UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA OPERASI PENJUMLAHAN BILANGAN 1 – 10 MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA DEKAK – DEKAK BAGI SISWA KELAS D I SLB – B YPPALB KOTA MAGELANG TAHUN 2010 2011

(1)

commit to user

i

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA OPERASI PENJUMLAHAN BILANGAN 1 – 10 MELALUI

PENGGUNAAN ALAT PERAGA DEKAK – DEKAK BAGI SISWA KELAS D-I SLB – B YPPALB

KOTA MAGELANG TAHUN 2010/2011

SKRIPSI

Oleh :

SUPRIYADI NIM. X 5107657

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

commit to user

ii

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA OPERASI PENJUMLAHAN BILANGAN 1 – 10 MELALUI

PENGGUNAAN ALAT PERAGA DEKAK – DEKAK BAGI SISWA KELAS D-I SLB – B YPPALB

KOTA MAGELANG TAHUN 2010/2011

Oleh :

SUPRIYADI NIM. X 5107657

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa

Jurusan Ilmu Pendidikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pembimbing I

Drs. Hermawan, M. Si

NIP. 19590818 198603 1 002

Pembimbing II

Dra.Hj. Munzayannah


(4)

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari : Jum’at

Tanggal : 27 Mei 2011

Tim Penguji Skripsi :

Drs. A. Salim Choiri, M.Kes ( ……… )

Ketua

Drs. Maryadi, M.Ag ( ……… )

Sekertaris

Drs. Hermawan, M. Si ( ……… )

Penguji I

Dra. Hj. Munyannah ( ……… )

Penguji II

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatulloh, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001


(5)

commit to user

v ABSTRAKS

Supriyadi, “UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

OPERASI PENJUMLAHAN BILANGAN 1 - 10 MELALUI

PENGGUNAAN ALAT PERAGA DEKAK – DEKAK BAGI SISWA KELAS D-1 SLB-B YPPALB KOTA MAGELANG 2010/2011”. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Mei 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang Tahun Pelajaran 2010 / 2011. Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan model siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu : Perencanaan Pelaksanaan

Tindakan, Observasi, dan Refleksi. Sebagai objek adalah siswa kelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang yang berjumlah 4 siswa. Teknik

pengumpulan data digunakan teknik tes wawancara, observasi, pencatatan arsip, dokumen, dan perekaman. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif yang mempunyai tiga buah komponen yaitu redukdi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas pada siklus I hasil belajar Matematika pada kondisi awal tentang penjumlahan mendatar sebelum menggunakan Alat Peraga Dekak-dekak, diketahui rata-rata kelas 5 ketuntasan klasikal 25%. Hasil belajar Matematika pada siklus I tentang penjumlahan mendatar setelah menggunakan Alat Peraga Dekak-dekak rata-rata kelas 5,75 ketuntasan secara klasikal telah mencapai 75%, pada siklus II rata-rata kelas menjadi 6,75 seluruh siswa mendapat nilai di atas 6 yang diasumsikan secara klasikal telah menuntaskan belajar Matematika tentang penjumlahan mendatar dan seluruh siswa telah menuntaskan belajar Matematika (100%).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Penggunaan Alat Peraga Dekak-dekak Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Penjumlahan Bilangan 1 – 10 kelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang Tahun 2011.


(6)

commit to user

vi ABSTRACT

Supriyadi, “THE WAY TO INCREASE OF LEARNING MATHEMATICS OPERATING ADDITIVE NUMBERS 1 – 10 THROUGH USE OF TOOLS FIGURE DEKAK - DEKAK FOR STUDENTS CLASS D-I IN SLB-B YPPALB MAGELANG CITY 2010/2011”. Skripsi, Surakarta : The Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, May 2011.

This aim of this research is to increase of Learning – abacus can enhance students learning achievement Mathematics in D-I SLB-B YPPALB Magelang, in the school year 2010 / 2011.

Form of research is action research class using the model cycle. Each cycle consisted of 4 : phases of the Implementation Action Plan, Observations, and Reflections. As the object is in D-I SLB-B YPPALB Magelang District, amounting to 4 students. Data collection techniques used in interviewing tests techniques, observation, archival records, documents, and recording. The data analysis technique used is an interactive model that has three components, namely data reduction, data display, and conclusion or verification.

Based on the results of Classroom Action Research in the first cycle of Mathematics learning results in the initial conditions of a horizontal sum prior to using the abacus Viewer tool, known to the average 5th grade classical completeness 25%. Mathematics learning outcomes in the first cycle of the horizontal summation after using the Viewer tool abacus average of 5.75 classes in classical exhaustiveness has reached 75%, in cycle II, the average grade to 6.75 all students scored above 6, which assumed to be classical has completed its study of Mathematics of the sum of horizontal and all students have completed the learning of Mathematics (100%).

Thus it can be concluded that the used of tool abacus can improve Mathematics Learning Outcomes Addition Numbers 1 - 10 in class D-I SLB-B YPPALB Magelang City in the school year 2011.


(7)

commit to user

vii

MOTTO

”Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, Maka apabila kamu telah selesai ( dari suatu urusan ) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain” dan hanya kepada Allahlah hendaknya kamu berharap”


(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan pada :

v Bapak dan ibu yang tercinta

v Istriku tercinta, yang selalu mendukung dan berdoa agar

saya dapat menempuh pendidikan ke jenjang S-1

v Putra-putraku tersayang yang telah memberi dorongan

di dalam meneruskan pendidikan S-1

v Sahabatku yang selalu mendukung dan berdo’a agar

saya dapat menempuh pendidikan ke jenjang S-1

v Rekan-rekan angkatan 2007 yang membantu saya dalam

menyelesaikan tugas-tugas kuliah


(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyusun skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, namun berkat bimbingan dan pengarahan dari Dosen pada akhirnya penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

2. Drs. R. Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. A. Salim Choiri, M.Kes selaku Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Dekan Cq Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

5. Drs. Hermawan, M.Si. selaku Pembimbing I yang telah memberikan

motivasi masukan dan saran.

6. Dra. Hj. Munzayannah selaku pembimbing II yang telah memberikan motivasi masukan dan saran.

7. Seluruh staf pengajar di Program Studi Pendidikan Luar Biasa yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis.


(10)

commit to user

x

8. Kepala SLB-B YPPALB Kota Magelang, yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.

9. Seluruh staf pengajar di SLB-B YPPALB Kota Magelang, yang telah

membantu memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. 10. Seluruh siswa dan siswi SLB-B YPPALB Kota Magelang `yang telah

membantu dalam memberikan informasi yang dibutuhkan dalam

penelitian ini.

11. Berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Semoga segala amal baik dan keikhlasan membantu dalam penulisan skripsi ini mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa, dan semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat bermanfaat.

Surakarta, 2011


(11)

commit to user

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN ABSTRAK ... v

HALAMAN ABSTRACT... ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8

A. Kajian Teori ... 8

1. Tinjauan Tentang Anak Dengan Gangguan Pendengaran ... 8

a. Pengertian Anak Dengan Gangguan Pendengaran ... 8

b. Klasifikasi Anak Dengan Gangguan Pendengaran ... 10

c. Faktor Penyebab Gangguan Pendengaran ... 13

d. Karakteristik Anak Dengan Gangguan Pendengaran ... 14

2. Tinjauan Tentang Alat Peraga Dekak-dekak... 14

a. Pengertian Alat Peraga ... 15


(12)

commit to user

xii

c. Penjumlahan……….... 16

d. Fungsi dan Manfaat Alat Peraga dalam Pengajaran Matematika……….. 16

3. Tinjauan Tentang Hasil Belajar Matematika ... 16

a. Pengertian Hasil Belajar ... 16

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar secara Umum 18

c. Pengertian Matematika ... 23

d. Tujuan Pelajaran Matematika ... 24

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Matematika………. 25

f. Ruang Lingkup Matematika ... 26

g. Pengukuran Prestasi Belajar Matematika ... 27

B. Kerangka Berfikir ... 28

C. Hipotesis Tindakan ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Setting Penelitian ... 30

1. Tempat Penelitian ... 30

2. Waktu Penelitian ... 30

B. Subyek Penelitian ... 32

C. Data dan Sumber Data ... 32

D. Teknik Pengumpulan Data ... 33

E. Validasi Data ... 34

F. Teknik Analisa Data ... 35

G. Indikator Kinerja ... 35


(13)

commit to user

xiii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. PelaksanaanPenelitian……… 42

1. Deskripsi Kondisi Awal ... 42

2. Deskripsi Siklus I ... 44

3. Deskripsi Siklus II ... 47

B. Hasil Penelitian……… 52

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 57

A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel 1 Jadwal Penelitian ... 31

2. Tabel 2 Kondisi Awal Mata Pelajaran Matematika ... 42

3. Tabel 3 Daftar Nilai Mata Pelajaran Matematika Siklus I ... 46

4. Tabel 4 Daftar Nilai Mata Pelajaran Matematika Siklus II ... 51


(15)

commit to user

xv

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 1. Nilai Mata Pelajaran Matematika pada Kondisi Awal ... 43

Grafik 2. Nilai Mata Pelajaran Matematika pada Siklus I ... 46

Grafik 3. Nilai Mata Pelajaran Matematika pada Siklus II ... 51


(16)

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 60

2. Instrumen Pengamatan Siklus I ... 64

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 67

4. Instrumen Pengamatan Siklus II ... 71

5. Surat Keputusan Dekan FKIP Tentang Ijin Menyusun Skripsi ... 80

6. Permohonan Ijin Research / Try Out ... 81

7. Surat Ijin Menyusun Skripsi Kepada Yth Pembantu Dekan I... 82

8. Permohonan Ijin Research Kepada Kepala SLB-B YPPALB ... 83


(17)

commit to user


(18)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan Matematika di bidang teori bilangan, aljabar dan analisis. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan Matematika sedini mungkin.

Suatu kenyataan yang sering dijumpai dalam kegiatan belajar mengajar adalah banyak siswa yang mengeluh karena kesulitan dalam mengerjakan soal Matematika. Namun hal itu dapat dimaklumi karena untuk mempelajari Matematika membutuhkan daya pikir ataupun penalaran yang tinggi, sebagaimana dikemukakan oleh Crow and Crow (1989: 88) berdasarkan pengalaman dan pengamatannya mengatakan bahwa Matematika pada umumnya dianggap sukar dan tidak setiap orang dapat mempelajarinya serta banyak yang keliru memahami konsep sehingga tanpa menguasai konsep banyak anak yang hanya menghafalkan saja sekedar untuk memenuhi lulus ujian.

Berkaitan dengan belajar Matematika yang penting adalah bagaimana siswa dapat memahami konsep-konsep dasar Matematika yang merupakan kesatuan yang bulat dan utuh. Untuk itu belajar Matematika dituntut untuk lebih terampil dan kreatif di dalam menangani permasalahannya. Dengan demikian dalam mempelajari Matematika siswa tidak hanya memperhatikan guru menjelaskan di depan kelas saja, tetapi dapat juga dilakukan melalui kegiatan laboratorium, perpustakaan, diskusi dan pelaksanaan latihan penyelesaian soal-soal Matematika.

Beberapa fakta menunjukkan, bahwa terlalu banyak anak yang tidak suka Matematika apalagi jika mereka sudah besar. Banyak yang menemui kesukaran dalam hal simpel, misalnya mengerjakan pecahan desimal dan menentukan akar


(19)

commit to user

untuk menangkap arti sebenarnya dari konsep Matematika, paling baik mereka menjadi teknisi tulis dalam hal memanipulasi kelompok simbol yang komplek dan paling buruk mereka mempunyai kesukaran-kesukaran disebabkan oleh situasi yang tidak memungkinkan dalam memenuhi syarat-syarat Matematika yang diajarkan.

Dalam mengajarkan Matematika untuk Anak Dengan Gangguan Pendengaran, harus memperhatikan kondisi usia mental, kemampuan berfikir, belajar melalui aktifitas konkrit, memperkaya pengalaman dengan memfungsikan seluruh pengindraan dan tingkat kemandirian anak. Dengan memperhatikan kondisi tersebut maka perkembangan berfikir Matematika anak dapat ditingkatkan, sehingga anak dapat memperoleh pengalaman konkrit tentang konsep Matematika. Pengalaman tersebut dapat diperkaya melalui kegiatan yang diulang-ulang dengan variasi dan dinamis. Dengan cara ini dapat dihindari hambatan psikologis yang berlangsung terhadap perkembangan Matematika.

Menurut Moh Amin (1995: 222) materi pelajaran berhitung atau Matematika yang dapat diberikan kepada Anak Dengan Gangguan Pendengaran, meliputi:

1. Pengetahuan kuantitas dan jumlah sederhana 2. Pengenalan desimal

3. Pengenalan bilangan positif dan negatif

4. Aplikasi matematika dalam kehiupan sehari-hari

Penyelenggaraan pendidikan bagi Anak Dengan Gangguan Pendengaran membutuhkan adanya lingkungan fisik dan sosial yang sesuai dengan keadaannya, sebab ini merupakan prasyarat untuk menciptakan situasi dan kondisi dalam proses pembelajaran bagi anak dengan gangguan pendengaran. Pada kelas-kelas Anak Dengan Gangguan Pendengaran terdapat perbedaan yang sangat besar antara kemajuan anak yang satu dengan yang lain. Selain itu kemajuan anak dalam salah satu pengajaran dengan kemajuannya dalam pelajaran lain juga sering ada perbedaan yang cukup besar. Perbedaan penggunaan alat peraga juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak tersebut.


(20)

commit to user

Supaya selaras dengan kenyataan, persiapan mengajar bukan hanya disusun untuk kelas sebagai keseluruan saja, melainkan juga harus disusun untuk tiap-tiap anak dalam kelas.

Untuk memaksimalkan hasil belajar siswa, guru seharusnya memiliki pilihan menggunakan alat peraga mengajar yang disesuaikan dengan materi pengajaran. Dalam hal ini tidak ada alat peraga mengajar yang cocok untuk semua materi, dan untuk semua tujuan pengajaran. Untuk ini dalam menciptakan situasi yang kondusif guru harus pandai memilih alat peraga mengajar yang memungkinkan terjadinya kerjasama antara guru dan siswa. Demikian halnya dengan Anak Dengan Gangguan Pendengaran yang merupakan individu utuh dan unik pada umumnya juga memiliki potensi atau kekuatan dalam mengimbangi kelainan yang disandangnya. Oleh karena itu layanan pendidikan yang diberikan kepada Anak Dengan Gangguan Pendengaran untuk dapat mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal sesuai dengan kemampuannya.

Pemahaman yang jelas tentang siapa Anak Dengan Gangguan Pendengaran itu merupakan dasar yang penting untuk dapat menyelenggarakan layanan dan pengajaran yang tepat bagi mereka. Dengan kecerdasan yang berada di bawah rata-rata anak normal, Anak Dengan Gangguan Pendengaran mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang abstrak. Mereka terbelakang atau tidak berhasil bukan dalam sehari dua hari atau sebulan dua bulan tetapi untuk selama-lamanya, lebih-lebih dalam pelajaran seperti : mengarang, menyimpulkan isi bacaan, mengggunakan simbol-simbol, berhitung, dan dalam pelajaran yang bersifat teoritis.

Pada dasarnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah dewasa ini masih berjalan klasikal, artinya seorang guru di dalam kelas menghadapi sejumlah siswa dalam waktu yang sama menyampaikan bahan pelajaran yang sama pula.

Dasar pemikiran penyelenggaraan sistem klasikal itu sebagai berikut : Oleh karena kelas terdiri dari anak-anak yang sebaya, mereka relatif memiliki

perhatian, minat, pengalaman, dan taraf kepandaian yang sama pula, maka kepada


(21)

commit to user

dan dikenai tuntutan-tuntutan yang sama pula. ”dalam pengajaran klasikal seperti

guru beranggapan bahwa seluruh siswa satu kelas itu mempunyai kemampuan,

kesiapan dan kematangan dan kecepatan belajar yang sama. ” Suryobroto B, (1985:141), memang diakui adanya perbedaan perseorangan

diantara siswa-siswa dalam satu kelas, namun perbedaan itu dianggap tidak penting sehingga diabaikan. Sistem pengajaran klasikal lebih menitikberatkan persamaan daripada perbedaan siswa dalam satu kelas”.

Dapat kita bayangkan sebagai akibat pengajaran seperti ini anak yang pandai akan terhambat kemajuannya oleh kawan-kawan yang lain, sebab mereka sekelas harus maju bersama-sama. Sebaliknya siswa yang lambat (kurang pandai) seolah-olah dipaksakan untuk berjalan cepat, melangkah seiring dengan kawan yang pandai. Menurut Sudarinah, (1991:16), bahan pengajaran Matematika itu disusun secara herarkis, artinya untuk belajar suatu topik ada persyaratan tertentu yang harus dikuasai, yang disebut prasyarat, sebelum topik itu dipelajari. Jadi siswa dengan kemampuan awal rendah atau penguasaan prasyarat kurang maka akan kesulitan untuk menguasai bahan pelajaran berikutnya. Hal ini

mengakibatkan belajar tidak efektif dan tidak menyenangkan.

Suryobroto.B, (1985:142) menyampaikan :

” Ketidakmampuan guru melihat perbedaan-perbedaan individual anak dalam kelas yang dihadapi banyak membawa kegagalan dalam membina tenaga manusia secara efektif. Banyaknya anak yang gagal sekolah atau

drop out mungkin juga sebagai akibat praktek pengajaran yang

melupakan perbedaan-perbedaan individual disamping karena faktor lain seperti latar belakang siswa, ekonomi keluarga, atau sebab lain ”.

Pada kelas-kelas Anak Dengan Gangguan Pendengaran terdapat perbedaan

yang sangat besar antara kemajuan anak yang satu dengan yang lain. Selain itu kemajuan anak dalam salah satu pengajaran dengan kemajuannya dalam pelajaran lain juga sering ada perbedaan yang cukup besar. Kelas-kelas Anak Dengan Gangguan Pendengaran akan penuh dengan perbedaan-perbedaan. Anak yang duduk dalam kelas itu, tetapi dalam hal tertentu ia mungkin hanya setaraf dengan anak-anak yang lebih muda darinya atau justru sudah setaraf dengan anak yang duduk di kelas yang lebih lanjut.


(22)

commit to user

Perbedaan individual tersebut membawa akibat didalam persiapan mengajar, pencatatan kemajuan, dan laporan kemajuan. Supaya selaras dengan kenyataan, persiapan mengajar bukan hanya disusun untuk kelas sebagai keseluruhan saja, misalnya harus disusun untuk tiap-tiap anak dalam kelas.

Berdasarkan adanya perbedaan kemampuan yang ada pada setiap anak maka para ahli pendidikan memikirkan cara-cara untuk mengatasi masalah

tersebut, kemudian mereka mengembangkan pengajaran yang memakai macam-macam alat peraga antara lain penggunaan Alat Peraga Dekak-dekak yang tepat.

Dasar pemikiran penggunaan Alat Peraga Dekak-dekak, ialah adanya pengakuan terhadap perbedaan pemahaman pada masing-masing siswa. Karena adanya berbagai macam keterbatasan kemampuan intelektual yang dimiliki para siswa, mendorong penulis untuk menerapkan penggunaan Alat Peraga Dekak-dekak dengan mengulang-ulang materi yang disampaikan, sehingga anak dapat memahami, mengerti tentang materi yang disampaikan tersebut.

Berdasarkan uraian diatas serta pengamatan yang dilakukan penulis di kelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang, menunjukkan bahwa hasil belajar Matematika kurang optimal. Untuk ini kiranya masih diperlukan adanya penelitian untuk mengetahui alat peraga pembelajaran apa yang tepat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar Matematika. Oleh karena itu penulis mengambil obyek penelitian tentang Alat Peraga Dekak – dekak dengan judul :

” Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Operasi Penjumlahan Bilangan 1 – 10 Melalui Penggunaan Alat Peraga Dekak-dekak Bagi Siswa Kelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang Tahun 2011”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

” Apakah Penggunaan Alat Peraga Dekak-Dekak Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Operasi Penjumlahan Bilangan 1 – 10 Pada Siswa Dengan Gangguan Pendengaran Kelas D-I di SLB-B YPPALB Kota Magelang ?”


(23)

commit to user C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan diatas maka penelitian mempunyai tujuan yang telah ditetapkan, sehingga dapat memberikan manfaat adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

” Ingin Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Operasi Penjumlahan Bilangan 1 – 10 Dengan Melalui Penggunaan Alat Peraga Dekak-Dekak Kepada Siswa Dengan Gangguan Pendengaran Kelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang.”

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian sebagai berikut : 1. Secara Teoritis

a. Menambah khasanah pengetahuan dalam pendidikan luar biasa, khususnya

dalam pengembangan kemampuan anak dengan gangguan pendengaran terutama upaya peningkatan hasil belajar matematika operasi penjumlahan bilangan 1 – 10 melalui penggunaan Alat Peraga Dekak- dekak bagi siswa kelas D-I.

b. Menambah khasanah pengetahuan Matematika tentang penggunaan Alat Peraga Dekak – dekak dalam pembelajaran operasi penjumlahan bilangan 1 – 10 siswa kelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang.

2. Secara Praktis a. Bagi Sekolah

Bagi SLB-B YPPALB Kota Magelang peningkatan hasil belajar Matematika operasi penjumlahan bilangan 1 – 10 melalui penggunaan Alat Peraga Dekak-dekak sebagai salah satu untuk mengembangkan layanan pendidikan terutama yang berkaitan dengan proses pembelajaran akademik, khususnya dalam mengembangkan kemampuan berhitung bagi Anak Dengan Gangguan Pendengaran.


(24)

commit to user b. Bagi Guru

Dapat menerapkan konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkrit dalam bentuk matematika yang dapat dipakai sebagai obyek penelitian maupun sebagai alat meneliti ide-ide baru dan relasi baru menjadi bertambah banyak.

c. Bagi Siswa

1). Konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkrit Operasi Penjumlahan Bilangan 1 – 10 kelas D-I dengan menggunakan Alat Peraga Dekak-dekak lebih dapat dipahami dan dimengerti oleh siswa. 2). Siswa Kelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang dapat memahami

hubungan antara konsep abstrak Matematika Operasi Penjumlahan bilangan 1 – 10 dengan benda dialam sekitar lebih mudah dipahamai. 3). Mewujudkan pembelajaran aktif, kreatif, dan efektif upaya peningkatan

hasil belajar bagi siswa kelas D-I dalam mata pelajaran Matematika pokok bahasan penjumlahan.


(25)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori

1. Tinjauan Tentang Anak Dengan Gangguan Pendengaran a. Pengertian Anak Dengan Gangguan Pendengaran

Sistem pendengaran manusia secara anatomis terdiri dari tiga bagian penting, yaitu telinga bagian luar, telinga bagian tengah, dan telinga bagian dalam. Struktur telinga bagian luar melipui liang telinga, yang memiliki panjang kurang lebih 2,5 cm dan daun telinga ( auricula ). Struktur telinga bagian tengah meliputi gendang pendengaran ( eardrum ), tulang pendengaran ( malleus, incus, stapes ), rongga telinga tengah ( cavum tymponi ), dan serambi ( vestibule ). Struktur

telinga bagian dalam susunannya meliputi saluran gelung tengah lingkaran

( conolis semi circularis ), serta rumah siput ( coeble ).

Secara fisiologis, struktur telinga manusia dibedakan menjadi dua bagian, yaitu organ telinga yang berfungsi sebagai penghantar dan, organ telinga yang berfungsi sebagai penerima. Organ telinga berfungsi sebagai penghantar meliputi, organ telinga yang terdapat ditelinga bagian luar, telinga bagian tengah, dan sebagian bagian dalam. Sedangkan organ telinga yang berfungsi sebagai penerima meliputi sebagian telinga bagian dalam, saraf pendengaran( auditory nerve ), dan sebagain dari otak yang mengatur persepsi bunyi.

Jika dalam proses mendengar tersebut terdapat satu atau lebih organ telinga bagian luar, telinga bagian tengah, dan telinga bagian dalam mengalami Gangguan Pendengaran atau kerusakan disebabkan penyakit, kecelakaan, sehingga organ tersebut tidak menjalankan fungsinya dengan baik, keadaan tersebut dikenal dengan gangguan pendengaran atau tunarungu. Sedangkan pengertian atau definisi Gangguan Pendengaran dapat berbeda dari satu ahli dengan ahli lainnya.

Berikut pengertian Gangguan Pendengaran menurut para ahli, antara lain : Moores dalam Totok Bintoro (2008:3) memberikan batasan yaitu :


(26)

commit to user

“ Gangguan Pendengaran tidak saja terbatas pada kehilangan pendengaran dari tingkat ringan, sedang, berat sampai sangat berat”. Selanjutnya Moores

mendefinisikan Gangguan Pendengaran kedalam dua kelompok.

Pertama, seseorang dikatakan tuli ( deaf ) apabila kehilangan kemampuan mendengar pada tingkat 70 dB ISO atau lebih, sehingga ia tidak dapat mengerti pembicaraan orang lain melalui pendengaran yang baik dengan ataupun dengan

Alat Bantu Mendengar. Kedua, seseorang dikatakan kurang dengar

( hard of hearing ) bila kehilangan pendengaran pada 35 dB sampai 69 dB ISO,

sehingga ia mengalami kesulitan untuk memahami pembicaraan orang lain melaui pendengarannya baik tanpa maupun dengan Alat Bantu Mendengar.

Menurut Heward & Orlansky dalam Mulyono ( 1994:60) :

“ Tuli ( deaf ), diartikan sebagai kerusakan sensorik yang menghambat seseorang untuk menerima rangsangan semua jenis dan sebagai suatu kondisi dimana suara-suara termasuk suara pembicara tidak mempunyai arti untuk maksud-maksud kehidupan sehari-hari”. Kurang dengar ( hard of hearing ) adalah seseorang yang kehilangan pendengaran secara nyata yang memerlukan penyesuain-penyesuaian khusus.”

Mufti Salim ( 1984:18 ) mengemukakan :

Anak Dengan Gangguan Pendengaran, “ialah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran

sehingga mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya,

Ia memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus untuk mencapai kehidupan lahir batin yang layak”.

Mardiati Busono ( 1983:18) mengemukakan :

Anak Dengan Gangguan Pendengaran, “adalah anak yang lahir dengan sedikit pendengaran atau tidak dapat mendengar atau yang kehilangan pendengaran sejak awal masa kanak-kanak sebelum dapat berbicara dan berbahasa yang diperlukan”.

Sedangkan dalam Wikipedia, the free encyclopedia dinyatakan :

Deafness is a condition wherein the sufferer’s ability to detect certain

frequencies of sound is completely or partially impaired. When apllied to

humans, the term hearing impaired to describe sufferers is rejected by the

Deaf Culture movement, where the terms deaf and hard-of-hearing are

preferred”.

Gangguan Pendengaran adalah suatu kondisi dimana penderita kemampuan untuk mendeteksi frekuensi tertentu suara benar-benar atau sebagian terganggu. Ketika diterapkan pada manusia, gangguan pendengaran istilah


(27)

commit to user

untuk menggambarkan penderita ditolak oleh Deaf Budaya gerakan, dimana

syarat tuli dan keras–of-pendengaran lebih disukai.

Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa pada hakekatnya Gangguan Pendengaran, adalah suatu keadaan atau derajat kehilangan pendengaran yang meliputi seluruh gradasi ringan, sedang, berat dan sangat berat, disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya organ-organ pendengaran yang terjadi sebelum atau sesudah lahir, yang mengakibatkan hambatan dalam perkembangan terutama hambatan dalam berkomunikasi dengan orang lain sehingga memerlukan bimbingan dan pelayanan khusus.

b. Klasifikasi Anak Dengan Gangguan Pendengaran.

Di dalam pemberian pelayanan bagi Anak Dengan Gangguan Pendengaran

harus sesuai dengan tingkat kemampuannya, yaitu dengan cara

mengklasifikasikan tingkat gangguan pendengarannya.

Menurut beberapa ahli anak dengan gangguan pendengaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Klasifikasi Anak Dengan Gangguan Pendengaran menurut Samuel A Kirk yang dikutip Permanarian Somad ( 1995:29 ) adalah sebagai berikut :

a) 0 dB : Menunjukkan pendengaran yang optimal.

b) 0 – 26 dB : Menunjukkan seseorang masih menunjukkan pendengaran yang normal.

c) 27 – 40 dB : Mempunyai kesulitan mendengar bunyi yang jauh

membutuhkan tempat duduk yang strategis letaknya dan memerlukan terapi bicara (tergolong gangguan pendengaran ringan ).

d) 41 – 55 dB : Mengerti bahasa percakapan, tidak dapat mengikuti

diskusi kelas, membutuhkan alat bantu mendengar

dan terapi bicara ( tergolong gangguan

pendengaran sedang ).

e) 56 – 70 dB : Hanya bisa mendengar suara dari jarak dekat, masi mempunyai sisa pendengaran untuk belajar bahasa dan bicara menggunakan alat bantu mendengar serta dengan cara yang khusus (tergolong gangguan pendengaran agak berat ).


(28)

commit to user

f) 71 – 90 dB : Hanya bisa mendengar bunyi yang sangat dekat

kadang-kadang dianggap tuli, membutuhkan

pendidikan khusus yang intensif, membutuhkan alat bantu mendengar, latihan bicara secara khusus (tergolong gangguan pendengaran berat sekali). g) 91 dB keatas : Mungkin sadar akan adanya bunyi atau suara

dan getaran, banyak tergantung pada pengelihatan daripada pendengarannya untuk proses menerima informasi dan bersangkutan dianggap tuli (tergolong gangguan pendengaran berat).

Permanarian Somad ( 1995:32 ) Mengelompokkan anak dengan gangguan pendengaran berdasar pada anatomi fisiologisnya, yaitu :

a) Gangguan pendengaran hantaran ( konduksi ), ”ialah gangguan

pendengaran yang disebabkan kerusakan atau tidak berfungsinya alat penghantar getaran suara pada telinga bagian tengah”. Terjadi karena pengurangan intensitas bunyi yang mencapai telinga bagian dalam, dimana syaraf pendengaran berfungsi. Dapat segara diatasi atau dikurangi secara efektif melalui amplifikasi atau alat bantu mendengar.

b) Gangguan pendengaran syaraf (Sensori-neural), ialah gangguan

pendengaran yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya alat-alat pendengaran yang menyalurkan getaran ke pusat pendengaran pada lobus temporali.

c) Gangguan pendengaran campuran, disebabkan adanya keruskan telinga

bagian dalam. Kehilangan pendengaran sentral atau perceptual

disebabkan oleh kerusakan pada syaraf pendengaran.

Sedang pendapat A. Van Uden dalam Lani Bunawan dan Cecilia Susila Yuwati (2000:6-7) Klasifikasi anak dengan gangguan pendengaran berdasarkan saat terjadinya dikaitkan dengan taraf penguasaan bahasa seseorang anak yaitu :

a) Tuli Pra-bahasa ( Prelingually deaf ), yaitu mereka yang menjadi tuli sebelum dikuasainya suatu bahasa ( usia 1,6 tahun ), artinya anak baru menggunakan tanda ( signal ) tertentu seperti mengamati, menunjuk, meraih, memegang benda/orang dan mulai memahami lambang yang digunakan orang lain sebagai tanda ( misalnya bila mendengar kata ”susu” mengerti bahwa akan diberi minum ), namun belum membentuk suatu lambang.

b) Tuli Purna Bahasa ( Postlingually deaf ), yaitu mereka menjadi tuli setelah menguasai suatu bahasa yaitu telah menerapkan dan memahami sistem lambang yang berlaku dilingkungannya.


(29)

commit to user

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses yang berkaitan dengan

Gangguan Pendengaran, adalah gangguan yang berkaitan dengan

penginterpretasian terhadap suara. Hal ini biasanya diawali oleh kerusakan secara fisik atau karena perkembangan yang tidak fajar.

Menurut pendapat Boothroyd dalam Lani Bunawan dan Cecilia Susila Yuwati (2006:6). Memberikan batasan untuk tiga istilah berdasarkan seberapa jauh seseorang memanfaatkan sisa pendengaran dengan atau tanpa bantuan amplikasi/pengeras Alat Bantu Mendengar ( ABM ) sebagai berikut :

a) Kurang dengar ( har of hearing ), adalah mereka yang mengalami gangguan dengar, namun masih dapat menggunakannya sebagai sarana/mobilitas utama untuk menyimak suara percakapan seseorang dan mengembangkan kemampuan bicaranya

b) Tuli ( deaf ), adalah mereka yang pendengarannya sudah tidak dapat digunakan sebagai sarana utama guna mengembangkan kemampuan bicara, namun masih dapat difungsikan sebagai suplemen (bantuan) pada pengelihatan dan perabaan.

c) Tuli total ( totally deaf ), adalah meraka yang sudah lama sekali tidak

memiliki pendengaran, sehingga tidak dapat digunakan untuk

menyimak/mempersepsi dan mengembangkan bicara. Selanjutnya dalam Wikipedia, the free encyclopedia dinyatakan :

“Hearing impairments are categorized by their type (conductive, sensorineural, or both), by their severity, and by the age of onset. Furthermore, a hearing impairment may exist in only one aer unilateral) or in both ears (bilateral)”.

Gangguan pendengaran yang dikatogorikan berdasarkan jenis mereka (konduktif, sensorineural, atau keduanya), dengan keparahan mereka, dan pada usia onset. Selain itu, gangguan pendengaran mungkin ada pada salah satu telinga (unilateral) atau pada kedua telinga (bilateral).

c. Faktor Penyebab Terjadinya Gangguan Pendengaran

Apabila alat pendengaran mengalami kelainan, baik yang sebagian maupun keseluruhan dapat menyebabkan seseorang mengalami gangguan pendengaran. Secara terinci determinasi gangguan pendengaran dapat penulis uraikan dari pendapat beberapa ahli sebagai berikut :

1). Penyebab Gangguan Pendengaran Menurut Brown yang dikutip oleh Heward & Orlansky dalam Mulyono dan Sudjadi ( 1994:71 ), yaitu :


(30)

commit to user

a) Maternal Rubella ( campak, pada waktu ibu mengandung muda terkena penyakit campak sehingga dapat menyebabkan rusaknya pendengaran). Faktor keturunan, yang tampak adanya beberapa anggota keluarga yang mengalami kerusakn gangguan pendengaran.

b) Ada komplikasi pada saat dalam kandungan dan kelahiran prematur, berat badan kurang, bayi lahir biru, dan sebagainya.

c) Meningitis ( radang otak ) sehingga ada semacam bakteri yang dapat merusak sensitivitas alat dengar di bagian dalam telinga.

d) Kecelakaan/trauma atau penyakit.

2). Menurut Andreas Dwidjosumarto ( 1995:33 ) waktu terjadinya Gangguan Pendengaran :

a) Sebelum lahir ( Prenatal ).

Kondisi ibu yang terkena infeksi atau keracunan pada saat mengandung, sakit influenza atau campak, terutama 3 bulan pertama usia kandungan. Sebab-sebab pada saat sebelum lahir ini, termasuk juga faktor darah dimana darah anak tidak cocok dengan darah ibunya.

b) Pada saat kelahiran ( neonatal ).

Pada saat lahir terjadi kecacatan seperti pada bagian luar telinga, gendang suara di bagian tengah, dan perkembangan mekanisme saraf yang di bawa karena keturunan dapat terjadi pada saat anak lahir, atau terjadi segera setelah anak lahir.

Penyebabnya antara lain adalah akibat terkenan oleh pinggul ibu atau akibat penggunaan alat yang menyebabkan pendarahan di otak sehingga merusak sistem saraf aoxia.

c) Pada saat sesudah kelahiran ( postnatal ) karena penyakit atau kecelakaan. Contohnya meningitis, penyakit jengkering, penyakit gondok, diphteri, batuk rejan campak, penyakit typhus, otitis media, gegar otak. Apabila terjadi pada tahun-tahun awal, yaitu sebelum anak berbahasa maka pelayanan pendidikannya sama seperti anak dengan gangguan pendengaran sejak lahir.

3). Penyebab Gangguan Pendengaran menurut Boothroyd dalam Mulyono ( 1994:72) antara lain :

a) Karena keturunan, ada faktor-faktor yang di bawa oleh orang tuanya.

b) Karena penyakit, yaitu ibu pada waktu mengandung muda menderita suatu penyakit seperti rubella.

c) Karena obat-obtan, kadang-kadang ibu yang sakit banyak meminum obat, sehingga dapat berpengaruh pada perkembangan alat dengar anak yang masih dalam kandungan, dan juga pada anak yang terlalu banyak

minum obat atau salah ukurannya dapat mengganggu alat

pendengarannya.

d) Karena kondisi traumatis sperti kurang gizi, radiasi, kekurangan oksigen pada saat kelahiran premature, atau karena mendengar ledakan yang terlalu kuat dan kebisingan.


(31)

commit to user

d. Karakteristik Anak Dengan Gangguan Pendengaran

Manusia dalam kehidupan mengalami perkembangan, baik dalam fisik maupun psikis. Gangguan Pendengaran pada seseorang tidak tampak jelas jika dibandingkan dengan ketunaan yang lain. Hal ini dikarenakan anak dengan Gangguan pendengaran mempunyai karakteristik yang khas.

Karakteristik anak dengan gangguan pendengaran dapat dilihat dari segi intelegensi, bahasa dan bicara, emosi serta sosial.

Totok Bintoro ( 2008:4 ) karakteristik anak dengan gangguan pendengaran antara lain meliputi :

1). Karakteristik Anak Dengan Gangguan Pendengaran di bidang Kognisi.

a). Kemampuan verbal ( verbal IQ ) anak dengan gangguan pendengaran lebih rendah dibandingkan kemapuan verbal anak mendengar.

b). Performance IQ anak dengan gangguan pendengaran sama dengan anak mendengar.

c). Daya ingat jangka pendek anak dengan gangguan pendengaran lebih rendah daripada anak dengar terutama pada informasi yang bersifat suksesif.

d). Pada informasi serempak antara anak dengan gangguan pendengaran dan anak mendengar tidak ada perbedaan.

e). Daya ingat jangka panjang hamper tidak ada perbedaan, prestasi akhir biasanya lebih rendah.

2). Karakteristik Anak Dengan Gangguan Pendengaran di bidang Bahasa a). Miskin dalam kosa kata

b). Terganggu bahasanya

c). Dalam berbahasa dipengaruhi emosional / visual order ( apa yang dirasakan dan apa yang dilihat ).

d) Anak dengan gangguan pendengaran cenderung pemata.

e). Bahasa merupakan hasil interaksi mereka dengan hal-hal yang konkret.

2. Tinjauan Tentang Alat Peraga Dekak-Dekak

Setiap konsep abstrak dalam Matematika yang harus dipahami anak perlu segera diberi penguatan supaya mengendap, melekat, dan tahan lama serta tertanam sehingga menjadi miliknya dalam pola tindakannya.


(32)

commit to user

Untuk keperluan inilah maka diperlukan belajar melalui berbuat dan pengertian tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat-ingat fakta saja yang tentunya akan mudah dilupakan dan sulit untuk dimiliki.

Karena itulah maka dalam pengajaran Matematika di SLB-B khususnya tingkat Dasar diperlukan alat peraga.

a. Pengertian Alat Peraga

Menurut Estiningsih ( 1994:15 ) ” alat peraga merupakan media pembelajaran dari yang konkrit untuk memahami konsep yang abstrak dengan benda-benda konkrit (rii) dengan perantara atau visualisasi yang mengandung atau membawakan ciri-ciri konsep yang dipelajari”.

b. Alat Peraga Dekak-Dekak

Menurut Suherman, dkk ( 2003:203 ) “yaitu alat untuk menghitung berupa deretan bulatan dari kayu, plastik dan sebagainya yang bertusuk ( setusuk berisi 10 butir ) dan berbingkai”.

c. Penjumlahan

Suharsimi Arikunto ( 1999:20 ) mengemukakan “Penjumlahan adalah Penambahan sekelompok bilangan atau lebih menjadi suatu bilangan yang merupakan jumlah”.

d. Fungsi dan manfaat alat peraga dalam pengajaran Matematika yaitu : 1). Anak akan lebih banyak mengikuti pelajaaran matematika dengan

gembira, sehingga minatnya dalam mempelajari matematika semakin besar. Anak akan senang, terangsang, tertarik dan bersikap positif terhadap pengajaran matematika.

2). Dengan disajikannya konsep abstrak matematika menjadi konkrit,

maka siswa pada tingkatan yang lebih rendah akan mudah memahami dan mengerti.

3). Anak akan menyadari adanya hubungan antara pengajaran dengan benda di


(33)

commit to user

4). Memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi sehingga merangsang siswa untuk belajar.

5). Menciptakan situasi belajar yang tidak dapat dilupakan oleh siswa.

3. Tinjauan Tentang Hasil Belajar Matematika a. Pengertian Hasil Belajar

Zainal Arifin (1990: 3) mengemukakan bahwa ”Hasil belajar adalah hasil dari kemampuan ketrampilan dan sikap sesorang dalam menyelesaikan suatu hal”. Sedangkan menurut Poerwadarminto (1989:7000) dikatakan bahwa ”Hasil artinya

hasil yang pernah dicapai (dari yang telah dilakukan atau dikerjakan)”. Dari pengertian itu dapat diambil kesimpulan bahwa Prestasi adalah sesuatu hasil

yang pernah dicapai yaitu kemampuan sikap dan keterampilan seseorang dalam menyelesaikan suatu hal.

Menurut Nasution (1986: 43) menyatakan bahwa: ”Hasil belajar, adalah proses belajar yang dilakukan siswa akan menghasilkan perubahan, perubahan-perubahan ini meliputi bidang atau aspek pengetahuan, perubahan-perubahan keterampilan, nilai dan sikap”. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa hasil belajar, adalah hasil proses belajar yang menghasilkan perubahan.

Perubahan itu dapat dilihat dari kemampuan yang dimiliki, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa.

Sedangkan Winkel. WS. (1996 : 53) ”Hasil belajar adalah Suatu aktifitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dalam nilai sikap, perubahan ini bersifat relatif konstan dan berbekas”. Perubahan-perubahan itu dapat berupa suatu hasil yang baru atau pula penyempurnaan terhadap hasil yang diperoleh. Hasil belajar dapat berupa hasil utama, dapat juga berupa hasil sebagai efek sampingan. Proses belajar dapat berlangsung dengan penuh kesadaran, dapat juga tidak demikian.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar, adalah tingkat keberhasilan yang dicapai siswa dalam berinteraksi dengan individu dan lingkungan yang diketahui dari hasil evaluasi yang dinyatakan dalam


(34)

commit to user

bentuk nilai, serta terjadi suatu perubahan pada individu yang belajar baik aktual maupun potensial dan bersifat secara relatif konstan dan berbekas.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar secara umum.

Hasil belajar siswa satu dengan lainnya berbeda-beda, ada yang baik, ada yang sedang, ada yang kurang. Hal ini disebabkan karena adanya faktor-faktor yang turut mempengaruhi prestasi belajar, baik faktor internal maupun faktor eksternal.

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991 : 130-131) bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah :

1) Faktor Internal

a) Faktor jasmaniah baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, yang termasuk faktor jasmaniah misalnya penglihatan, pedengaran, struktur tubuh dan sebagainya.

b) Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun diperoleh, yang terdiri atas:

(1) Faktor intrinsif yang meliputi:

(a) Faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat

(b) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang dimiliki

(2) Faktor non intrintif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap kebiasaan, minat, kebutuhan dan motivasi, emosi dan penyesuaian diri.

2) Faktor eksternal,ini meliputi: a) Faktor sosial, yang terdiri atas:

(1) Lingkungan keluarga. (2) Lingkungan sekolah (3) Lingkungan masyarakat (4) Lingkungan kelompok

b) Faktor budaya, seperti adat istiadat, kesenian, ilmu pengetahuan dan teknologi.

c) Faktor lingkungan fisik , seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim. d) Faktor lingkungan spiritual dan keagamaan


(35)

commit to user

Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata (1993: 249) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah :

1) Faktor Non Sosial dalam belajar 2) Faktor Sosial dalam belajar. 3) Faktor Fisiologis dalam belajar 4) Faktor Psikologis dalam belajar

Dari keempat faktor tersebut dapat penulis uraikan sebagai berikut: 1) Faktor-faktor Non Sosial dalam belajar.

Yang termasuk faktor non sosial dalam belajar adalah : keadaan udara, suhu, udara, cuaca, waktu (pagi, siang maupun malam), tempat, alat-alat yang digunakan untuk belajar. Semua faktor tersebut harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat menciptakan proses belajar-mengajar yang maksimal.

2) Faktor-faktor sosial dalam belajar.

Yang dimaksud faktor sosial disini, adalah faktor manusia, baik manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya itu tidak secara langsung, misalnya kehadiran orang lain pada waktu seseorang sedang belajar maka hal itu akan mengganggu proses belajar anak. Selain kehadiran langsung seperti yang telah dikemukakan diatas, mungkin juga orang lain itu hadir secara tidak langsung misalnya, protret dapat merupakan representasi dari seseorang suara nyanyian dari radio atau tipe recorder juga dapat merupakan representasi dari kehadiran seseorang. Faktor-faktor sosial tersebut pada umumnya dapat mengganggu proses belajar dan hasil belajar. 3) Faktor-faktor Fisiologis dalam belajar.

Faktor-faktor fisiologis ini masih dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: keadaan jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu.

a) Keadaan jasmani pada umumnya

Keadaan jasmani pada umumnya ini dapat dikatakan melatarbelakangi aktifitas belajar, dalam hubungannya dengan hal ini ada dua macam hal yang perlu dikemukakan yaitu :


(36)

commit to user

(1) Nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar makanan ini akan mengakibatkan menurunnya kondisi jasmani, yang pengaruhnya dapat berupa kelesuan, mudah lelah, dan lain sebagainya.

(2) Beberapa penyakit yang kronis dapat mengganggu proses belajar. Misalnya penyakit influena, sakit gigi, batuk dan lain sebagainya yang sering diabaikan tetapi dalam kenyatannya penyakit semacam ini dapat mengganggu aktifitasnya belajar.

b) Keadaan fungsi jasmani tertentu terutama fungsi-fungsi panca indra. Panca indra dapat dimisalkan sebagai pintu gerbang masuknya pengaruh kedalam individu. Orang mengenal dunia sekitarnya dan belajar dengan menggunakan panca indranya. Berfungsi dengan baik panca indra merupakan syarat untuk dapat belajar dengan baik.

c) Faktor-faktor Psikologis dalam belajar.

Yang termasuk faktor psikologis dalam belajar antara lain yaitu : perhatian, pengamatan, impian dan perasaan. Selain itu pendorong yang biasanya besar pengaruhnya dalam belajar anak-anak adalah cita-cita. Cita-cita merupakan pusat dari bermacam-macam kebutuhan, artinya kebutuhan disentralisasikan disekitar cita-cita, sehingga dorongan tersebut mampu memobilisasi gerakan psikis untuk belajar.

Menurut Bimo Walgito (1986:124) Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah :

1) Faktor anak atau individu yang belajar

2) Faktor lingkungan anak

3) Faktor bahan atau materi yang dipelajari

Faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Faktor anak atau individu yang belajar

Faktor anak ini sangat penting dalam aktifitas belajar, sebab anak itu belajar atau tidak tergantung dari anak yang bersangkutan. Faktor anak atau individu ini terdiri dari faktor fisik dan psikis, dimana antara kedua faktor ini saling berhubungan dan tidak dapat dipisah-pisahkan.


(37)

commit to user a) Faktor Fisik

Faktor fisik ini sangaterat hubungannya dengan kesehatan jasmani. Bila fisik sedang lelah atau sakit, maka akan dapat mengganggu proses kegiatan anak yang bersangkutan.

b) Faktor psikis

Faktor psikis yang dapat mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut :

(1) Perhatian

Bila belajar tidak disertai dengan perhatian yang baik, dimungkinkan dalam belajarnya anak akan kurang berhasil untuk mencapai hasil yang baik.

(2) Minat

Apabila dalam kegiatan belajar minat anak rendah, hal ini akan mempengaruhi konsentrasi terdapat masalah yang dipelajari. Keadaan ini secara langsung atau tidak langsung dapat berpengaruh pada hasil belajar yang akan dicapai.

(3) Dorongan ingin tahu

Semakin besar dorongan ingin tahu seseorang akan semakin besar pula minat dan perhatiannya dalam belajar. Dengan minat dan perhatian yang besar dalam belajar, kemungkinan besar anak akan mampu mencapai hasil belajar yang tinggi.

(4) Disiplin diri

Anak yang memiliki disiplin tinggi dalam kegiatan belajar akan membantu dalam menbcapai tujuan belajar yang diharapkan.

(5) Intelegensi Faktor intelegensi ini sangat dominan dalam mempengaruhi keberhasilan belajar anak. Semakin tinggi intelegensi anak, dimungkinkan semakin tinggi pada tingkat prestasi belajarnya.


(38)

commit to user 2) Faktor lingkungan anak

Lingkungan sekitar anak sangat besar sekali pengaruhnya terhadap kegiatan belajar. Faktor lingkungan ini dapat berupa lingkungan alam,

keluarga dan masyarakat. Lingkungan alam yang kurang

menguntungkan akan mempengaruhi pengaruh yang negatif terhadap kegiatan belajar anak. Begitu juga dengan lingkungan keluarga, besar sekali pengaruh pada keberhasilan belajar anak. Keluarga yang broken home misalnya, keadaan keluarga ini akan dapat menimbulkan pengaruh yang negatif pada aktivitas belajar anak. Disamping itu pengaruh lingungan juga besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar anak. Lingkungan masyarakat yang kurang baik akan dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar anak.

3) Faktor bahan atau materi yang dipelajari

Bahan atau materi yang dipelajari siswa atau peserta didik dalam belajar, sangat berpengaruh dalam pencapaian hasil belajar. Anak yang mempelajari mata pelajaran yang tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki akan mengakibatkan anak mengalami kesulitan belajar, sehingga hasil belajar yang dicapai rendah.

Dari beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar, faktor yang lebih kuat adalah faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri, karena keberhasilan siswa dapat dipengaruhi oleh kecerdasan atau bakat yang telah dimiliki siswa. Keberhasilan siswa akan tercapai bila kecerdasan yang dimiliki siswa didukung dengan adanya lingkungan yang baik dan strategi belajar yang tepat.

c. Pengertian Matematika.

Johnson dan Rising yang dikutip oleh Tombokan Runtukahu (1994:15) memberikan pengertian sebagai berikut :

1) Matematika, adalah pengetahuan terstruktur dimana sifat dan teori dibuat secara deduktif berdasarkan unsur-unsur yang didefinisikan


(39)

commit to user

atau tidak didefinisikan dan berdasarkan sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya.

2) Matematika, adalah bahasa simbul tentang berbagai gagasan dengan menggunakan istilah-istilah yang didefisikan secara cermat, jelas dan akurat.

3) Matematika, adalah seni dimana keindahannya terdapat dalam

kelembutan dan keharmonisan.

Sedangkan Departemen Pendidikan Nasional (1993 : 47) adalah : Matematika sekolah, adalah matematika yang diajarkan di Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Matematika sekolah terdiri atas bagian-bagian Matematika yang dipilih guna menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi siswa secara terpadu pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini berari bahwa Matematika sekolah tidak dapat dipindahkan sama sekali dari ciri-ciri yang dimiliki Matematika. Ciri penting dan matematika adalah memiliki obyek

kejadian yang abstrak dan berpola pikir deduktif dan onsisten. Dipandang dari segi proses instrumen yang memiliki obyek dasar abstrak dan

berlandaskan kebenaran konsistensi untuk mencapai tujuan pendidikan.

Berdasarkan pendapat tersebut diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa : bidang studi Matematika, yaitu ilmu yang mempelajari bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam Matematika yang perlu dibuktikan kebenarannya.

d. Tujuan Pelajaran Matematika

Menurut Kurikulum Sekolah Dasar 1993 tentang Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP), tujuan pelajaran Matematika adalah sebagai berikut :

1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan efektif.


(40)

commit to user

2) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan Matematika dan pola

pikir Matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

Sedangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, SDLB Tunarungu Wicara, Depdiknas (2006: 101-102) Mata pelajaran Matematika bertujuan sebagai berikut :

1) Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep

dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi Matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika.

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah

merancang model Matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan dan masalah.

5) Memahami sikap menghargai kegunaan Matematika dalam

kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari Matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan uraian tujuan Matematika tersebut diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa Matematika, bertujuan agar siswa mampu berfikir kritis, realitis dan penuh penalaran sehingga hasil yang diharapkan dapat akurat dan efisien.

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Matematika

Keberhasilan belajar Matematika akan berhasil dengan baik bila proses Matematikanya baik, yaitu melibatkan intelektual dan emosional peserta didik secara optimal. Hal ini bisa dicapai bila faktor-faktor ini dikelola dengan sebaik-baiknya. Faktor-faktor tersebut menurut Sudarinah dan Maryana (1991: 100 – 101) adalah :


(41)

commit to user 1) Tujuan

Tujuan harus dinyatakan dengan jelas apa yang hendak dicapai. Sebaiknya tujuan itu dirumuskan sedemikian sehingga tingkah laku anak didik pada akhir kegiatan dapat diamati.

2) Bahan

Bahan yang dimaksud disini adalah Matematika yang menjadi isi interaksi. Bahan itu adalah untuk menjawab pertanyaan materi apa yang akan diberikan kepada siswa.

3) Siswa

Telah disebutkan diatas, salah satu faktor interaksi adalah siswa yang belajar. Jadi siswa aktif mengalami bagaimana belajar itu. Faktor siswa itu adalah untuk menjawab pertanyaan kepada siapa sesuatu itu (dalam hal ini Matematika).

4) Pengajar

Faktor ini merupakan salah satu sumber belajar. Pengajar disini melaksanakan kegiatan-kegiatan agar interaksi dapat berjalan efektif. Pangkal perhatian haruslah kepada siswa, artinya didalam proses belajar mengajar itu siswa harus aktif belajar. Karena itu jenis pertanyaan guru harus cocok dengan kemampuan siswa sehingga dapat memberi motivasi belajar pada sisa.

5) Metode

Metode disini berkaitan dengan cara mengajar untuk mencapai suatu tujuan. Faktor ini merupakan tanggung jawab terhadap pertanyaan bagaimana materi pelajaran itu diajarkan sehingga terjadi proses belajar mengajar yang efektif.

6) Situasi

Situasi ini berkenan dengan keadaan terjadinya proses belajar-mengajar. Faktor ini sangat berkaitan dengan metode penyampaian. Suatu metode mungkin tepat untuk situasi tertentu, namun tidak cocok untuk situasi yang lain, situasi ini harus dibuat sedemikain rupa sehingga terjadi proses belajar mengajar yang efektif.


(42)

commit to user 7) Penilaian

Penilaian dipergunakan untuk melihat bagaimana terjadinya interaksi dengan demikian kita dapat melihat berlangsungnya proses belajar mengajar.

f. Ruang Lingkup Matematika

Menurut Sunardi (1998: 1) ruang lingkup Matematika meliputi: 1) Operasi perhimpunan atau aritmatika

2) Pengukuran 3) Aljabar 4) Bangun ruang

5) Berfikir secara kuantitatif

Sedangkan menurut Dali S. Naga yang dikutip oleh Mulyono Abdurrahman (1997: 218), bidang studi Matematika yang diajarkan di SD mencakup tiga cabang yaitu:

1) Aritmatika 2) Aljabar 3) Geometri

(a) Aritmatika atau berhitung adalah cabang Matematika yang berkenaan dengan sifat hubungan-hubungan bilangan nyata dengan perhitungan mereka terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Secara singkat aritmatika atau berhitung adalah pengetahuan tentang bilangan.

(b) Aljabar adalah penggunaan abjad dalam aritmatika. Aljabar ternyata tidak hanya menggunakan abjad sebagai lambang bilangan yang diketahui atau yang belum diketahui, tetapi juga menggunakan lambang-lambang lain seperti titik-titik, lebih besar, lebih kecil dan sebagainya

(c) Geometri adalah cabang matematika yang berkenaan dengan titik dan garis.

”Dalam penelitian ini jenis Matematika adalah Aritmatika atau berhitung yang meliputi penjumlahan bilangan 1 – 10”.


(43)

commit to user g. Pengukuran Hasil Belajar Matematika

Bagi para pendidik, masalah penilaian pendidikan merupakan hasil dari proses belajar mengajar.

Menurut Moedjiono (1995: 2), cara paling umum dilakukan para pendidik untuk menilai seberapa jauh hasil proses belajar mengajarnya telah mencapai tujuan, adalah dengan melakukan tes kepada peserta didiknya, suatu jenis tes kecakapan yang menggambarkan (mengukur) apa yang dapat dilakukan oleh seseorang tentang sesuatu yang telah dipelajarinya disebut tes hasil belajar.

Moedjiono (1995: 30), tes hasil belajar dapat dibagi menjadi: ”pretest, posttest dan entering behavior test.”

1) Pretest biasanya dilakukan sebelum dimulainya suatu proses belajar

mengajar, yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana para siswa telah menguasai bahan yang akan diberikan.

2) Posttest biasanya dilakukan setelah suatu proses belajar mengajar itu

selesai, yang bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan pada suatu periode waktu tertentu. Bila posttest ini bertujuan untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang telah dilakukan, maka disebut test formatif. Sedangkan bila tujuan utamanya untuk menentukan kedudukan(lulus atau naik-tidaknya) seseorang, maka disebut tes sumatif.

3) Entering Behavior Test, ialah suatu yang berisi materi pelajaran atau

kemampuan-kemampuan yang seharusnya sudah dikuasai siswa sebelum mereka menempuh suatu proses belajar-mengajar tertentu. Dengan kata lain, entering behavior test ini dimaksud untuk mengetahui kemampuan-kemampuan siswa yang bisa dijadikan prasyarat untuk mengikuti suatu proses belajar-mengajar tertentu.

Dalam penelitian ini menggunakan tes perbandingan antara kondidi awal sebelum menggunakan Alat Peraga Dekak - Dekak, dibandingkan dengan nilai tindakan siklus I dan tindakan siklus II, setelah menggunakan Alat Peraga Dekak-dekak.


(44)

commit to user B. Kerangka Berfikir

Untuk mempermudah pemahaman dalam kerangka berfikir dari apa yang dilakukan oleh peneliti pada Penelitian Tindakan Kelas, Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Operasi Penjumlahan Bilangan 1 – 10 , dapat dijelaskan kerangka berfikir seperti di bawah ini :

Penjelasan :

1. Kondisi Awal Proses kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Matematika sebelum menggunakan Alat Peraga Dekak-dekak, namun tetap menggunakan metode yang lain seperti, caramah, resetasi (tugas) dan lain-lan.

2. Tindakan Proses kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Matematika menggunakan Alat Peraga Dekak-dekak, walaupun tidak meninggalkan alat peraga yang lain.

3. Kondisi akhir, hasil mata pelajaran Matematika setelah melakukan tindakan dengan menggunakan Alat Peraga Dekak-dekak, apabila hasilnya sudah mengalami peningkatakan siklus I sudah selesai, namun apabila hasilnya belum mengalami peningkatakan, penelitian tindakan kelas pada siklus II.

Gambar 1. Skema Kerangka Berfikir

Menggunakan Alat peraga Dekak - dekak

Hasil belajar

Matematika Operasi penjumlahan bilangan 1 - 10 mengalami peningkatan dan mencapai ketuntasan belajar

Hasil belajar

Matematika Operasi penjumlahan bilangan 1 -10 siswa Kelas D-I masih di bawah KKM KONDISI

AWAL

Sebelum

menggunakan alat peraga dekak-dekak


(45)

commit to user C. Hipotesis Tindakan

Agar permasalahan yang diajukan dalam penelitian dapat terjawab, maka disusunlah hipotesis tindakan sebagai berikut :

”Melalui Alat Peraga Dekak - Dekak Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Operasi Penjumlahan Bilangan 1 – 10 Pada Siswa Dengan Gangguan Pendengaran Kelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang Tahun Pelajaran 2010/2011”.


(46)

commit to user BAB III

METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Tempat Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di Sekolah Luar Biasa Bagian Tunarungu Wicara (SLB-B YPPALB Kota Magelang) Jalan Cemara Tujuh No.34.A Kelurahan Kedungsari Kecamatan Magelang Utara Kota Magelang Tahun Pelajaran 2010/2011. Dengan pertimbangan Penelitian Tindakan Kelas sesuai dengan tempat bertugas, sehingga peneliti dapat melakukan penelitian sekaligus melaksanakan tugas sehari – hari tanpa harus mengganggu proses pembelajaran sesuai dengan tugas pokok peneliti, bahkan penelitian ini merupakan hal yang sangat tepat dan menunjang proses kegiatan belajar mengajar, sehingga masalah -masalah yang timbul dalam proses pembelajaran diteliti mengapa timbul masalah, apa saja penyebabnya, kesulitan-kesulitan siswa, bagaimana mengatasinya sampai dengan ditemukan cara pemecahannya. Dengan demikian kualitas proses belajar mengajar dapat ditingkatkan sehingga nilai hasil belajar dapat meningkat pula. Hasil Penelitian Tindakan Kelas tersebut didokumentasikan melalui daftar nilai sehingga sewaktu-waktu dapat dibuka kembali dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi teman-teman guru Sekolah Luar Biasa Bagian Tunarungu Wicara (SLB-B YPPALB Kota Magelang) sekaligus dapat dijadikan sebagai dasar penelitian selanjutnya.

2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini dibutuhkan waktu selama 3 bulan efektif. Penelitian dilaksanakan dengan mengambil waktu semester II dari

bulan Januari 2011 sampai dengan Maret 2011. Adapun perinciannya sebagai berikut:


(47)

commit to user Tabel 1 : Jadwal Penelitian

No. Kegiatan Bulan

Januari Pebruari Maret

1. Penulisan Proposal V

2. Persetujuan Proposal oleh

Pembimbing

V

3. Perijinan Penulisan Skripsi

Tingkat Prodi, Jurusan, FKIP

V

4. Penulisan Bab I, II, dan III V

5. Persetujuan Bab I, II, dan III oleh Pembimbing

V

6. Perijinan Penelitian V

7. Pelaksanaan Penelitian V

8. Penulisan Bab IV dan V V

9. Konsultasi dan persetujuan Bab IV dan V oleh Pembimbing

V

10. Persetujuan Total skripsi oleh Pembimbing


(48)

commit to user B. Subyek Penelitian

“Pada penelitian adalah berupa orang, benda, proses, kegiatan dan tempat”. (Suharsimi Arikunto, 2005 : 89). Subyek Penelitian Tindakan Kelas ini sejumlah siswa. Adapun subyek penelitian adalah siswa kelas D-I Sekolah Luar Biasa Bagian Tunarungu Wicara (SLB-B YPPALB) Kota Magelang, Adapun jumlah siswa kelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang Tahun 2010/2011 berjumlah 4 anak yang terdiri 2 laki-laki, dan 2 perempuan”.

C. Data dan Sumber Data

Data penelitian yang dikumpulkan berupa hasil belajar siswa dan keaktifan siswa kelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang serta faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya prestasi dan keaktifan siswa. Data penelitian dikumpulkan dalam berbagai sumber yang meliputi :

Data penilitian dikumpulkan berupa informasi tentang :

1. Data Siswa : Siswa kelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang data yang diperoleh berupa penilaian terhadap kondisi pembelajaran Matematika dengan menggunakan Alat Peraga Dekak-dekak.

2. Data Nilai : Nilai awal sebelum perbaikan pembelajaran dari nilai tes sebelum dilaksanakan perbaikan pembelajaran siklus I dan siklus II.

3. Hasil pengamatan/observasi terhadap siswa waktu mengikuti kegiatan belajar baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

Data yang dikumpulkan berasal dari beberapa sumber antara lain : 1. Data siswa / subyek penelitian dari buku daftar kelas, yaitu Anak Dengan

Gangguan Pendengaran dan guru SLB-B YPPALB Kota Magelang.

2. Dokumentasi tentang nilai hasil belajar penjumlahan bilangan 1 – 10 dengan Alat Peraga Dekak-dekak.


(49)

commit to user

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik atau metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peniliti dalam pengumpulan data penilitiannya.

Menurut Suharsimi Arikunto ( 1993 : 27 ) macam metode pengumpulan data

dalam penelitian antara lain adalah : ”Angket, wawancara, pengamatan ( observasi ), tes dan dokumentasi, secara teliti serta pencatatan secara

sistematis”.

1. Tehnik Angket

Menurut Suharsimi Arikunto ( 1993 : 27 ). ”Kumpulan pertanyaan yang diajukan secara tertulis untuk mengumpulkan data yang berupa pertanyaan yang disampaikan kepada responden untuk di jawab secara tertulis”.

2. Tehnik Wawancara ( 1998 : 237 ). ” Suatu proses komunikasi interaksional antara dua pihak secara verbal dan non verbal dan mempunyai tujuan tertentu yang spesifik”.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

1. Tehnik Dokumentasi

a. Pengertian Tehnik Dokumentasi.

Menurut Suharsimi Arikunto ( 1998 : 236 ), ”Mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, legger, surat majalah, prasasti, natulen rapat, agenda”. Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data sekunder, melalui dokumen yang ada.

b. Dokumentasi yang Digunakan :

Dalam penelitian ini, metode dokumentasi yang digunakan untuk memperoleh data tentang hasil awal Matematika siswa yang diambil dari nilai ulangan kelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang.

Skor penilian berupa nilai angka hasil mid semester mata pelajaran Matematika terlampir pada halaman 43.


(50)

commit to user 2. Tehnik Observasi.

a. Pengertian Tehnik Observasi.

Budiyono yang dikutip oleh Sadjidan (2003:53) mengemukakan bahwa “Observasi adalah cara pengumpulan data dimana peneliti melakukan pengamatan terhadap subyek penelitian, sehingga

subyek penelitian tidak tahu bahwa dia sedang diamati”. Dalam pelaksanaan observasi terhadap siswa selama pembelajaran

berlangsung, dikelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang dibantu oleh teman sejawat.

b. Jenis-jenis observasi.

Dalam melakukan observasi menurut Retno Winarni

(2009:84-85) ada 4 jenis observasi yaitu : 1) Observasi Terbuka

Pengamat tidak menggunakan lembar observasi, melainkan hanya menggunakan kertas kosong merekam pelajaran yang diamati.

2) Observasi Terfokus

Ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu dari

pembelajaran.

Misalnya : yang diamati kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi.

3) Observasi Terstruktur

Observasi menggunakan instrumen yang terstruktur dan siap pakai, sehingga pegamat hanya tinggal membubuhkan tanda (V) pada tempat yang disediakan.

4) Observasi Sistemmatik

Observasi sistematik lebih rinci dalam katogori yang diamati. Misalnya : dalam pemberian penguatan, data dikatogorikan menjadi penguatan verbal dan non verbal.


(51)

commit to user c. Observasi yang digunakan

Dalam penelitian ini digunakan observasi terstruktur, dimana obeservasi menggunakan instrumen yang terstruktur dan siap pakai, sehingga pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda (V) pada tempat yangdisediakan pada lembar pengamatan aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Operasi Penjumlahan Bilangan 1 – 10 Melalui Penggunaan Alat Peraga Dekak-Dekak.

Alasan digunakan observasi terstruktur adalah mempermudah observer melakukan pengamatan dan observasi terstruktur sesuai dengan masalah yang diteliti.

3. Tehnik Test

a. Pengertian Tehnik Test.

Lebih lanjut Budiyono yang dikutip oleh Sadjidan

(2003:54) berpendapat “ Metode Test adalah cara pengumpulan data yang menghadapkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan atau suruhan-suruhan kepada subyek penelitian.”

Dalam penelitian ini, metode test digunakan untuk mengumpulkan data mengenai penggunaan Alat Peraga Dekak-dekak siswa terhadap materi yang disampaikan.

b. Jenis-jenis Test 1) Jenis test

Jenis test ada dua yaitu test tertulis dan test lisan, dalam pengambilan data peneliti menggunakan tes tertulis, setelah pelaksanaan tindakan baik siklus I maupun siklus II dilakukan. 2) Materi test

Materi test, adalah melakukan penjumlahan 1 – 10. c. Tes yang Digunakan

Bentuk test yang dipakai adalah test tertulis. Siswa yang


(52)

commit to user

Test yang digunakan dalam test ini adalah test obyektif isian yang terdiri dari 10 item soal.

Skor penilaian terhadap test yaitu jawaban benar mendapat nilai 10 dan jawaban salah mendapat nilai 0.

E. Validasi Data

Informasi yang telah dikumpulkan oleh peneliti dan akan dijadikan dalam penelitian ini perlu diperiksa validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Adapun teknik yang digunakan untuk validitasi data dalam penelitian menggunakan teknik Triangulasi data.

Menurut Heribertus Sutopo (2000 : 34) mengemukakan sebagai berikut : Triangulasi adalah penelitian dengan menggunakan berbagai sumber data yang berbeda untuk mengumpulkan data sejenis atau sama. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan dalam pembelajaran penjumlahan bilangan 1 – 10 dengan Alat Peraga Dekak-dekak.

1. Memberikan tes untuk mengetahui penjumlahan bilangan 1 – 10 dan

selanjutnya menganalisis hasil perolehan penjumlahan bilangan 1 – 10 untuk mengidentifikasi kesalahan yang mereka buat.

2. Melakukan wawancara dengan guru lain untuk mengetahui pandangan guru tentang hambatan-hambatan yang dialami oleh siswa dalam penjumlahan bilangan 1 – 10 dengan Alat Peraga Dekak-dekak yang dilakukan oleh guru.

F. Tehnik Analisis Data

Menurut Imam dkk yang dikutip Sarwiji Suwandi dan Madyo Ekosusilo (2007: 25) Analisis data adalah proses menyeleksi, menyederhanakan, memfokuskan, mengorganisasikan data secara sistematik dan rasional untuk menampilkan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk menyusun jawaban


(53)

commit to user

terhadap PTK. Dengan demikian analisis data dalam penelitian ini dimulai sejak awal sampai berakhirnya pengumpulan data (Analisis Proses dan Produk). Analisis yang dilakukan berupa penilaian terhadap semua data kegiatan penelitian yang telah dilakukan di lapangan. Data-data dari hasil penelitian di lapangan diolah dan di analisis secara kualitatif. Kegiatan analisis data dilakukan dalam tiga komponen berurutan yaitu, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan Penarikkan kesimpulan merupakan upaya pencarian makna data, dalam penelitian digunakan teknik Triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu lain di luar data itu.

G. Indikator Kinerja

a. Bagi siswa

Dengan menggunakan Alat Peraga Dekak-dekak dapat meningkatkan hasil belajar yang ditandai dengan siswa memperoleh nilai tes 6,0 dan secara klasikal 80% siswa harus mencapai batas nilai minimal tersebut.

b. Pada Aspek Proses

Perhatian siswa pada mata pelajaran Matematika dengan menggunakan alat peraga dapat meningkat, termasuk keaktifan mengikuti pelajaran

H. Prosedur Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dilaksanakan dengan didasarkan pada

perencanaan yang telah disusun dengan menggunakan model siklus ( direncanakan 2 siklus ), yang setiap siklus tercakup 4 ( empat ) kegiatan, yaitu

(1) perencanaan ( planning ), (2) pelaksanaan ( acting ) (3) observasi

( observing ), dan interprestasi, dan (4) analisis dan refleksi ( reflecting ). Secara

visual tahapan pada setiap siklus.


(1)

commit to user

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi di atas, dapat diketahui bahwa siswa telah memanfatkan waktu dengan baik. Untuk menindaklanjutinya, pembelajaran pada siklus berikutnya perlu ditekankan pada siswa pentingnya pemanfaatan waktu, serta pemahaman tentang penjumlahan bilangan 1 – 10.

Siswa telah bersemangat dalam melakukan kegiatan pembelajaran meningkatkan hasil belajar Matematika tentang penjumlahan bilangan 1 – 10 dan seringnya tanya jawab dilakukan antara siswa dengan siswa dan bertanya pada guru menjadikan siswa semakin paham akan pentingnya penggunaan Alat Peraga Dekak-dekak untuk meningkatkan hasil belajar Matematika sehingga siswa yang menghadapi kesulitan tentang materi dan membahasnya dapat teratasi. Pada pembelajaran pada siklus II siswa telah mempersiapkan diri dan memperhatikan guru dalam penggunaan Alat Peraga Dekak - dekak dalam penjumlahan bilangan 1 – 10.

Keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru semakin meningkat. Siswa besemangat sehingga penggunaan Alat Peraga Dekak-dekak dalam pembelajaran Matematika yang dilaksanakan guru bermanfaat untuk meningkatan hasil belajar Matematika. Siswa terus dibimbing dan diarahkan dan intraksi dengan siswa semakin sering sehingga pembelajaran semakin terarah.

B. Hasil Penelitian

Hasil belajar Matematika tentang penjumlahan bilangan 1 – 10 pada siklus I menunjukkan bahwa 1 siswa mendapat nilai kurang dari 6 yang dinyatakan belum tuntas belajar Matematika. Sedangkan 3 siswa mendapat nilai 6 yang dinyatakan telah tuntas Belajar Matematika tentang penjumlahan bilangan 1 - 10. Nilai rata-rata kelas 5,75. Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa proses pembelajaran Matematika tentang penjumlahan bilangan 1 – 10 melalui penggunaan Alat Peraga Dekak-dekak pada siklus I belum berjalan maksimal dan perlu perbaikan karena masih ada siswa yang mendapat nilai dibawah Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 6.


(2)

commit to user

Dari hasil tindakan siklus I yang belum tuntas baik secara individu maupun secara klasikal, maka masih perlu diadakan perbaikan pembelajaran Matematika tentang penjumlahan bilangan 1 – 10 dari guru kelas. Guru berusaha meningkatkan aktivitas mengajar dengan melakukan perbaikan terhadap indikator yang masih kurang sehingga diharapkan pada siklus II aktivitas guru dalam proses pembelajaran dapat berhasil dengan baik.

Dari hasil pengamatan pada siklus II, diperoleh dari lembar pengamatan aktivitas guru dalam pembelajaran Matematika tentang penjumlahan bilangan 1 – 10 dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru dalam pembelajaran Matematika tentang penjumlahan bilangan 1 - 10 melalui Alat Peraga Dekak-dekak telah menunjukkan aktivitas yang diharapkan, guru telah mendalami penggunaan Alat Peraga Dekak-dekak, dengan penekanan tersebut terdapat peningkatan yang signifikan terhadap aktivitas guru dalam pembelajaran Matematika tentang penjumlahan bilangan 1 – 10.

A

ktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Matematika tentang penjumlahan bilangan 1 – 10 dalam Siklus II sudah sesuai yang diharapkan, karena rata-rata aktivitas belajar siswa telah mencapai ketuntasan aktivitas, guru terus memotivasi belajar siswa dengan menjelaskan keuntungan dan kelebihan pembelajaran Matematika tentang penjumlahan bilangan 1 – 10 melalui Alat Peraga Dekak-dekak.

Hasil belajar Matematika tentang penjumlahan bilangan 1 - 10 pada siklus II, menunjukkan seluruh siswa mendapat nilai di atas 6, yang dinyatakan telah tuntas belajar Matematika tentang penujumlahan bilangan 1 – 10. Nilai rata-rata kelas 6,75.. Ketuntasan secara klasikal sebesar 100% yang dinyatakan telah tuntas belajar Matematika tentang penjumlahan bilangan 1 – 10. Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa proses pembelajaran Matematika tentang penjumlahan bilangan 1 – 10 melalui Alat Peraga Dekak-dekak pada siklus II telah berjalan maksimal.


(3)

commit to user

Tabel : 5

Nilai Kondisi Awal, Nilai Siklus I, Dan Nilai Siklus II Tentang Penjumlahan Bilangan 1 – 10 Kelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang.

No. Identitas Siswa Nilai

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

1. MR 4 5 6

2. AK 5 6 7

3. JH 6 6 7

4. EP 5 6 7

Dari Keterangan Tabel di atas dapat Di lihat Grafik Kondisi Awal, Nilai Siklus I, Nilai Siklus II Penjumlahan Bilangan 1 – 10 seperti di bawah Ini :

Grafik 4. Kondisi Awal, Nilai Siklus I, Nilai Siklus II, MR, AK, JH, dan EP Tentang Penjumlahan Bilangan 1 – 10.

0 1 2 3 4 5 6 7

MR AK JH EP

Kondisi Awal

Nilia Siklus I


(4)

commit to user

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Menurut Bima Walgito (1986: 124) bahwa bahan atau materi yang dipelajari

anak sangat berpengaruh dalam pencapaian hasil belajar. Anak yang mempelajari pelajaran yang tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki akan mengakibatkan anak mengalami kesulitan belajar, sehingga hasil belajar yang dicapai rendah.

2. Menurut Sudarinah (1991: 100-101) bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi hasil belajar adalah situasi, dimana faktor ini sangat berkaitan dengan alat peraga. Suatu alat peraga mungkin tepat untuk situasi itu, namun tidak cocok untuk situasi lain. Untuk itu penggunaan Alat Peraga Dekak-dekak sangat tepat dalam Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Operasi Penjumlahan Bilangan 1 – 10 Kelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang. Berdasarkan data awal hasil belajar Matematika tentang penjumlahan bilangan 1 – 10, diketahui nilai rata-rata sebesar 5, terdapat 3 siswa nilai kurang dari 6, dan 1 siswa mendapat nilai 6. Ketuntasan secara klasikal sebesar 25%. Berdasarkan data tersebut, rata-rata kelas belum mencapai batas tuntas yang ditetapkan. Berdasarkan hasil tes pada siklus I, diketahui rata-rata hasil belajar Matematika tentang penjumlahan bilangan 1 – 10 sebesar 5,75 sebanyak 3 siswa mendapat nilai 6 (tuntas belajarnya) dan tinggal 1 siswa yang belum tuntas, karena nilainya masih di bawah 6. Ketuntasan secara klasikal telah mencapai 75%. Berdasarkan data tersebut, secara klasikal belum mencapai ketuntasan belajar. Berdasarkan hasil tes pada siklus II, diketahui rata-rata hasil belajar Matematika tentang penjumlahan bilangan 1 – 10 sebesar 6,75, seluruh siswa siswa mendapat nilai 6 atau lebih (tuntas belajarnya). Ketuntasan secara klasikal telah mencapai 100%.


(5)

commit to user

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Sebagaimana yang telah diurikan dalam bab IV tentang pelaksanaan penelitian dan pembahasan bahwa tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan Alat Peraga Dekak-dekak yang dilakukan oleh peneliti mulai siklus I maupun siklus II telah berhasil meningkatkan hasil belajar mata

pelajaran Matematika tentang penjumlahan bilangan 1 – 10 bagi siswa D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang pada tahun pelajaran 2010/2011.

Dengan demikian berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa :

” Penggunaan Alat Peraga Dekak-dekak dapat meningkatkan hasil belajar Matematika Operasi penjumlahan bilangan 1 - 10 Siswa Kelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang Tahun 2010/2011”.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kenyataan yang ada dilapangan, maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi kepala sekolah, perlu adanya pengadaan Alat Peraga Dekak-dekak untuk kegiatan belajar mengajar Mata Pelajaran Matematika di tingkat dasar.

2. Bagi Guru, pentingnya penggunaan Alat Peraga Dekak-dekak dalam

pembelajaran Mata Pelajaran Matematika Operasi penjumlahan bilangan 1 – 10, serta mengembangkan latihan-latihan yang dapat menunjang tercapainya peningkatan hasil belajar bagi siswa kelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang.


(6)

commit to user

3. Bagi orang tua, di rumah sebaiknya selalu memberikan dorongan atau bimbingan bagi siswa agar selalu menggunakan Alat Peraga Dekak-dekak untuk Mata Pelajaran Matematika operasi penjumlahan bilangan 1 – 10 sesuai dengan kemampuan berfikirnya.

4. Bagi siswa, untuk memahami konsep abstrak Matematika dalam bentuk konkrit lebih memahami dan mengerti dengan menggunakan Alat Peraga Dekak-dekak untuk operasi penjumlahan bilangan 1 – 10 Mata Pelajaran Matematika.


Dokumen yang terkait

Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Operasi Penjumlahan Dan Pengurangan Bilangan Bulat Negatif Melalui Metode Demonstrasi Dengan Menggunakan Alat Peraga (Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas Iv Mi Sirojul Athfal Bekasi)

2 56 145

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PENJUMLAHAN BILANGAN MELALUI ALAT PERAGA PUSEL BAGI SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS II DI SLB C NEGERI PURBALINGGA TAHUN PELAJARAN 2008 2009

0 12 79

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA POHON BILANGAN BAGI SISWA KELAS IC I TUNA GRAHITA SLB B – C BAGASKARA SRAGEN TAHUN PELAJARAN

0 6 17

PENGGUNAAN MEDIA DEKAK-DEKAK UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERKALIAN DAN Penggunaan Media Dekak-Dekak Untuk Meningkatkan Prestasi Matematika Materi Perkalian Dan Pembagian Pada Siswa Kelas IIA SD Muhammadiyah 16 Karangasem,Kecama

0 0 16

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA MEQIP SISWA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA MEQIP SISWA KELAS IV SD NEGERI 02 DAGEN KECAMATAN JATEN TAHUN 2010/2011.

0 0 14

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA DEKAK PADA SISWA KELAS IV Peningkatan Hasil Belajar Matematika Dengan Menggunakan Media Dekak Pada Siswa kelas IV SDN 1 Gagaksipat Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2011/2012.

0 5 15

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BILANGAN PECAHAN MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA LINGKARAN PADA SISWA KELAS IV SDN SOKA 1 SRUMBUNG MAGELANG.

0 3 235

PENGGUNAAN ALAT PERAGA DEKAK-DEKAK DALAM PEMBELAJARAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL TINGKAT LANJUTAN KELOMPOK “ADENIUM” DI SKB KLATEN.

0 0 144

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA DEKAK-DEKAK PADA SISWA KELAS III SD NEGERI SARDONOHARJO 2 KECAMATAN NGAGLIK.

4 15 246

PEMANFAATAN ALAT PERAGA DEKAK-DEKAK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DALAM MATERI BILANGAN CACAH PADA SISWA KELAS II SD 3 WATES UNDAAN KUDUS SKRIPSI

0 0 23