20 masing-masing bagian struktur gedung pada batas itu. Dalam segala hal, lebar sela
pemisah ditetapkan tidak boleh kurang dari 75 mm. Sela pemisah harus direncanakan detailnya dan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga senantiasa
bebas dari benda-benda penghalang. Lebar sela pemisah juga harus memenuhi semua toleransi pelaksanaan.
2.8 Titik Kinerja dan Target Perpindahan
Titik kinerja dan target perpindahan merupakan perpindahan maksimum yang terjadi saat bangunan mengalami gempa rencana. Untuk mendapatkan
perilaku struktur pasca keruntuhan digunakan analisa pushover untuk mendapatkan kurva hubungan gaya geser dasar dan perpindahan lateral dengan
titik kontrol minimal 150 dari titik kinerjatarget perpindahan. Kurva pushover dengan minimal 150 dari titik kinerja digunakan untuk melihat perilaku
bangunan pada kondisi yang melebihi rencananya. Titik kinerjatarget perpindahan merupakan rata-rata nilai dari beban gempa rencana sehingga
bangunan yang direncanakan harus memiliki nilai yang lebih besar dari titik kinerjatarget perpindahan.
Level kinerja adalah pembatasan derajat kerusakan yang ditentukan oleh kerusakan fisik struktur dan elemen struktur sehingga tidak membahayakan
keselamatan pengguna gedung. Kriteria evaluasi level kinerja kondisi bangunan didasarkan pada gaya dan deformasi yang terjadi pada target perpindahan atau
titik kinerja. Jadi parameter target perpindahan dan titik kinerja sangat penting peranannya bagi perencanaan berbasis kinerja. Ada beberapa cara menentukan
target perpindahan yaitu metoda koefisien perpindahan Displacement Coeficient Method FEMA 356 dan metode koefisien yang dimodifikasi Displacement
Modification FEMA 440. Sedangkan pada titik kinerja performance point digunakan Metoda Spektrum Kapasitas Capacity Spectrum Method ATC 40.
Persyaratan perpindahan dari SNI 1726-2002 juga dapat dijadikan sebagai kriteria kinerja.
2.8.1 Metode Koefisien Perpindahan FEMA 356
Menurut FEMA 356, 2000 metode koefisien perpindahan merupakan metoda utama untuk prosedur statik nonlinier. Penyelesaian dilakukan dengan
21 memodifikasi respons elastis linier dari sistem SDOF ekivalen dengan faktor
koefisien C , C
1
, C
2
dan C
3
sehingga diperoleh perpindahan global maksimum elastis dan inelastis yang disebut “target perpindahan”, δt . Proses dimulai dengan
menetapkan waktu getar efektif, Te yang memperhitungkan kondisi inelastis bangunan. Waktu getar alami efektif mencerminkan kekakuan linier dari sistem
SDOF ekivalen. Jika di-plot-kan pada spektrum respon elastis akan menunjukkan percepatan gerakan tanah pada saat gempa yaitu akselerasi puncak, Sa, versus
waktu getar, T. Rendaman yang digunakan selalu 5 yang mewakili level yang diharapkan terjadi pada struktur yang mempunyai respons pada daerah elastis.
Puncak perpindahan spektra elastis, S
d
berhubungan langsung dengan akselerasi spektra Sa, dengan hubungan berikut:
=
�
� �
2. 24
Selanjutnya target perpindahan
δt, ditentukan rumus berikut:
δt = � � � �
�
�
�
g 2. 25
Te adalah waktu getar alami efektif yang memperhitungkan kondisi inelastic C
adalah koefisien faktor bentuk, untuk merubah perpindahan spektral menjadi perpindahan atap, umumnya memakai faktor partisipasi ragam yang pertama first
mode participation factor atau berdasarkan Tabel 3-2 dari FEMA 356. C
1
adalah faktor modifikasi yang menghubungkan perpindahan inelastik maksimum dengan perpindahan yang dihitung dari respon elastik linier. Untuk T
e
≥ T
s
maka C
1
= 1 sedangkan T
e
T
s
maka, C
1
= [1.0 + R-1T
s
T
c
]R 2. 26
T
S
adalah waktu getar karakteristik yang diperoleh dari kurva respons spektrum pada titik dimana terdapat transisi bagian akselerasi konstan ke bagian
kecepatan konstan.
22 R adalah
rasio “kuat elastik perlu” terhadap “koefisien kuat leleh dihitung dengan rumus:
=
� ��
� 2. 27
Sa adalah akselerasi respons spektrum yang berkesesuaian dengan waktu getar
alami efektif pada arah yang ditinjau. V
y
adalah gaya geser dasar pada saat leleh, dari idealisasi kurva pushover menjadi bilinier
W adalah total beban mati dan beban hidup yang dapat direduksi. Cm adalah faktor massa efektif yang diambil dari Tabel 3-1 dari FEMA 356.
C
2
adalah koefisien untuk memperhitungkan efek “pinching” dari hubungan beban-
deformasi akibat degradasi kekakuan dan kekuatan, berdasarkan Tabel 3-3 dari FEMA 356.
C
3
adalah koefisien untuk memperhitungkan pembesaran simpangan lateral akibat adanya efek P-delta. Koefisen diperoleh secara empiris dari studi statistik
analisa riwayat waktu non-linier dari SDOF dan diambil berdasarkan pertimbangan engineering judgement, dimana perilaku hubungan gaya
geser dasar – lendutan pada kondisi pasca leleh kekakuan positif kurva
maka C3 = 1, sedangkan jika perilaku pasca lelehnya negative kurva menurun maka:
� = . +
|�| −
�
2. 28
adalah rasio kekakuan pasca leleh terhadap kekakuan elastik efektif, dimana hubungan gaya lendutan diidealisasikan sebagai kurva bilinier lihat waktu
getar efektif. g adalah percepatan gravitasi 9.81 mdet2
Gambar 2.9 menampilkan kurva idealisasi gaya dan perpindahan yang terjadi sesuai dengan grafik pushover. Hasil grafik pushover dibagi menjadi 2
bagian dalam kemiringan pasca leleh positi dan pasca leleh negatif
23 Gambar 2.9 Perilaku pasca leleh struktur
Sumber: FEMA 356 2000
Berdasarkan FEMA 273 level kinerja ditentukan oleh persentase drift ratio dari model struktur. Level kinerja struktur terbagi menjadi 3 kategori yaitu
Immediate Occupancy, Life safety dan Collapse Prevention. Tabel 2.3 menunjukan level kinerja berdasarkan persentase dari drift.
Tabel 2.3 Level Kinerja Struktur
Sumber: FEMA 356 2000
2.8.2 Metode Modifikasi Perpindahan FEMA 440