Latar Belakang KESIMPULAN DAN SARAN 23

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kentang termasuk jenis tanaman pangan penting di Indonesia, nilai ekonomi komoditas ini tergolong tinggi. Meskipun kentang bukan bahan makanan pokok bagi rakyat Indonesia, tetapi konsumsinya cenderung meningkat dari tahun ke tahun karena jumlah penduduk makin bertambah, taraf hidup masyarakat yang meningkat dan meningkatnya wisatawan asing yang tinggal di Indonesia Soelarso, 1997. Berdasarkan data FAO produktivitas kentang di Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan dengan produktivitas kentang di negara-negara maju seperti di negara-negara Eropa Barat dan Amerika Utara yang mencapai angka 30 tonha Lutaladio et al., 2009. Menurut Badan Pusat Statistik produksi kentang di Indonesia pada tahun 2009 sebesar 16,51 tonha dan tahun 2010 sebesar 15,94 tonha Faktor rendahnya produktivitas kentang di Indonesia adalah rendahnya mutu benih yang digunakan, penyimpanan yang kurang baik, iklim, pemodalan, pengetahuan petani yang terbatas dan serangan organisme penggangu tanaman terutama penyakit. Serangan hama dan penyakit pada tanaman kentang merupakan salah satu faktor penting sebagai pembatas produksi kentang. Penyakit pada tanaman kentang dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, virus, dan hama. Dari keempat kelompok tersebut, jamur menduduki tempat teratas. Jamur yang biasa menyerang tanaman kentang adalah Alternaria solani penyebab penyakit bercak daun,Fusarium spp. penyebab penyakit layu,Phytophthora infestan dan Rhizoctonia solani penyebab rebah kecambah pada tanaman kentang Soelarso, 1997. Jamur R. solani mempunyai daya adaptasi yang tinggi, memiliki banyak strain dan mampu bertahan hidup lama di dalam tanah. Perpaduan antara sifatnya sebagai saprob dan sifat patogeniknya yang Universitas Sumatera Utara tidak hanya terbatas pada inang tertentu, menjadikan R.solani sebagai patogen yang penting secara ekonomi, serta sulit dikendalikan di lapangan Achmad et al., 1999. Selama ini pengendalian penyakit yang disebabkan oleh R. solani adalah pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan berbagai jenis pestisida. Pengendalian secara kimiawi dilakukan karena praktis dalam aplikasinya. Meskipun demikian, diketahui bahwa residu yang ditinggalkan dapat mencemari lingkungan dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Selain itu pestisida dapat pula menyebabkan timbulnya strain hama dan penyakit tumbuhan yang resisten terhadap bahan beracun ini. Pertanian modern menggali berbagai potensi alam terutama terhadap mikroba yang berperan sebagai pengendali hayati guna meningkatkan hasil pertanian Herdiana, 2007. Sampai saat ini telah banyak agensia pengendali hayati yang berhasil ditemukan dan menunjukkan mekanisme penghambatan atau pengendalian terhadap patogen tanaman. Bahkan tidak sedikit agensia pengendali hayati yang dapat mengendalikan penyakit tanaman dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Agensia pengendali hayati dari kelompok jamur dan bakteri. Dari kelompok jamur seperti Trichoderma harzianum, T. viridae, Gliocladium, Ulocladium atrum dan lain-lain. Dari kelompok bakteri yaitu Bacillus subtilis, Pseudomonas fluorescens, dan lain-lain Soesanto, 2008. Telah banyak penelitian yang dilakukan tentang mikroorganisme kitinolitik sebagai agen pengendali hayati diantaranya adalah 5 dari 23 isolat bakteri kitinolitik lokal asal Sumatera Utara sangat berpotensi dalam menghambat pertumbuhan beberapa jamur patogen tanaman Suryanto Munir 2006, Bacillus spp. dan Pseudomonas fluorescens bersifat antagonistik terhadap patogen R. solani Giyanto et al., 2009. Berdasarkan pemaparan di atas, pencarian bakteri penghasil enzim kitinase dengan kemampuan yang lebih baik terus dilakukan. Salah satunya adalah dengan upaya penelitian dan pengujian bakteri kitinolitik dalam mengendalikan penyakit rebah kecambah yang disebabkan oleh R. solani. Universitas Sumatera Utara

1.2 Permasalahan