29 Hasil pengujian software ANSYS juga menghasilkan peningkatan kekuatan
yang signifikan untuk rangka dengan penambahan breising. Ternyata pelat buhul juga memberikan kekuatan pada rangka momen. Hasil interaksi keseluruhan
elemen tersebut menghasilkan perkuatan yang ditinjau dari penambahan masing- masing elemen sampai 100.
Peningkatan yang signifikan bisa dilihat pada gambar 2.15. Beban lateral yang mampu diterima oleh rangka breising BF1 mencapai 60 kN, sedangkan rangka
momen hanya mampu menahan beban sampai 13 kN. Rangka dengan pelat buhul mampu menahan beban sekitar 24 kN, ini membuktikan pelat buhul juga
memperkuat struktur.
Gambar 2.15 Hubungan antara beban lateral load dan lateral displacement Rangka tanpa breising UBF1, rangka dengan plat buhul UBF2, dan rangka breising BF1
Sumber: Massumi dan Absalan 2013
2.9.3 Massumi dan Tasnimi 2008
Penelitian tentang pengaruh perbedaan detail sambungan breising X pada struktur beton bertulang yang diperkuat dengan sistem breising telah dilakukan oleh
Massumi dan Tasnimi 2008. Penelitian dilakukan untuk menemukan detail sambungan breising yang efektif pada rangka beton dengan membuat 8 benda uji
untuk sambungan breising yang berbeda yang telah diskala 1:2:5. Dalam penelitian ini dibuat dua rangka tanpa breising dengan kode UBF11
dan UBF12 sebagai kontrol spesimen dan lima pendetailan sambungan antara rangka dan breising yang berbeda dengan kode BF11, BF12, BF21, BF22, BF23,
dan BF31. Gambar 2.16 menunjukan pendetailan sambungan dari masing-masing spesimen Untuk BF11 dan BF12 menggunakan baut sebagai sambungan plat buhul
pada rangka batang. Pada BF11 baut tertancap pada kolom dan balok, sedangkan
10 20
30 40
50 60
70
5 10
15 20
25 30
L ater
al L
o ad
k N
Lateral Displacemett mm
UBF1 UBF2
BF1
30 pada BF21 hanya tertancap pada kolom. Pada BF21, BF22 dan BF23 sambungan
breising pada rangka batang menggunakan jaket baja. Pada BF21 tidak ada hubungan antara jaket baja dengan permukaan beton, sedangkan pada BF22 dan
BF23 digunakan perekat epoxy untuk menyatukan jaket baja kepermukaan kolom beton dan bagian dari balok. Pada BF31 breising telah ditetapkan pada pojok kolom
dan balok dengan pengelasan sebelum pengecoran.
Gambar 2.16 Detail sambungan Sumber: Massumi dan Tasnimi 2008
Pada penelitian ini, kolom dibangun kaku di atas pondasi beton bertulang dengan dimensi 800 x 300 mm. Sampel dites di bawah beban lateral yang berulang
dan beban vertical sebesar 18 kN. Dari lima tipe detail sambungan breising X, dengan sambungan baut yang terhubung pada balok dan kolom BF11 mampu
meningkatkan kekakuan rangka, sehingga dapat digunakan untuk bangunan rendah sampai sedang. Sambungan baut hanya pada kolom BF12 tidak cukup kuat dan
mengalami kerusakan yang sangat signifikan, meskipun dapat digunakan untuk langkah awal. BF21 tidak direkomendasikan untuk diterapkan karena detail dengan
bentuk jaket baja tanpa perekat epoxy menyebabkan slip pada sistem breising. Untuk tipe BF22 dan BF23 yang direkatkan dengan perekat epoxy serta BF31 yang
diletakkan pada beton memiliki kinerja yang lebih baik dari rangka batang lainnya. Beban siklik menyebabkan kekuatan dan kekakuan berkurang dan
perpindahan meningkat pada perilaku inelastik. Breising X pada beton bertulang mendukung sebagian besar gaya lateral, tetapi keruntuhan rangka disebabkan oleh
leleh dari tarik breising dan terjadi kegagalan tekuk dari tekanan breising.
31
2.9.4 Viswanath et.al 2010