terkait suatu peristiwa. Variabelnya antara lain adalah tujuan, perasaan, dan keyakinan. Jadi, mungkin lebih tepat jika mendefinisikan mindset
sebagai suatu variabel yang terdapat di dalam unit kognitif afektif, bukan sebagai unit kognitif afektif itu sendiri.
Berdasarkan pemahaman tersebut, yakni mindset adalah keyakinan yang berproses dengan variabel lain di dalam unit kognitif afektif, maka
dapat dikatakan bahwa mindset merupakan variabel yang beroperasi di bawah sadar. Proses kerja unit kognitif afektif yang melibatkan banyak
variabel, termasuk mindset, cenderung tidak atau susah disadari oleh individu. Hal ini memunculkan kesulitan dalam masalah pengukuran. Jika
membicarakan variabel bawah sadar, tentu pengukurannya pun lebih relevan jika dilakukan dengan alat yang berlandaskan teori psikoanalisa.
B. Teori Psikoanalisa dan Beberapa Hipotesis terkait Pengukuran
Freud menghipotesiskan bahwa isi bawah sadar terdiri dari berbagai macam hal, yang apabila dibawa ke kesadaran dapat menimbulkan
kecemasan Huffman, Vernoy, Vernoy, 2000. Untuk mencegah kecemasan ini terjadi, ego memiliki mekanisme pertahanan diri MPD.
MPD memiliki prinsip utama, yaitu distorsi realitas. Jadi, ketika sesuatu dari bawah sadar hendak muncul ke kesadaran, fungsi ego ini akan
mendistorsi isi bawah sadar tersebut sehingga isi yang sampai ke kesadaran cenderung tidak menimbulkan kecemasan.
Jika dikaitkan dengan pengukuran, secara konseptual, MPD dapat terwujud dalam bentuk bias ketika merespon. Misal, bias social
desirability, bias malingering, jawaban acak atau asal menjawab, menebak, dan lain-lain Furr, 2008. Untuk memahami bagaimana bias ini
mewakili MPD, perlu dipahami terlebih dahulu hipotesis mengenai struktur kepribadian.
Freud menghipotesiskan bahwa stuktur individu seseorang terdiri atas id, ego, dan superego Huffman, Vernoy, Vernoy, 2000. Pembagian ini
dilakukan berdasarkan fungsi struktur tersebut. Id adalah struktur pribadi individu yang berfungsi sebagai sumber dorongan atau penggerak
kehidupan individu. Prinsip dari id ini adalah kenyamanan. Ketika individu merasa tidak nyaman maka id akan mendorong individu untuk
membuat diri menjadi nyaman kembali. Id cenderung beroperasi di bawah sadar.
Seiring perkembangan hidup individu, prinsip kenyamanan akan bertemu realitas. Dari pertemuan inilah munculah fungsi ego, yaitu
struktur kepribadian yang berfungsi menghubungkan keinginan id dengan realitas, sehingga dapat dikatakan bahwa prinsip kerja ego adalah prinsip
realitas. Ego cenderung beroperasi di tingkat sadar, tetapi juga bisa beroperasi di bawah sadar.
Selain bertemu realitas, individu juga akan bertemu dengan pengalaman yang belum tentu dialami langsung oleh individu, umumnya
berupa nilai atau norma. Struktur ini disebut superego karena pengalaman
ini cenderung didapat dari orang tua atau sesuatu yang lebih besar dari individu sosial. Prinsip kerja dari struktur ini adalah prinsip moralitas.
Biasanya, superego dibagi menjadi dua, yaitu hati nurani dan ego ideal. Hati nurani cenderung berisi larangan, ego ideal cenderung berisi perintah.
Setelah memahami dinamika tersebut, bagaimana bias merespon dapat mewakili MPD dapat dijelaskan. Social desirability adalah kecenderungan
individu untuk menjawab sesuai apa yang secara sosial baik, bukan sesuai apa yang ada pada dirinya. Secara dinamika pribadi, dapat dikatakan ego
mendistorsi isi bawah sadar mindset stres menurut prinsip moralitas superego. Hal ini dilakukan ego supaya tidak muncul kecemasan karena
tidak mampu memenuhi keinginan superego. Namun, dapat dijelaskan juga secara hipotesis, bahwa id mendorong ego supaya diri tetap terlihat
baik prinsip kenyamanan. Ego mendistorsi apa yang ada di bawah sadar, sehingga apa yang muncul tetap membuat diri nyaman, yakni dengan
memberikan jawaban yang baik secara sosial. Atau, dapat dijelaskan juga bahwa kedua proses ini terjadi bersamaan dengan porsi id atau superego
yang bervariasi. Malingering adalah kecenderungan individu untuk menjawab seperti
korban. Jawaban-jawaban yang diberikan cenderung menunjukkan bahwa diri individu tersebut lemah, bersalah, terganggu, dan lain-lain, lebih dari
pada yang sebenarnya mereka miliki atau alami. Dinamika MPD pada kasus ini dapat dijelaskan dengan berbagai alternatif juga. Misal, superego
memiliki perintah atau larangan yang berisi bahwa menjadi korban adalah
baik secara moral. Kemungkinan penjelasan lain, id memiliki kenyamanan ketika menunjukkan bahwa dirinya adalah korban, maka pertolongan akan
datang. Penjelasan lain juga masih bisa diberikan untuk menjelaskan dinamika malingering ini.
Jawaban acak atau asal menjawab adalah kecenderungan individu mengisi secara acak karena kurangnya motivasi dalam mengerjakan.
Secara dinamika pribadi, kurangnya motivasi ini bisa terjadi karena dinamika struktur tersebut, atau bisa juga karena dinamika pribadi subjek
dengan realitas di sekitarnya. Misal, pengerjaan alat ukur dilakukan ketika subjek terburu-buru, hendak ujian, sedang tidak fit, dan lain-lain.
Menebak adalah bias merespon yang terdapat pada pengukuran intelegensi atau semacamnya. Ketika individu menebak dan tebakannya
benar, skor yang dihasilkan bukan merepresentasikan skor sebenarnya, tetapi lebih ke eror yang positif. Dapat dikatakan, bias semacam ini tidak
akan terjadi pada pengukuran ini, karena dalam pengukuran ini tidak ada jawaban benar dan salah.
Berbagai bentuk MPD ini menurut Freud dapat diatasi dengan menggunakan teknik proyektif. Teknik proyektif adalah cara untuk
menangkap kepribadian seseorang di mana individu diminta untuk membicarakan sebuah stimulus yang cenderung ambigu Huffman,
Vernoy, Vernoy, 2000. Teknik ini diasumsikan mampu melemahkan kewaspadaan MPD dalam mendistorsi isi bawah sadar. Stimulus yang
ambigu diasumsikan tidak menimbulkan kecemasan, sehingga isi bawah
sadar dapat diproyeksikan ke kesadaran tanpa mengalami distorsi terlebih dahaulu.
C. Mindset stres