik memiliki frekuensinya sendiri, yang entah beresonansi pada frekuensi yang sama, kita merasa nyaman, kita belajar lebih baik, dan kita akan lebih sadar dan siaga.50 Jadi, dengan musik, kegiatan belajar mengajar akan terasa menyenangkan.

Menurut Eric Jensen, efek potensial musik terhadap pikiran dan tubuh mencakup berikut ini:

1. Meningkatkan energi otot. 2. Meningkatkan energi molekuler. 3. Mempengaruhi detak jangtung. 4. Mengurangi sakit dan stres.

5. Mempercepat penyembuhan dan pemulihan pasien bedah. 6. Menghilangkan kelelahan.

7. Membantu dalam melegakan emosi.

8. Merangsang kreativitas, sensitivitas, dan berpikir.

49

Eric Jensen, Pemelajaran Berbasis-Otak: Paradigma Pengajaran Baru (Jakarta: PT Indeks, 2011), h. 101

50 Ibid.


(59)

Selanjutnya, berikut ini adalah manfaat pembelajaran yang dianggap berasal dari musik:

1. Relaksasi dan pengurangan stres (stres menghambat pembelajaran). 2. Mendorong kreativitas melalui aktivasi gelombang-otak.

3. Stimulasi imajinasi dan pemikiran.

4. Stimulasi keterampilan gerakan (motor), berbicara, dan vokabulari. 5. Pengurangan dalam masalah disiplin.

6. Pemfokusan dan pengaturan energi kelompok. 7. Transmisi informasi sadar dan bawah sadar.

Menurut Hernowo, berikut adalah beberapa kegiatan yang bisa ditingkatkan oleh musik:51

1. Mengerjakan karya seni maupun ilmiah. 2. Menulis naskah atau artikel.

3. Belajar untuk ujian atau membantu anak-anak belajar. 4. Membaca novel atau buku teks.

5. Menyiapkan bahan kuliah atau bahan lokakarya. 6. Menulis karangan.

7. Berlatih yoga, tai chi, atau bentuk meditasi fisik yang lain. 8. Mencari ilham untuk karya kelompok.

9. Menghafal pidato atau naskah untuk peran sebuah drama. 10.Menciptakan program komputer yang baru.

51


(60)

Menurut Hernowo dalam bukunya, Quantum Writing, musik bisa secara fenomenal membantu pembelajaran dan untuk belajar. Orang-orang yang menerapkan teknik Superlearning biasanya memutar musik yang temponya lambat atau largo karena musik dengan tempo lambat, yaitu 60 ketukan per menit, mampu menurunkan gelombang otak dan detak jantung sehingga memicu relaksasi yang lebih dalam.

Berikut ini adalah cara melatih keahlian berimajinasi menurut Hernowo:

1. Cari tempat yang tenang untuk duduk atau berbaring.

2. Sebelum musik diputar, yakinkan diri bahwa Anda akan mengamati setiap citra dan keterkaitan yang muncul.

3. Amati setiap perasaan yang muncul bersama dengan pencitraan tersebut.

4. Bayangkan Anda berada di alam terbuka, di sebuah tempat yang Anda sukai.

5. Putar Intriduction and Allegro dari Ravel atau Prelude to the Afternoon of Faun. Biarkan musik membawa Anda pergi.

6. Catat di dalam buku harian Anda, citra, keterkaitan, dan emosi yang muncul. Tulis secepat mungkin, jangan berpikir.

Cara membuat karangan dengan iringan musik menurut Hernowo:

1) Untuk memicu kreativitas yang lebih dalam dan lebih introspektif, putar Brandenburg Concerto No. 5 (movement kedua) karya Bach.


(61)

2) Siapkan pena dan kertas kosong yang tidak bergaris.

3) Dengarkan dalam suasana santai, pertama-tama tarik napas dalam, kemudian lakukan sedikit latihan peregangan.

4) Setelah musik mulai diputar, bayangkan Anda berada di sebuah jalan setapak. Perhatikan bagaimana bentuknya dan rasakan permukaannya di bawah telapak kaki Anda. Perhatikan suasana keliling Anda. Kemudian, biarkan musik menunjukan kepada Anda, kemana jalan tersebut mengarah.

5) Setelah selesai, putar sekali lagi.

6) Sambil mendengarkan, tuliskan kemana jalan setapak itu membawa Anda pergi.

Jadi, media ilustrasi musik dalam pembelajaran menulis terutama menulis puisi sangat mempengaruhi konsentrasi, kesehatan, daya ingat, kreativitas, imajinasi dan daya pikir siswa sehingga pengaruh tersebut dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa. Pengaruh peningkatan kemampuan menulis puisi para siswa tersebut perlu dibuktikan dengan penelitian. Oleh karena itu, penulis meneliti bagaimana peningkatan kemampuan menulis puisi siswa kelas X dengan media ilustrasi musik.


(62)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA PGRI 22 Serpong. Sekolah ini terletak di Jalan Pahlawan Seribu No. 60, Tangerang Selatan, Banten. 2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun ajaran 2011-2012, tepatnya selama tiga bulan, mulai dari bulan Juli s.d September 2011. Waktu untuk mengajar adalah dua kali pertemuan dengan siswa.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Pemilihan metode ekperimen ini berdasarkan karena peneliti ingin mengetahui secara pasti pengaruh penggunaan media ilustrasi musik terhadap kemampuan menulis puisi siswa di dua kelompok sampel yang dijadikan penelitian. Menurut Sugiyono, penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.52 Menurut Burhan Bungin:

52

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D) (Bandung: Alfabeta, 2010) cet.9, h. 107


(63)

apabila penelitian bertujuan meramalkan dan menjelaskan hal-hal yang terjadi atau yang akan terjadi di antara variabel-variabel tertentu melalui upaya manipulasi atau pengontrolan variabel-variabel tersebut atau hubungan di antara mereka, agar ditemukan hubungan, pengaruh, atau perbedaan salah satu atau lebih variabel, maka penelitian yang demikian disebut penelitian eksperimen.53

Jadi, metode eksperimen yaitu suatu cara untuk mencari hubungan sebab-akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu kelakuan. Untuk itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain penelitian “Posttest-Only Control Design”.

Tabel. 1

Desain Metode Penelitian

(Sugiyono, 2010 : 112)

Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). Kelompok yang diberi perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut

kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut

53

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2010), h.39

R X O2


(64)

kelompok kontrol. Pengaruh adanya perlakuan (treatment) adalah (O1:O2). Dalam penelitian yang sesungguhnya, pengaruh treatment dianalisis dengan uji beda, pakai statistik t-test misalnya. Kalau terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka perlakuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini mencakup:

1. Angket

Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.54 Dalam penelitian ini responden diberi instrumen angket yang berisi daftar pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Pada penelitian ini, angket yang peneliti gunakan berisi tentang dua hal utama yakni bagaimana respon siswa pada media ilustrasi musik yang digunakan dalam pembelajaran menulis puisi dan substansinya. Angket dalam penelitian ini berjumlah 15 pertanyaan. Untuk menghitung persentase data angket, yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

54


(1)

menulis puisi untuk selanjutnya, diperoleh 50% menyatakan sangat setuju, 38,5% menyatakan setuju, dan 11,6% menyatakan kurang setuju. Dari hasil persentase tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa separuh dari siswa menyatakan sangat setuju terhadap penerapan media ilustrasi musik untuk pembelajaran selanjutnya.


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan pada perolehan data di lapangan melalui berbagai rangkaian penelitian, pengolahan data serta menjawab hipotesis penelitian maka diperoleh kesimpulan akhir untuk menjawab pertanyaan penelitian mengenai pengaruh media ilustrasi musik terhadap kemampuan menulis puisi kelas X SMA PGRI 22 Serpong. Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil pembelajaran berupa karya puisi dan perhitungan statistik diketahui bahwa terdapat pengaruh media ilustrasi musik terhadap kemampuan menulis puisi siswa kelas X SMA PGRI 22 Serpong.

B. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan di atas, penulis menyampaikan saran sebagai berikut.

1. Para guru Bahasa dan Sastra Indonesia hendaknya memandang bahwa pembelajaran menulis puisi merupakan bagian yang penting dan tak terpisahkan dari mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, sehingga kita perlu memperhatikan kemampuan siswa dalam menulis puisi yang baik. 2. Para guru Bahasa dan Sastra Indonesia hendaknya lebih bervariasi dalam

memilih teknik dan media pembelajaran menulis puisi agar siswa menjadi


(3)

lebih berminat mengikuti proses pembelajaran sehingga pembelajaran puisi tidak menjenuhkan.

3. Salah satu alternatif dalam menggunakan media pembelajaran puisi adalah penggunaan media ilustrasi musik yang telah terbukti dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi dan membuat pembelajaran materi menulis puisi menjadi menyenangkan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

A‘la, Miftahul. Quantum Teaching. Yogyakarta: DIVA Press. 2010.

Amrizal,S.Si.,M.Pd. ―Peranan Musik dalam Pembelajaran‖, artikel diakses pada pukul 15:50, tanggal 6 April 2011 dari http://lembaga-pendidikan-pengabdian-knpi.blogspot.com/2010/07/peranan-musik-dalam-pembelajaran.html

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2002.

Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2010. Beaty, Jerome, dkk. The Norton Introduction to Literature-Shorter eighth edition.

London: W.W. Norton & Company, Inc. 2002.

Bheda, Khris. ‗Sastra, Dulce et Utile‘, artikel diakses pada 19 Juni 2011pukul 17.10 WIB dari http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=18007 Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada

Media Grup. 2010.

Cahyani, Isah, dan Hodijah. Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD. Bandung:UPI PRESS. 2007.

DePorter, Bobbi, dan Mike Hernacki. Quantum Learning. Bandung: Mizan Media Utama. 2003.

Deporter, Bobbi, dkk. Quantum Teaching. Bandung: PT Mizan Pustaka. 2010. Hadeli. Metode Penelitian Kependidikan. Ciputat: Quantum Teaching. 2006. Hadi, Sutrisno. Statistik 2. Yogyakarta: Andi Offset. 1996.


(5)

Hernowo. Quantum Writing: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya Potensi Menulis. Bandung: Mizan Learning Center. 2003.

Jabrohim, dkk. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2001.

Jensen, Eric. Pemelajaran Berbasis-Otak: Paradigma Pengajaran Baru.Jakarta: PT Indeks. 2011.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2008.

Keraf, Gorys.Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2010.

Lilis, Nenden. A. Tips Praktis Menulis Kreatif. Bandung: Rumput Merah. 2007. Munadi, Yudhi.Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Tangerang:

Gaung Persada Press. 2008.

Nurmalasari, Vita. ―Pembelajaran Menulis Kreatif Naskah Drama Dengan Menggunakan Pendekatan Partisipatif Pada Siswa Kelas XI IPA 3 Sman 23 Bandung : Studi Praeksperimen.” Skripsi S1 Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia. 2008.

Pradopo, Rachmat Djoko. Puisi. Jakarta: Universitas Terbuka. 2010.

Rosyid, Abdur. ―Puisi-Pengertian dan Unsur-unsurnya‖, artikel diakses pada 9

Juni 2011 pukul 17.54 WIB dari

http://www.abdurrosyid.wordpress.com/2009/07/27/puisi-pengertian-dan-unsur-unsurnya/

Sadiman, Arief S., (dkk). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo. 2009.


(6)

Santosa, R.Gunawan. Statistik.Yogyakarta: Andi. 2004. Semi, Atar. Anatomi Sastra. Padang : Angkasa Raya. t.t.

Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. Jakarta : PT Grasindo. 2008.

Siswantoro. Apresiasi Puisi-puisi Sastra Inggris. Surakarta: Muhammadiyah University Press. 2002.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. 2010.

Sukino. Menulis itu Mudah. Yogyakarta: Pustaka Populer LKiS. 2010.

Tarigan, Henry Guntur. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. 2008.

Usman, Husaini, dan R. Purnomo Setiady Akbar. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara. 2008.

Waluyo, Herman J. Teori dan Apresiasi Puisi. Surakarta: Erlangga. 1995.

Yunus, Suparno Mohammad. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka. 2009.


Dokumen yang terkait

Perbandingan Kemampuan Menulis Puisi Antara Siswa Boarding School Dan Siswa Sekolah Umum (Studi Kasus Di Kelas Vii Smp Khadijah Islamic School Jakarta Selatan Dan Siswa Kelas Vii Mts Cendekia Muslim Bogor) Tahun Pelajaran 2013-2014

2 9 89

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN LAGU TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PUISI DITINJAU DARI PEMAHAMAN BAHASA FIGURATIF

1 5 94

PENGARUH MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI OLEH SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016.

0 3 11

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN PETA PIKIRAN TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PUISI OLEH SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 NAMORAMBE TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014.

0 2 23

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS X-1 SMA Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Dengan Menggunakan Media Audiovisual Pada Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 1 Sambi Tahun Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 1 16

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS X-1 Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Dengan Menggunakan Media Audiovisual Pada Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 1 Sambi Tahun Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 3 14

PENGARUH MEDIA VIDEO SIBOLANG TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PUISI OLEH SISWA KELAS X SMA TAMAN SISWA MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014.

0 1 27

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA ILUSTRASI LAGU PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII B SMP Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan Media Ilustrasi Lagu pada peserta Didik Kelas VIII B SMP Negeri 3 Sawit Boyolali Tahun Ajaran 2010/2011.

1 1 16

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO KEKAYAAN ALAM TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA.

1 9 37

PENGARUH MODEL KREATIF PRODUKTIF TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA CERPEN SISWA KELAS X-IPA MAM 09 LAMONGAN TAHUN AJARAN 20172018

0 1 12