Independensi Auditor Internal Sistematika Penulisan

29 kemahiran berbahasa secara baik, benar, efisien, teliti, dan cermat melalui laporan hasil pemeriksaan LHP. Sikap kompetensi diperlukan agar auditor dapat mencegah dengan cepat dan tepat ada atau tidaknya kecurangan serta trik-trik rekayasa yang dilakukan untuk melakukan kecurangan tersebut. Keahlian yang dimiliki auditor dapat menjadikannya lebih sensitif peka terhadap suatu tindak kecurangan Lastanti, 2005. Tirta dan Sholihin 2004 dalam penelitiannya menyatakan bahwa pengetahuan tugas spesifik mempengaruhi kinerja auditor dalam menilai kecurangan dan kombinasi pengalaman serta pelatihan kecurangan akan meningkatkan kinerja auditor dalam menilai kecurangan. Ardini dan Sawarjuwono 2005 juga menyatakan untuk mengungkap kecurangan, auditor memerlukan kompetensi yang diperoleh dari keahliannya. Alim, dkk 2007 juga membuktikan bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, di mana salah satu indikasi kualitas audit yang baik adalah jika kecurangan yang ada dalam audit tersebut dapat dideteksi.

2.1.8 Independensi Auditor Internal

Independensi pada auditor dapat berhubungan dengan pengungkapan masalah pengendalian internal suatu perusahaan Zhang Yang, et al. 2007. Auditor internal bekerja di suatu perusahaan untuk melakukan audit bagi kepentingan pihak manajemen. Tugas yang diberikan kepada auditor internal bermacam-macam, tergantung dari perintah dari atasannya. Dalam menjalankan tugasnya seorang auditor internal harus berada diluar fungsi lini suatu organisasi. Seorang auditor 30 internal wajib memberikan informasi yang penting bagi pihak manajemen yang berkaitan dengan proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan operasi suatu perusahaan. Independen berarti auditor tidak dapat dipengaruhi. Auditor internal tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Auditor internal berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga pada kreditor dan pihak lain yaitu masyarakat dan pengguna laporan keuangan yang lainnya yang meletakkan kepercayaan pada pekerjaan internal auditor. Jika seorang auditor internal tidak dapat bersikap independen, maka akan sulit dalam upaya mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud di perusahaan. Oleh sebab itu, profesi auditor internal akan sangat sensitif terhadap masalah independensi. Dengan demikian sikap independensi sangat dibutuhkan agar laporan keuangan yang disajikan oleh manajer dapat berkualitas dan berkredibilitas dalam mencegah dan mendeteksi terjadinya kecurangan yang ada. Arens dan Loebbeck 2009 menyatakan independensi merupakan tujuan yang harus selalu diupayakan, dan itu dapat dicapai sampai tingkat tertentu, misalnya sekalipun auditor dibayar oleh klien, ia harus tetap memiliki kebebasan yang cukup untuk melakukan audit yang andal. Menurut Achmad Badjuri dan Elisa Trihapsari 2004 Independensi auditor diperlukan karena auditor sering disebut pihak pertama dan memegang peran utama dalam pelaksanaan audit kinerja. Hal ini karena auditor dapat mengakses informasi keuangan dan informasi manajemen dari organisasi yang diaudit, memiliki kemampuan profesional dan bersifat independen. Walaupun pada 31 kenyataannya prinsip independen ini sulit untuk benar-benar dilaksanakan secara mutlak, antara auditor dan auditee harus berusaha menjaga independensi tersebut sehingga tujuan audit dapat tercapai. Independensi auditor merupakan salah satu dasar dalam konsep teori auditing. Auditor internal yang profesional harus memiliki independensi untuk memenuhi kewajiban profesionalismenya; memberikan opini yang objektif, tidak bias; dan tidak dibatasi; dan melaporkan masalah apa adanya; bukan melaporkan sesuai keinginan eksekutif atau lembaga Sawyer, 2006:35. Menurut Arens, Elder, dan Beasley 2008: 111 dalam independensi dibagi menjadi dua, yaitu independensi dalam fakta independence in fact ada apabila auditor senyatanya mampu mempertahankan sikap tidak bias sepanjang audit, dan independensi dalam penampilan independence in appearance adalah hasil dari intepretasi lain atas independensi ini. Oleh karena itu, pada penelitian ini yang menjadi indikator untuk variabel independensi auditor internal adalah independence in fact dan independence in appearance. Dimensi atau indikator dari pelaksanaan independensi auditor internal Nurjannah, 2008 adalah sebagai berikut: 1 Kemandirian Auditor Kemandirian para pemeriksa internal dapat memberikan penilaian-penilaian yang tidak memihak dan tanpa prasangka, yang mana sangat diperlukan atau penting bagi pemeriksaan sebagaimana mestinya. Hal ini dapat diperoleh 32 melalui status organisasi dan sikap objektifitas dari para pemeriksa internal auditor internal. 1 Kemandirian Auditor Dilihat Dari Status Organisasi. Kemandirian auditor dilihat dari status organisasi adalah bahwa status organisasi dari bagian internal audit haruslah memberikan keleluasaan untuk memenuhi atau menyelesaikan tanggung jawab pemeriksaan yang diberikan kepadanya. Internal audit haruslah mendapat dukungan dari manajemen senior dan dewan, sehingga mereka akan mendapatkan suatu kerja sama dari pihak yang diperiksa dan dapat menyelesaikan pekerjaannya secara bebas dari berbagai campur tangan pihak lain. 2 Kemandirian Auditor Dilihat Dari Sikap Objektifitas. Kemandirian auditor dilihat dari sikap objektifitas adalah sikap mental yang bebas dan yang harus dimiliki oleh pemeriksa internal auditor internal dalam melaksanakan pemeriksaan. Auditor internal tidak boleh menempatkan penilaian sehubungan dengan pemeriksaan yang dilakukan secara lebih rendah dibandingkan dengan penilaian yang dilakukan oleh pihak lain atau menilai sesuatu berdasarkan hasil penilaian orang lain. Bukan hanya penting bagi auditor internal untuk memelihara sikap mental independen dan tanggung jawab mereka, akan tetapi penting juga bahwa pemakai laporan keuangan menaruh kepercayaan terhadap independensi tersebut. 33 2 Independensi dalam Kenyataan Independence In Fact Independensi dalam kenyataan adalah apabila dalam kenyataannya auditor mampu mempertahankan sikap yang tidak memihak sepanjang pelaksanaan auditnya. 3 Independensi dalam Penampilan Independence In Appearance Independensi dalam penampilan adalah hasil penilaian atau interpretasi pihak lain terhadap independensi auditor dalam menjalankan tugasnya. Mautz dan Sharaf Sawyer,2006:35, dalam karya terkenal mereka, “The Philosophy of Auditing” Filosofi Audit, memberikan beberapa indikator independensi profesional. Indikator tersebut memang diperuntukkan bagi akuntan publik, tetapi konsep yang sama dapat diterapkan untuk auditor internal yang ingin bersikap objektif. Indikator- indikatornya adalah sebagai berikut: 1 Independensi dalam Program Audit a. Bebas dari intervensi manajerial atas program audit. b. Bebas dari segala intervensi atas prosedur audit. c. Bebas dari segala persyaratan untuk penugasan audit selain yang memang disyaratkan untuk sebuah proses audit. 2 Independensi dalam Verifikasi a. Bebas dalam mengakses semua catatan, memeriksa aktiva, dan karyawan yang relevan dengan audit yang dilakukan. b. Mendapatkan kerja sama yang aktif dari karyawan manajemen selama verifikasi audit. 34 c. Bebas dari segala usaha manajerial yang berusaha membatasi aktivitas yang diperiksa atau membatasi pemerolehan bahan bukti. d. Bebas dari kepentingan pribadi yang menghambat verifikasi audit. 3 Independensi dalam Pelaporan a. Bebas dari perasaan wajib memodifikasi dampak atau signifikansi dari fakta-fakta yang dilaporkan. b. Bebas dari tekanan untuk tidak melaporkan hal-hal yang signifikan dalam laporan audit. c. Menghindari penggunaan kata-kata yang menyesatkan baik secara sengaja maupun tidak sengaja dalam melaporkan fakta, opini, dan rekomendasi dalam interpretasi auditor. d. Bebas dari segala usaha untuk meniadakan pertimbangan auditor mengenai fakta atau opini dalam laporan audit internal. Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Independensi Auditor adalah sebagai berikut: 1 Kepercayaan masyarakat terhadap integritas, objektivitas dan independensi. 2 Kepercayaan auditor terhadap diri sendiri. 3 Kemampuan auditor untuk meningkatkan kredibilitas pernyataannya terhadap laporan keuangan yang diperiksa. 4 Suatu sikap pikiran dan mental auditor yang jujur dan ahli serta bebas dari pengaruh pihak lain dalam melaksanakan pemeriksaan, penilaian, dan 35 pelaporan hasil pemeriksaannya dan dalam upaya mencegah dan mendeteksi terjadinya kecurangan.

2.1.9 Profesionalisme Auditor Internal