S3 membaca ulang lagi pertanyaaan nomor 7 19.
O : kenapa kamu memilih penjumlahan? 20.
S3 : kayaknya pengurangan. 21.
O : coba kamu cermati sekali lagi pertanyaannya. Mengapa kamu memilih penjumlahan, bukan pengurangan atau perkalian atau
pembagian. 22.
S3 : inikan penambahan. inikan sudah 344, trus penonton pada hari ke-2 562. Berarti itu ditambah. Penonton pada hari pertama dan hari ke 2
harus dijumlahkan untuk memperoleh jumlah keseluruhan penonton. 23.
O : benar sekali jawabanmu itu...........trus yang nomor 8? Kenapa kamu kurangkan? Sekarang coba kamu baca soalnya.
S3 membaca soal nomor 7 dengan seksama dan O mulai mengujinya dengan beberapa pertanyaan
24. O : kenapa kamu tidak memilih penjumlahan atau perkalian atau
pembagian malah memilih pengurangan? 25.
S3 : Se.....kayaknya pengurangan. Ahhhh...nggak tau. 26.
O : nah sekarang yang dketahui adalah jumlah penduduknya dan jumlah laki-laki. Dan yang ditanyakan adalah berapa jumpah perempun. Nah,
berarti yang ditanyakan adalah??? Yang tadi kamu bilang itu lho 27.
S3 : pengurangan. 28.
O : kenapa? 29.
S3 : ohhhh...salah, perkalian..... 30.
O : lho kenapa tanya sekarang menjadi perkalian? 31.
S3 : hah...trus apa? Kayaknya pengurangan karena kita mau mencari jumlah perempuan.
32. O : iya benar sekali........
E. Analisis Data
a. Analisis Proses Pembelajaran Matematika Bagi Anak Tunagrahita Mampu
Didik 1
Analisis Perencanaan Pembelajaran Matematika Berdasarkan  hasil  wawancara  peneliti  dengan  guru  diketahui
bahwa  perencanaan  pembelajaran  matematika  bagi  anak  tunagrahita mampu  didik  diawali  dengan  rencana  asumsi  dasar  pembelajaran
yakni penyusunan RPP berdasarkan KTSP disusun bersama oleh guru, kepala sekolah, komite sekolah, dan yayasan yang kemudian disahkan
ke  Dinas  Provinsi  yang  dilaksanakan  setiap  tahun.  Untuk  anak  SLB pembelajarannya  sudah  tematik  seperti  pada  kurikulum  2013.  Dalam
penyusunan  RPP  ini  guru  mengumpulkan  data-data  mengenai  siswa yang akan dididik. Data yang dimaksud diperoleh dari orang tua atau
orang  yang  terlibat  mendampingi  anak,  akan  tetapi  belum  secara tertulis.  Untuk  pengembangan  RPP  dibuat  dalam  indikator  yang
memiliki  indikasi  yang  berbeda  bagi  setiap  anak.  Indikasi  yang dimaksud  yaitu  penyusunanannya  disesuaikan  dengan  tingkat
kemampuan  setiap  anak.  Misalnya,  dalam  satu  kelas  terdiri  dari beberapa siswa. Dari pengembangan indikator ini mungkin satu siswa
menguasai  1  indikator,  sementara  yang  lain  sudah  menguasai  3 indikator.
Dalam  mengajarkan  matematika  bagi  anak  tunagrahita  mampu didik  guru  harus  banyak  latihan,  khusunya  dalam  mengajarkan
matematika dengan menggunakan bahasa yang sederhana supaya lebih mudah  dipahami  siswa  mengingat  anak  tunagrahita  mampu  didik
kesulitan  dalam  berpikir  abstrak.  Selain  itu,  guru  juga  merencanakan RPI Rencana Pengajaran Individual bagi setiap siswa yang mengacu
pada  pendampingan  individual  yang  bagaimana  yang  akan dilaksanakan dalam pengajaran khususnya di kelas. Akan tetapi, untuk
saat ini guru belum menyusun RPP maupun RPI yang akan digunakan saat  mengajar.  Hal  ini  disebabkan  karena  adanya  rotasi  kerja  guru
yang  sebelumnya  mengajar  anak  tunagrahita  mampu  latih  sehingga
dibutuhkan  waktu  untuk  mengenal  anak  lebih  dekat  supaya  RPP maupun  RPI  yang  akan  disusun  guru  sesuai  dengan  tingkat
kemampuan anak. Selain itu, buku matematika khusus anak tunagrahita mampu didik
belum ada khususnya di SLB Yapenas.  Hal  ini menjadi  kendala bagi guru  karena  harus  mencari  materi  yang  sesuai  dengan  SK-KD  dari
buku matematika  yang diperuntukkan bagi  anak  normal,  seperti  anak tunagrahita mampu didik kelas VI materinya ada di buku kelas III, IV
bahkan kelas II untuk anak normal. Sementara persediaan buku cukup terbatas serta kurangnya alat bantu pembelajaran.
2 Analisis Pelaksanaan Pembelajaran
Analisis  pelaksanaan  pembelajaran  ini  terdiri  dari  topik  data, kategorisasi  data,  dan  analisis  berdasarkan  kategorisasi  yang  telah
dibuat. a
Topik Data Topik
data pembelajaran
adalah deskripsi
singkat pelaksanaan pembelajaran matematika bagi anak tunagrahita yang
disusun  berdasarkan  transkrip  video  selama  berlangsungnya pembelajaran. Adapun topik data ini dikumpulkan sebanyak 5 kali
pertemuan.
Tabel 4.13 Topik Data Pertemuan Pertemuan I – V
No Topik Data
Bagian Data 1.
G membagikan buku paket I : 1
– 3 2.
G menyampaikan materi yang akan dipelajari I : 1-3
III : 254 3.
G  melakukan  kegiatan  apersepsi  dengan  mengingatkan pelajaran sebelumnya.
I : 4 – 5
III : 1 IV : 1-5
4. G  menjelaskan  materi  menggunakan  contoh  yang
sederhana dan melibatkan S saat menjelaskan. I : 6
– 9 II : 5
– 6 5.
G  melakukan  tanya  jawab  dengan  S  saat  berlangsungnya pembelajaran.
I : 19 – 25, 29-37
II : 7-8 6.
G  memberikan  reward  bagi  S  yang  menjawab  pertanyaan dengan benar.
III : 14-33, 132-134 V : 96
7. G  melibatkan  S  dalam  setiap  tahapan  pembelajaran  baik
membaca,  menyelesaikan  soal  di  papan  tulis  maupun secara lisan.
I : 10-18, 27 III : 2-13
V : 6-25 8.
G  menjelaskan  kembali  materi  secara  mendetail  sebagai penegasan  dari  penjelasan  sebelumnya  supaya  S  semakin
paham. I : 26, 38
II : 9-15, 34-35 III : 55-56, 255-284
IV : 45-50
9. Untuk meningkatkan pemahaman S, G memberikan latihan
soal. I : 38
III : 304-309 IV : 55-56
10.  G  memberikan  pendampingan  secara  individual  bagi masing-masing S.
I : 39-46 III : 316-325
IV :80-92 V : 101-117
11.  G memotivasi S supaya rajin belajar. I : 56-68
II : 16-21,53-62 III : 62-69
V : 119-120
12.  G  menegur  S  yang  kurang  serius  memperhatikan penjelasan dari G.
I : 19-20, 55 III : 180-183
13.  G  lebih  banyak  mengajukan  pertanyaan    pada  S3  yang memiliki konsentrasi dan tingkat pemahaman lebih rendah
dari kedua temannya. III : 34-41,
98-107,169-170 V : 26-89
14.  G melibatkan S untuk aktif menjawab setiap pertanyaan G dengan  mengajukan  langsung  pertanyaan  pada  S  yang
ditunjuk  dan  akan  melempar  pertanyaan  jika  S  tidak mampu menjawab.
III  :  2-13,108-117, 171-179,
194-208 15.  G  berusaha  mengejar  jawaban  dari  S  untuk  pertanyaan
yang belum dijawab dengan benar. III : 42-54
16.  G  memberikan  respon  yang  baik  terhadap  pertanyaan setiap S.
II : 37-47 III : 70-94
17.  G  memberikan  kesempatan  pada  S  untuk  meningkatkan pemahamannya
dengan mempelajari
materi atau
mengerjakan soal yang lebih tinggi. I : 47-54
V : 118
18.  G melakukan penanaman karakter yang baik pada S dalam pembelajaran.
III : 67-61, 225-247, 301-315
19.  G  memberikan  pertanyaan  balikan  dari  penjelasan  materi yang baru diberikan.
III : 118-131 IV :51-54
20.  G  menjelaskan  materi  dengan  memberikan  contoh  soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari S.
II : 73-83 III  :  146-163,  215-
224 21.  G  menggunakan  penggaris  sebagai  alat  peraga  untuk
menjelaskan pengukuran. II : 36-38
22.  S terlibat aktif dalam pembelajaran, menjawab pertanyaan, mengajukan  pertanyaan  maupun  memberi  tanggapan
terhadap penjelasan G. II : 63-69
III : 209-214 IV : 6-13, 57-78
23.  G  mengajak  S  untuk  melihat  orientasi  matematika  dalam kehidupan sehari-hari.
II : 48-52 III : 164-168
24.  S1 membantu S3 menyelesaikan soal yang belum selesai. III : 331-352
25.  G  melakukan  evaluasi  pada  akhir  bab  dengan  soal  yang berbeda  untuk  setiap  S  sesuai  dengan  tingkat  kemampuan
mereka. V : 99-100
26.  G mengoreksi hasil penyelesain soal evaluasi V : 118, 122
27.  G memberikan PR I : 69
III : 353
b Kategorisasi Data
Kategorisasi  data  yakni  gagasan  abstrak  mengenai  makna yang  terkandung  dalam  topik  data  proses  pelaksanaan
pembelajaran matematika bagi anak tunagrahita mampu didik.
Tabel 4. 14 Kategorisasi Data Pembelajaran Pertemuan I-V
No KategorisasiSub Kategori
Topik Data 1.
Pengkodisian sebelum mengajar 1.1
Guru mempersiapkan materi yang akan diajarkan. 1.2
Guru menyampaikan materi yang akan diajarkan. 1.3
Guru melakukan kegiatan apersepsi. 1.4
Guru  menciptakan  hubungan  personal  yang  baik  dengan siswa.
1 2
3 15
2. Pengkondisian saat berlangsungnya proses belajar
3.1 Guru  mengajak  siswa  untuk  aktif  dalam  setiap  tahapan  5,7, 14, 22
pembelajaran. 3.2
Guru  melakukan  pengajaran  langsung  disertai  dengan contoh berkaitan dengan hidup sehari-hari.
3.3 Guru  memberikan  reward  pada  siswa  yang  berani
berpendapat. 3.4
Guru memotivasi siswa supaya rajin belajar. 3.5
Guru melakukan penegasan materi 3.6
Untuk  meningkatkan  pemahaman  siswa  guru  memberikan soal latihan.
3.7 Guru  memberikan  pendampingan  individual  pada  siswa
ketika mengerjakan soal. 3.8
Siswa diberi kesempatan untuk membantu temannya yang mengalami kesulitan.
4, 20 6
11 8
9 10
24 3.
Tindak lanjut sesudah mengajar 3.1
Guru melakukan evaluasi pada akhir bab pembelajaran. 3.2
Guru mengoreksi hasil pekerjaan siswa. 3.3
Guru memberikan PR. 25
26 27
c Analisis pelaksanaan pembelajaran
Dalam  pelaksanaan  pembelajaran  guru  membuka  pelajaran dengan  melakukan  apersepsi,  mengingatkan  kembali  materi
sebelumnya, membahas PR dan menjelaskan kembali kepada siswa jika  ada  penyelesaian  siswa  yang  salah.  Dalam  kegiatan  apersepsi
guru  melakukan  tanya  jawab  dengan  siswa  dengan  mengajukan pertanyaan secara lisan. Selanjutnya, guru memberitahukan kepada
siswa  tentang  materi  yang  akan  dipelajari.  Kemudian,  guru  mulai menjelaskan  materi  dengan  menuliskan  beberapa  contoh  soal  di
papan  tulis  untuk  dibahas  bersama.  Guru  membahas  penyelesaian dari soal-soal tersebut secara runtut dari awal sampai akhir dengan
sesekali  memberikan  beberapa  pertanyaan  kepada  siswa  atau meminta  siswa  untuk  mengerjakan  di  papan  tulis.  Guru
mengusahakan  supaya  semua  siswa  terlibat  aktif  dalam  setiap tahapan pembelajaran.
Setelah semua soal selesai  dibahas,  guru  memberikan  beberapa soal  lagi  yang  diambil  dari  buku  paket  dan  meminta  siswa
mengerjakan  soal-soal  tersebut  di  buku  mereka.  Selama  siswa mengerjakan,  guru  berkeliling  kelas  untuk  memeriksa  pekerjaan
siswa,  membantu  siswa  yang  mengalami kesulitan  dan
mengingatkan siswa yang tidak mau mengerjakan soal agar segera mengerjakannya.
Secara  umum,  metode  yang  digunakan  guru  adalah  metode ekspositori dimana guru mengajak siswa aktif dengan lebih banyak
memberikan  contoh-contoh  soal  pemecahan  masalah.  Selain  itu, juga  digunakan  metode  penugasan.  Dalam  mengajar,  guru  tidak
menggunakan alat bantu belajar khusus seperti alat peraga atau alat bantu  lainnya.  Guru  memberikan  umpan  balik  terhadap  apa  yang
telah disampaikan dengan menanyakan kepada siswa apakah siswa dapat memahami materi yang telah disampaikan atau belum.
Sebelum  menutup  pelajaran,  guru  memberikan  penguatan tentang materi yang baru saja dipelajari. Pada akhir pelajaran, guru
juga  memberikan  pekerjaan  rumah  untuk  dikerjakan  dan  dibahas pada
pertemuan berikutnya.
Pertemuan berikutnya,
guru
menanyakan  tentang  PR  yang  telah  diberikan  dan  memberikan sanksi  pada  siswa  yang  tidak  mengerjakan  sesuai  dengan
kesepakatan  yang  telah  dibuat  guru  dengan  siswa.  Kegiatan berikutnya  tidak  jauh  berbeda  dengan  pertemuan  sebelumya  yaitu
diisi dengan latihan soal. a.
Analisis Evaluasi Pembelajaran Matematika Evalusi  pembelajaran  matematika  bagi  anak  tunagrahita  mampu
didik  yaitu  diawali  dengan  asesmen.  Asesmen  ini  dilakukan  selama berlangsungnya  proses  pembelajaran  di  kelas  tetapi  tidak  secara
tertulis.  Guru  beranggapan  kalau  sudah  lama  mengajar  di  SLB tentunya  sudah  cukup  paham  dan  tahu  mengenai  karakteristik  anak
didiknya. Selain itu, guru juga tidak menggunakan alat bantu asesmen lembar  pengamatan  perkembangan  siswa  tetapi  penilaian  hanya
berdasarkan  pengamatan  kegiatan  sehari-hari  masing-masing  siswa baik  saat  berlangsungnya  kegiatan  belajar,  istirahat,  dan  kelas
keterampilan.  Dari  asesmen  ini  guru  berusaha  mengenal  kelebihan yang  dapat  ditingkatkan  dalam  diri  siswa  seperti,  kegiatan  menari,
main musik dan lain-lain. Adapun hal yang dilakukan selama asesmen yakni mengumpulkan
informasi  dari  berbagai  pihak,  seperti  orang  tua  atau  siapa  saja  yang terlibat  dalam  pendampingan  anak.  Selain  itu,  dalam  setiap  tahapan
pembelajaran  guru  juga  melakukan  asesmen.  Jadi,  intinya  seorang guru SLB harus tahu keseluruhan karakteristik setiap siswa, kelebihan
maupun  kekurangannya.  Untuk  penilaian  afektif,  psikomotorik dilakukan  guru  selama  siswa  berada  di  sekolah  yaitu  selama
berlangsungnya pembelajaran di kelas maupun saat kelas keterampilan dan  istirahat  dengan  mengamati  aktivitas  siswa  belum  tertulis.
Sementara  untuk  penilaian  kognitif  guru  banyak  memberikan  latihan soal  dan  melakukan  evaluasi  setiap  akhir  bab  pembelajaran  dengan
tingkat  kesulitan  yang berbeda untuk  setiap siswa sesuai dengan SK- KD dan materi yang sudah diajarkan  guru yang kemudian diolah pada
akhir  semester  dan  belum  membuat  catatan  kemajuan  belajar  siswa selama  berlangsungnya  kegiatan  belajar  secara  tertulis.  Jadi,  evaluasi
belajar  yang  dilakukan  guru  baru  sebatas  pengamatan  mengenai aktivitas  siswa  sehari-hari  di  sekolah  dan  berdasarkan  nilai  siswa
dalam  belajar  tetapi  guru  belum  membuat  catatan  kemajuan  yang dicapai siswa secara tertulis yang seharusnya dibuat di SLB.
b. Analisis  Aktivitas  Siswa  Saat  Berlangsungnya  Kegiatan  Pembelajaran
Matematika Mampu Didik. Observasi  terhadap  kegiatan  belajar  siswa  dilakukan  pada  saat
siswa menerima materi tentang perkalian dua angka dengan dua angka dan pembagian Pada umumnya, siswa memperhatikan penjelasan guru dengan
sungguh-sungguh.  Meskipun  kadangkala  ada  siswa  yang  asyik  dengan kegiatannya sendiri atau justru berbicara dengan temannya, namun setelah
diingatkan siswa kembali memperhatikan penjelasan guru.
Dibawah  ini  peneliti  akan  memaparkan  aktivitas  dari  masing- masing siswa.
1 Siswa satu S1
Selama  berlangsungnya  proses  pembelajaran,  S1  merupakan  siswa yang  paling  aktif.  S1  secara  aktif  menjawab  pertanyaan-pertanyaan
yang  diberikan  oleh  guru  baik  ketika  ditunjuk  maupun  tidak.  Selain itu, S1 juga aktif menanyakan hal-hal yang tidak diketahui dan ketika
mengalami  kesulitan  dalam  mengerjakan  soal.  Ketika  diminta  untuk mengerjakan  soal  yang  dituliskan  di  papan  tulis,  S1  berusaha  untuk
mengerjakannya  dengan  baik.  Selain  itu,  pada  saat  mengerjakan latihan  soal,  siswa  secara  bersungguh-sungguh  untuk  menyelesaikan
soal  yang  diberikan  oleh  guru  dan  berani  menanyakan  kepada  guru mengenai kesulitan yang dialami. Akan tetapi, jika soal latihan sudah
selesai  dikerjakan  dan  dikoreksi  guru,  S1  lebih  sering  sibuk  dengan diri sendiri.
2 Siswa dua S2
S2  sedikit  pemalu  dan  pendiam,  ketika  berlangsung  pembelajaran  S2 jarang  bertanya  pada  guru  kecuali  guru  menyuruh  S2  mengerjakan
soal dipapan tulis atau ditanya secara lisan. Jika guru bertanya pada S2 mengenai  cara  pengerjaan  soal,  S2  kadangkala  hanya  menjawab
dengan  tersenyum.  Akan  tetapi,  selama  guru  menjelaskan  S2  dengan sungguh-sungguh  mendengarkan.  Selain  itu,  S2  selalu  berusaha
mengerjakan latihan soal yang diberikan guru dengan baik.
3 Siswa tiga S3
Selama  berlangsungnya  pembelajaran  S3  berusaha  aktif  dalam  setiap tahapan pembelajaran baik bercerita mengenai kegiatan di rumah yang
berkaitan  dengan  pelajaran  ataupun  menjawab  pertanyaan  guru.  Jika S3  tidak  masuk  sekolah,  kelas  akan  terasa  sepi  karena  S3  sering
membuat lucu baik karena jawaban yang tidak sesuai dengan apa yang ditanyakan  guru  maupun  ketika  S3  sedang  tidak  konsentrasi  untuk
belajar. S3  sering  membuat  kegiatan  untuk  menarik  perhatian  dari  guru.
Selama  guru  tidak  menegur  maka  S3  akan  terus  sibuk  dengan kegiatannya  sendiri  dan  kurang  memperhatikan  guru  menjelaskan.
Akan tetapi, ada hal yang cukup menarik dari S3 yakni, walaupun S3 kelihatannya  kadang  kurang  memperhatikan  guru  saat  menjelaskan
namun  ketika  guru  bercerita  serta-merta  S3  akan  bercerita  mengenai pengalamannya.
c. Analisis Kesalahan yang Dilakukan Anak Tunagrahita Mampu Didik saat
Menyelesaikan Soal Matematika.
Tabel 4. 15 Analisis Kesalahan Anak Tunagrahita Mampu Didik dalam Menyelesaikan Soal
Soal Siswa
Jawaban Kesalahan
Penyebab
1. Kerjakanlah  soal  berikut
dengan baik dan jelas a.
250 230  +
b. 1.423
1.231 + S1
S2 S3
Penulis  tidak  melakukan  analisis  untuk  soal  nomor  satu  karena SS menjawab benar, dan berdasarkan hasil wawancara SS sudah
memahami soal dengan baik
2. Kerjakanlah
soal berikut dengan baik dan
jelas c.
364 122  -
d. 1.478
1.320 - S1
S2
S3 Penulis  tidak  melakukan  analisis  untuk  soal  nomor  dua  karena
SS menjawab benar, dan berdasarkan hasil wawancara SS sudah memahami soal dengan baik
3. Kerjakanlah  soal  berikut
ini dengan cara bersusun ke bawah
e. 45 x 9 =…
f. 26 x 7 =…
S1 Jawaban
S1 tidak
sesuai  dengan  cara yang
dimaksud dalam soal.
26 x 7 = 142 Lampiran 8 hal 43
S1 keliru
saat menjumlahkan hasil
perkalian yang
sudah ditemukan
sehingga hasil akhir menjadi salah
Dari hasil
wawancara diketahui  bahwa
S1 lupa
menjumlahkan bilangan
yang disimpan
WS1: 2 –6
S2 45
9  x 278
26 7 x
155 Lampiran 8 hal 44
Kesalahan perhitungan
S2 sudah paham bahwa  perkalian
adalah penjumlahan
berulang  tetapi Siswa
keliru menjumlahkan
WS2: 4-10 S3
Cara  S3  tidak  sesuai dengan
yang dimaksud dalam soal.
45 x 9 = 790 26 x 7 = 162
Lampiran 8 hal 45 S3  belum  mengerti
konsep perkalian
4. Kerjakan soal berikut
1.564 1.864 +
…. 784     _
.… S1
S3 S1, S3 menyelesaikan
soal dengan benar
S2 1564
1864  + 3518
784   _ 3274
Lampiran 8 hal 44 Kesalahan
perhitungan S2
kurang memahami  nilai
tempat, siswa
sudah benar saat menjumlahkan
tetapi menjadi
salah karena
keliru dalam
teknik menyimpan.
Seharusnya menyimpan
puluhan
tapi
justru satuan
yang  disimpan WS2 : 9-10
5. Kerjakanlah  soal  berikut
ini dengan baik dan benar g. 22 x 5 = … x 22 =…
h. 11 x 12=12 x…=… S1
S1 menyelesaikan
soal dengan benar. S2
g. 22 x 5 = 110 x 22 =
110 Lampiran 8 hal 44
S2 melakukan
kesalahan interpretasi  bahasa
dan konsep. S2
tidak memahami  sifat
komutatif dalam perkalian
WS2: 12-18.
S3 g.
22 x 5 = 210 x 22 = 110
h. 11 x 12 = 12 x 12 =
132 Lampiran 8 hal 45
S3 melakukan
proses  yang  keliru, siswa  tidak  paham
tentang sifat
komutatif penjumlahan  yang
sebelumnya  sudah diajarkan.
Siswa langsung
mengalikan dan
menuliskan hasilnya
sesudah tanda sama dengan,
terus mengalikan
lagi  sehingga  hasil yang  diperoleh  jadi
keliru kesalahan
data. S3  beranggapan
bahwa soal
yang salah WS3 : 1-12.
6. Carilah  hasil  pembagian
dari 125 : 5 =…
S1 S2
S1, S2 menyelesaikan soal dengan benar
S3 125 : 5 = 221
Lampiran 1 hal 45 S3
melakukan kesalahan
dalam perhitungan.  Siswa
belum  memahami konsep pembagian.
S3 memiliki
tingkat konsentrasi
yang rendah
dalam belajar
yang menyebabkan
cepat  lupa  pada materi
yang baru dipelajari.
7. Pertandingan  sepak  bola
berlangsung  selama  2 hari.  Jumlah  penonton
hari  pertama  344  orang dan penonton hari kedua
562.
Berapa jumlah
penonton seluruhnya? Penulis tidak melakukan analisis untuk soal nomor tujuh karena
SS menjawab benar, dan berdasarkan hasil wawancara SS sudah memahami soal dengan baik
8. Jumlah  penduduk  Desa  S1
S1, S3 menyelesaikan soal dengan benar
Bangun  Ria  786  orang. Jumlah  penduduk  laki-
lakinya 342
orang. Berapa jumlah penduduk
perempuan di
desa tersebut?
S3 S2
786 342 +
1128 Lampiran 1 hal 44
S2 melakukan
kesalahan interpretasi bahasa.
S2  beranggapan bahwa
kalau ditanya  jumlah
berarti ditambahkan.
Hal ini
juga menunjukkan
pada  kita  kalau siswa
belum memahami  soal
cerita WS2 : 22-28.
Dari  tabel  analisis  soal  diatas,  dapat  dilihat  bahwa  siswa tunagrahita  masih  banyak  melakukan  kesalahan  dalam  mengerjakan  soal
matematika  bahkan  yang  sederhana  sekalipun.    Hal  tersebut  mungkin terjadi karena kesulitan anak tunagrahita dalam berpikir abstrak. Selain itu,
anak  tunagrahita  cepat  lupa  walaupun  masih  baru  dipelajari.  Untuk  itu, anak  tunagrahita  mampu  didik  perlu  pendampingan  individual  yang  baik
supaya mampu memahami materi yang baru dipelajari.
F. PEMBAHASAN