259
Sistem Koloid SMA Jilid 2
3. Tuangkan air bersih kira-kira 5 liter ke dalam alat penyaring yang baru dirakit.
4. Siapkan kira-kira 5 liter air sungai air kotor dalam sebuah ember lain. Ukur pH air itu dengan indikator
universal. Kemudian tambahkan tawas kira-kira 500 mg, aduk dengan cepat kira-kira 3 menit. Diamkan air yang
sudah dicampur tawas itu selama kira-kira 15 menit sehingga koagulan yang terbentuk mengendap.
5. Tuangkan secara perlahan-lahan air dari langkah 4 ke dalam bak penyaring endapan jangan ikut.
Tampunglah air hasil penyaringan. Ukur pH air bersih yang diperoleh.
6. Tambahkan kapur kira-kira 300 mg ke dalam air bersih dari langkah 5 sehingga pH air menjadi sekitar 7.
7. Akhirnya tambahkan kira-kira 50 mg kaporit.
Hasil Percobaan 1. pH air kotor: ...
2. Setelah air kotor diaduk dengan tawas: ... 3. Air hasil penyaringan: ...
4. pH air hasil penyaringan: ... 5. pH air setelah penambahan kapur: ...
Koloid Liofil dan Liofob
Sol adalah suatu sistem koloid jika partikel dapat terdispersi dalam suatu cairan. Berdasarkan medium
pendispersinya, disebut hidrosol jika mediumnya air, alkosol bila mediumnya alkohol. Berdasarkan afinitas daya gabung
atau tarik-menarik fase terdispersi terhadap medium pen- dispersi, sol dibagi menjadi dua macam yaitu sol liofob dan
sol liofil.
1. Sol liofob
Sol liofob ialah sol yang fase terdispersinya mem- punyai afinitas yang kecil atau menolak medium pendis-
persinya. Liofob artinya takut cairan bahasa Yunani, lio
Di unduh dari : Bukupaket.com Sumber buku : bse kemdikbud
260
KIMIA SMA Jilid 2
= cairan, phobia = takut. Kebanyakan sol liofob dalam larutan air mendapatkan kestabilannya karena partikel
bermuatan.
Muatan diperoleh, antara lain karena terjadi adsorpsi ion sejenis oleh partikel koloid. Misalnya, pencampuran
perak nitrat dan kalium iodida dalam larutan air. Bila perak nitrat dalam konsentrasi berlebih, maka partikel akan
bermuatan positif, sedangkan bila kalium iodida berlebih, maka partikel akan bermuatan negatif.
[AgI] I
–
K
+
[AgI] Ag
+ 3
NO muatan negatif
muatan positif Dalam kedua hal, ion lawan tetap harus ada dalam
larutan akibat gaya elektrostatik. Elektrolit dalam jumlah yang kecil akan menstabilkan koloid, tetapi jika dalam
jumlah yang besar akan mengakibatkan koagulasi. Misalnya, sol FeOH
3
, As
2
S
3
, AgI, AgCl, dan sol belerang.
2. Sol liofil
Sol liofil adalah sol yang fase terdispersinya mempunyai afinitas yang besar atau mudah menarik
medium pendispersinya. Liofil artinya suka cairan bahasa Yunani, Philia = cinta. Partikel dari dispersi liofil
ini sebenarnya adalah molekul tunggal yang besar sehingga terdapat dalam daerah ukuran koloid. Sifat dari
dispersi jenis ini bergantung pada konsentrasi dan bentuk molekulnya. Misalnya, protein, kanji, gom, dan karet alam.
Perbedaan sol liofob dan sol liofil dapat dilihat pada tabel 9.3 berikut.
Di unduh dari : Bukupaket.com Sumber buku : bse kemdikbud
261
Sistem Koloid SMA Jilid 2
Tabel 9.3 Perbedaan sol liofob dan sol liofil
No. 1
2 3
4 5
6 7
8 9
Sol liofob kurang stabil
terdiri atas zat anorganik bermuatan listrik tertentu
kekentalannya rendah untuk koagulasi memerlukan
sedikit elektrolit gerak Brown sangat jelas
hanya dibuat dengan cara kondensasi partikel terdispersi mengadsorpsi ion
reaksinya irreversibel Sol liofil
stabil, mantap terdiri atas zat organik
muatan listrik bergantung pada medium kekentalannya tinggi
untuk koagulasi memerlukan banyak elektrolit
kurang menunjukkan gerak Brown umumnya dibuat dengan cara dispersi
partikel terdispersi mengadsorpsi molekul reaksinya reversibel
Jika medium pendispersinya air, kedua koloid tersebut masing-masing disebut hidrofil jika suka kepada
air dan di sekitar partikel mempunyai selubung air yang tebal, dan disebut hidrofob jika takut kepada air dan
mempunyai selubung air yang tipis.
Untuk mengendapkan koloid hidrofil diperlukan elektrolit yang lebih banyak. Hal ini disebabkan untuk
menetralkan muatan dan juga untuk menghilangkan selubung air. Cara lain untuk menghilangkan selubung
air digunakan alkohol. Oleh karena itu, koagulasi koloid hidrofil dapat berlangsung menurut beberapa langkah
sebagai berikut.
a. Jika koloid hidrofil mula-mula diberi elektrolit, kemudian alkohol, maka pertama-tama terbentuk hidrofob yang
tak bermuatan. Setelah itu, mengendap. b. Jika koloid hidrofil ditambah alkohol, lalu elektrolit, mula-
mula terbentuk koloid bermuatan, kemudian mengendap. Contoh pemanfaatan sifat hidrofil dan hidrofob yaitu
pada penggunaan sabun atau detergen dalam proses pencucian pakaian.
Di unduh dari : Bukupaket.com Sumber buku : bse kemdikbud
262
KIMIA SMA Jilid 2
Cara kerja sabun atau detergen: Dalam membersihkan kotoran yang melekat pada pa-
kaian, kulit atau benda-benda lainnya yang berasal dari debu, keringat, lemak, atau noda minyak dan sebagainya
prinsipnya sebagai berikut.
- Sabun cuci sering disebut juga sabun keras.
Contoh: Natrium stearat
- Detergen sintetik
Contoh: Natrium Alkil Benzana Sulfonat ABS
Cara kerja: Molekul sabun atau detergen terdiri dari dua bagian, yaitu:
- Bagian “ekor” adalah rantai hidrokarbon seperti
minyak bumi. Sebagai bagian molekul yang tidak suka dengan air disebut hidrofobik mempunyai sifat mudah
bercampur dengan lemak atau minyak. C
17
H
5
– C O
O – Na ½
¾ ¿
½ °
¾ °
¿
“kepala” “ekor”
bagian yang mudah bercampur dengan airhidrofilik
bagian yang mudah bercampur dengan
minyaklemak
CH
3
– CH
2 11
– C C – SO
3
– Na H
| C
H |
C
C |
H C
| H
bagian yang mudah bercampur dengan
minyaklemak
“kepala” “ekor”
bagian yang mudah bercampur dengan airhidrofilik
½ °
° °
° ¾
° °
° °
¿ ½
° °°
¾ °
° °¿
Di unduh dari : Bukupaket.com Sumber buku : bse kemdikbud
263
Sistem Koloid SMA Jilid 2
- Bagian “kepala” bersifat hidrofilik mudah bercampur
dengan air. Mula-mula bagian “ekor” masuk dalam kotoran atau lemak,
sedangkan bagian “kepala” ditarik oleh molekul air, maka kotoran pakaian dikelilingi molekul sabundetergen dan
lepas dari pakaian kemudian masuk ke dalam air.
Gambar 9.14 Sabun atau detergen dan kotoran pada kain
Dilihat ukuran partikelnya, sistem koloid terletak antara larutan sejati dan suspensi kasar. Oleh karena itu, pembuatan
koloid dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Cara dispersi