Tingkat kemiripan ini karena faktor-faktor lingkungan antara beberapa stasiun hampir sama dan merata, dan sebaliknya ketidakmiripan jenis makrozoobentos antar
stasiun diduga karena faktor-faktor lingkungan antar stasiun yang tidak sama. Menurut Moss 1980, jika beberapa lokasi memiliki faktor-faktor lingkungan yang
hampir sama, maka akan terdapat persamaan taksa antar lokasi-lokasi tersebut. Suin 2002 dalam Suwondo et al.,2006 menyatakan bahwa kesamaan yang tertinggi
yang dapat dicapai antara dua habitat yang dibandingkan adalah 100, yaitu bila pada kedua habitat itu hidup jenis hewan yang sama.
4.2 Indeks Biotik IB
Dari identifikasi yang telah dilakukan maka didapatlah makrozoobentos yang dapat digunakan sebagai bioindikator di Sungai Batang Serangan-Tangkahan yakni
terdiri dari kelas I - Pollution Sensitive Taxa yaitu dari ordo Ephemeroptera, Plecoptera, Trichoptera dan dari kelas II - Moderately Tolerant Taxa terdiri dari ordo
Trichoptera Net – spinning caddisflies, Coleoptera Water penny, Megaloptera Hellgrammite, dan Odonata Dragonflies nymph dan Damselflies nymph.
Dari data makrozoobentos yang ditemukan sebagai bioindikator pada setiap stasiun tertera pada Lampiran J maka didapatlah nilai Indeks Biotik seperti tertera
pada Tabel 4.6.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6 Indeks Biotik IB Makrozoobentos pada Setiap Periode Stasiun Penelitian
PeriodeStasiun Indeks Biotik Keterangan
Periode I Stasiun 1
15 Perairan Bersih
Stasiun 2 13
Perairan Bersih Stasiun 3
16 Perairan Bersih
Stasiun 4 13
Perairan Bersih Periode II
Stasiun 1 14
Perairan Bersih Stasiun 2
12 Perairan Bersih
Stasiun 3 14
Perairan Bersih Stasiun 4
16 Perairan Bersih
Periode III Stasiun 1
17 Perairan Bersih
Stasiun 2 10
Perairan Bersih Stasiun 3
19 Perairan Bersih
Stasiun 4 13
Perairan Bersih
Dari Tabel 4.6 dapat dilihat Indeks Biotik Tertinggi terdapat pada periode III stasiun 3 dengan nilai IB sebesar 19 perairan bersih sedangkan terendah terdapat
pada periode III stasiun 2 dengan nilai 10 perairan bersih. Indeks Keanekaragaman yang didapat yaitu yang tertinggi pada periode III stasiun 3 sebesar 2,51 dan terendah
pada periode I stasiun 2 sebesar 1,62. Dari Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa stasiun 1, 2, 3 dan 4 baik pada periode I,
II, dan III dengan nilai IB diantara 10 – 19 ,dikategorikan perairan bersih, sedangkan dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa stasiun 1, 2, 3, periode I masing-masing dengan
Universitas Sumatera Utara
nilai H
’
sebesar 1,71, 1,62, 1,89, stasiun 2 periode II dengan nilai H
’
sebesar 1,69, stasiun 2 periode III dengan nilai H
’
sebesar 1,70 dikategorikan perairan yang tercemar ringan. Hal ini dapat terjadi karena nilai Indeks Keanekaragaman
dipengaruhi oleh pembagian atau penyebaran individu dari tiap jenisnya, walaupun banyak jenis jika penyebarannya tidak merata ada jenis yang mendominasi maka
keanekaragaman jenisnya rendah. Indeks Biotik pada dasarnya mengklasifikasikan invertebrata akuatik ke dalam
beberapa golongan berdasarkan responnya terhadap polusi organik. Berdasarkan penelitian distribusi invertebrata berkaitan dengan kualitas air, dikelompokkan atas 3
yaitu Kelas I yang sensitif terhadap polusi, Kelas II yang toleran sedang terhadap polusi moderat, Kelas III yang toleran terhadap polusi. Nilai indeks biotik
berdasarkan jumlah taksanya, bukan berdasarkan jumlah individu dalam suatu taksa William et al., 2002. Nilai Indeks Biotik dibuat dalam bentuk skoring berdasarkan
tingkat toleransi organisme atau toleransi kelompok organisme terhadap cemaran. Indeks tersebut juga memperhitungkan keragaman organisme dengan
mempertimbangkan kelompok-kelompok tertentu dalam kaitannya dengan tingkat pencemaran Trihadiningrum dan Tjondronegoro, 1998. Adanya Ephemeroptera dan
Trichoptera dalam suatu ekosistem dapat dijadikan sebagai indikator lingkungan bahwa ekosistem atau habitat tersebut belum tercemar Samways, 1994. Habitat
utama Ephemeroptera ialah air tempat hidup larva. Pada ekosistem yang sudah tercemar serangga ini tidak dapat hidup, larva tidak dapat tumbuh dan berkembang
pada kondisi air yang tercemar Rizali et al., 2002.
Universitas Sumatera Utara
4.3 Pengukuran Faktor Fisika – Kimia Perairan