Proses Implementasi Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Tata Ruang Dalam Menetapkan Zona Perdagangan dan Jasa di Kota Medan (Studi Pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan)

(1)

97 Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA

Budi Winarno. 2012. Kebijakan Publik Teori, Proses, dan Studi Kasus. Yogyakarta: CAPS.

Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik, ed. 2 (Yogyakarta: Gajah Mada Unversity Press).

Indrarti,Maria Farida. 2011. Ilmu Perundang-undangan ( Jenis,Fungsi dan Materi Muatan). Penerbit Kanisius: Yogyakarta

Siagian,Matias.2010.Metode Penelitian Sosial,Pedoman Praktis Penelitian Bidang Ilmu-Ilmu Sosial dan Kesehatan. PT.Grasindo Monoratama:Medan

Singarimbun, Masri. 2006.Metode Penelitian Survay.LP3ES: Jakarta

Subarsono.2005. Analisis Kebijakan Publik Konsep,Teori dan Aplikasi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta

Suhartono.2008.Metode Penelitian Deskriptif.Yogyakarta:Mandiri Prima

Tangkilisan, Hesel N. 2003. Kebijakan Publik yang Membumi.Yogyakarta: YPAPI

Wibawa, Samodra, dkk.1994. Evaluasi kebijakan Publik (Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa)

Yunus.H.S.2005.Manajemen Kota Persfektif Spasial.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sumber Undang-Undang

Peraturan Tata Ruang diatur dalam UU nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan ruang

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

Peraturan Menteri pekerjaan umum nomor 11/PRT/M/2009 tentang Pedoman Persetujuan substansi dalam penetapan rancangan peraturan daerah

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 13 tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan


(2)

98 Universitas Sumatera Utara Jurnal –Jurnal

Jurnal Perencanaan Pembangunan Di Kabupaten Bojonegoro oleh Lukman Arief. 2006

jurnal Evaluasi Penggunaan lahan di kota Kediri tahun 2003-2013 oleh Anggita S.E P

Jurnal Identifikasi Penyimpangan Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan oleh Abdul Wahid

Khatimah.Husnul.2013.Kajian Kesesuaian Pembangunan Ruko terhadap Kebutuhan Pasar di Kota Mataram.Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota. Juli-Agustus 2013

jurnal studi penentuan lokasi potensial pengembangan pusat perbelanjaan di kota Tangerang oleh Muhammad Hidayat.2011

Penerapan Program Linier untuk pemanfaatan lahan dikawasan pesisir kkota Cirebon Oleh Neng Ikeu, Yulia Asyiawati

Jurnal Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Pemanfaatan Perumahan Untuk Tujuan Komersial Dikawasan Tlogonsari Kulon, Semarang oleh Tangguh Wicaksono.Prof. Dr. FX. Sugiyanto, MS

Jurnal Konsep Perancangan Dalam Meningkatkan Kualitas Lingkungan Fisik Kawasan Perdagangan dan Jasa Jalan Jenderal Sudirman Kota Salatiga oleh Nurgianto.2013

Jurnal Pengembangan Konsep Ruang Komersial Rekreatif pada Penataan kawasan Bubakan Kota Semarang oleh Indriastjario.2003

Sumber Internet

tanggal 12 Oktober 2015 jam 18.30


(3)

47 Universitas Sumatera Utara BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1.Gambaran Umum Kota Medan

Kota Medan terletak di bagian utara Pulau Sumatera. Posisi koordinatnya adalah 3°35′LU dan 98°40′BT. Kota Medan berbatasan dengan Selat Malaka di sebelah utara dan Kabupaten Deli Serdang di sebelah barat, timur, dan utara.Medan Sumatera menjadi tempat yang strategis sebab berada di jalur pelayaran Selat Malaka. Dengan demikian, kota ini menjadi pintu gerbang kegiatan ekonomi domestik dan mancanegara yang melalui Selat Malaka. Selain itu, Medan juga berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan juga beberapa daerah kaya sumber daya alam, mempengaruhi kemampuan Medan dalam hal ekonomi sehingga memiliki hubungan kerjasama yang saling memperkuat dengan daerah sekitarnya.

Luas Kota Medan adalah sekitar 26.510 hektar atau setara dengan 265,10 km². Dengan kata lain, Kota Medan memiliki wilayah 3,6% dari keseluruha cenderung miring ke utara. Kota ini berada pada 2,5 hingga 3,5 meter di atas permukaan laut.Kota Medan dipimpin oleh seorang walikota. Secara administratif, Medan terdiri atas 151 kelurahan dan 21 kecamatan. Mayoritas penduduk Kota Medan adalah suku Batak, beberapa suku lainnya yang turut berdomisili di kota ini adalah suku Jawa, Tionghoa, Mandailing, Minangkabau, Melayu, Karo, Aceh, Sunda, dan Tamil. Selain itu, Suku pendatang dari ras Tionghoa juga menjadi bagian dari penduduk Medan. Islam dan Kristen Protestan adalah agama yang dominan di kota ini. Setelahnya, secara berurutan adalah agama Katholik, Budha


(4)

48 Universitas Sumatera Utara dan Hindu.33

Dalam menjalankan roda pemerintahan, kota Medan memiliki struktur organisasi yang mempunyai peran dan fungsi masing-masing demi mewujudkan visi dan misi kota Medan. Struktur organisasi digambarkan melalui bagan seperti berikut:

Dan untuk jumlah penduduk kota Medan selama 5 tahun terakhir dari tahun 2009-2015 menurut jenis kelamin digambarkan melalui tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1. Statistik Penduduk Kota Medan Menurut Jenis kelamin

Sumber : BPS kota Medan

33

diakses tanggal 6 desember 2015 jam 22:36

TAHUN

2013 2012 2011 2010 2009

Jumlah Pria (jiwa) 1.048.451 1.047.875 1.046.560 1.036.926 1.049.457

Jumlah Wanita (jiwa) 1.074.759 1.074.929 1.070.664 1.060.684 1.071.596

2.123.210 2.122.804 2.117.224 2.097.610 2.121.053

- - 1 -1 1

8.009


(5)

49 Universitas Sumatera Utara Gambar 3.1. Stuktur Organisasi Pemerintah Kota Medan

Sumber: Pemerintah Kota Medan

3.2.Gambaran Umum Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan.

3.2.1. Visi dan Misi

Dalam mewujudkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan mencanangkan suatu visi yaitu "Terwujudnya Kota Medan Yang Tertata, Nyaman, Modern dan Berdaya Saing".

Pencapaian visi tersebut di atas dilakukan melalui 5 misi sebagai berikut :

1. Menyusun dan mengevaluasi rencana tata ruang dan kebijakan penataan ruang dan penataan bangunan secara berkualitas dan berkesinambungan dengan melibatkan stake holder atau shareholder.


(6)

50 Universitas Sumatera Utara 2. Mengembangkan Manajemen Organisasi SDM, Program Kerja dan

Sarana Prasarana yang berkelanjutan.

3. Memberikan Pelayanan dan informasi yang prima dengan mengembangkan teknologi sistem informasi.

4. Mengendalikan kebijakan penataan ruang dan bangunan melalui pengawasan, pembinaan, penertiban dan koordinasi pembangunan. 5. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penataan ruang kota

dan bangunan

Penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi dan tujuan sebagai hasil akhir yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 5 (Lima) tahun untuk mencapai tujuan. Tujuan ditetapkan dengan mengacu kepada pernyataan visi dan misi sehingga rumusannya harus dapat menunjukkan suatu kondisi yang ingin dicapai di masa mendatang. Untuk itu tujuan disusun guna memperjelas pencapaian sasaran yang ingin diraih dari masing-masing misi, sebagaimana pejabaran pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.2 : Misi dan Penjabaran Tujuan Dinas TRTB

No Misi Tujuan

1 Menyusun dan mengevaluasi rencana tata ruang dan kebijakan penataan ruang dan penataan banguna secara berkualitas dan berkesinambungan dengan melihat stack holder atau shareholder.

Menyelenggarakan perumusan kebijakan teknis di bidang tata ruang dan tata bangunan.

2 Mengembangkan Manajemen Organisasi SDM, Program Kerja dan Sarana Prasarana yang berkelanjutan.

Meningkatnya kelancaran dalam pelaksanaan tugas urusan pemerintahan bidang tata ruang dan bangunan.

3 Memberikan Pelayanan dan informasi yang prima dengan mengembangkan teknologi sistem informasi.

Melaksanakan pelayanan umum pada masyarakat.

4 Mengendalikan kebijakan penataan ruang dan bangunan melalui pengawasan,

Mengupayakan secara optimal peraturan bidang tata ruang dan


(7)

51 Universitas Sumatera Utara pembinaan, penertiban dan koordinasi

pembangunan.

tata bangunan 5 Meningkatkan partisipasi masyarakat

dalam penataan ruang kota dan bangunan.

Meningkatkan kepedulian dan partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang.

Dalam sebuah kebijakan ada yang menjadi targetan pecapaian keberhasilan program. Sasaran merupakan hasil yang akan dicapai dalam rumusan yang spesifik, terukur, dalam kurun waktu tertentu secara berkesinambungan sejalan dengan tujuan yang ditetapkan. Untuk itu diperlukan Strategi atau langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. Supaya misi dapat dicapai maka mesti ada keselarasan antara tujuan dan strategi. Dengan demikian, strategi merupakan cara mencapai tujuan dan sasaran yang dijabarkan ke dalam kebijakan-kebijakan dan program-program.

Tabel 3.3. : Tujuan dan Sasaran Dinas TRTB

No Tujuan Sasaran

Uraian Indikator

1 Menyelenggarakan perumusan kebijakan teknis di bidang tata ruang dan tata bangunan.

1. Tersusunya rencana tata ruang dan rencana tata bangunan yang berkualita dan berkesinambungan

2. Meningkatnya ketersediaan kebijakan penataan ruang kota dan penataan bangunan yang mendukung peningkatan daya saing kota

3. Meningkatnya kualitas data-data dan peta untuk penataan ruang dan aspek pembangunan lainnya

4. Terlaksananya evaluasi secara berkala rencana dan kebijakan tata ruang dan tata bangunan

Adanya perencanaan tata ruang dan perencanaan

Adanya kebijakan panataan ruang dan bangunan

Adanya peningkatan kualitas data dan peta

Terlaksana evaluasi rencana dan kebijakan


(8)

52 Universitas Sumatera Utara 2 Meningkatnya

kelancaran dalam pelaksanaan tugas urusanpemerintahan bidang tata ruang dan bangunan.

1. Menigkatnya kualitas manajemen organisasi kerja melalui penyusunan standart, monitoring dan evaluasi

2.Meningkatnya kemampuan teknis dan oprasional aparatur melalui pelatihan dan pembinaan

3. Mendorong terlaksananya trasnfaransi akuntabilitas kinerja melalui penyusunan rencana kerja, laporan keuangan tahunan dan LAKIP

4.Meningkatnya ketersediaan dan perawatan sarana dan prasarana kerja.

Peningkatan kualitas manajemen

Adanya peningkatan kemampuan oprasional

Adanya transaparansi

Adanya perawatan sarana dan prasarana

3 Melaksanakan

pelayanan umum pada masyarakat.

1. Meningkatnya index kepuasan pelanggan terhadap pelayanan perizinan dan informasi rencana kota

2. Meningkatnya pendapatan asli daerah

3.Mendorong penyebarluasan informasi pelayanan penataan ruang dan banguna kepada masyarakat secara merata dan berkesinambung

4.Mendorong pengembangan teknologi,dalam penyebarluasan informasi

Terjadinya peningkatan pelayanan terhadap perizinan yang diterbitkan adanya

Peningkatan PAD

Tercapainya tujuan melalui informasi kepada masyarakat

Terajdinya peningkatan penyebarluasan informasi

4 Mengupayakan secara optimal peraturan bidang tata ruang dan tata bangunan

1. Meningkatnya pengawasan dan monitoring pelaksanaan kebijakan rencana tata ruang dan tata bangunan

2.Terselenggaranya peningkatan pemahaman dan kepatuhan terhadap rencana tata ruang dan tata bangunan melalui

Terjadinya peningkatan monitoring terhadap kebijakan akan penataan ruang

Meningkatnya kepatuhan terhadap rencana tata ruang


(9)

53 Universitas Sumatera Utara pembinaan, sosialisasi dan

penyebaran informasi

3. Meningkatnya upaya - upaya penertiban terhadab pelanggaran izin mendirikan bangunan sesuai ketentuan dan undang - undang yang berlaku

4. Tersedianya perlindungan hukum dan keselamatan kerja bagi aparatur dalam penegakan paraturan

5. Meningkatkan koordinasi antar bidang dan antar instansi

Terjadinya peningkatan penertiban terhadap bangunan yang bermasalah

5 Meningkatkan kepedulian dan partisipasi

masyarakat dalam perencanaan,dan

pengendalian pemanfaatan ruang.

1. Meningkatnya akses dan pemahaman masyarakat terhadap kebijakan rencana tata

ruang dan tata bangunan

2. tersedianya sarana atau wadah penyaluran aspirasi dari masyarakat

3.Meningkatnya keikutsertaan masyarakat dalam perumusan kebijakan,perencanaan,pemanfa atan dan pengendalian ruang

Adanya pengetahuan masyarakat terhadap kebijakan penataan ruang

Tersedianya wadah penyaluran aspirasi masyarakat

meningkatnya keikutsertaan masyarakat dalam perumusan kebijakan penataan ruang

3.2.2. Struktur Organisasi dan Susunan Kepegawaian

1. Struktur Organisasi

Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan dipimpin oleh 1 (satu) orang Kepala Dinas yang membawahi 4 (empat) orang Kepala Bidang dengan 12 (dua belas) Kepala Seksi dan 1 (satu) orang Sekretaris dengan 3 (tiga) orang Kepala Sub Bagian serta Kelompok Jabatan Fungsional. Adapun susunan organisasi Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan adalah sebagai berikut:

a. Kepala Dinas


(10)

54 Universitas Sumatera Utara 1.Sub Bagian Umum

2. Sub Bagian Keuangan

3. Sub Bagian Penyusunan Program c. Bidang Pengukuran dan Pemetaan, membawahi :

1. Seksi Pengukuran 2. Seksi Pemetaan

3. Seksi Pengembangan Data dan Sistem d. Bidang Tata Ruang, membawahkan:

1. Seksi Penelitian Rencana Tata Ruang 2. Seksi Rencana Tata Letak

3. Seksi Evaluasi dan Pengembangan Rencana Tata Ruang e. Bidang Tata Bangunan, membawahkan:

1. Seksi Perancangan Bangunan 2. Seksi Konstruksi Bangunan

3. Seksi Konservasi Bangunan dan Kawasan

f. Bidang Pengendalian Pemanfaatan Ruang, membawahkan: 1. Seksi Pengawasan

2. Seksi Penyuluhan 3. Seksi Pengaduan g. Kelompok Jabatan fungsional.


(11)

55 Universitas Sumatera Utara Gambar 3.2. Struktur Organisasi Dinas TRTB Kota Medan

Sumber : Dinas TRTB Kota Medan 2. Susunan Kepegawaian

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan pada tahun anggaran 2014 didukung oleh Sumber Daya Manusia sebanyak 148 orang dengan komposisi sebagai berikut :

Tabel 3.5. Jumlah Pegawai menurut Jenis Jabatan :

NO URAIAN JUMLAH

1 Kepala Dinas 1 Orang

2 Sekretaris 1 Orang

3 Kepala Bidang 4 Orang

4 Kepala Sub Bagian 3 Orang

5 Kepala Seksi 12 Orang


(12)

56 Universitas Sumatera Utara Tabel 3.6. Komposisi SDM PNS Menurut Strata pendidikan :

NO URAIAN JUMLAH

1 Magister (S2) Teknik 8 Orang

2 Magister (S2) Non Teknik 2 Orang

3 Sarjana (S1) Teknik 26 Orang

4 Sarjana (S1) Non Teknik 29 Orang

5 Diploma (D3) Teknik 1 Orang

6 Diploma (D3) Non Teknik 5 Orang

7 SMK Teknik 12 Orang

8 SMK Non Teknik 1 Orang

9 SMU 40 Orang

10 SMP 6 Orang

Jumlah 127 Orang

Sumber : Rencana Kerja Dinas TRTB 2014

Tabel 3.7. Komposisi SDM Menurut Golongan :

NO URAIAN JUMLAH

1 Golongan I 1 Orang

2 Golongan II 28 Orang

3 Golongan III 93 Orang

4 Golongan IV 5 Orang

5 Non PNS 21 Orang

Jumlah 148 Orang


(13)

57 Universitas Sumatera Utara Tabel 3.8. Komposisi Menurut Jabatan Struktural dan Fungsional :

NO URAIAN JUMLAH

1 Kepala Dinas 1 Orang

2 Sekretaris 1 Orang

3 Kepala Bidang 4 Orang

4 Kepala Sub Bagian 3 Orang

5 Kepala Seksi 12 Orang

6 Tenaga Fungsional 0 Orang

7 Staf Bagian Tata Usaha 23 Orang

8 Staf Bidang Tata Ruang 22 Orang

9 Staf Bidang Tata Bagunan 13 Orang

10 Staf Bidang Pengukuran dan

Pemetaan

23 Orang

11 Staf Bidang Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang

46 Orang

Jumlah 148 Orang

Sumber: Rencana Kerja Dinas TRTB 2014

3.2.3. Tugas pokok dan Fungsi Dinas TRTB

Untuk melaksanakan tugasnya, Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan mempunyai fungsi dan tugas pokok seperti berikut :

1. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis di bidang penataan ruang dan penataan bangunan.


(14)

58 Universitas Sumatera Utara 2. Mengadakan kegiatan-kegiatan penelitian dalam rangka perumusan,

pengembangan dan penetapan rencana tata ruang kota dan kebijaksanaan penataan ruang kota dan bangunan yang berlaku.

3. Mengevaluasi dan merevisi rencana tata ruang kota dan kebijaksanaan penataan ruang kota dan penataan bangunan yang telah ditetapkan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku serta norma-norma penataan kota dan bangunan yang berlaku;

4. Menghimpun data dan informasi, mengadakan pengukuran dan pemetaan dalam rangka penyusunan dan evaluasi rencana tata ruang kota dan kebijaksanaan penataan ruang kota dan penataan bangunan;

5. Perumusan kebijaksanaan teknis, pemberian bimbingan, penyuluhan dan pembinaan sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan Kepala Daerah dan Peraturan yang berlaku;

6. Melaksanakan pola dan pengembangan rencana tata ruang kota dan kebijaksanaan penataan ruang kota dan penataan bangunan yang telah ditetapkan;

7. Memberikan pelayanan terhadap permohonan Keterangan Rencana Peruntukan (KRP), Keterangan Situasi Bangunan (KSB), Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan pelayanan lainnya serta memungut retribusi atas pemberian KRP, KSB, IMB dan pelayanan lain tersebut sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.

8. Mengadakan pengawasan dan pengendalian terhadap penataan ruang kota dan penataan bangunan serta teknis konstruksi yang telah ditetapkan, bekerjasama dengan instansi terkait.


(15)

59 Universitas Sumatera Utara 9. Merumuskan kebijaksanaan dan pengawasan terhadap pelestarian dan

konservasi bangunan.

10.Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya;

11.Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah

3.3. Gambaran Umum Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan 3.3.1. Visi Dan Misi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota

Medan.

VISI dari disperindag kota medan adalah “Kota Medan sebagai Kota Metropolitan yang berdaya saing dengan iklim investasi yang menarik dan kondusif”.

MISI dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan adalah :

1. Meningkatkan daya tarik investasi di Kota Medan

2. Meningkatkan realisasi investasi di Kota Medan

3. Menciptakan iklim investasi yang menarik dan kondusif

3.3.2. Struktur Organisasi dan Susunan Kepegawaian

1. Sruktur Organisasi

Adapun susunan organisasi dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan adalah sebagai berikut :

1. Kepala dinas 2. Sekretaris

a. Ka.Sub Bagian Umum b. Ka. Sub Bagian Keuangan


(16)

60 Universitas Sumatera Utara c. Ka. Sub Bagian Penyusunan Program

3. KA. BIDANG PERDAGANGAN

a. Ka. Seksi Usaha Perdagangan dan Kemitraan b. Ka. Seksi Monitoring dan Informasi Pasar c. Ka. Seksi Pendaftaran Perusahaan

4. KA. BIDANG PENGAWASAN a. Ka. Seksi Pertlindungan Konsumen b. Ka. Seksi Pengawasan Perindustrian c. Ka. Seksi Pengawasan Perdagangan

5. KA. BIDANG PERINDUSTRIAN a. Ka. Seksi Agro dan Hasil Hutan

b. Ka. Seksi Logam, Elektronika, Mesin dan Perekayasaan c. Ka. Seksi Industri Tekstil, Kimia dan Tambang


(17)

61 Universitas Sumatera Utara Gambar 3.2. Struktur Organisasi Disperindag Kota Medan

Sumber : Disperindag Kota Medan 2.Susunan Kepegawaian

Untuk melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsinya, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan didukung oleh SDM yang terdiri dari :

Tabel 3.9: Data Kepegawaian Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan

NO URAIAN JUMLAH

1 a. Pejabat Eselon II b. Pejabat Eselon III c. Pejabat Eselon IV

1 5 15


(18)

62 Universitas Sumatera Utara

Jumlah Staff 68

2 Jumlah tenaga harian lepas (Honorer dari Dinas) 24

3. Jumlah Pegawai Harian Lepas (Honorer dari kantor Walikota)

7

Jumlah Keseluruhan 120 Orang

Sumber : Disperindag Kota Medan

Tabel 4.0. : Klasifikasi Pegawai Disperindag Kota Medan

1. Menurut Strata Pendidikan : a. S2

b. S1

c. D3

d. SLTA e. SLTP f. Lain-lain

J u m l a h

8 Orang 48Orang

6 Orang 23Orang - Orang 1

86 Orang Orang

2. Menurut Jabatan : a. Struktural

1. Kepala Dinas 2. Sekretaris 3. Kepala Bidang

1 Orang 1 Orang 4 Orang


(19)

63 Universitas Sumatera Utara Sumber : LAKIP Disperindag 2014

3.3.3. Tugas dan Fungsi Dinas perindustrian dan Perdagangan Kota Medan

Tugas dari disperindag kota medan adalah Melaksanakan Urusan Pemerintahan Daerah di Bidang Perindustrian dan Perdagangan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Selain mempunyai tugas disperindag juga memiliki fungsi diantaranya adalah:

1. Perumusan kebijakan teknis di Bidang Perindustrian dan Perdagangan

2. Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan dan Pelayanan Umum dibidang Perindustrian dan Perdagangan.

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di Bidang Perindustrian dan Perdagangan.

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya

4. Kasi/Kasubbag 5. Ka. UPT

Sub Jumlah … b. Fungsional

1. Administrasi

Jumlah seluruhnya

15 Orang 2 Orang 23 Orang

1 Orang 62 Orang 86 Orang


(20)

64 Universitas Sumatera Utara 3.4. Gambaran Umum Kompleks Tomang Elok, Kelurahan Simpang

Tanjung, Kecamatan Medan Sunggal.

Kompleks Tomang elok termasuk kedalam kelurahan Simpang Tanjung kecamatan Medan Sunggal yang merupakan salah satu dari 6 (enam ) kelurahan yang ada di kecamatan Medan Sunggalyang luasnya kurang lebih 32 HA dan terdiri dari 4 lingkungan, dengan batas-batas sebagai berikut:

Sebelah Utara : berbatasan dengan wilayah Kelurahan Sikambing C-2 Kecamatan Medan Helvetia.

Sebelah Selatan : berbatasan dengan kelurahan Sei Sikambing B Kecamatan Medan Sunggal.

Sebelah Barat : berbatasan dengan kelurahan Sei Sikambing B Kecamatan Medan Sunggal

Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Babura Sunggal Kecamatan Medan Sunggal.

Dilihat dari letaknya kawasan ini berada pada kawasan perdagangan dan jasa untuk kecamatan Medan Sunggal, dengan adanya aktifitas ekonomi di pasar tradisional, pertokoan, ruko, mini market serta beberapa pelayanan jasa berada pada wilayah ini. Disisi jalan banyak pedagang kaki lima yang menjual dagangannya untuk dijual pada konsumen.

Jumlah penduduk di daerah ini ada lebih kurang 1.815 jiwa dengan 485 KK tapi 50% dari jumlah tersebut penduduknya tidak berada ditempat atau tidak menetap. Masyarakat yang tinggal disini terdiri dari suku Batak, Melayu, Karo, Jawa, dan Cina.Mata Pencarian masyarakatnya adalah Pedagang, Wiraswasta, Pegawai Negeri dan pegawai Swasta.


(21)

65 Universitas Sumatera Utara BAB IV

PENYAJIAN DATA

Bentuk penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode wawancara secara terbuka dan mendalam kepada pihak yang berhubungan dengan judul penelitian ini. Adapun informan yang dilakukan wawancara yakni Kepala Seksi Evaluasi dan Pengembangan Rencana Tata Ruang ibu Indri Meiyanti,ST, Kepala Seksi Usaha Perdagangan dan Kemitraan bapak Abdul Rahim,SH, M.Si dan sebagai Informan Tambahan peneliti melakukan wawancara kepada masyarakat yang tinggal disekitar kawasan perdagangan dan jasa dikawasan Tomang Elok Kecamatan Medan Sunggal.

Pemilihan informan tersebut ditentukan berdasarkan peran yang dimiliki dalam mendukung terlaksananya Perda Nomor 13 Tahun 2011 tentang rencana tata ruang terutama dalam menetapkan zona perdagangan dan jasa. Selain metode wawancara, data yang diperoleh oleh peneliti yakni berupa data sekunder yang dianggap perlu dalam penelitian ini.

4.1. Hasil Wawancara 4.1.1. Komunikasi

Pada dasarnya suatu kebijakan diformulasikan dengan maksud untuk mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Kebijakan tersebut dirumuskan secara rinci dan disusun secara jelas sesuai dengan kepentingannya. Kejelasan isi kebijakan berarti isi dan tujuan dari suatu kebijakan mudah dipahami implementor dan dapat diterjemahkan pada pengimplementasiannya. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan komunikasi yang baik antar stakeholder.


(22)

66 Universitas Sumatera Utara Komunikasi merupakan sarana untuk menyebarluaskan informasi, baik dari atas kebawah maupun sebaliknya. Komunikasi dilakukan untuk menghindar distorsi implementasi. Sementara itu koordinasi menyangkut persoalan bagaimana praktik pelaksanaan kekuasaan. Koordinasi berarti adanya kerja sama yang saling terkait dan saling mendukung antar pelaksana kebijakan dalam guna pencapaian tujuan implementasi kebijakan.

Menurut Informan, Peraturan daerah nomor 13 tahun 2011 tentang rencana Tata Ruang kota Medan dasar dikeluarkannya adalah Pasal 18 ayat (6) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, UU Darurat Nomor 8 Tahun 1956 Tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota-Kota Besar Dalam Lingkungan Daerah Provsu, UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/PRT/M/2009 tentang Pedoman Persetujuan Substansi Dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten atau Kota, serta rencana rincinya. Setiap kebijakan tentunya memiliki target dan tujuannya. Yang menjadi target dan tujuan Perda tersebut yakni tertatanya Kota Medan secara teratur dan rapi serta berwawasan lingkungan.

Seperti yang diungkapkan oleh Kepala Seksi Evaluasi dan Pengembangan Rencana Tata Ruang ibu Indri Meiyanti, Peraturan Daerah nomor 13 tahun 2011 tentang tata ruang ini pembahasannya masih terlalu luas dan abstrak dan untuk memperjelas masing-masing dari zonasi tersebut pemerintah Kota Medan sudah


(23)

67 Universitas Sumatera Utara mengesahkan Peraturan daerah nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana Detail Tata Ruang kota Medan termasuk zonasi perdagangan dan jasa.

Sosialisasi peraturan Daerah Nomor 13 tahun 2011 tentang Tata Ruang sudah sering dilakukan semenjak ditetapkan. Untuk sosialisasi tentang kebijakan perda ini dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) tapi setelah ada RDTR teknisnya ditangani oleh Dinas TRTB dan yang menjadi sasaran kebijakan ini adalah seluruh stakeholder. Bentuk sosialisasinya berbagai macam salah satunya melalui media online web resmi Pemko Medan, Koran, sosialisasi secara langsung tentunya mengacu pada perda tersebut.Untuk peraturan daerah nomor 2 tahun 2015 tentang RDTR belum disosialisasikan secara keseluruhan dikarenakan draftnya masih berada dipemerintah kota Medan.

Pengawasan dan pembinaan dilapangan permasalahan izin mengenai usaha sesuai dengan zona perdagangan ditangani oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan. Untuk Sosialisasi tentang kesesuaian perizinan kawasan usaha dilakukan secara langsung dilapangan dan juga dilakukan kepada asosiasi pedagang dan yang menjadi sasaran dari sosialisasi ini semua stakeholder. Seperti yang diungkapkan oleh Kepala Seksi Usaha Perdagangan dan Kemitraan bapak Abdul Rahim,SH,M.Si bahwa untuk pihak implementator sendiri masih kurangnya koordinasi yang terbangun membuat keputusan yang terjadi dilapangan berbeda dengan keputusan yang sudah ditetapkan. Sehingga mempengaruhi berhasil atau tidaknya implementasi kebijakan dilapangan, komunikasi yang dibangun oleh implementator kepada masyarakat akan berdampak pada tahu atau paham ataupun tidak pahamnya masyarakat tentang peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Setelah melakukan wawancara dengan


(24)

68 Universitas Sumatera Utara beberapa orang masyarakat Tomang Elok terkait tentang Peraturan Daerah nomor 13 tahun 2011 tentang tata ruang terutama dalam menetapkan kawasan perdagangan dan jasa mereka banyak yang tidak mengetahui tentang adanya perda tersebut karena tidak ada sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah. Sehingga banyak diantara mereka tidak tahu informasi serta ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah menjadi salah satu alasan untuk tidak berurusan dengan birokrasi karena terlalu sulit dan berbelit-belit.

Secara keseluruhan komunikasi yang terbangun menurut informan masih kurang tegas dan jelas. Gambaran komunikasi dan koordinasi antara pegawai ditingkat pemerintahan berdasarkan kasus yang muncul dan perlu dibahas, demikian juga dengan keputusan yang diambil. Adapun alat dan metode sosialisasinya tentu mengacu pada Perda dan pengimplementasiannya. Namun menurut informan, format bakunya belum ada sehingga dinilai kurang tegas. Sehingga selama ini metode sosialisasi yang dilakukan yakni karena faktor kebiasaan. Disebabkan masih belum detailnya tentang pembagian kawasan tersebut pada Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 tentang Tata Ruang sehingga masih menyebabkan banyak kebingungan baik dari kalangan implementator sendiri dan juga dari kalangan masyarakat.

4.1.2. Sumber Daya

Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Sumber daya menunjukkan setiap kebijakan harus didukung oleh sumber daya yang memadai, baik sumber daya manusia, fasilitas, dan finansial. Ketersediaan sumber daya mempengaruhi efektifitas implementasi suatu program kebijakan tertutama dalam


(25)

69 Universitas Sumatera Utara Proses implementasi Perda Nomor 13 tahun 2011 tentang tata ruang dalam menetapkan kawasan perdagangan dan jasa.

1. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia adalah kecukupan baik kualitas maupun kuantitas implementor yang dapat melingkupi seluruh kelompok sasaran. Menurut informan secara keseluruhan SDM siap dalam melaksanakan proses implementasi peraturan daerah nomor 13 tahun 2011 tentang tata ruang dalam menetapkan zona perdagangan dan jasa tetapi secara kuantitas masih belum mencukupi. Karena ditambah lagi masih banyak program-progam yang mesti dilaksanakan baik itu tata ruang dan perdagangan jasa. Ditambah lagi masyarakat yang buta akan peraturan, sikap apatis, sering tidak terima dengan peraturan yang diberlakukan demi kepentingannya, dan suka menggonta-ganti jenis usaha yang dilakoninya sehingga berubah lagi peruntukannya.

Dilihat dari data pegawai dengan banyaknya lulusan sarjana yang diharapkan mampu mengimplementasikan kebijakan perda tentang tata ruang terutama dalam menetapkan kawasan perdagangan dan jasa. 2. Fasilitas

Menurut informan, fasilitas yang terdapat pada Dinas perindustrian dan perdagangan kota Medan sudah cukup memadai untuk mendukung pelaksanaan penetapan kawasan perdagangan dan jasa tersebut. Memiliki gedung perkantoran yang permanen,ruang kantor setiap bidang atau satuan kerja sudah terpenuhi dengan dilengkapi meja, kursi, AC, Komputer dan papan informasi.


(26)

70 Universitas Sumatera Utara 3. Penyediaan Finansial

Sumber daya finansial adalah kecukupan modal investasi atas sebuah program atau kebijakan. Dengan adanya sumber daya finansial juga akan mendukung segala fasilitas yang dibutuhkan untuk mendukung terlaksananya kebijakan atau program.

Menurut Informan secara keseluruhan, dana yang digunakan dalam pelaksanaan proses implementasi Peraturan Daerah nomor 13 tahun 2011 tentang Tata Ruang dalam menetapkan zona perdagangan dan jasa berasal dari dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) kota Medan. Anggaran yang diberikan oleh pemerintah biasanya cukup untuk melaksanakan kegiatan yang dilakukan oleh dinas perindustrian dan perdagangan kota Medan.

4.1.3. Disposisi

Disposisi implementor adalah kecenderungan sikap maupun pemahaman yang dimiliki oleh implementor yang akan mempengaruhi pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan. Menurut informan, sikap dan komitmen implementator terhadap Peraturan Daerah nomor 13 tahun 2011 tentang 2011 tentang tata ruang dalam menetapkan zona perdagangan dan jasa mendukung dengan harapan supaya medan lebih baik, pelaku usaha menjadi lebih berkembang dan pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Medan Meningkat. Keterbatasan lahan di Kota Medan yang dibutuhkan menjadi kendala dilapangan. Mereka juga menambahkan bahwa dalam penataan ruang tidak dapat hanya berpatokan pada RTRW saja karena dianggap terlalu umum, berbeda dengan saat diimplementasikan. Kurangnya kerjasama antar tim menjadi masalah ketika ada izin usaha dilapangan yang tidak


(27)

71 Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan. Pada pelaksanaannya dilapangan masih banyak yang membawa ego-sektoral, kurangnya koordinasi menjadi permasalahan utama dilapangan sehingga menyebabkan beberapa pelaksanaan kebijakan tidak sesuai dengan peraturan daerah.

Menurut informan, sebagai instansi pemerintah sudah seharusnya mendukung setiap kebijakan dan program yang sudah ditetapkan oleh pemerintah, terlebih jika kebijakan tersebut sangat baik. Dan diharapkan mampu meningkatkan kerja sama pemerintah dengan Pedagang atau pengusaha untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) kota Medan.

4.1.4. Struktur Organisasi

Struktur birokrasi, menunjuk bahwa struktur birokrasi menjadi penting dalam implementasi kebijakan. Aspek struktur birokrasi ini mencakup dua hal penting pertama adalah mekanisme dan struktur organisasi pelaksana sendiri. Mekanisme implementasi program biasanya sudah ditetapkan melalui standard operating procedure (SOP) yang dicantumkan dalam guideline program atau kebijakan. Disperindag sebelumnya belum mempunyai SOP dan baru dibentuk pada tahun ini dan belum disahkan.

Menurut informan, pembagian tugas dalam melaksanakan kebijakan sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing dan sudah dijelaskan dalam jobdescription. Kurangnya koordinasi dan kerjasama implementator dalam pelaksanaan kebijakan ini menjadi kendala untuk mengaplikasikan perda sesuai dengan jalurnya. Rentang kendali antara staff dan pengambil keputusan dalam struktur organisasi sangat jauh akibat dari terlalu luasnya struktur organisasi yang


(28)

72 Universitas Sumatera Utara ada. Sehingga ketika ada permasalahan yang rumit, dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikannya.

4.2. Data Sekunder

Selain hasil wawancara kepada para informan, peneliti juga memperoleh data-data sekunder seperti Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 2011-2031. Perda ini menjadi pedoman peneliti dalam melakukan penelitian ini terutama dalam menetapkan kawasan perdagangan dan jasa dikota Medan. Karena dalam peraturan daerah ini pembagian zona kawasan perdagangan dan jasa dirumuskan dalam skala besar sehingga masih sulit untuk digambarkan secara jelas. Untuk membandingkan Perda ini dengan Perda terbaru tentang rencana detail tata ruang peneliti mempunyai dokumentasi foto Perda No 2 tahun 2015 tentang RDTR. Pada perda terbaru sudah digambarkan secara detail syarat-syarat peruntukkan lahan terutama untuk perdagangan dan jasa. lampiran foto Peraturan daerah nomor 2 tahun 2015 tentang RDTR kota medan karena draft yang ditandatangani oleh walikota belum ada dan belum diekspos di web resmi pemko Medan.

Dalam penelitian ini peneliti juga mendapatkan data berupa LAKIP Dinas perindustrian dan perdagangan tahun 2014 yang menjadi acuan peneliti melihat akuntabilitas kinerja pegawai disperindag yang menejelaskan bahwa kinerja pegawai sudah berjalan baik, dan dijelaskan bahwa pencapaian sasaran urusan bidang perindustrian dan perdagangan yang menjadi urusan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan melalui program dan kegiatan yang ditetapkan pada APBD Kota Medan Tahun 2014 sebesar Rp. 20.131.821.000,- dengan Realisasi Anggaran sebesar Rp. 18.969.160.130,- dengan 6 (enam) sasaran dengan capaian


(29)

73 Universitas Sumatera Utara kinerja sebesar 65,30%, sebagaimana dituangkan dalam Table Realisasi Pencapaian Penetapan Kinerja Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan terlampir dilampiran.

Serta peneliti juga melampirkan Daftar Hadir Disperindag, struktur organisasi, Data Jumlah yang mengurus ijin usaha serta data beberapa indomaret yang tidak mempunyai izin usaha sebagai data sekunder dalam penelitian ini.

Foto Dokumentasi


(30)

74 Universitas Sumatera Utara Peneliti melampirkan foto dokumentasi terkait dalam pengurusan izin usaha ada beberapa syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi oleh masyarakat .

Gambar 4.2 Foto ketentuan izin usaha

Dinas Perindustrian dan perdagangan kota medan dilengkapi dengan fasilitas Gedung perkantoran, Komputer , AC, Meja dan kursi yang medukung semua kegiatan yang dilaksanakan. Foto dokumentasi meliputi gedung perkantoran, fasilitas disertai juga Semua Data sekunder peneliti sertakan pada bagian lampiran pada penelitian ini.


(31)

75 Universitas Sumatera Utara Selain itu Disperindag Kota Medan juga dilengkapi dengan adanya Papan informasi, ruang piket, meja informasi yang memudahkan masyarakat untuk memperoleh informasi. Hanya saja belum digunakan secara maksimal oleh pihak pemerintah Disperindag sendiri karena ketika datang kesana ruang piket dan meja informasinya sering kosong.

Gambar 4.5 Foto ruang informasi (Meja Informasi) Gambar 4.6 Foto ruang

piket


(32)

76 Universitas Sumatera Utara BAB V

ANALISIS DATA

Setelah mengurutkan, mengatur dan mengelompokkan data-data atau informasi yang didapatkan baik melalui studi pustaka, wawancara, dan observasi selama penelitian di lapangan maka dilakukan analisis. Dengan melakukan analisis, sehingga dapat diperoleh temuan, baik temuan formal maupun temuan substantif yang dapat menjawab fokus atau masalah penelitian. Analisis data yang dilakukan peneliti juga disesuaikan dengan teori-teori tentang model implementasi dengan variabel sebelumnya. Dari analisis data inilah nantinya akan diperoleh kesimpulan mengenai implementasi Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 tentang Tata Ruang dalam menetapkan zona perdagangan dan jasa.

5.1. Proses Implementasi Peraturan Daerah Nomor 13 tahun 2011 tentang Tata Ruang Dalam Menetapkan Zona Perdagangan dan Jasa.

Semua proses implementasi kebijakan publik merupakan tahapan yang penting dan harus dilalui demi mencapai hasil dari suatu kebijakan. Salah satunya adalah implementasi kebijakan publik yang merupakan pelaksanaan dari suatu keluaran kebijakan (peraturan perundang-undangan) oleh organisasi pelaksana kebijakan. Tujuan kebijakan tidak akan tercapai tanpa adanya tindakan implementasi. Implementasi kebijakan juga merupakan sebuah proses yang kompleks dan panjang. Pemahaman yang paling penting bagi peneliti kebijakan dari proses implementasi adalah untuk dapat mengindentifikasi variabel-variabel apa saja yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan sebuah implementasi kebijakan. Maka, akan ditemukan fenomena-fenomena yang berhubungan dengan


(33)

77 Universitas Sumatera Utara implementasi, pada gilirannya akan sangat membantu dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan proses implementasi kebijakan kedepannya.

George C.Edward mengemukakan bahwa implementasi merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan kebijakan. Akan tetapi pemerintah dalam membuat kebijakan juga harus mengkaji terlebih dahulu apakah kebijakan tersebut dapat memberikan dampak yang buruk atau tidak bagi masyarakat.

Hal tersebut bertujuan agar suatu kebijakan tidak bertentangan dengan masyarakat apalagi sampai merugikan masyarakat. Dalam mengkaji implementasi kebijakan, Edwards memiliki 4 (empat) variabel yang merupakan faktor untuk mempengaruhi implementasi kebijakan, yakni komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi.

Implementasi pada gilirannya akan sangat membantu dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan proses implementasi kebijakan kedepannya. George.C.Edward mengemukakan bahwa implementasi merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan kebijakan. Dalam mengkaji implementasi kebijakan, Edwards memiliki 4 (empat) variabel yang merupakan faktor untuk mempengaruhi implementasi kebijakan, yakni komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi.

Pelaksanaan dari peraturan daerah nomor 13 tahun 2011 ini mengacu pada Undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang demi terwujudnya kota Medan yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. Didalam peraturan daerah nomor 13 tahun 2011 tentang tata ruang sudah diatur


(34)

78 Universitas Sumatera Utara salah satunya tentang kawasan perdagangan dan jasa secara garis besar. Tentunya dalam peraturan ini diatur secara jelas mengenai aturan mengenai kawasan dan bangunan yang akan didirikan dengan ada sanksi sebagai bentuk hukuman kalau terjadi pelanggaran pada pelaksanaannya. Untuk lebih detailnya mengenai zonasi ini pemerintah kota Medan sudah mengeluarkan peraturan daerah nomor 2 tahun 2015 tentang rencana detail tata ruang kota Medan tetapi masih belum disosialisasikan.

Akan tetapi pemerintah dalam membuat kebijakan juga harus mengkaji terlebih dahulu apakah kebijakan tersebut dapat memberikan dampak yang buruk atau tidak bagi masyarakat. Hal tersebut bertujuan agar suatu kebijakan tidak bertentangan dengan masyarakat apalagi sampai merugikan masyarakat. Setiap kebijakan publik yang telah disusun, harus diimplementasikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam pengimplementasian suatu kebijakan publik, perlu diperhatikan beberapa variabel yang mempengaruhi implementasi kebijakan tersebut. Dalam penelitian ini, adapun variabel-variabel tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1. KOMUNIKASI

Pada dasarnya suatu kebijakan diformulasikan dengan maksud untuk mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Kebijakan tersebut dirumuskan secara rinci dan disusun secara jelas sesuai dengan kepentingannya. Kejelasan isi kebijakan berarti isi dan tujuan dari suatu kebijakan mudah dipahami implementor dan dapat diterjemahkan pada pengimplementasiannya. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan komunikasi yang baik antar stakeholder. Komunikasi merupakan sarana untuk menyebarluaskan informasi, baik dari atas kebawah maupun


(35)

79 Universitas Sumatera Utara sebaliknya. Komunikasi dilakukan untuk menghindar distorsi implementasi. Sementara itu koordinasi menyangkut persoalan bagaimana praktik pelaksanaan kekuasaan. Koordinasi berarti adanya kerja sama yang saling terkait dan saling mendukung antar pelaksana kebijakan dalam guna pencapaian tujuan implementasi kebijakan.

Menurut Informan, Peraturan daerah nomor 13 tahun 2011 tentang rencana Tata Ruang kota Medan dasar dikeluarkannya adalah Pasal 18 ayat (6) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, UU Darurat Nomor 8 Tahun 1956 Tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota-Kota Besar Dalam Lingkungan Daerah Provsu, UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/PRT/M/2009 tentang Pedoman Persetujuan Substansi Dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, serta Rencana Rincinya. Setiap kebijakan tentunya memiliki target dan tujuannya. Yang menjadi target dan tujuan Perda tersebut yakni tertatanya Kota Medan secara teratur dan rapi serta berwawasan lingkungan.

Dan untuk Peraturan Daerah nomor 13 tahun 2011 tentang tata ruang ini pembahasannya masih terlalu luas dan abstrak dan untuk memperjelas masing-masing dari zonasi tersebut pemerintah Kota Medan sudah mengesahkan Peraturan daerah nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana Detail Tata Ruang kota Medan termasuk zonasi perdagangan dan jasa. Menurut informan sosialisasi sudah dilakukan tapi karena peraturan daerah cakupannya masih luas sehingga


(36)

80 Universitas Sumatera Utara masih belum tersosialisasikan secara maksimal. Beberapa kendala terjadi pada saat melakukan penertipan adanya pro kontra terhadap keputusan yang diambil oleh pemerintah menghambat pelaksanaan dari kebijakan tersebut.

Menurut informan, untuk pihak implementator sendiri masih kurangnya koordinasi yang terbangun membuat keputusan yang terjadi dilapangan berbeda dengan keputusan yang sudah ditetapkan. Sehingga mempengaruhi berhasil atau tidaknya implementasi kebijakan dilapangan, komunikasi yang dibangun oleh implementator kepada masyarakat akan berdampak pada tahu atau paham ataupun tidak pahamnya masyarakat tentang peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Setelah melakukan wawancara dengan beberapa orang masyarakat Tomang Elok terkait tentang Peraturan Daerah nomor 13 tahun 2011 tentang tata ruang terutama dalam menetapkan kawasan perdagangan dan jasa mereka banyak yang tidak mengetahui tentang adanya perda tersebut, dan terkait dengan pendapat masyarakat tentang kondisi kawasan perdagangan dan jasa terutama disekitar tempat tinggal mereka. Secara keseluruhan komunikasi yang terbangun menurut informan masih kurang tegas dan jelas disebabkan masih belum detailnya tentang pembagian kawasan tersebut pada Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 tentang Tata Ruang sehingga masih menyebabkan banyak kebingungan.

Berdasarkan analisis secara keseluruhan dapat dilihat indikator komunikasi terpenuhi secara baik, dilihat dari data sekunder sudah banyaknya masyarakat yang melakukan pengurusan izin tiap tahunnya yang semakin meningkat, hanya komunikasi dikalangan implementator sendiri sebagai pelaksana dari kebijakan cukup baik. Hanya saja penginformasian melalui Web resmi Disperindag Kota Medan masih kurang lengkap disajikan informasi terbaru. Hal ini senada yang


(37)

81 Universitas Sumatera Utara terjadi dilapangan komunikasi yang dilakukan dimasyarakat juga masih kurang merata, sebagian masyarakat yang tidak tahu mengenai peraturan daerah ini serta pemahaman sebagian masyarakat tentang pentingnya izin usaha masih sangat minim. Masyarakat sendiri merasa tidak perlu ada izin usaha karena terlalu susah untuk mengurus surat izin usaha. Hal ini berdampak pada banyaknya pedagang berjualan secara bebas tanpa melihat adanya lahan publik yang terpakai. Sangat diperlukan pemberian pemahaman secara kontinue kepada masyarakat tentang semua kebijakan pemerintah.

Pengalihan pelayanan publik dalam pengurusan izin yang ditangani oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Medan diharapkan mampu menarik perhatian masyarakat dalam mengurus surat izin usaha. Keberhasilan pelaksanaan dari sebuah kebijakan tergantung dari komunikasi yang dibangun pemerintah terhadap masyarakat, jika dilakukan pemahaman atau sosialisasi secara berkala diimbangi dengan pelayanan yang mudah tentunya menambah pemahaman dan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjalankan tanggung jawab sebagai warga negara yang baik dengan melaksanakan segala sesuatu sesuai aturan. Serta kesadaran implementator terhadap tugas pokok dan fungsi sebagai pengemban tanggung jawab.

2.

SUMBER DAYA

Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Sumber daya menunjukkan setiap kebijakan harus didukung oleh sumber daya yang memadai, baik sumber daya manusia, fasilitas, dan finansial. Ketersediaan sumber daya mempengaruhi efektifitas implementasi suatu program kebijakan tertutama dalam


(38)

82 Universitas Sumatera Utara Proses implementasi Perda Nomor 13 tahun 2011 tentang tata ruang dalam menetapkan kawasan perdagangan dan jasa studi pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan.

a. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia adalah kecukupan baik kualitas maupun kuantitas implementor yang dapat melingkupi seluruh kelompok sasaran. Menurut informan secara keseluruhan SDM siap dalam melaksanakan proses implementasi peraturan daerah nomor 13 tahun 2011 tentang tata ruang dalam menetapkan zona perdagangan dan jasa tetapi secara kuantitas masih belum mencukupi. Karena ditambah lagi masih banyak program-progam yang mesti dilaksanakan baik itu tata ruang dan perdagangan jasa. Ditambah lagi masyarakat yang buta akan peraturan, sikap apatis, sering tidak terima dengan peraturan yang diberlakukan demi kepentingannya, dan suka menggonta-ganti jenis usaha yang dilakoninya sehingga berubah lagi peruntukannya.

Berdasarkan analisis secara keseluruhan diketahui bahwa Ketersediaan sumber daya manusia dalam pengimplementasian Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 13 tahun 2011 tentang tata ruang dalam menetapkan zona perdagangan dan jasa di Kota Medan studi pada Disperindag merupakan hal yang sangat penting. Dalam hal ini jumlah pegawai yang dimiliki oleh disperindag masih sangat kurang dengan total pegawai tetap dan pegawai honorer 120 orang. Perlu diketahui juga jumlah manusia (pegawai) tidak selalu mempunyai efek positif bagi implementasi suatu kebijakan. Dalam hal ini, jumlah pegawai yang banyak secara otomatis tidak mendorong implementasi yang berhasil. Ini juga dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki oleh pegawai, namun di sisi lain


(39)

83 Universitas Sumatera Utara kurangnya pegawai juga akan menimbulkan persoalan menyangkut implementasi kebijakan yang efektif.

Dilihat klasifikasi pegawai Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan yang terdiri dari lulusan S2 sebanyak 8 Orang, lulusan S1 sebanyak 48 Orang, lulusan D3 sebanyak 6 Orang, lulusan SLTA sebanyak 23 Orang, lulusan SLTP dengan 0 orang dan lulusan selain itu sebanyak 1 orang dengan total jumlah 86 orang. Dilihat dari data pegawai dengan banyaknya lulusan sarjana yang diharapkan mampu menimplementasikan kebijakan perda tentang tata ruang terutama dalam menetapkan kawasan perdagangan dan jasa. Disesuaikan dengan data sekunder berupa LAKIP 2014 menunjukkan bahwa dengan sumber daa yang ada hampir semua program kerja yang direncanakan sudah terlaksana dengan baik. akan tetapi untuk pemahaman pegawai mengenai perda nomer 13 tahun 2011 tentang tata ruang terutama yang berhubungan dengan kawasan perdagan dan jasa masih kurang. Untuk itu kebutuhan akan sumber daya manusia dalam melaksanakan suatu kebijakan harus terpenuhi secara kualitas dan kuantitasnya. Sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan tugas dan fungsi yang diisyaratkan dalam peraturan kebijakan akan memberi dampak positif bagi proses implementasi dan tercapainya tujuan kebijakan.

b. Fasilitas

Menurut masing-masing informan, fasilitas yang terdapat pada Dinas perindustrian dan perdagangan kota Medan sudah cukup memadai untuk mendukung pelaksanaan penetapan kawasan perdagangan dan jasa tersebut. Memiliki gedung perkantoran yang permanen, ruang kantor setiap bidang atau satuan kerja sudah terpenuhi dengan masing-masing dilengkapi meja, kursi, AC,


(40)

84 Universitas Sumatera Utara Kompu ter dan papan informasi. Untuk fasilitas penginformasian kemasyarakat masih kurang dilihat dari web resmi disperindag masih minim akan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Gambar 5.1. Foto Fasilitas Disperindag Gambar 5.2.Gedung Perkantoran

Papan informasi sudah ditempel berbagai informasi mengenai perdagangan dan jasa, perlindungan konsumen dan lain sebagainya. Disperindag disediakan juga ruang serta meja piket dan informasi untuk masyarakat yang datang berkunjung tetapi kondisinya ruang tersebut belum dimanfaatkan secara baik oleh pihak implementator karena sering tidak ada pegawai yang bertugas disana.

Gambar 5.3. Foto ruang informasi (Meja Informasi) Gambar 5.4. Foto ruang piket


(41)

85 Universitas Sumatera Utara Dengan fasilitas yang cukup memadai tersebut diharapkan mampu dimanfaatkan secara maksimal oleh pihak implementator serta stakeholder lainnya dengan harapan mampu melaksanakan sasaran dan tujuan ang sudah ditetapkan oleh pemerintah secara maksimal.

3. Penyediaan Finansial

Sumber daya finansial adalah kecukupan modal investasi atas sebuah program atau kebijakan. Dengan adanya sumber daya finansial juga akan mendukung segala fasilitas yang dibutuhkan untuk mendukung terlaksananya kebijakan atau program.

Menurut Informan secara keseluruhan, dana yang digunakan dalam pelaksanaan proses implementasi Peraturan Daerah nomor 13 tahun 2011 tentang Tata Ruang dalam menetapkan zona perdagangan dan jasa berasal dari dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) kota Medan. Untuk jumlah disesuaikan dengan program apa yang akan dijalankan. Berdasarkan Data sekunder aitu LAKIP Disperindag disebutkan bahwa sasaran bidang perindustrian dan perdagangan yang menjadi urusan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan melalui program dan kegiatan yang ditetapkan pada APBD Kota Medan Tahun 2014 sebesar Rp. 20.131.821.000,- dengan Realisasi Anggaran sebesar Rp. 18.969.160.130,- dengan 6 (enam) sasaran dengan capaian kinerja sebesar 65,30 %, dan dana yang dimiiki untuk pelaksanaan perda tersebut sudah cukup sebagaimana dituangkan dalam Tabel Realisasi Pencapaian Penetapan Kinerja Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan terlampir pada lampiran.

Anggaran yang dikategorikan cukup apabila proses perencanaan dan proses implementasinya berjalan lancar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dana


(42)

86 Universitas Sumatera Utara anggaran yang tersedia berasal dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Medan dan bertujuan untuk menjalankan Peraturan Daerah sesuai dengan perencanaan dan proses target yang telah ditentukan.

4.1.3. Disposisi

Disposisi implementor adalah kecenderungan sikap maupun pemahaman yang dimiliki oleh implementor yang akan mempengaruhi pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan. Peran penting sikap pelaksana dalam implementasi suatu kebijakan disampaikan oleh Hessel (2003:90) sebagai berikut:”Jika para implementor memperhatikan terhadap suatu kebijakan khusus, maka dimungkinkan bagi implementor untuk melakukan sebagaimana yang dimaksudkan para pembuat keputusan. Namun ketika sikap atau perspekti implementor ini berbeda dari para pembuat keputusan, proses mengimplementasikan sebuah kebijakan menjadi secara pasti lebih sulit”. Pendapat Hessel di atas menunjukkan bahwa meskipun para pelaksana kebijakan memiliki kemampuan untuk melaksanakan sebuah kebijakan, namun ketika para implementor tidak setuju terhadap kebijakan tersebut, akan mengarah untuk tidak melakukan. Penilaian terhadap variabel sikap ini didasarkan pada 3 kriteria yakni persepsi pelaksana terhadap kebijakan, respon pelaksana terhadap kebijakan, dan tindakan atau tanggung jawab pelaksana.

Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh informan, persepsi dan respon implementator terhadap Peraturan Daerah nomor 13 tahun 2011 tentang 2011 tentang tata ruang dalam menetapkan zona perdagangan dan jasa mendukung dengan harapan supaya medan lebih baik, pelaku usaha menjadi lebih berkembang dan pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Medan Meningkat.


(43)

87 Universitas Sumatera Utara Keterbatasan lahan di Kota Medan yang dibutuhkan menjadi kendala dilapangan. Mereka juga menambahkan bahwa dalam penataan ruang tidak dapat hanya berpatokan pada RTRW saja karena dianggap terlalu umum, berbeda dengan saat diimplementasikan. Dalam hal tindakan dan tanggung jawab masih kurangnya kerjasama dan tanggung jawab antar tim menjadi masalah ketika ada izin usaha dilapangan yang tidak sesuai dengan peraturan. Pelaksanaannya dilapangan masih banyak yang membawa ego-sektoral, kurangnya koordinasi menjadi permasalahan utama dilapangan sehingga menyebabkan beberapa pelaksanaan kebijakan tidak sesuai dengan peraturan daerah. Dilihat dari data sekunder pada dokumentasi ruang piket dan meja informasi bahwa tidak adanya pegawai yang siaga pada jam kerja. Dengan adanya ruang piket dan meja informasi setidaknya membantu masyrakat lebih mudah memperoleh informasi secara detail terutama mengenai izin usaha, izin peruntukan lahan dan sebagainya.

Sebagai instansi pemerintah seharusnya mendukung setiap kebijakan dan program yang sudah ditetapkan oleh pemerintah dilihat dengan tanggung jawab, disiplin serta kesiapan implementator, terlebih jika kebijakan tersebut sangat baik. Dan diharapkan mampu meningkatkan tanggung jawab serta kerja sama baik dikalangan implementator, pemerintah dengan Pedagang atau pengusaha untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) kota Medan.

4.1.4. Struktur Organisasi

Struktur birokrasi, menunjuk bahwa struktur birokrasi menjadi penting dalam implementasi kebijakan. Aspek struktur birokrasi ini mencakup dua hal penting pertama adalah mekanisme dan struktur organisasi pelaksana sendiri. Mekanisme implementasi program biasanya sudah ditetapkan melalui standard


(44)

88 Universitas Sumatera Utara operating procedure (SOP) yang dicantumkan dalam guideline program atau kebijakan.

Menurut informan, pembagian tugas dalam melaksanakan kebijakan sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing dan sudah dijelaskan dalam jobdescription. Hanya saja Mekanisme implementasi program biasanya sudah ditetapkan melalui standard operating procedure (SOP) yang dicantumkan dalam guideline program atau kebijakan belum ada dan tahun ini baru dibuat dan belum disahkan oleh pemerintah. Hal ini menyebabkan kurangnya koordinasi dan kerjasama implementator dalam pelaksanaan kebijakan ini menjadi kendala untuk mengaplikasikan perda sesuai dengan jalurnya. Rentang kendali antara staff dan pengambil keputusan dalam struktur organisasi sangat jauh akibat dari terlalu luasnya struktur organisasi yang ada. Sehingga ketika ada permasalahan yang rumit, dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikannya. Sehingga berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa ketersediaan Standard Operating Procedure (SOP) sebagai pedoman belum terlaksana secara baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa implementasi Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 Kota medan Tentang tata ruang dalam menetapkan zona perdagangan dan jasa belum memenuhi memenuhi indikator atau variabel struktur birokrasi.

5.2. Analisis Hubungan antar Variabel

Tujuan implementasi Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 tentang tata ruang dalam menetapkan zona perdagangan dan jasa adalah mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan serta mempunyai daya saing dan daya tarik sebagai daerah tujuan investasi dan memanfaatkan ruang daratan,


(45)

89 Universitas Sumatera Utara lautan dan udara untuk aktifitas pembangunan kota berbasis ekonomi di sektor perdagangan dan jasa, pariwisata serta industri yang berwawasan lingkungan. Faktanya dilapangan tidak semua berjalan sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan. Dari analisis variabel implementasi yang telah dilakukan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel tersebut sangat berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi kebijakan tersebut.

Dilihat dari LAKIP Disperindag tahun 2014 sudah jelas dikatakan bahwa kinerja yang dilaksanakan oleh pegawai disperindag sudah berjalan dengan baik, akan tetapi sesuai yang dipaparkan oleh narasumber serta hasil observasi dilapangan kinerja dari Dinas Perindustrian masih kurang baik. Kurang baik dalam hal pelayanan, pemahaman sesuai dengan data sekunder yang sudah peneliti lampirkan ruang sebagai tempat informasi masih sering kosong dan banyaknya pegawai yang tidak berada ditempat pada jam kerja. Dianalisis sesuai variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat digambarkan bahwa,

Variabel struktur birokrasi memiliki pengaruh yang besar terhadap pelaksanaan Peraturan daerah nomor 13 tahun 2011 tentang tata ruang terutama dalam menetapkan zona perdagangan dan jasa. Karena di dalam struktur birokrasi terdapat struktur organisasi, pembagian tugas, dan ketersediaan Standard Operating Procedure (SOP) yang besar juga. Jika struktur organisasinya besar, maka besar juga jumlah sumber daya manusia yang harus ditampung dan kemaksimalan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pelaksana kebijakan. Sehingga berdampak pada koordinasi dan kerja sama yang terjalin diantara kalangan implementator sendiri yang menyebabkan dampak pada pelaksaan dilapangan.


(46)

90 Universitas Sumatera Utara Variabel disposisi Pemerintah Daerah Kota Medan masih kurang baik bila dilihat sudut pelaksanaan dan tanggung jawab. Para pemerintah daerah memiliki sikap setuju dan mendukung Peraturan daerah nomor 13 tahun 2011 tentang tata ruang terutama dalam menetapkan zona perdagangan dan jasa, tapi dari segi pelaksanaan tanggung jawab juga masih kurang baik.

Variabel komunikasi belum sepenuhnya menjadi perhatian dari masyarakat terutama masyarakat yang dijadikan sebagai responden adalah masyarakat Tomang Elok, Kelurahan Simpang Tanjung, Kecamatan Medan Sunggal dengan masih minimnya sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah. Masih banyaknya masyarakat tidak tahu tentang tujuan dikeluarkan Peraturan daerah nomor 13 tahun 2011 tentang tata ruang terutama dalam menetapkan zona perdagangan dan jasa. Hal ini terbukti dari minimnya tanggung jawab pelaksana kebijakan dalam menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik dan diakui juga oleh pihak implementator masih sering terjadi miskomunikasi dikalangan implementator sendiri.

Variabel Sumber daya sudah cukup memenuhi kebutuhan dalam memaksimalkan proses implementasi Peraturan daerah nomor 13 tahun 2011 tentang tata ruang terutama dalam menetapkan zona perdagangan dan jasa. Masih kurangnya kuantitas dari pegawai untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Untuk kebutuhan finansial sudah terpenuhi secara baik untuk mendukung pelaksanaan setiap program. Serta fasilitas yang sudah cukup memadai tapi belum sepenuhnya penggunaannya digunakan secara maksimal untuk mendukung semua aktifitas.

Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel struktur birokrasi, disposisi,Komunikasi,sumberdaya dari pelaksana kebijakan sangat berpengaruh


(47)

91 Universitas Sumatera Utara besar terhadap keberhasilan implementasi Peraturan daerah nomor 13 tahun 2011 tentang tata ruang terutama dalam menetapkan zona perdagangan dan jasa. Serta semua variabel ini saling berhubungan satu dengan yang lain. Sehingga jika satu variabel tidak terpenuhi dengan baik, maka dapat dipastikan implementasi kebijakan dalam hal ini juga akan gagal. Secara sederhana dapat digambarkan melalui bagan berikut:


(48)

92 Universitas Sumatera Utara BAB VI

PENUTUP 6.1. KESIMPULAN

1. Kesimpulan Umum

Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang wilayah Kota Medan Tahun 2011-2031 dalam menetapkan zona perdagangan dan jasa merupakan tindak lanjut dari UU Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang yang bertujuan untuk mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan serta mempunyai daya saing dan daya tarik sebagai daerah tujuan investasi serta memanfaatkan ruang daratan, lautan dan udara untuk aktivitas pembangunan kota berbasis ekonomi di sektor perdagangan dan jasa, pariwisata serta industri yang berwawasan lingkungan. Perda ini diharapkan mampu mengakomodir perkembangan Kota Medan yang tumbuh sangat pesat sesuai dengan rencana kota dua puluh tahun yang akan mendatang.

Perda ini sudah dilaksanakan sejak Tahun Anggaran 2011. Implementasi Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang dalam menetapkan zona perdagangan dan jasa di Kota Medan studi pada Dinas Perindustrian dan perdagangan kota Medan. Secara keseluruhan variabel yang diteliti memiliki peranan yang sangat penting antara satu dengan yang lainnya. Jika salah satu dari variabel strktur birokrasi tidak berjalan dengan baik dengan variabel pendukung lainnya akan mengalami ketimpangan dalam menjalankan tujuan serta fungsinya. Baik itu variabel struktur birokrasi, disposisi, komunikasi, serta sumber daya


(49)

93 Universitas Sumatera Utara 2. Kesimpulan Khusus

Kesimpulan khusus ini diambil berdasarkan indikator-indikator atau variabel yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Komunikasi

Jika dilihat dari aspek komunikasi adalah bahwa komunikasi belum sepenuhnya menjadi perhatian dari pelaksana kebijakan pemerintah Kota Medan. Hal ini terbukti dari sosialisasi dan kesiapan para pelaksana kebijakan yang masih minim kepada masyarakat terkait Peraturan daerah nomor 13 tahun 2011 dalam menetapkan zona perdagangan dan jasa. Sehingga masyarakat belum semuanya mengetahui dan paham dari tujuan dibentuknya Peraturan daerah nomor 13 tahun 2011 dalam menetapkan kawasan perdagangan dan jasa di kota Medan

2. Sumber daya

Dari aspek sumber daya, dibagi menjadi 3 (tiga) yakni sumber daya manusia, fasilitas,dan finansial. Semua sudah sepenuhnya diperhatikan dalam implementasi Peraturan daerah nomor 13 tahun 2011 dalam menetapkan zona perdagangan dan jasa. Kualitas sumber daya manusia, fasilitas, dan finansial yang dimiliki pemerintah daerah sudah cukup baik. Sumber daya manusia sudah ditempatkan dengan benar sesuai dengan latar belakang pendidikan tapi masih kurang dalam hal kuantitas. Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab pelaksana kebijakan agar mengerti tugas dan fungsinya dan didukungnya fasilitas yang sudah tersedia serta adanya dukungan dana dari Anggaran


(50)

94 Universitas Sumatera Utara Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Medan dan perlu memaksimalkan semua sumber daya yang ada agar kebijakan dapat diimplementasikan secara baik.

3. Disposisi

Dari aspek disposisi adalah bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Deli Serdang juga sudah cukup baik dari segi pelaksanaan dan tanggung jawab. Para pemerintah daerah memiliki sikap setuju dan mendukung Peraturan daerah nomor 13 tahun 2011 dalam menetapkan zona perdagangan dan jasa tetapi dari segi pelaksanaan tanggung jawab masih kurang baik.

4. Struktur Organisasi

Aspek struktur birokrasi secara umum belum cukup baik, dimana struktur organisasi, pembagian tugas, dan ketersediaan Standard Operating Procedure (SOP) sebagai pedoman, semuanya belum terpenuhi di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa hubungan antar variabel struktur birokrasi, disposisi, Sumberdaya, Komunikasi dari pelaksana kebijakan sangat berpengaruh besar terhadap keberhasilan implementasi Peraturan daerah nomor 13 tahun 2011 tentang tata ruang terutama dalam menetapkan zona perdagangan dan jasa di Disperindag kota Medan. Kurang baiknya koordinasi dan kerjasama yang terbangun di struktur organisasi memepengaruhi sikap atau disposisi di kalangan implementator dan mempengaruhi komunikasi yang terbangun akibatnya tidak bisa memanfaatkan sumberdaya secara maksimal. Semua variabel ini saling berhubungan satu dengan yang lain. Sehingga jika


(51)

95 Universitas Sumatera Utara satu variabel tidak terpenuhi dengan baik, maka dapat dipastikan implementasi kebijakan dalam hal ini juga akan gagal.

6.2 Saran

Adapun saran dari peneliti mengenai implementasi Peraturan daerah nomor 13 tahun 2011 dalam menetapkan zona perdagangan dan jasa adalah sebagai berikut :

1. Sebaiknya pemerintah daerah bisa menemukan cara komunikasi yang lebih baik lagi dari sebelumnya dan lebih mudah untuk dimengerti oleh masyarakat. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, maka perlu ditingkatkan komunikasi dalam hal sosialisasi ataupun penyuluhan kepada masyarakat, agar mereka paham tentang Peraturan daerah nomor 13 tahun 2011 dalam menetapkan zona perdagangan dan jasa di Kota Medan dan juga sadar akan tujuan dari peraturan tersebut serta melakukan fungsi pengawasan dan pembinaan secara lebih maksimal dan lebih bertindak tegas kepada masyarakat atau pengusaha agar tetap mematuhi peraturan daerah tersebut. Dengan komunikasi yang lebih baik diharapkan hubungan antara pelaksana kebijakan dengan masyarakat ataupun pengusaha bisa terjalin dengan baik.

2. Sebaiknya pemerintah dapat meningkatkan kuantitas dari pelaksana kebijakan serta mampu memaksimalkan pemanfaatan fasilitas dan finansial agar tujuan dari perda tersebut dapat tercapai.


(52)

96 Universitas Sumatera Utara 3. Sebaiknya kualitas Semangat, tanggung jawab dari implementator lebih ditingkatkan lagi sehingga semua stakeholder mampu memaksimalkan peran masing-masing dalam menyukseskan kebijakan tersebut.

4. Sebaiknya pemerintah daerah lebih menyederderhanakan lagi tahap Standard Operating Procedure (SOP) dalam standar dan prosedur pemberitahuan, penetapan, perizinan dapat dijalankan lebih mudah.


(53)

43 Universitas Sumatera Utara BAB II

METODE PENELITIAN 2.1. Bentuk Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. penelitian dengan menggunakan metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk melihat gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian- kejadian, secara sistematis dan akurat, mengenai sifat- sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan dengan menguji hipotesis.

2.2. Lokasi Penelitian

Guna memperoleh data sebagai bahan dalam penulisan skripsi ini sekaligus guna menjawab permasalahan yang telah dikemukakan, penelitian ini berlokasi di kantor Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan , Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Medan di Jl. Jenderal Abdul Haris Nasution No. 17 dan kawasan Tomang elok, kelurahan Simpang Tanjung, kecamatan Medan Sunggal.

2.3. Informan Penelitian

Sesuai dengan penjelasan diatas, bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Dijelaskan bahwa penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian yang dilakukan sehingga subjek penelitian yang telah tercermin dalan focus penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian inilah yang akan menjadi informan yang akan memberikan berbagi informasi yang diperlukan selama proses penelitian.


(54)

44 Universitas Sumatera Utara Informan penelitian adalah orang-orang yang memberikan informasi yang diperlukan selama proses penelitian. informan peneliti meliputi beberapa macam yaitu:

1. Informan Kunci (Key Informan) yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan oleh penelitian. Adapun yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah Kasubbid perindustrian dan perdagangan kota Medan.

2. Informan Utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Adapun yang menjadi informan utama dalam penelitian ini adalah Kasubbid dinas tata ruang dan tata bangunan kota Medan.

3. Informan Tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti. Yang menjadi informan tambahan pada penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal dikawasan Tomang Elok kecamatan Medan Sunggal.

2.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : 1.Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer yaitu data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik ini dilakukan melalui :


(55)

45 Universitas Sumatera Utara a) Wawancara mendalam, yaitu dengan cara wawancara mendalam untuk

memperoleh data yang lengkap dan mendalam dari informan. Metode ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung dan memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian. b) Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati secara

langsung terhadap objek penelitian kemudian mencatat gejala-gejala yang ditemukan di lapangan untuk melengkapi data- data yang diperlukan sebagai acuan untuk yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh baik yang belum diolah maupun telah diolah, baik dalam bentuk angka maupun uraian. Dalam penelitian ini data-data sekunder yang diperlukan antara lain :

a. Studi Kepustakaan : literatur yang relevan dengan judul penelitian seperti buku-buku,artikel , makalah, peraturan-peraturan, sturuktur organisasi, jadwal, waktu, petunjuk, pelaksana, petunjuk teknis, dan lain-lain yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti. b. Dokumentasi : merupakan teknik pengumpulan data dengan

mengunakan catatan atau foto-foto dan rekaman yang ada dilokasi penelitian, sera sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.

2.5.Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan, membuat suatu urutan, memanipulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk membuat suatu deskripsi dari gejala yang diteliti. Adapun teknik analisis data dalam


(56)

46 Universitas Sumatera Utara penelitian ini peneliti mengkonfirmasi sekuruh exiting data sekunder dan data primer (wawancara, observasi, dan kuisener) serta menyajikannya dengan analisis kualitatif. Menurut Moleong (2006), teknik analisis data kualitatif dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, menyusunnya dalam satu satuan yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan serta menafsirkannya dengan analisis dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian.

Menurut Miles dan Huberman bahwa analisis terdiri dari 3 (tiga) jalur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu :32

32

Sugiyono.2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D).Bandung: Alfabeta, hlm. 337.

Terdapat beberapa langkah dalam melakukan analisis data, yaitu :

1. Reduksi Data, yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian, akan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian Data, yaitu mendisplaykan data. Melalui penyajian data tersebut maka akan terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan sehingga akan semakin mudah dipahami, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.

3. Penarikan Kesimpulan, yaitu dalam penelitian kualitatif, kesimpulan merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Kesimpulan ini sebagai hipotesis yang apabila didukung oleh data maka akan dapat menjadi teori.


(57)

1 Universitas Sumatera Utara BAB I

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kota merupakan suatu bidang kajian yang sangat menarik, karena kompleksitas permasalahan yang dimilikinya. Kota terbentuk dari kawasan permukiman yang kemudian berkembang menjadi fungsi lain yaitu sebagai pusat kegiatan, pelayanan, dan penunjang aktivitas yang ada di wilayah sekitarnya.1 Bertambahnya kegiatan penduduk di kota yang dipicu meningkatnya jumlah penduduk maupun tuntutan kehidupan masyarakat. Meningkatnya pertambahan penduduk perkotaan yang disebabkan urbanisasi mempunyai dampak pada perubahan demografis perkotaan, perubahan sosial ekonomi kota, perubahan sosial budaya kota dan perubahan fisiografis kota. 2

Dan perubahan yang terjadi, berimplikasi terhadap perubahan pada struktur ruang yang mewadahi kegiatan-kegiatan ekonomi masyarakat sehingga menyebabkan perubahan spasial dan tuntutan permintaan akan ruang untuk mewadahinya. Untuk mengakomodasikan sarana atau struktur fisik yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut.3

Kota menjadi wadah aktivitas perdagangan jasa,permukiman, serta pergerakan yang dilakukan masyarakat. Kawasan di sekitar pusat kota berkembang sebagai kawasan penunjang aktivitas pusat kota. Hal ini ditandai dengan bergesernya fungsi permukiman disekitarnya menjadi kawasan perdagangan dan jasa (komersial) sebagai suatu akibat dari pertumbuhan aktivitas di pusat kota. Pola pemukiman Secara umum terbagi dua yaitu segregasi

1

Soefaat.1997. Kamus Tata Ruang hal 52

2

Yunus.H.S.2005.Manajemen Kota Persfektif Spasial.Yogyakarta: Pustaka Pelajar hal 55-57

3

Rukmana.Deden.2005. urbanisasidan perubahan perilaku penduduk. Jurna Info URDI Volume 19. Mei-September 2005


(58)

2 Universitas Sumatera Utara dan konsentris. Dimana pola segregasi merupakan pola yang pemukimannya berpusat pada satu kondisi. Misalnya agama, suku, pekerjaan, status sosial dan lain sebagainya. Sedangkan pola konsentrasi merupakan pola yang pemukimannya berpola lingkaran mengelilingi pusat kota.

Terjadinya aglomerasi (pengelompokan atau pemusatan fasilitas pada daerah tengah) perdagangan dan jasa dapat menyebabkan persebaran kawasan perdagangan dan jasa tidak merata. Ketika kawasan perdagangan dan jasa tidak merata, maka perkembangan tiap bagian wilayah kota akan berbeda satu dengan yang lain sehingga kemudian menimbulkan disparitas pembangunan. Disparitas pembangunan yang dimaksud adalah kesenjangan antara daerah yang telah dilakukan pembangunan (kawasan perdagangan dan jasa) dengan daerah yang belum.

Perubahan pemanfaatan lahan dari fungsi permukiman ke fungsi lain yang berorientasi ekonomi berlangsung dibeberapa bagian kota besar di Indonesia. Seperti yang terjadi di kota-kota besar di Indonesia, antara lain kawasan Kemang dan di sepanjang jalan Condet Jakarta Selatan, jalan Ir. H. Juanda Bandung, kawasan Tlogosari Kulon,Semarang Timur , dan beberapa tempat lain di kota-kota besar Indonesia.

Seperti kota Medan merupakan kota besar dan memiliki daya tarik yang kuat. Hal ini mendorong masyarakat untuk bertransmigrasi sehingga menyebabkan Kota Medan sebagai salah satu kota yang berjumlah penduduk besar di Indonesia. Tentunya Kota Medan mengalami ketidakseimbangan wilayah dan jumlah penduduk. Banyaknya pemukiman yang beralih fungsi menjadi lahan ekonomis dan rumah menjadi toko yang sering disebut dengan ruko, sebagai suatu


(59)

3 Universitas Sumatera Utara pertanda begitu ganasnya kelompok bisnis dan elite kota memanfaatkan bagian bagian kota yang sebenarnya tidak pantas dijadikan kegiatan bisnis.

Medan sebagai kota besar mengatur keberadaan kawasan atau zona perdagangan dan jasa yang diatur dalam peraturan daerah nomor 13 tahun 2011 tentang tata ruang. Sebagai bentuk implementasi Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992. Dengan adanya Undang-Undang ini telah memberikan kewenangan sekaligus kewajiban bagi pemerintah pada berbagai tingkatan untuk melakukan penataan ruang. Tata ruang kota yang merupakan suatu rencana yang mengikat semua pihak (pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) dalam melakukan pengalokasian ruang yang tepat guna dan berdaya guna. Tanpa ada diskriminasi terhadap kepentingan masyarakat atau publik baik tentang kenyamanan, keindahan, kemudahan daan lain sebagainya.

Sesuai dengan Peraturan daerah yang dikatakan kawasan perdagangan dan jasa adalah kawasan yang diperuntukkan untuk kegiatan perdagangan dan jasa, termasuk pergudangan, yang diharapkan mampu mendatangkan keuntungan bagi pemiliknya dan memberikan nilai tambah bagi satu kawasan perdagangan. Kawasan perdagangan jasa terdiri dari pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern. Pasar tradisional tersebar disetiap kecamatan, pusat perbelanjaan ditetapkan di jalan Gatot Subroto, jalan Iskandar Muda, jalan Zainul Arifin, Jalan Kapten Maulana Lubis, Jalan M.H Thamrin dan Jalan M.T Haryono serta untuk toko modern menyebar disetiap kecamatan.4

4


(60)

4 Universitas Sumatera Utara Untuk sektor informal disediakan ruang khusus untuk menampung pedagang kaki lima berupa pelataran dan ruang-ruang dipinggir jalan di pusat-pusat perdagangan (pasar) yang pengelolaannya diatur oleh pemerintah kota. Beberapa daerah yang tidak ditujukan untuk pusat kegiatan perdagangan dan jasa adalah kelurahan Petisah Tengah, Sekip, Kelurahan Darat, Petisah Hulu, seluruh

Kelurahan Medan Selayang, Kecamatan Johor , Kelurahan Kesawan dan Silalas.

Tapi pada pelaksanaannya keberadaan kawasan ini masih banyak dan belum sesuai dengan yang ditetapkan oleh perda kota Medan tentang RTRW. Dilihat masih banyak kepentingan publik yang diambil alih fungsinya oleh para pelaku ekonomi untuk menjalankan usahanya. Pengalihan fungsi lahan ini terjadi akibat adanya kepentingan sekelompok pedagang atau badan usaha untuk mendapatkan untung dengan melihat peluang yang ada tanpa memperhatikan dampak yang ditimbulkan terhadap sektor publik lainnya. Sebagai bentuk kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap pengalihan fungsi lahan yang terjadi.

Dikutip dari Medan (SIB)-Di Kota Medan sendiri semakin banyak masyarakat yang menjadikan fasilitas umum (Fasum) seperti trotoar untuk kepentingan usaha maupun pribadinya sehingga hak pejalan kaki menjadi terabaikan. Kondisi ini kian marak dari ke hari karena instansi di Pemko Medan terkesan melakukan pembiaran dan minim dalam pengawasan. “Trotoar di Kota Medan yang seharusnya diperuntukkan bagi para pejalan kaki kini banyak yang disalahgunakan oknum-oknum warga dengan dalih kegiatan usahanya. Akibatnya warga kota lainnya seringkali harus menggunakan ruas jalan yang diperuntukkan untuk kendaraan, sehingga bisa membahayakan keselamatan mereka karena bisa tersenggol kendaraan,” kata salah satu tokoh pemuda di kawasan Amplas, Lamhot Togatorop kepada SIB, Senin (21/9) di Medan. Lamhot yang juga aktif di LSM Tri Reformasi Indonesia sebagai sekretaris itu lebih lanjut menjelaskan, belakangan ini banyak trotoar di Medan yang fungsinya malah diokupasi jadi areal parkir, dijadikan warga sebagai tempat jualan, hingga dijadikan tempat pendirian papan reklame dan tiang listrik.Di berbagai kawasan di Kota Medan seperti Jalan Pelangi, Jalan Brigjen Katamso, Jalan Letda Sujono, kawasan Glugur hingga Pulo Brayan dan kawasan inti kota, banyak trotoar yang fungsinya sudah tidak bisa digunakan masyarakat untuk berjalan kaki. Pasalnya, sepanjang trotoar ditutupi kedai atau warung, tempat jualan


(1)

v Universitas Sumatera Utara yang sudah mewarnai hari-hari penulis selama perkuliahan dan telah banyak memberikan pembelajaran kepada penulis.

17.Kelompok Magang Jaring Halus, Meri, Besry, Fida, Jeremi, jhonly, suntama, rivai,dan oktri, terima kasih ya wee 2 minggu tapi gebaak jirooong haha

18.Terima Kasih buat kawan-kawan AN 2012 yang sudah banyak mengisi hari dan mewarnai kehidupan penulis selama perkuliahan ini yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, AN 2012 JAYA

Akhir kata terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang terkait dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.Bantuan yang kalian berikan sekecil apapun sangat berarti bagi saya untuk menyelesaikan skripsi.Terima kasih.

Medan, April 2016 Penulis,


(2)

vi Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAK ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3.Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

1.5. Kerangka Teori... 8

1.5.1.Kebijakan Publlik ... 8

1.5.2.Implementasi Kebijakan ... 14

1.5.3.Model Implementasi Yang Digunakan ... 22

1.5.4.Studi Literatur ... 23

1.5.5.Dasar Kebijakan Tentang Tata Ruang ... 32

1.5.6.Kawasan Perdagangan dan Jasa ... 37

1.6. Defenisi Konsep ... 38

1.7. Defenisi Operasional ... 40

1.8.Sistematika Penulisan ... 42

BAB II METODE PENELITIAN 2.1.Bentuk Penelitian ... 44

2.2.Lokasi Penelitian ... 44

2.3.Informan Penelitian ... 44

2.4.Teknik Pengumpulan Data ... 45

2.5.Teknik Analisis Data ... 46

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1.Gambaran Umum Kota Medan ... 48


(3)

vii Universitas Sumatera Utara 3.2.Gambaran Umum Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan

Kota Medan ... 50

3.2.1.Visi dan Misi ... 50

3.2.2.Struktur Organisasi dan Susunan Kepegawaian ... 53

3.2.3.Tugas pokok dan Fungsi Dinas TRTB ... 58

3.3. Gambaran Umum Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan………..……...60

3.3.1. Visi Dan Misi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan ... 60

3.3.2. Struktur Organisasi dan Susunan Kepegawaian ... 60

3.3.3. Tugas dan Fungsi Dinas perindustrian dan Perdagangan Kota Medan ... 64

3.4. Gambaran Umum Kompleks Tomang Elok, Kelurahan Simpang Tanjung, Kecamatan Medan Sunggal ... 65

BAB IV PENYAJIAN DATA 4.1. Hasil Wawancara ... 66

4.1.1. Komunikasi ... 66

4.1.2. Sumber Daya ... 69

4.1.3. Disposisi ... 71

4.1.4. Struktur Organisasi ... 72

4.2. Data Sekunder ... 73

BAB V ANALISIS DATA 5.1. Proses Implementasi Peraturan Daerah Nomor ... 13

Tahun 2011 tentang Tata Ruang Dalam Menetapkan Zona Perdagangan dan Jasa ... 77

5.2. Analisis Hubungan antar Variabel ... 90

BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan ... 93

6.2. Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 98 LAMPIRAN


(4)

viii Universitas Sumatera Utara DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. : Statistik Penduduk Kota Medan Menurut Jenis kelamin ... 49

Tabel 3.2. : Misi dan Penjabaran Tujuan Dinas TRTB ... 51

Tabel 3.3. : Tujuan dan Sasaran Dinas TRTB ... 52

Tabel 3.5. : Jumlah Pegawai menurut Jenis Jabatan ... 56

Tabel 3.6. : Komposisi SDM PNS Menurut Strata pendidikan ... 57

Tabel 3.7. : Komposisi SDM Menurut Golongan ... 57

Tabel 3.8. : Komposisi Menurut Jabatan Struktural dan Fungsional ... 58

Tabel 3.9 : Data Kepegawaian Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan ... 62


(5)

ix Universitas Sumatera Utara DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.5.1.1. Tahapan Kebijakan Publik, William Dunn,1994 ... 14

Gambar 1.5.2.1 Model Implementasi George C. Edwards III ... 17

Gambar 1.5.2.2 Model Implementasi Van Meter dan Van Horn, 1975 ... 19

Gambar 1.5.3 Model Implementasi Kebijakan Grindle ... 21

Gambar 3.1. Stuktur Organisasi Pemerintah Kota Medan ... 50

Gambar 3.2. Struktur Organisasi Disperindag Kota Medan ... 62

Gambar 4.1 Foto Perda RDTR Kota Medan72015 ... 84

Gambar 4.2 Foto ketentuan izin usaha ... 75

Gambar 4.3 Foto Fasilitas Disperindag ... 75

Gambar 4.4. Gedung Perkantoran ... 75

Gambar 4.5 Foto ruang informasi (Meja Informasi ... 76

Gambar 4.6 Foto ruang piket ... 76

Gambar 4.7 Foto papan informasi Disperindag ... 76

Gambar 5.1 Foto Fasilitas Disperindag ... 85

Gambar 5.2. Gedung Perkantoran ... 85

Gambar 5.3 Foto ruang informasi (Meja Informasi ... 85

Gambar 5.4 Foto ruang piket ... 85


(6)

x Universitas Sumatera Utara DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Penunjukan Dosen Pembimbing Lampiran 2 : Kartu Kendali Bimbingan Skripsi

Lampiran 3 : Undangan Seminar Proposal Untuk Dosen Pembimbing Lampiran 4 : Undangan Seminar Proposal Untuk Dosen Penguji Lampiran 5 : Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal

Lampiran 6 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 7 : Surat Rekomendasi Penelitian dari Balitbang Lampiran 8 : Pedoman Wawancara Penelitian

Lampiran 9 : Perda Kota Medan Nomor 13 Tahun 2011 tentang Tata Ruang Lampiran 10 : Transkripsi Wawancara

Lampiran 11 : Transkripsi Wawancara Masyarakat

Lampiran 12 : LAKIP DISPERINDAG Kota Medan 2014

Lampiran 13 : Data Pengurusan Izin Usaha di BPPT Kota Medan

Lampiran 14 : Daftar Hadir Dinas Perindustian dan Perdagangan Kota Medan Lampiran 15 : Bagan Struktur Organisasi Dinas Perindustian dan

Perdagangan Kota Medan

Lampiran 16 : Data Indomaret Yang Tidak Punya Izin Usaha

Lampiran 17 : Surat Balasan Penelitian dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan