Tabel 10 : Norma Kategorisasi Secara Keseluruhan Rentang nilai
Kategori Frekuensi orang
222 ≤ χ
Tinggi 6 12
148 ≤ χ ≤ 222
Sedang 21 42
χ 148 Rendah
23 46
b. Masing-masing aspek Penelitian ini dilakukan dengan mengembangkan skala yang
dibuat dari empat aspek stres kerja. Karena itulah, maka peneliti ingin mengetahui deskripsi tingkat stres kerja berdasarkan masing-masing
aspek. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang lengkap mengenai aspek-aspek dominan pada tingkat stres kerja sunyek. Untuk
mendapatkan kategori yang sesuai untuk masing-masing subyek, maka dilakukan penghitungan sebagai berikut.
1 Aspek Fisiologis Fisik.
X minimum teoritik : 1 x 18 = 18
X maksimum teoritik : 4 x 18 = 72
Range : 72 – 18 = 54
Standar deviasi σ
: 54 : 6 = 9 Mean teoritis
μ : 18 + 72 : 2
= 90
: 2 = 45
Untuk menentukan kategori masing-masing subyek berdasarkan aspek fisiologis, dilakukan dengan membandingkan skor masing-
masing subyek pada aspek fisiologis dengan norma.
Tabel 11 : Kategorisasi Berdasarkan Aspek Fisiologis Norma
Nilai Kategori
Frekuensi μ + 1 σ ≤ χ
54 ≤ χ
Tinggi 6 12
μ - 1 σ ≤ χ ≤ μ + 1 σ 36 ≤ χ ≤ 54 Sedang 20 40
Χ μ - 1 σ Χ 36
Rendah 24 48
2 Aspek Emosional.
X minimum teoritik : 1 x 19 = 19
X maksimum teoritik : 4 x 19 = 76
Range : 76 – 19 = 57
Standar deviasi σ
: 57 : 6 = 9,5 Mean teoritis
μ : 19 + 72 : 2
= 91
: 2 = 45,5
Untuk menentukan kategori masing-masing subyek berdasarkan
aspek emosional,
dilakukan dengan
membandingkan skor masing-masing subyek pada aspek emosional dengan norma.
Tabel 12: Kategorisasi Berdasarkan Aspek Emosional Norma
Nilai Kategori
Frekuensi μ + 1 σ ≤ χ
55 ≤ χ
Tinggi 9 18
μ - 1 σ ≤ χ ≤ μ + 1 σ 36
≤ χ ≤ 55 Sedang 24 48
Χ μ - 1 σ Χ 36
Rendah 17 34
3 Aspek kognitif.
X minimum teoritik : 1 x 17 = 17
X maksimum teoritik : 4 x 17 = 68
Range : 68 – 17 = 51
Standar deviasi σ
: 51 : 6 = 8,5 Mean teoritis
μ : 17 + 68 : 2
= 85
: 2 = 42,5
Untuk menentukan kategori masing-masing subyek berdasarkan
aspek kognitif,
dilakukan dengan
membandingkan skor masing-masing subyek pada aspek kognitif dengan norma.
Tabel 13 : Kategorisasi Berdasarkan Aspek Kognitif Norma
Nilai Kategori
Frekuensi μ + 1 σ ≤ χ
51 ≤ χ
Tinggi 4 8
μ - 1 σ ≤ χ ≤ μ + 1 σ 34 ≤ χ ≤ 51 Sedang
31 62 Χ μ - 1 σ
Χ 34 Rendah
15 30 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4 Aspek Interpersonal.
X minimum teoritik : 1 x 20 = 20
X maksimum teoritik : 4 x 20 = 80
Range : 80 – 20 = 60
Standar deviasi σ
: 60 : 6 = 10 Mean teoritis
μ : 20 + 80 : 2
= 100
: 2 = 50
Untuk menentukan kategori masing-masing subyek berdasarkan
aspek interpersonal,
dilakukan dengan
membandingkan skor masing-masing subyek pada aspek interpersonal dengan norma.
Tabel 14 : Kategorisasi Berdasarkan Aspek Interpersonal
Norma Nilai
Kategori Frekuensi
μ + 1 σ ≤ χ 60
≤ χ Tinggi
4 8 μ - 1 σ ≤ χ ≤ μ + 1 σ
40 ≤ χ ≤ 60 Sedang
19 38 Χ μ - 1 σ
Χ 40 Rendah
27 54
Tabel 15 : Rangkuman Kategorisasi Tiap Aspek
Aspek Kategori
Tinggi Sedang
Rendah
Fisiologis 6 orang 12
20 orang 40 24 orang 48
Emosional 9 orang 18
24 orang 48 17 orang 34
Kognitif 4 orang 8
31 orang 62 15 orang 30
Interpersonal 4 orang 8
19 orang 38 27 orang 54
B. Pembahasan
Berdasarkan pengkategorisasian tingkat stres kerja, dapat dilihat bahwa ada sebanyak 6 orang 12 yang mengalami tingkat stres kerja yang tinggi, 21
orang 42 mengalami tingkat stres kerja sedang, dan 23 orang 46 yang mengalami tingkat stres kerja yang rendah. Rendahnya tingkat stres kerja yang
dialami subyek menunjukkan bahwa secara umum subyek mampu mengatasi tekanan di lingkungan pekerjaan yang mereka alami.
Hal ini kemungkinan didukung oleh situasi lingkungan yang secara fisik nyaman, asri, bersih dan tertata rapi. Selain itu, berdasarkan pengamatan peneliti,
didapatkan bahwa pembagian tugas telah tertata secara teratur. Latar belakang karyawan tampaknya turut memberikan sumbangan
terhadap rendahnya tingkat stres kerja di Hotel Sriwedari ini. Karyawan Hotel Sriwedari telah bekerja selama minimal satu tahun di hotel tersebut. Sehingga
mereka telah cukup mampu beradaptasi dengan situasi dan rekan kerjanya. Mereka juga telah dapat memahami fungsi kerjanya masing-masing. Latar
belakang tingkat pendidikan karyawan juga turut mempengaruhi rendahnya tingkat stres kerja karyawan. Sebab, mereka terbiasa menggunakan kemampuan
kognitif mereka dalam menghadapi permasalahan. Di samping tiu, sebagian besar karyawan telah berada pada tahap usia dewasa, sehingga telah memiliki
kematangan berpikir dan bertindak. Berdasarkan pengamatan peneliti, situasi politik dan sosial yang terjadi
saat ini, meskipun memberikan dampak terhadap penurunan jumlah tamu hotel, nampaknya tidak membuat karyawan hotel tersebut mengalami mengalami
penurunan performansi kerja akibat stres. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Akan tetapi, berdasarkan data dapat dilihat bahwa tetap ada subyek yang mengalami tingkat stres kerja yang tinggi. Ada sebanyak 6 orang mengalami stres
kerja yang tinggi, sedangkan 21 orang lainnya mengalami stres dalam tingkatan sedang. Hal ini berarti bahwa situasi stres tetap terjadi di lingkungan kerja mereka
di hotel . Subyek yang berada pada tingkatan rendah, kemungkinan besar masih
berada pada tahap eustress. Yaitu kondisi ketika kita mengalami tekanan dari luar dan kita masih mampu menghadapinya. Gregson Looker 2004 menjelaskan
bahwa hal ini terjadi ketika kemampuan yang kita rasakan untuk mengatasi tekanan melebihi tuntutan-tuntutan yang terjadi. Situasi ini justru baik, sebab
dapat memacu semangat kerja seseorang, menimbulkan rasa percaya diri sehingga mampu mengatasi dan menyelesaikan tugas dengan baik.
Ada sebanyak 4 orang 8 yang nampaknya menunjukkan tingkat stres tinggi pada aspek interpersonal. Berarti ada sebanyak 8 subyek yang
mengalami gangguan dalam hal berelasi dengan rekan kerja. Gangguan ini diwujudkan dalam perilaku keseharian subyek seperti misalnya acuh dan
mendiamkan orang lain, kepercayaan pada orang lain menurun, mudah mengingkari janji pada orang lain, senang mencari kesalahan orang lain atau
menyerang dengan kata-kata, menutup diri secara berlebihan, dan mudah menyalahkan orang lain. Sementara bagi 19 orang 38 yang mengalami stres
dalam aspek interpersonal ini pada tingkat sedang, meskipun mereka tetap merasakan stres dalam aspek interpersonal, nampaknya situasi kerja yang mereka
hadapi tidak terlalu mempengaruhi mereka secara interpersonal. Sementara 27 orang 54 lainnya mengalami tingkat stres dalam aspek interpersonal yang
rendah. Hal ini berarti, mayoritas subyek hanya mengalami sedikit stres secara interpersonal.
Rendahnya tingkat stres pada aspek interpersonal menunjukkan bahwa sebagian besar subyek memiliki relasi yang baik satu sama lain. Hal ini nampak
pula pada pengamatan peneliti yang mendapati bahwa suasana kerja di lingkungan Hotel Sriwedari terasa akrab, para karyawan saling ramah dan menunjukkan sikap
yang terbuka. Ada 9 orang 18 yang mengalami tingkat stres emosional yang
tinggi.. Sementara ada sebanyak 24 orang 48 yang secara emosional cukup mengalami tekanan, namun masih mampu mengatasinya. Meskipun mereka
merasakan stres secara emosional, namun hal itu nampaknya belum terlalu mempengaruhi performansi kerja mereka.ada 17 orang 34 yang nampaknya
mengalami stres secara emosional dalam tingkatan yang rendah. Hal ini berarti, sebagian besar karyawan Hotel Sriwedari cukup merasakan
tekanan secara emosional. Dapat dikatakan bahwa saat ini mereka mengalami perubahan emosi akibat adanya tekanan dari luar, misalnya merasa gelisah dan
cemas, suasana hati mudah berubah-ubah, merasa sedih yang berlebihan, mudah menangis dan depresi, gugup, agresif terhadap orang lain dan mudah bermusuhan
serta kelesuan mental. Barangkali hal ini disebabkan oleh karena sebagian besar karyawan masih
berada pada usia dewasa awal, sehingga emosinya masih cenderung kurang stabil bila dibandingkan dengan mereka yang telah berada pada tahap dewasa madya
dan akhir. Meskipun tentu saja emosi mereka sudah tidak lagi mudah meledak- ledak seperti pada saat mereka masih remaja.