Penapisan Virtual PV PENELAAHAN PUSTAKA

sehingga hasil perhitungan kimia komputasi dapat dibandingkan secara langsung dengan hasil skala laboratorium, seperti reaksi pada kondisi tekanan yang sangat tinggi atau melibatkan gas berbahaya Pranowo, 2004. Keunggulan dari studi kimia komputasi dalam menemukan obat baru adalah kimia komputasi medisinal ini menawarkan metode in silico yang dapat menggambarkan senyawa obat secara tiga dimensi 3D dan melakukan komparasi atas dasar kemiripan struktur dan energi dengan senyawa lain yang sudah diketahui memiliki aktivitas tinggi sehingga senyawa dengan aktivitas rendah dapat langsung dieliminasi tanpa harus diujicobakan lebih lanjut Pranowo dan Hetadi, 2010.

F. Penapisan Virtual PV

PV secara umum dapat dibagi menjadi dua: Penapisan Virtual Berbasis Struktur PVBS dan Penapisan Virtual Berbasis Ligan PVBL Cramp et al. , 2010. PVBS memiliki fokus utama pada prediksi geometrik kompleks protein- ligan dan afinitas ikatannya Schlosser, 2010 yang membutuhkan keberadaan struktur protein target De Graaf et al. , 2011. Sementara itu PVBL merupakan penapisan yang tidak membutuhkan struktur protein target dan metode ini dapat dimulai dengan memprofilkan senyawa-senyawa yang sudah terbukti aktif Cramp et al. , 2010. Penapisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah PVBS atau biasa dikenal dengan Structure Based Virtual Screening SBVS. Walaupun PVBS menggunakan waktu yang lebih lama daripada PVBL karena harus memperhitungkan struktur protein, namun PVBS dapat menghasilkan pose senyawa di dalam kantung ikatan yang membantu untuk optimasi selanjutnya Istyastono, 2013. Protokol penapisan yang dikembangkan Anita et al. 2012 divalidasi secara retrospektif dengan menggunakan antagonis RE α dan decoys diambil dari website DUD http:dud.docking.orgr2 yang dinilai berdasarkan nilai Enrichment Factor 1 EF 1 dengan cara membandingkan prosentase senyawa aktif true positives dan decoys yang diidentifikasi sebagai senyawa aktif false positives sejumlah 1 semakin besar nilainya berarti semakin baik protokol tersebut. Nilai EF 1 protokol yang dikembangkan oleh Anita et al. 2012, mengalami peningkatan dari protokol sebelumnya dari 12.7 menjadi 15.9 dan mengalami peningkatan lagi menjadi 21.2 setelah ditambahkan molekul air yang bersifat conserved Anita et al. , 2012. Protokol juga divalidasi secara internal dengan menggunakan cara yang objektif yakni ukuran nilai Root Mean Square Distance RMSD dengan tujuan dapat mengetahui apakah simulasi penambatan yang dilakukan menghasilkan pose ligan yang sesuai pose struktur kokristal Anita et al. , 2012. Nilai RMSD yang lebih besar dari 2 Ǻ menunjukkan bahwa senyawa yang diteliti memiliki keakuratan pose ligan yang buruk dan tidak diikutsertakan dalam proses selanjutnya, kemudian nilai RMSD antara 1.5-2 Ǻ menunjukkan bahwa biasanya pose ligan sudah akurat walaupun masih terdapat perbedaan, sedangkan nilai RMSD yang lebih kecil dari 1.5 Ǻ menunjukkan bahwa pose ligan yang dihasilkan sudah baik. Kemudian jika nilai RMSD lebih kecil dari 1.0 Ǻ, maka pose ligan yang dihasilkan sangat memiliki kecocokan dengan pose struktur ligan kokristal Schlosser, 2010 . Hasil dari penambatan molekul dengan aplikasi PLANTS 1.2 Korb, Stutzle, dan Exner, 2009 menghasilkan luaran berupa pose penambatan dan nilai ChemPLP yang akan digunakan sebagai masukkan untuk aplikasi PyPLIF Radifar et al. , 2013. ChemPLP merupakan scoring function dari hasil penambatan molekular yang bekerja dengan menilai interaksi yang ada berdasarkan gaya tarik-menarik dan tolak-menolak antara protein dan ligan Korb et al. , 2009. Nilai ini telah terbukti lebih efektif daripada scoring function lainnya untuk memprediksi pose dan penapisan virtual Liebeschuetz, Cole, dan Korb, 2012.

G. Sidik Jari Interaksi