Umum Konsep Elemen Hingga

BAB III METODE ANALISA

3.1 Umum

Dewasa ini pemodelan struktur sudah semakin kompleks. Tidak dapat dipungkiri karena pengaruh ilmu pengetahuan yang semakin maju dan selera masyarakat yang semakin berbeda sehingga memungkinkan terbentuknya pemodelan-pemodelan dengan struktur yang bervariasi dan semakin mendekati ambang batas keamanan dari struktur tersebut. Dengan demikian, untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan tersebut maka diperlukan adanya alat yang dapat digunakan untuk membantu dan menjawab persoalan tersebut yakni semakin berkembangnya program-program komputer yang dapat memodelkan berbagai bentuk struktur sampai dengan mengukur ketahanan dan kestabilan dari pemodelan struktur tersebut. Pemograman komputer tersebut dibuat berbasiskan konsep perhitungan analisa struktur. Salah satunya adalah pemograman komputer yang berbasiskan perhitungan dengan konsep Elemen Hingga. Jadi, setiap pengerjaan data atau yang disebut dengan out put dari pemograman komputer tersebut dihitung dengan konsep tersebut walaupun tidak dijabarkan secara mendetail setiap proses perhitungan sehingga mendapakan hasil yang sedemikian rupa.

3.2 Konsep Elemen Hingga

Metode elemen hingga adalah prosedur numerik untuk memecahkan masalah mekanika kontinum dengan ketelitian yang dapat diterima oleh rekayasawan. Seperti yang terlihat dalam gambar 3.21 bahwa tegangan dan peralihan pada suatu struktur harus dicari, jawaban numeriknya tidak akan ada pada buku manapun. Metode- metode klasik menunjukkan bahwa masalah ini berupa persamaan diferensial parsial, Universitas Sumatera Utara akan tetapi jawabannya tidak ada karena geometri dan pembebanannya terlalu kompleks. Secara praktis banyak sekali masalah yang terlalu kompleks untuk diperoleh jawaban tertutupnya close form solution. Untuk itu diperlukan solusi numerik, dan salah satu yang cukup memadai adalah metode elemen hingga. Gambar 3.2.1 a Struktur bidang dengan bentuk sembarang b Model elemen hingga yang mungkin pada struktur tersebut. c Elemen segi empat bidang dengan gaya-gaya titik kumpul pi dan qi.Garis putus-putus memperlihatkan ragam deformasi sehubungan dengan peralihan arah x titik 3 [Robert D. Cook, 1990] Pada gambar 3.2.1b diperlihatkan metode elemen hingga. Daerah yang berupa segi tiga dan kuadrilateral adalah elemen-elemen hingga.Titik-titik hitam adalah titik simpul node dimana elemen yang satu berhubungan dengan yang lainnya. Suatu jaring mesh adalah susunan titik simpul dan elemen. Bentuk jaring pada gambar tersebut di atas terdiri atas elemen segi tiga dan kuadrilateral, ada yang mempunyai titik simpul pada sisinya dan ada pula yang hanya pada ujungnya. Pada dasarnya, elemen hingga merupakan bagian-bagian kecil dari struktur aktual. Akan tetapi kita tidak dapat mengubah gambar 3.2.1a menjadi gambar 3.2.1b hanya dengan membuat potongan sembarang seperti potongan-potongan material yang terikat pada titik kumpul. Apabila terpotong demikian, struktur tersebut akan sangat melemah. Selain itu, potongan-potongan tersebut akan mempunyai konsentrasi regangan pada titik-titik kumpulnya dan akan cenderung menjadi Universitas Sumatera Utara tumpang tindih atau terpisahkan disepanjang potongan. Jelasnya, pada struktur aktual tidak akan terjadi demikian, jadi elemen hingga harus dapat berdeformasi dengan cara yang terbatas. Sebagai contoh, apabila ujung-ujung elemen dikendalikan untuk tetap lurus seperti yang terlihat pada gambar 3.2.1c maka elemen yang bersebelahan dengannya tidak akan bertumpang tindih maupun terpisahkan. Untuk memformulasikan suatu elemen, maka harus dicari gaya-gaya titik simpul nodal forces yang menghasilkan berbagai ragam deformasi elemen. Gaya- gaya ini dapat dicari dengan teori dasar untuk elemen hingga “alami” seperti balok beam atau batang bar. Akan tetapi untuk elemen-elemen yang didefenisikan dengan menggambarkan garis-garis pada suatu kontinum seperti gambar 3.2.1a,b dan c diperlukan prosedur baru. Metode elemen hingga tidak dibatasi pada masalah-masalah mekanika struktural. Pada gambar 3.2.2 diperlihatkan bagaimana permukaan Ф yang berubah secara halus dapat didekati dengan permukaan yang datar. Elemen bertitik simpul empat dan delapan yang masing-masing diperlihakan dengan permukaan terpilin dan lengkung merupakan pendekatan yang baik ke fungsi situasinya. Pendekatan ini akan semakin baik apabila elemen yang digunakan semakin banyak. Gambar 3.2.2 Fungsi kombinasi Ф= Фx,y dan elemen tipikal yang dapat digunakan untu mendekatinya [Robert D. Cook, 1990] Universitas Sumatera Utara Didalam suatu elemen segi empat pada gambar 3.2.2, Ф adalah fungsi linier dari x dan y. Elevasi dan inklinasi elemen dapat didefenisikan dengan tiga harga titik simpul dari Ф. Dua elemen tidak harus mempunyai elevasi dan kemiringan yang sama. Sketsa ini memperlihatkan esensi metode elemen hingga yaitu pendekan bagian demi bagian untuk fungsi Ф dengan menggunakan polinomial yang mana masing-masing terdefenisi pada daerah elemen yang kecil dan dinyatakan dalam harga-harga titik simpul dari fungsi tersebut. Elemen adalah susunan materi yang mempunyai bentuk relatif teratur. Elemen ini akan mempunyai sifat-sifat tertentu yang tergantung kepada bentuk fisik dan materi penyusunnya. Bentuk fisik dan materi penyusun elemen tersebut akan menyebutkan totalitas element tersebut. Totalitas sifat elemen inilah disebut dengan kekakuan elemen. Jika diperinci maka sebuah struktur mempunyai Modulus elastis E, Modulus geser G, Luas penampang A, Panjang L dan Inersia I. Hal inilah yang salah satu yang perlu dipahami didalam pemahaman elemen hingga nantinya, bahwa kekakuan adalah fungsi dari E,G,A,L,I. Sebagaimana telah didefinisikan para pendahulu-pendahulu, bahwa energi itu adalah kekal dan jika aksi energi dilakukan terhadap suatu materi, maka materi akan melakukan suatu reaksi sebesar aksi tersebut. Reaksi dari materi ini akan disebut dengan gaya dalam.”GAYA DALAM “ yang ada dalam struktur didefinisikan yaitu, Gaya Normal, Gaya Lintang, dan Gaya Momen yang akan mempengaruhi bentuk fisik materi tersebut. Perubahan bentuk fisik materi ini disebut dengan peralihan displacement. Metode elemen hingga adalah suatu metode pemaparan bagaimana perjalanan aksi hingga timbul reaksi dalam materi, atau metode untuk meramal besar reaksi dan reaksi apa yang timbul dari materi tersebut. Universitas Sumatera Utara

3.2.1 Sejarah Singkat Metode Elemen Hingga

Pada tahun 1906 dan tahun-tahun berikutnya para ahli riset mengusulkan metode “analogi lattice” untuk memecahkan masalah kontinum. Disini suatu kontinum didekati dengan jaring yang teratur yang terbentuk oleh jaring-jaring yang teratur yang terbentuk oleh batang-batang elastis. Selanjutnya metode ini berkembang menjadi metode untuk menganalisis struktur rangka Pada tahun 1941, seorang ahli matematik Courant mengusulkan interpolasi polynomial bagian demi bagaian pada daerah segi tiga, sebagai cara untuk mendapatkan solusi numerik pendekatan. Courant memperkenalkan metodenya sebagai solusi Rayleigh-Ritz untuk masalah variasional. Inilah yang dikenal sebagai metode elemen hingga dewasa ini. Apa yang dikerjakan Courant tersebut semula dilupakan orang, sampai pada suatu saat para rekayasawan berhasil mengembangkannya. Pada waktu itu, pendapat para ahli masih dianggap tidak praktis karena belum ada komputer yang dapat dipakai untuk melakukan perhitungan. Setelah tahun 1953, para rekayasawan menuliskan persamaan kekakuan dalam notasi matriks dan dapat memecahkan permasalahan tersebut dengan bantuan computer digital. Makalah klasik yang ditulis oleh Turner, Clough, Martin dan Topp diterbitkan tahun 1956. Dengan makalah ini, ditambah dengan tulisan-tulisan lainnya mulailah terjadi kemajuan yang sangat pesat dalam pengembangan metode elemen hingga dalam bidang rekayasa. Nama “elemen hingga” disebutkan pertama sekali pada tahun 1960. Sejak tahun 1963, metode ini mulai dikenal sebagai sesuatu yang sangat menarik dipelajari oleh cendekiawan. Pada tahun 1967, banyak rekasawan dan matematikawan yang bekerja dengan metode elemen hingga tetapi tidak saling memperhatikan. Universitas Sumatera Utara

3.2.2 Dasar-dasar Metode Elemen Hingga

Derajat bebas degree of freedom,d.o.f didefenisikan sebagai peralihan atau rotasi suatu titik kumpul. Dengan demikian untuk sebuah elemen dengan n d.o.f., dapat ditulisakan persamaan : k11d1+ k12d2+…+ k1ndn = r1 k21d2+ k22d2+…+ k2ndn=r2 . . . . . . . 3.1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . kn1d1+ kn2d2+…+ knndn=rn dimana d i merupakan d.o.f. ke i dan r i adalah gaya atau momen padanannya yang bekerja pada elemen, k ij adalah koefisien kekakuan. Apabila diringkas menjadi bentuk matriks maka persamaan 3.1 dapat ditulis sebagai : [k] {d} = {r} . . . . . . . 3.2 yang mana [k] adalah matriks kekakuan elemen, {d} adalah vektor peralihan titik simpul elemen dan {r} adalah vektor beban titik simpul elemen. Sehingga dapat diketahuai bahwa metode kekakuan atau disebut juga metode peralihan yang mana peralihan merupakan bilangan anu yang utama yang harus dihitung. Tegangan adalah variabel sekunder dan dapat dihitung dari peralihan. Metode peralihan merupakan bentuk yang populer dari metode elemen hingga di dalam mekanika struktur. Untuk menjelaskan arti [k], maka tinjaulah gambar 3.2.3 maka persamaan 3.2 menjadi : [k] {w 1 Ө 1 w 2 Ө 2 } = {r} ………. 3.3 4x4 Apabila semua d.o.f. adalah nol kecuali d.o.f. yang ke j, dan apabila d j = 1, terlihat bahwa {r} = {k ij }, yaitu kolom ke j dari matriks {k}. Jelasnya, kolom ke j dari matirks {k} adalah vektor gaya-gaya mungkin juga momen harus diberikan pada elemen agar terjadi d j = 1, dan harus memenuhi keseimbangan statik disaat d Universitas Sumatera Utara lainnya nol. Pernyataan ini berlaku untuk setiap matriks kekakuan elemen. Dua dari empat ragam deformasi balok diperlihatkan dalam gambar 3.2.3b dan gambar 3.2.3c. Gaya-gaya k ij diperlihatkan pada pada gambar sebagai arah positif yang dimisalkan yaitu yang searah dengan d.o.f. pada gambar 3.2.3a. Jelaslah bahwa k 31 dan k 32 harus mempunyai tanda negatif. Untuk elemen yang sederhana ini, dari teori balok diperoleh kesimpulan bahwa k ij dapat dinyatakan dalam L dan kekakuan lentur EL. Gambar 3.2.3 a Elemen balok standar dengan d.o.f. nya b Ragam deformasi {d}={1 0 0 0} dan gaya-gaya yang diperlukan k i1 c Ragam deformasi {d}={0 1 0 0} dan gaya-gaya yang diperlukannya, k i2 [Robert D. Cook, 1990] Interpretasi yang diberikan pada kolom [k] berlaku juga untuk taraf struktur. Pada gambar 3.2.4 dengan menerapkan satu satuan peralihan pada masing-masing titik kumpul secara bergantian, dan setiap kali peralihan dituliskan gaya yang diperlukan, maka kita peroleh matriks 4x4 yang berbentuk : . . . . . . . . 3.4 Setiap garis putus-putus dalam persamaan 3.4 merupakan batas matriks kekakuan elemen, seperti yang terlihat dengan meninjau ui=1, kemudian ui+1=1 pada gambar 3.2.4 Dengan demikian persamaan yang menghubungkan d.o.f. yang aktif adalah : Universitas Sumatera Utara          − =                     + − − + − − P u u u k k k k k k k k k 3 2 1 3 2 2 2 2 1 1 1 1 . . . . . . . 3.5 Atau: [K] {D} = {R} . . . . . . . 3.6 Gambar 3.2.4 a Struktur yang mempunyai tiga d.o.f. aktif u 1 ,u 2 ,u 3 . Elemen hinga disini adalah pegas linier dengan kekakuan k 1 , k 2 ,k 3 . b Gaya-gaya dan d.o.f. titik kumpul untuk elemen tipikal i [Robert D. Cook, 1990] 3.3 Persaamaan Grid dan Frame Element 3.3.1 Elemen Beam dua dimensi berorientasi ke semua arah