3.7 Analisis Data
Data makrozoobentos yang diperoleh dihitung nilai Kepadatan Populasi KP, Kepadatan Relatif KR , Frekuensi Kehadiran FK, Indeks KesamaanDiversitas
Shannon-Wienner H’, Indeks Keseragaman Ekuitabilitas E, Indeks Similaritas IS, Indeks Biotik IB, Analysis of Variance Uji F dan Analisis Korelasi.
3.7.1 Kepadatan Populasi KP Kepadatan Populasi merupakan jumlah individu dari suatu species yang
terdapat dalam satuan luas atau volume Krebs, 1985. KP =
Net Surber
Luas Ulangan
Jenis Suatu
Individu Jumlah
3.7.2 Kepadatan Relatif KR Kepadatan Relatif yaitu proporsi dari jumlah total individu suatu spesies yang
terdapat pada seluruh sampling area. Suatu habitat dikatakan cocok dan sesuai bagi perkembangan suatu organisme apabila nilai KR 10 Krebs, 1985.
KR =
Jenis Seluruh
Kepadatan Jumlah
Jenis Suatu
Kepadatan
100 3.7.3 Frekuensi Kehadiran FK
Frekuensi kehadiran merupakan nilai yang menyatakan jumlah kehadiran suatu spsies dalam sampling plot yang ditentukan Michael, 1995.
FK =
Ulangan Total
Jumlah Jenis
Suatu Ditempati
Yang Ulangan
Jumlah
100
Universitas Sumatera Utara
Dimana nilai FK : 0 - 25 : sangat jarang 25 - 50 : jarang
50 - 75 : sering 75 : sangat sering
3.7.4 Indeks Keanekaragaman Diversitas H’ Untuk mengetahui perbedaan struktur spesies atau menggambarkan struktur
komuitas di dalam organisasi kehidupan dari tiap lokasi penelitian maka dilakukan perhitungan indeks keanekaragaman pada tiap lokasi penelitian dan
membandingkannya. Indeks keanekaragaman dihitung dengan metode Shannon Wiener Brower, 1990 ; Odum, 1994.
H’ = -
pi ln
pi Dimana : H’ : Indeks Keanekaragaman Jenis
Pi : niN ni : Jumlah Individu Jenis ke-i
N : Jumlah Total Individu Kisaran Nilai Indeks Keanekaragaman H’ menurut Krebs 1985, dimana nilai H’
adalah : 0 H’ 2,302 : keanekaragaman rendah
2,302 H’ 6,907 : keanekaragaman sedang H’ 6,907 : keanekaragaman tinggi
Universitas Sumatera Utara
Klasifikasi tingkat pencemaran berdasarkan nilai Indeks Keanekaragaman, dimana nilai H’ :
2,0 : Tidak Tercemar 1,6 – 2,0 : Tercemar Ringan
1,0 – 1,6 : Tercemar Sedang 1,0 : Tercemar BeratParah Lee et al., 1978
3.7.5 Indeks Keseragaman Ekuitabilitas E Untuk mengetahui tingkat keseragaman spesies dari tiap-tiap lokasi penelitian
Odum, 1994, maka digunakan rumus : E =
max
Dimana H’ : indeks keanekaragaman H max = ln S = jumlah genus
Klasifikasi tingkat keseragaman berdasarkan Indeks Ekuitabilitas E menurut Krebs 1985 adalah sebagai berikut :
E 0,4 : Keseragaman Rendah 0,4
E 0,6 : Keseragaman Sedang
E 0,6 : Keseragaman Tinggi
Universitas Sumatera Utara
3.7.6 Indeks Kesamaan Indeks Similaritas IS Digunakan untuk mengetahui kesamaan struktur antara dua komunitas atau
melihat tingkat kesaman dari dua sampling area yang berbeda Odum, 1994.
IS =
B A
2C
100
Dimana : A = Jumlah spesies pada lokasi A B = Jumlah spesies pada lokasi B
C = Jumlah spesies yang sama pada lokasi A dan B Bila : IS = 75 - 100 : Sangat mirip, IS = 50–75 : Mirip,
IS = 25 – 50 : Tidak mirip, IS = 25 : Sangat tidak mirip
3.7.7 Indeks Biotik IB Indeks Biotik dikembangkan oleh William M. Beck,Jr untuk mengukur
pencemaran sungai. Metode ini berdasarkan klasifikasi invertebrata air dimana pengelompokkannya berdasarkan toleransi sensitivitas organisme tersebut terhadap
pencemaran organik. Indeks biotik ini dapat juga digunakan untuk mengetahui penyebaran invertebrata yang dihubungkan dengan kualitas air. Berdasarkan
kemampuan invertebrata air mentolerir polusi organik Beck membagi invertebrata air menjadi 3 kelompok :
Universitas Sumatera Utara
Kelas I : sensitive terhadap polusi intoleran A. Mayflies Ephemeroptera
B. Stoneflies Plecoptera C. Caddisflies Trichoptera
D. Crayfish Decapoda E. Fingernail Pelecypoda
Kelas II: Toleran sedang moderat terhadap polusi A. Net-spining caddisflies Trichoptera
B. Water penny Coleoptera C. Aquatic sow bug Isopoda
D.Scud Amphipoda
E.Hellgrammite Megaloptera F.Dragonflies nymph Odonata
G.Damselflies nymph Odonata Kelas III :Toleran terhadap polusi
A. True flies Diptera B. Snails Gastropoda
C. Flatworm Tricladida D. Aquatic earthworms Oligochaeta
E. Leeches Hirudinea F. Adult aquatic beetles Coleoptera
G. Surface film insects Hemiptera
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengetahui kualitas air sungai digunakan Indeks Biotik. Invertebrata air yang ditemukan diidentifikasi dan dikelompokkan ke dalam taksa yang sesuai,
kemudian di analisis dengan menggunakan rumus : Indeks Biotik = 2 n kelas I + n Kelas II
Dimana : n = Jumlah taksa Bila : IB
≥ 10 : Perairan Bersih 3
≤ IB ≤ 9 : Tercemar Sedang ≤ IB ≤ 2 : Tercemar Berat William et al.,2002.
3.7.8 Uji F Analysis of Variance Uji F digunakan untuk membandingkan Indeks Keanekaragaman H
’
antar periode I, II, III dan antar stasiun 1,2,3,4.
Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau tidak menolak Ho berdasarkan P-value adalah sebagai berikut :
Jika P-value
α , maka Ho ditolak Jika
P-value ≥ α , maka Ho tidak dapat ditolak
Dimana : P-value = Significance Sig α = 0,05
Jika Ho ditolak, berarti ada perbedaan maka dilanjutkan dengan uji Post Hoc Multiple Comparison Bonferroni. Analisis dilakukan dengan metode komputerisasi SPSS
Versi 16.00.
Universitas Sumatera Utara
3.7.9 Analisis Korelasi Pearson Analisis korelasi Pearson digunakan untuk mengetahui keberartian hubungan
antara keanekaragaman makrozoobentos yang terdapat di Sungai Batang Serangan- Tangkahan dengan sifat fisika-kimia airnya. Analisis dilakukan dengan metoda
komputerisasi SPSS Versi 16.00.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN