HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR DI RUMAH DENGAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 JATI AGUNG TAHUN PELAJARAN 2011-2012

(1)

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR DI RUMAH DENGAN PRESTASI BELAJAR ILMU

PENGETAHUAN SOSIAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 JATI AGUNG

TAHUN PELAJARAN 2011-2012

Oleh

FREDY AMRYANSYAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan IPS Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR DI RUMAH DENGAN PRESTASI BELAJAR ILMU

PENGETAHUAN SOSIAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 JATI AGUNG

TAHUN PELAJARAN 2011-2012 Oleh

FREDY AMRYANSYAH

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan belajar dan lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar IPS siswa SMP Negeri 3 Jati Agung tahun 2011-2012. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yaitu penelitian yang menggambarkan hubungan antara kebiasaan belajar di rumah dan lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar siswa. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 159 siswa. Sedangkan, sampel diambil dengan cara proportional random Sampling berjumlah 25% yaitu sebanyak 40 siswa. Dengan analisis data menggunakan korelasi product moment

dan korelasi ganda.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Ada hubungan positif yang erat dan signifikan antara kebiasaan belajar di rumah dengan prestasi belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Jati Agung dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,711. (2) Ada hubungan positif yang erat dan signifikan antara lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Jati Agung dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,624. (3) Ada hubungan positif yang erat dan signifikan antara kebiasaan belajar dan lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Jati Agung dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,784.


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ….………... x

DAFTAR GAMBAR ……….... xi

DAFTAR LAMPIRAN ……… xii

1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Kegunaan Penelitian ... 8

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka ... 10

1. Pengertian Belajar ... 10

2. Teori Belajar Konstruktivisme ... 11

3. Kebiasaan Belajar ... 12

4. Lingkungan Belajar di Rumah ... 16

5. Prestasi Belajar ... 22

B. Kerangka Pikir ... 23

C. Hipotesis ... 24

III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 25

B. Populasi dan Sampel ... 25

1. Populasi ... 25

2. Sampel ... 26

C. Variabel Penelitian ... 27

D. Devinisi Operasional Variabel ... 28

1. Kebiasaan Belajar ... 28

2. Lingkungan Belajar di Rumah ... 30

3. Prestasi Belajar ... 34

E. Teknik Pengumpulan Data ... 34


(7)

2. Teknik Dokumentasi ... 34

3. Teknik Angket ... 35

F. Uji Persyaratan Instrumen ... 35

1. Uji Coba Angket ... 35

a) Uji Validitas Angket ... 35

b) Uji Relibilitas Angket ... 39

G. Analisis Data Penelitian ... 40

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Umum SMP Negeri 3 Jati Agung ... 42

1. Lokasi Penelitian ... 42

2. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Negeri 3 Jati Agung ... 44

3. Keadaan Gedung SMP Negeri 3 Jati Agung ... 44

4. Keadaan Guru SMP Negeri 3 Jati Agung ... 47

5. Keadaan Siswa SMP Negeri 3 Jati Agung ... 48

6. Keadaan Responden Berdasarkan Kebiasaan Belajar IPS ... 48

7. Keadaan Responden Berdasarkan Lingkungan Belajar di Rumah ... 50

8. Keadaan Responden Berdasarkan Prestasi Belajar IPS ... 51

B. Analisis Data, Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ... 52

1. Hubungan Antara Kebiasaan Belajar Dengan Prestasi Belajar IPS siswa ... 52

2. Hubungan Antara Lingkungan Belajar di Rumah Dengan Prestasi Belajar IPS Siswa ... 58

3. Hubungan Antara Kebiasaan Belajar dan Lingkungan Belajar IPS di rumah Dengan Prestasi Belajar IPS ... 64

4. Perbandingan Hubungan Kebiasaan Belajar dan Prestasi Belajar IPS, Lingkungan Belajar dan Prestasi Belajar IPS, Kebiasaan Belajar dan Lingkungan Belajar IPS, Kebiasaan Belajar dan Lingkungan Belajar IPS di Rumah dengan Prestasi Belajar IPS ... 67

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 70 DAFTAR PUSTAKA


(8)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Proses belajar merupakan hal yang dialami siswa yang merupakan suatu respon terhadap segala cara pembelajaran yang diprogramkan oleh guru dan pengelolaan pembelajaran bertujuan untuk mencapai tujuan belajar. Berkenaan dengan pembelajaran di SMP Negeri 3 Jati Agung tahun ajaran 2011-2012 untuk siswa kelas VIII menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Untuk pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) diidealkan pembentukan guru IPS yang berpandangan integratif. Sebenarnya tidak seluruh topik pengajaran harus mengandung suatu integrasi. Untuk melakukan integrasi guru tidak saja membutuhkan wawasan pengetahuan yang cukup luas, tetapi juga kadang-kadang diperlukan pertimbangan ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu para guru IPS wajib mendalami berbagai ilmu sosial termasuk teori-teorinya.

Penerapan pembelajaran IPS mengharuskan siswa untuk aktif dalam kegiatan belajarnya. Keaktifan itu dapat berupa kegiatan fisik dan psikis, kegiatan fisik berupa membaca, mendengar, menulis, dan berlatih sedangkan kegiatan psikis seperti menggunakan khasanah pengetahuan untuk memecahkan masalah, menyimpulkan percobaan dan membandingkan satu konsep dengan yang lain.


(9)

Kegiatan belajar berkenaan dengan kegiatan fisik merupakan keaktifan siswa belajar, di dalam mempelajari IPS kebiasaan belajar yang perlu diterapkan adalah rajin membaca, karena dengan membaca dapat meningkatkan pengetahuan sehingga siswa dapat berpikir kritis terhadap masalah kehidupan yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebab menurut N. Daldjoeni (1997:12) menyatakan bahwa materi IPS bersumber pada pusat kegiatan hidup manusia, seperti manusia dengan alam lingkungannya, manusia dengan kelompoknya, manusia dengan manusia lainya dalam usaha mencari nafkah, usaha mengadakan inpuls agama dan seterusnya. Itu menyangkut pusat-pusat kehidupan yang universal maupun yang dalam lingkungan konkritnya sendiri.

Membaca terkait dengan membuat catatan, setelah membaca siswa dapat mempertahankan daya ingat tentang materi pelajaran IPS dengan cara membuat catatan tersebut. Catatan yang dibuat harus teratur dan rapi agar memudahkan untuk lebih memahami materi pelajaran. Selain itu, mengulang materi pelajaran IPS perlu dijadikan kebiasaan belajar agar materi dapat dikuasai dengan baik guna tercapainya prestasi belajar yang baik juga.

Banyak faktor yang mempengaruhi belajar dan tercapainya prestasi belajar. Faktor tersebut baik yang berasal dari dalam diri siswa maupun faktor dari luar. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2003:54) yang mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua, yaitu:

1. Faktor Intern

a. Faktor jasmaniah, seperti kesehatan, dan cacat tubuh.

b. Faktor psikologis, seperti intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif. c. Faktor kelelahan.


(10)

2. Faktor Ekstern

a. Faktor keluarga, yaitu cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.

b. Faktor sekolah, yaitu metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

c. Faktor masyarakat, yaitu kegiatan siswa dalam dalam masyarakat, teman bergaul, dan bentuk kehidupan.

Selanjutnya Roestiyah (1994:2) mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Faktor internal ialah faktor yang timbul dalam diri anak itu sendiri, seperti kesehatan, rasa aman, kemampuan, kebiasaan, minat, aktivitas dan sebagainya. Faktor ini berwujud juga sebagai kebutuhan dari anak itu.

2. Faktor eksternal ialah faktor yang datang dari luar diri si anak, seperti kebersihan rumah, udara yang panas, lingkungan dan sebagainya.

Dengan demikian, jelas bahwa prestasi belajar siswa dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi belajar dalam penelitian ini adalah kebiasaan belajar dan faktor eksternal yang berasal dari luar siswa antara lain yaitu lingkungan belajar di rumah. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Djaali, bahwa:

Kebiasaan belajar cenderung menguasai perilaku siswa pada setiap kali mereka melakukan kegiatan belajar. Sebabnya ialah karena kebiasaan mengandung motivasi yang kuat. Kebiasaan belajar yang teratur akan berdampak pada prestasi belajar yang baik pula (Djaali, 2008:128).

Berdasarkan pendapat di atas bahwa prestasi yang dicapai oleh siswa salah satunya ditentukan oleh kebiasaan belajar siswa tersebut. Pelaksanaan belajar yang baik oleh siswa yang dikerjakan secara terus-menerus, disebut juga dengan


(11)

kebiasaan belajar yang baik. Pentingnya pembentukan kebiasaan belajar yang baik ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hutabarat (1986:36) yaitu: “Kegiatan pendidikan banyak menyangkut pembentukan kebiasaan yang baik”. Selanjutnya Ahmadi, Abu (1991:161) mengemukakan bahwa “Kebiasaan belajar yang baik dari segi cara belajar, waktu belajar, keteraturan belajar, suasana belajar dan lain-lain, merupakan faktor penunjang keberhasilan belajar peserta didik”. Berdasarkan pendapat tersebut bahwa kebiasaan belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran.

Kebiasaan belajar yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu kebiasaan siswa dalam pelaksanaan jadwal belajar IPS di rumah, kebiasaan siswa membaca buku pelajaran IPS, kebiasaan siswa mengulang pelajaran IPS, dan kebiasaan siswa mengerjakan tugas secara mandiri.

Setiap siswa memiliki kebiasaan belajar yang berbeda-beda. Kebiasaan yang kurang baik yang biasaanya diterapkan siswa adalah bermalas-malasan dalam belajar, mengulangi materi pelajaran hanya menjelang ujian saja, tidak rajin membaca dan kurang berkonsentrasi dalam belajar. Kebiasaan belajar yang dilakukan setiap siswa di SMP Negeri 3 Jati Agung berbeda, karena berdasarkan observasi sementara pada 12 siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Jati Agung hanya 1 siswa yang mempunyai jadwal belajar IPS dan melaksanakan jadwal belajar yang telah dibuatnya. Kemudian dalam hal mengulang pelajaran di rumah ada dua dari 12 siswa tersebut yang mengulang kembali pelajaran IPS di rumah. Jadi kesimpulannya masih ada siswa yang belum memiliki jadwal belajar sebagai pedoman untuk setiap kegiatan dalam belajarnya, dan masih ada siswa pula belajar secara tidak teratur dan terus menerus belajar karena keesokan harinya


(12)

akan ujian atau ulangan. Dengan kebiasaan yang kurang baik tersebut siswa akan kurang beristirahat, dengan keadaan tersebut setiap siswa perlu belajar secara teratur setiap hari hendaknya materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru hari itu pula diulang, kemudian dengan pembagian waktu yang baik dan memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajarnya.

Prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Jati Agung pada mata pelajaran IPS tidak sama, karena masih saja ada sebagian besar siswa yang memperoleh prestasi yang kurang memuaskan. Dalam hal ini dapat ditunjukan pada penelitian pendahuluan siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Jati Agung pada mata pelajaran IPS seperti yang tercantum pada Tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Jumlah Siswa Berdasarkan Kriteria Ketuntasan dan Kelas Bidang Studi IPS Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011-2012

No Kriteria Penilaian

Kelas

Jumlah %

VIII.A VIII.B VIII.C VIII.D

1 ≥ 65 19 3 1 6 29 18,24

2 < 65 21 37 38 34 130 81,76

Jumlah 40 40 39 40 159 100

Sumber: Dokumentasi Guru mata pelajaran IPS Kelas VIII SMP Negeri 3 Jati Agung

Dari Tabel 1 di atas, dapat diketahui bahwa prestasi belajar IPS yang dicapai siswa termasuk dalam kategori tidak tuntas. Tercatat hanya 29 siswa (18,24%) yang tuntas, sedangkan yang nilainya tidak tuntas sebanyak 130 siswa (81,76%). Hal ini dapat terjadi disebabkan beberapa faktor, salah satunya adalah kebiasaan yang diterapkan oleh siswa.


(13)

Hal yang sama juga terlihat pada nilai yang diperoleh pada masing-masing siswa dengan rentang nilai yang cukup jauh antara nilai tertinggi dan nilai terendah untuk setiap kelasnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Nilai Rata-rata Kelas Pada Mata Pelajaran IPS, Nilai Tertinggi dan Nilai Terendah Siswa Tiap Kelas VIII SMP Negeri 3 Jati Agung

Tahun Pelajaran 2011-2012

No Kelas Jumlah

Siswa Nilai Tertinggi Nilai Terendah Nilai Rata-rata Kelas

1 VIII A 40 78 44 63,35

2 VIII B 40 72 30 50,75

3 VIII C 39 65 30 47,92

4 VIII D 40 72 43 56,55

159 54,64

Sumber : Dokumentasi Guru mata Pelajaran IPS Kelas VIII SMP Negeri 3 Jati Agung

Dari Tabel 2 dapat terlihat bahwa prestasi belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Jati Agung belum merata. Hal ini terlihat dari jauhnya perbedaan nilai antar siswa, yaitu siswa yang mendapat nilai tinggi dan siswa yang mendapat nilai terendah untuk setiap kelasnya. Nilai rata-rata kelasnya masih belum cukup optimal.

Selain kebiasaan belajar, faktor lain yang berhubungan terhadap rendahnya prestasi belajar IPS adalah lingkungan belajar. Lingkungan belajar yang dimaksud dalam penelitian ini kondisi dan suasana tempat belajar siswa di rumah yang mencakup: kurangnya pengawasan orang tua terhadap anaknya di rumah, hubungan antar keluarga, kesehatan ruang belajar yang tidak terjaga dengan baik, sarana belajar siswa di rumah.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa pencapaian prestasi belajar IPS siswa yang rendah, perbedaan dalam kebiasaan belajar siswa yang digunakan setiap siswa


(14)

dalam belajarnya dan lingkungan belajar siswa yang kurang mendukung menarik bagi peneliti untuk mengadakan penelitian yang berjudul “ Hubungan Antara Kebiasaan Belajar dan Lingkungan Belajar siswa di rumah dengan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 3 Jati Agung Tahun Pelajaran 2011-2012”.

B.Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan permasalahan siswa di SMP Negeri 3 Jati Agung adalah sebagai berikut:

1. Kebiasaan belajar siswa dalam hal melaksanakan jadwal belajar IPS, membaca buku pelajaran IPS, mengulangi pelajaran IPS, mengerjakan tugas IPS secara mandiri cenderung tidak teratur.

2. Lingkungan belajar siswa di rumah dalam hal kurangnya pengawasan orang tua terhadap anaknya, hubungan antar keluarga, kebersihan ruang belajar yang tidak terjaga dengan baik, sarana belajar siswa yang tidak lengkap. 3. Kebiasaan belajar dan lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar.

C. Rumusan Masalah

1. Apakah ada hubungan positif yang erat dan signifikan antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar IPS siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Jati Agung?


(15)

2. Apakah ada hubungan positif yang erat dan signifikan antara lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar IPS siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Jati Agung?

3. Apakah ada hubungan positif yang erat dan signifikan antara kebiasaan belajar dan lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar IPS siswa kelas VIII di SMP Negeri Jati Agung.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan menganalisis hubungan antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar IPS siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Jati Agung.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis hubungan antara lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar IPS siswa kelas VIII di SMP Negri 3 Jati Agung. 3. Untuk mengetahui dan menganalisis hubungan antara kebiasaan belajar dan lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar IPS siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Jati Agung.

D. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai saran kepada siswa dalam kebiasaan belajar dan lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar IPS sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam strategi belajar IPS.

2. Sebagai informasi tentang hubungan antara kebiasaan belajar dan lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar IPS baik kepada guru, siswa maupun pihak lain yang berkepentingan.


(16)

3. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Sebagai bahan masukan bagi siswa dalam meningkatkan prestasi belajar IPS agar dapat meningkatkan hasil belajar kearah yang lebih baik.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini terbagi atas: 1. Objek penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah hubungan kebiasaan belajar dan lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS.

2. Subjek penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP N 3 Jati Agung. 3. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Jati Agung. 4. Waktu penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun 2012. 5. Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah Pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial hakikatnya yaitu pembelajaran Suatu perubahan perilaku yang relatif permanen, dari sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya (Sapriya, 2009:35).


(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A.Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Belajar

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok, ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik.

Hampir semua pakar bidang psikologi dan pendidikan menyepakati bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku. Menurut Oemar Hamalik (2001:37) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Sesuai dengan pendapat tersebut Slameto (2003:2) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang lain secara keseluruhan, sebagaimana pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali, baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.


(18)

Terhadap masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi, yaitu:

a) Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.

b) Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.

Dari pengertian di atas, jelas bahwa belajar adalah suatu proses dari yang tidak tahu menjadi tahu suatu hal.

2. Teori Belajar Konstruktivisme

Teori belajar Konstruktivisme merupakan pengelompokan atas teori-teori baru dalam psikologi pendidikan, walau demikian teori konstruktivisme berkaitan dengan teori perkembangan mental peaget. Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir yang dipergunakan dalam pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak begitu saja. Siswa dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.

Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Dalam pandangan kontruktivitas, “strategi memperoleh” lebih diutamakan dibandingkan


(19)

seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan:

1. Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa,

2. Memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, 3. Menyadarkan siswa agar menerapakan strategi mereka sendiri dalam belajar. Dengan demikian, kaitannya terhadap penelitian ini adalah bahwa dari variabel penelitian yang akan diteliti bisa saja hasil yang didapat berbeda dengan kondisi siswa dalam kebiasaan belajar, dengan lingkungan belajar, terhadap prestasi belajar IPS.

3. Kebiasaan Belajar

Kebiasaan merupakan cara bertindak yang diperoleh melalui belajar secara berulang-ulang, yang pada akhirnya menjadi menetap dan bersifat otomatis. Perbuatan kebiasaan tidak memerlukan konsentrasi, perhatian, dan pikiran dalam melakukannya. Kebiasaan dapat berjalan terus, sementara individu memikirkan atau memperhatikan hal-hal lain. Hal ini sejalan dengan pendapat slameto, (2003:53) bahwa banyak siswa dan mahasiswa gagal atau tidak mendapat hasil yang baik dalam pelajarannya karena mereka tidak mengetahui cara-cara belajar yang tidak efektif. Mereka hanya mencoba untuk menghafal pelajaran.

Selain itu juga, bagaimana kebiasaan belajar seseorang dapat ditentukan dari kondisi atau situasi yang sedang dihadapi, seperti yang dikemukakan oleh Wasty Soemanto, (2006,109) bahwa meskipun orang telah mempunyai tujuan tertentu dalam belajar serta telah memiliki set yang tepat untuk merealisasi tujuan itu,


(20)

namun tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan sangat dipengaruhi oleh situasi. Setiap situasi ciri manapun dan kapan saja memberi kesempatan kebiasaan belajar kepada seseorang.

Kebiasaan belajar dapat diartikan sebagai cara atau teknik yang menetap pada diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan. (Djaali, 2008:128).

Kebiasaan belajar cenderung menguasai perilaku siswa pada setiap kali mereka melakukan kegiatan belajar. Sebabnya ialah karena kebiasaan mengandung motivasi yang kuat. Pada umumnya setiap orang bertindak berdasarkan force of habit, sekalipun ia tahu bahwa ada cara lain yang mungkin lebih menguntungkan. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan sebagai cara yang mudah dan tidak memerlukan konsentrasi dan perhatian yang besar.

Kebiasaan belajar yang teratur akan berdampak pada prestasi belajar yang baik. Sesuai dengan law of effect dalam belajar, perbuatan yang menimbulkan kesenangan cenderung untuk diulangi, yang paling penting adalah siswa mempraktekannya dalam belajar sehari-hari, sehingga lama kelamaan menjadi kebiasaan.

a. Perencanaan jadwal belajar IPS dan pelaksanaannya

Merupakan suatu rancangan waktu untuk sejumlah kegiatan yang dilaksanakan oleh seseorang setiap harinya. Agar belajar dapat berjalan dengan baik dan berhasil maka seseorang siswa perlu mempunyai jadwal belajar dan melaksanakannya dengan teratur.


(21)

Adapun cara membuat jadwal yang baik menurut Slameto (2003:82) sebagai berikut:

1) Memperhitungkan waktu setiap hari untuk keperluan-keperluan tidur, belajar, makan, mandi, olah raga, dan lain-lain.

2) Menyelidiki dan menentukan waktu-waktu yang tersedia setiap hari.

3) Merencanakan penggunaan belajar itu dengan cara menetapkan jenis-jenis mata pelajarannya dan urutan-urutan yang harus dipelajari.

4) Menyelidiki waktu-waktu mana yang dapat dipergunakan untuk belajar dengan hasil terbaik. Sesudah waktu itu diketahui, kemudian dipergunakan untuk mempelajari pelajaran yang dianggap sulit. Pelajaran yang dianggap mudah dipelajari pada jam belajar lain.

5) Berhematlah dengan waktu, setiap siswa janganlah ragu-ragu untuk memulai pekerjaan, termasuk juga belajar.

Supaya berhasil dalam belajar, jadwal yang sudah dibuat haruslah dilaksanakan secara teratur, disiplin dan efisien. Dengan demikian, perencanaan jadwal merupakan hal yang termaksuk dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

b. Membaca Buku Pelajaran IPS

Kegiatan membaca merupakan bagian yang tak terpisahkan dari belajar, karena hampir sebagian besar kegiatan belajar adalah dengan membaca. Dengan membaca teratur, diharapkan siswa memperoleh pengetahuan yang luas. Akhirnya, hasil belajar yang dicapai menjadi lebih baik.

Agar siswa dapat membaca dengan efisien perlu memiliki cara-cara yang baik.


(22)

1) Mempunyai kebiasaan-kebiasaan yang baik dalam membaca, artinya memperhatikan kesehatan membaca dan memberi tanda-tanda pada buku pelajaran.

2) Mengerti betul buku yang dibaca.

3) Sehabis membaca dapat mengingat sebagian besar dari pokok-pokok apa yang dibacanya.

4) Dapat membaca dengan cepat.

Lebih lanjut Surya Hendra mengatakan bahwa ada hubungan yang pasti dan penting antara kesanggupan membaca dengan angka hasil ujian para siswa di sekolah. Siswa yang sanggup secara efisien dan teratur membaca buku-buku yang diwajibkan biasanya memperoleh angka yang baik dan akhirnya sukses dalam studinya.

c. Mengulangi Bahan Pelajaran IPS

Mengulangi besar pengaruhnya dalam belajar, karena dengan adanya pengulangan akan tetap tertanam dalam otak seseorang, seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam. Mengulang dapat secara langsung sesudah membaca tetapi juga mempelajari kembali bahan pelajaran yang sudah dipelajari.

Agar dapat mengulang dengan baik maka perlulah kiranya disediakan waktu untuk mengulang dan menggunakannya dengan sebaik-baiknya. Untuk menghafal dengan bermakna dan memahami bahan yang diulang secara sungguh-sungguh. Menghafal dapat dengan cara diam tapi otaknya berusaha mengingat-ingat, dapat dengan membaca keras atau mendengarkan dan juga dengan cara menulisnya.


(23)

d. Mengerjakan Tugas IPS

Salah satu prinsip dalam belajar adalah ulangan atau latihan-latiahan. Mengerjakan tugas dapat berupa pengerjaan tes, ulangan atau ujian yang diberikan guru, tetapi juga termasuk membuat atau mengerjakan latihan-latihan yang ada dalam buku atau soal-soal buatan sendiri. Agar siswa berhasil dalam belajarnya, perlulah mengerjakan tugas secara teratur. Tugas ini mencakup mengerjakan PR, menjawab soal latihan, tes atau ulangan harian, ulangan umum dan ujian.

4. Lingkungan Belajar di Rumah

Lingkungan menurut Ngalim Purwanto (1990:28) adalah “semua kondisi dalam dunia ini dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan dan perkembangan”. Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang sangat menunjang keberhasilan siswa dalam mencapai studinya. Seorang siswa hidup di dalam lingkungan masyarakat yang tidak lepas dari lingkungan fisik dan sosial, baik keluarga maupun masyarakat luas maka dapat diduga lingkungan belajar sangat berkaitan dengan siswa dalam mencapai prestasi belajar yang diinginkan.

Lingkungan merupakan suatu keadaan yang dapat memberikan pengaruh besar kepada suatu individu baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Menurut Slameto (2003:57) lingkungan yang baik perlu diusahakan agar dapat memberi pengaruh yang positif terhadap anak atau siswa sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya. Hal ini juga dipertegas dengan pendapat Syaiful Bahri Djamarah dalam buku yang berjudul Psikolog Belajar tahun 2008, lingkungan merupakan


(24)

bagian penting dari kehidupan anak didik, karna baik buruknya lingkungan akan berpengaruh pada anak didik.

Jadi yang dimaksud dengan lingkungan belajar adalah kesatuan ruang atau kondisi yang dipergunakan oleh perubahan tingkah laku dalam diri seseorang untuk melakukan kegiatan belajar. Lingkungan belajar ini merupakan penciptaan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar yang baik. Dengan adanya lingkungan yang baik, tentu akan dapat mendukung lancarnya kegiatan belajar. Agar siswa mengalami proses belajar yang berhasil, harus sesuai dengan tujuan yang mesti dicapainya salah satunya yaitu harus dapat menyesuaikan dengan lingkungan belajarnya.

Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang sangat menunjang keberhasilan siswa. Lingkungan belajar yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini merupakan salah satu faktor eksternal yang ada di luar diri siswa yang dapat mempengaruhi belajar. Siswa hidup dalam masyarakat tidak akan lepas dari lingkungan baik fisik maupun sosial, baik keluarga maupun masyarakat luas diduga lingkungan belajar sangat berkaitan bagi siswa dalam mencapai prestasi belajar yang diinginkannya. Untuk itu lingkungan belajar yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah lingkungan belajar yang ada di rumah yang dapat mempengaruhi kegiatan belajarnya.

Lingkungan belajar di rumah menurut Bimo Walgito (1987:25) adalah “Semua kondisi atau keadaan tempat belajar seseorang yang ada di sekitar rumah tempat tinggal yang mencakup hubungan dengan keluarga dan masyarakat sekitarnya”. Lingkungan di rumah khususnya lingkungan keluarga merupakan lingkungan


(25)

yang pertama kali bagi siswa dalam kehidupanya. Keadaan keluarga akan memegang peranan penting dalam menentukan berhasil tidaknya siswa mencapai prestasi yang diinginkannya di sekolah.

Menurut Hutabarat (1986:21) lingkungan rumah adalah “Keadaan keluarga dan suasana tempat belajar seseorang yang ada di rumah tempat tinggal yang mencakup hubungan dengan keluarga”. Hubungan yang kurang serasi dengan keluarga dapat mengganggu konsentrasi pikiran dalam belajar. Siswa dengan latar belakang kehidupan yang harmonis, hubungan anggota keluarga sangat terbuka satu dengan yang lain, hal ini sangat berpengaruh terhadap sikap maupun pribadi siswa, kebiasaan-kebiasaan yang dipelajari di rumah dan cara mendidik orang tua akan memberi corak kepada keadaan pribadi siswa yang kemudian berinteraksi dengan siswa lain yang mungkin keadaannya berlainan, sehingga hal tersebut dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa lingkungan belajar di rumah adalah semua keadaan dan suasana tempat belajar siswa di rumah tempat tinggal termasuk hubungan antar anggota keluarga. Lingkungan belajar di rumah dalam penelitian ini akan diuraikan sebagai berikut:

a. Pengawasan orang tua

Oemar Hamalik menyatakan bahwa:

“ Orang tua turut bertanggung jawab atas kemajuan studi anaknya. Pengawasan yang kurang bisa menimbulkan kecendrungan adanya bebas mutlak pada sekelompok siswa dan hal ini sangat tidak menguntungkan bagi siswa itu sendiri. Pengawasan itu tidak berarti menghambat atau menekan akan tetapi mendorong ke arah kesadaran diri. Karena itu pengawasan akan berkurang apabila kita telah menunjukan rasa tanggung jawab terhadap belajar”.


(26)

“ Orang tua harus bersedia mendampingi anak-anak pada waktu yang demikian kepada mereka yang diberikan nasehat, bertujuan agar mereka meningkatkan kegairahan belajar baik di rumah maupun di sekolah. Anak-anak haruslah diberi motivasi untuk belajar lebih giat, lebih semangat. Dengan demikian si anak lebih percaya diri, di samping rasa bangga karena mendapat perhatian dari orang tua”.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa perlakuan orang tua ini adalah suasana hubungan antar anggota keluarga di rumah. Dalam hal pengawasan yang dilakukan orang tua terhadap anak di rumah.

b. Hubungan dengan keluarga

Roestiyah (1994:155) menyatakan bahwa:

“ Hubungan antara keluarga yang kurang harmonis akan menimbulkan suasana kaku, tegang di dalam keluarga dan menyebabkan seseorang kurang semangat dalam belajar. Suasana yang menyenangkan, akrab, dan penuh kasih sayang akan memberi semangat yang mendalam pada seseorang untuk melakukan kegiatan belajar”.

Menurut Aziz Hastari hubungan antarsaudara (kakak-adik) yang harmonis menunjukan:

1. Adanya perasaan saling menyayangi dan saling mengasihi antaranak. 2. Adanya keinginan dan kebutuhan untuk saling melindungi diantara anak

3. Munculnya perasaan saling menghormati dan menghargai kewajiban dan hak antarsaudara

4. Saling membantu satu sama lain (kakak-adik) yang diwujudkan melalui pemberian bimbingan dari kakak kepada adik dan sebaliknya.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hubungan antaranggota keluarga yang harmonis akan memberikan motivasi yang mendalam pada siswa. Sedangkan hubungan antaranggota keluarga yang kurang intim akan


(27)

menimbulkan suasana yang kaku dalam keluarga, yang menyebabkan siswa kurang bersemangat untuk belajar di rumah.

c. Ruang belajar di rumah

Menurut pendapat Surya Hendra (2004:32) bahwa sebuah syarat untuk dapat belajar dengan sebaik-baiknya adalah tersedianya tempat belajar. Selanjutnya Slameto (2003:76) mengungkapkan bahwa untuk dapat belajar yang efektif diperlukan lingkungan fisik yang baik dan teratur. Lingkungan fisik tersebut berkaitan erat dengan penyediaan fasilitas belajar bagi siswa, misalnya:

1. Ruang belajar harus bersih, tak ada bau-bauan yang mengganggu konsentrasi pikiran.

2. Ruangan cukup terang, tidak gelap yang dapat mengganggu mata.

3. Cukup sarana yang diperlukan untuk belajar, misalnya alat pelajaran, buku-buku, dan sebagainya.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa ruang belajar erat hubungannya dengan kegiatan belajar siswa, dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan tersedianya ruang belajar yang bersih, memiliki sirkulasi udara yang lancar, tidak ada bau-bauan dalam ruangan yang dapat mengganggu konsentrasi pikiran maka akan menggairahkan siswa untuk belajar sehingga prestasi belajarnya akan lebih baik.

d. Sarana belajar IPS di rumah

Menurut Hasbullah Tabrani (1994:48) sarana belajar adalah segala kebutuhan logistik tertentu yang dibutuhkan dalam belajar, seperti ruang belajar yang bebas


(28)

dari gangguan, situasi dan suhu udara yang baik, dan penerangan serta perlengkapan yang baik dan cukup.

Selanjutnya menurut pendapat Roestiyah (1994:151) bahwa belajar juga memerlukan sarana secukupnya, jika sarana belajar yang dibutuhkan siswa tidak tercukupi maka siswa tersebut dapat terganggu belajarnya. sebab sarana belajar yang memadai akan dapat mendorong siswa bergairah dalam belajar sehingga tujuan belajar dapat tercapai.

Dari pendapat di atas belajar memerlukan sarana belajar yang lengkap yang akan menunjang keberhasilan dalam belajar. Sarana belajar yang lengkap akan membuat siswa bergairah dalam belajar sehingga prestasi belajarnya akan lebih baik, sebaliknya apabila sarana belajar yang dimiliki siswa tidak lengkap maka siswa akan terganggu dalam belajarnya.

Selanjutnya Oemar Hamalik (2001:196) menyebutkan bahwa suatu lingkungan belajar memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:

1. Fungsi Psikologis

Stimulus berfungsi dari lingkungan yang merupakan rangsangan terhadap individu sehingga terjadi respons dan pada gilirannya menjadi suatu stimulus baru yang menimbulkan respons baru demikian seterusnya. Ini berarti lingkungan mengandung makna dan melaksanakan fungsi psikologis tertentu. 2. Fungsi Pedagogis

Lingkungan memberikan pengaruh yang bersifat mendidik, khususnya lingkungan yang sengaja disiapkan sebagai suatu lembaga pendidikan, misalnya keluarga, sekolah dan lembaga latihan. Masing-masing lembaga tersebut memiliki program pendidikan, baik tertulis maupun yang tidak tertulis. 3. Fungsi Instruksional

Program intruksional merupakan suatu lingkungan pengajaran dari pembelajaran yang dirancang secara khusus. Guru yang mengajar, media pengajaran dan kondisi lingkungan kelas merupakan lingkungan yang sengaja dikembangkan untuk mengembangkan tingkah laku kita.


(29)

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan lingkungan belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kondisi dan suasana tempat belajar siswa di lingkungan rumah yang mencakup pengawasan orang tua, hubungan dengan keluarga, ruang belajar di rumah, sarana belajar di rumah. Lingkungan belajar merupakan penciptaan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar yang baik. Dengan adanya lingkungan belajar yang baik, maka akan dapat mendukung lancarnya kegiatan belajar.

5. Prestasi Belajar

Pengertian prestasi belajar menurut Abu Ahmadi (1998:21) adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha kegiatan belajar, dan kegiatan belajar itu sendiri adalah berusaha mengadakan perubahan situasi dalam proses perkembangan dirinya untuk mencapai tujuan. Sedangkan Muhibin (2009:141) menyebutkan bahwa prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai siswa dalam suatu usaha (kegiatan belajar) dan perwujudan belajar siswa dapat dilihat pada nilai yang diperoleh siswa setelah mengikuti tes (Abu Ahmadi, 1991:21). Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar ialah hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti kegiatan belajar dari sejumlah materi yang diberikan guru dalam bentuk nilai atau angka selama waktu tertentu.

Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menurut Sapriya (2009:18) adalah merupakan nama mata pelajaran ditingkat sekolah dasar dan menengah atau nama


(30)

program studi diperguruan tinggi yang identik dengan istilah “socialstudies”. Jadi

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu-ilmu sosial yang dipilih dan disesuaikan bagi pengguna program pendidikan di sekolah atau bagi kelompok belajar lainnya yang sederajat. Jadi pengertian tentang prestasi belajar dan IPS yang telah dikemukakan di atas maka diperoleh pengertian prestasi belajar IPS adalah nilai yang dicapai siswa dalam mata pelajaran IPS setelah seorang siswa selesai mengikuti kegiatan belajar.

B.Kerangka Pikir

Setiap kebiasaan belajar yang teratur dapat berhubungan dengan prestasi belajar. Adapun indikator dalam menentukan kebiasaan belajar adalah perencanaan jadwal dan pelaksanaannya, membaca buku pelajaran IPS, mengulangi bahan pelajaran IPS, mengerjakan tugas IPS, tetapi pada dasarnya, kemauan dan keteraturan dalam kebiasaan belajar ini, serta lingkungan belajar di rumah yang mendukung menjadi suatu motivasi yang diduga berhubungan terhadap pencapaian prestasi belajar pada setiap siswa. Atas hal tersebut, maka ada ketertarikan dari peneliti untuk

mengadakan penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Kebiasaan Belajar dan

Lingkungan Belajar di Rumah dengan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 3 Jati Agung”.

Dalam penelitian ini akan terlihat hubungan dari variabel bebas (X), yaitu kebiasaan belajar (X1) dan lingkungan belajar di rumah (X2), terhadap variabel terikat (Y), yaitu prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram alir berikut:


(31)

Gambar 1. Diagram alir kerangka pikir hubungan antara kebiasaan belajar dan lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar siswa.

C.Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji adalah:

1. Ada hubungan positif yang erat dan signifikan antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar IPS siswa Kelas VIII di SMP Negeri 3 Jati Agung.

2. Ada hubungan positif yang erat dan signifikan antara lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar IPS siswa Kelas VIII di SMP Negeri 3 Jati Agung.

3. Ada hubungan positif yang erat dan signifikan antara kebiasaan belajar dan lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar IPS siswa Kelas VIII di SMP Negeri 3 Jati Agung.

Kebiasaan belajar (X1)

Lingkungan belajar di rumah (X2)

Prestasi belajar IPS (Y)


(32)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian korelasi. Menurut Iskandar (2008:63) penelitian korelasi yaitu penelitian hubungan sebab akibat. Menurut Sumadi Suryabrata, (2003:82). Tujuan penelitian korelasi adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor berdasarkan koefisien korelasi.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:130) yang dimaksud dengan populasi adalah seluruhan subyek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Jati Agung tahun pelajaran 2011-2012 yang terdiri dari 4 kelas yang berjumlah 159 siswa.


(33)

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Suharsimi Arikunto (2006:131) menyatakan bahwa untuk sekadar ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15%, atau 20-25, atau lebih.

Melihat jumlah populasi yang cukup banyak, maka dalam penelitian ini akan diambil sampel sebesar 25% dari jumlah populasi 159 siswa, yaitu berjumlah 40 siswa dengan sampel cadangan pada masing-masing kelas sebanyak 2 siswa. Sementara itu, pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik

Proporsional Random Sampling, yaitu pengambilan sampel dengan

memperhatikan jumlah populasi dalam tiap-tiap kelas yang dilakukan secara acak (random) dengan diundi untuk penarikan calon responden sesuai dengan jumlah yang ditentukan.

Adapun cara pengambilan sampelnya yaitu sebagai berikut:

1. Menentukan jumlah sampel setiap kelas dengan cara: jumlah siswa masing-masing kelas yang merupakan anggota populasi dikalikan banyaknya sampel yang akan diambil yaitu sebesar 25%.

2. Menulis nama populasi per kelas pada kertas kemudian digulung dan dimasukan ke dalam kotak untuk diundi. Nama yang keluar diambil sebagai responden untuk sampel tiap kelas, setelah itu dimasukkan lagi sehingga setiap populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih kembali. Kemudian dilakukan pengundian kembali untuk mendapatkan nama


(34)

responden lain. Jika nama sampel sebelumnya keluar kembali maka tidak ditulis lagi sebagai sampel. Demikian seterusnya sampai jumlah sampel dan cadangannya sebanyak yang sudah ditentukan. Untuk selanjutnya jumlah sampel dan cadangan tiap kelas dapat dilihat pada Tabel 3 berikut:

Tabel 3. Jumlah Populasi, Sampel, dan Sampel Cadangan Penelitian menurut Kelas

No Kelas Populasi Sampel Cadangan

1 VIII..A 40 10 2

2 VIII. B 40 10 2

3 VIII. C 39 10 2

4 VIII. D 40 10 2

Jumlah 159 40 8

Sumber: Hasil Perhitungan

C.Variabel Penelitian

Variabel penelitian diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian, sering juga dinyatakan variabel penelitian ini sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala-gejala yang akan diteliti. (Sumadi Suryabrata, 2003:25). Variabel dalam penelitian ini ada tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu variabel terikat:

1. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah kebiasaan belajar siswa (X1) dan lingkungan belajar siswa di rumah (X2)

2. Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah prestasi belajar IPS siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Jati Agung.


(35)

D. Definisi Operasional Variabel 1. Kebiasaan Belajar

Kebiasaan belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cara bertindak yang diperoleh melalui belajar secara berulang-ulang yang pada akhirnya menjadi menetap dan bersifat otomatis. Dalam penelitian ini, keteraturan kebiasaan belajar yang dimaksud mencakup:

a. Pelaksanaan jadwal IPS, merupakan perencanaan pembagian waktu untuk sejumlah kegiatan yang dilaksanakan oleh seseorang setiap harinya secara teratur.

1. Dikategorikan sebagai kebiasaan belajar yang baik, apabila siswa melaksanakan jadwal IPS yang telah dibuatnya, maka diberi skor 3.

2. Dikategorikan sebagai kebiasaan belajar yang kurang baik, apabila siswa jarang melaksanakan jadwal IPS yang telah dibuatnya, maka diberi skor 2. 3. Dikategorikan sebagai kebiasaan belajar yang buruk, apabila siswa tidak

pernah malaksanakan jadwal IPS yang telah dibuatnya, maka diberi skor 1.

b. Membaca buku pelajaran IPS, merupakan suatu kegiatan memahami isi (makna) dari apa yang tertulis pada buku tersebut.

1. Dikategorikan sebagai kebiasaan belajar yang baik, apabila siswa rajin membaca buku pelajaran IPS, maka diberi skor 3.

2. Dikategorikan sebagai kebiasaan belajar yang kurang baik, apabila siswa jarang rajin membaca buku pelajaran IPS, maka diberi skor 2.

3. Dikategorikan sebagai kebiasaan belajar yang buruk, apabila siswa jarang membaca buku pelajaran IPS, maka diberi skor 1.


(36)

c. Mengulangi bahan pelajaran IPS, merupakan kegiatan mempelajari kembali materi pelajaran yang telah didapatnya, baik hasil dari membaca atau mendengarkan penjelasan yang telah disampaikan oleh guru.

1. Dikategorikan sebagai kebiasaan belajar yang baik, apabila siswa mengulangi bahan pelajaran IPS di rumah, maka diberi skor 3.

2. Dikategorikan sebagai kebiasaan belajar yang kurang baik, apabila siswa jarang mengulangi bahan pelajaran IPS di rumah, maka diberi skor 2. 3. Dikategorikan sebagai kebiasaan belajar yang buruk, apabila siswa tidak

pernah mengulangi bahan pelajaran IPS di rumah, maka diberi skor 1. d. Mengerjakan tugas, adalah melakukan kegiatan yang telah diperintahkan oleh

guru dan wajib dikerjakan oleh siswa.

1. Dikategorikan sebagai kebiasaan belajar yang baik, apabila siswa mengerjakan tugas IPS secara mandiri, maka diberi skor 3.

2. Dikategorikan sebagai kebiasaan belajar yang kurang baik, apabila siswa jarang mengerjakan tugas IPS secara mandiri, maka diberi skor 2.

3. Dikategorikan sebagai kebiasaan belajar yang buruk, apabila siswa tidak pernah mengerjakan tugas IPS secara mandiri, maka diberi skor 1.

Untuk mendapatkan data mengenai keteraturan kebiasaan belajar siswa, siswa diberi 22 pertanyaan dalam bentuk angket. Skor yang diberikan untuk tiap item adalah skor 3 untuk jawaban yang digolongkan kebiasaan belajar yang baik, skor 2 untuk jawaban yang digolongkan kebiasaan belajar yang kurang baik, dan skor 1 untuk jawaban yang digolongkan kebiasaan belajar yang buruk.

Rumus interval yang digunakan untuk menentukan kategori kebiasaan belajar ini sebagai berikut: (Soegyarto Mangkuatmodjo, 1997:37)


(37)

Keterangan:

NT = Skor yang paling tinggi NR = Skor yang paling rendah K = Kelas interval

Jadi:

Berdasarkan rumus interval di atas, maka kebiasaan belajar dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Skor 52-66 = Kebiasaan belajar yang baik Skor 37-51 = Kebiasaan belajar kurang baik Skor 22-36 = Kebiasaan siswa yang buruk

2. Lingkungan Belajar di Rumah

Lingkungan belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kondisi dan suasana tempat belajar siswa di rumah. Kondisi lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik maupun sosial yang berasal dari keluarga. Indikatornya adalah sebagai berikut pengawasan orang tua, hubungan dengan keluarga, ruang belajar di rumah, sarana belajar di rumah.

a. Kurangnya pengawasan orang tua terhadap anaknya di rumah, adalah kontrol atau pengawasan orang tua yang hubungannya dengan kegiatan belajar, dalam rangka mencapai prestasi belajar yang baik. Seperti orang tua selalu memberikan perhatian dan pengawasan pada saat belajar di rumah, orang tua selalu memeriksa pekerjaan rumah, orang tua memberi nasehat dan motivasi serta dukungan kepada siswa agar giat belajar.


(38)

1. Dikategorikan sebagai lingkungan belajar yang mendukung, apabila orang tua mengawasi atau mengontrol kegiatan belajar anaknya setiap hari, maka diberi skor 3.

2. Dikategorikan sebagai lingkungan belajar yang kurang mendukung, apabila orang tua jarang mengawasi atau mengontrol kegiatan belajar anaknya setiap hari, maka diberi skor 2.

3. Dikategorikan sebagai lingkungan belajar yang tidak mendukung, apabila orang tua tidak pernah sama sekali mengawasi atau mengontrol kegiatan belajar anaknya dengan baik, tidak pernah berkomunikasi dengan guru, maka diberi skor 1.

b. Hubungan dengan keluarga, merupakan hubungan antar keluarga dengan siswa dan sikap keluarga dalam mendukung aktivitas belajar siswa seperti relasi antar anggota keluarga yang baik, memberikan bantuan kepada siswa apabila siswa mengalami kesulitan dalam belajar, dan suasana rumah yang damai dan tentram.

1. Dikategorikan sebagai lingkungan belajar yang mendukung, apabila hubungan dengan keluarga selalu dalam keadaan harmonis dan keluarga selalu memberi dukungan dalam aktivitas belajar, maka diberi skor 3.

2. Dikategorikan sebagai lingkungan belajar yang kurang mendukung, apabila hubungan dengan keluarga kurang harmonis dan keluarga jarang memberi dukungan dalam aktivitas belajar, maka diberi skor 2.

3. Dikategorikan sebagai lingkungan belajar yang tidak mendukung, apabila hubungan dengan keluarga tidak harmonis dan keluarga tidak pernah memberi dukungan dalam aktivitas belajar, maka diberi skor 1.


(39)

c. Ruang belajar di rumah, merupakan kondisi atau keadaan ruang tempat siswa belajar di rumah. Keadaan ruang belajar yang bersih tidak berbau, ventilasi yang baik sehingga sirkulasi udara lancar dan penerangan matahari yang cukup.

1. Dikategorikan sebagai lingkungan belajar yang mendukung, apabila apabila siswa setiap hari selalu membersihkan ruang belajarnya sehingga kondisi ruangan belajarnya selalu terjaga, maka diberi skor 3.

2. Dikategorikan sebagai lingkungan belajar yang kurang mendukung, apabila apabila siswa jarang membersihkan ruang belajarnya sehingga kondisi ruangan belajarnya kurang terjaga, maka diberi skor 2.

3. Dikategorikan sebagai lingkungan belajar tidak mendukung, apabila apabila siswa tidak pernah membersihkan ruang belajarnya sehingga kondisi ruangan belajarnya tidak terjaga, maka diberi skor 1.

d. Sarana belajar siswa di rumah yang tidak lengkap, merupakan alat yang digunakan siswa yang mendukung dalam proses belajar di rumah. Sarana belajar yang tersedia di rumah dapat mendukung keberhasilan siswa dalam belajar.

1. Dikategorikan sebagai lingkungan belajar yang mendukung, apabila sarana belajar siswa di rumah selalu terpenuhi dengan baik atau lengkap, maka diberi skor 3.

2. Dikategorikan sebagai lingkungan belajar yang kurang mendukung, apabila sarana belajar siswa di rumah kurang terpenuhi dengan baik atau lengkap, maka di beri skor 2.


(40)

3. Dikategorikan sebagai lingkungan belajar yang tidak mendukung, apabila sarana belajar siswa di rumah tidak pernah terpenuhi dengan baik atau lengkap, maka di beri skor 1.

Untuk mendapatkan data mengenai lingkungan belajar siswa, maka diberi 18 pertanyaan dalam bentuk angket. Skor yang diberikan untuk setiap item adalah 3 untuk jawaban yang digolongkan lingkungan belajar yang mendukung, skor 2 untuk lingkungan belajar yang kurang mendukung, dan skor 1 untuk lingkungan belajar yang tidak mendukung.

Keterangan:

NT = Skor yang paling tinggi NR = Skor yang paling rendah K = Kelas interval

Jadi:

Berdasarkan rumus interval di atas, maka lingkungan belajar dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Skor 43–54 = Lingkungan belajar yang mendukung

Skor 31–42 = Lingkungan belajar yang kurang mendukung Skor 18-30 = Lingkungan belajar yang tidak mendukung


(41)

3. Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang dipakai dalam penelitian ini adalah nilai ujian siswa pada semester ganjil yang berkisar antara 0-100 yang dicapai siswa pada bidang studi IPS di kelas VIII SMP Negeri 3 Jati Agung tahun pelajaran 2011-2012. Dengan interval nilai tinggi apabila berada pada ≥ 62, interval nilai sedang apabila berada pada 46-61, dan interval nilai rendah apabila berada pada ≤ 45.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Observasi

Observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang keadaan sekolah, proses belajar mengajar serta gejala-gejala atau fenomena yang terjadi pada subjek penelitian mengenai objek yang akan diteliti.

2. Teknik Dokumentasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:158) teknik dokumentasi yang artinya barang-barang tertulis, seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Riduwan (2008:105) dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan dengan penelitian.


(42)

Teknik dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data mengenai masalah yang sedang diteliti. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data tentang jumlah siswa dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS, peta monografi sekolah SMP Negeri 3 Jati Agung.

3. Teknik Angket

Dalam bukunya Iskandar (2008:77), angket adalah seperangkat pertanyaan yang disusun secara logis, sistematis tentang konsep yang menerangkan tentang variabel-variabel yang diteliti. Jenis angket yang akan digunakan pada penelitian ini adalah angket tertutup, artinya jawaban sudah disediakan sehingga responden tinggal memilih. Tujuan penggunaan pengumpulan data ini adalah untuk mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah yang berkaitan dengan responden.

Dalam penelitian ini teknik angket digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai kebiasaan belajar siswa dan lingkungan belajar di rumah siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Jati Agung.

F. Uji Persyaratan Instrumen

1. Uji Coba Angket a) Uji Validitas Angket

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:168) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang


(43)

diteliti secara tepat. Teknik uji validitas dalam penelitian ini menggunakan

Korelasi Product Moment dengan rumus:

Keterangan:

rxy = Koefisien Korelasi X = Variabel bebas Y = Variabel terikat

N = Jumlah sampel yang diteliti ∑X2

= Jumlah kuadrat dari nilai X ∑Y2

= Jumlah kuadrat dari nilai Y

Kriteria pengujian validitas angket:

1. Jika rxy > rtabel untuk taraf signifikan α = 0,05 yaitu 0,576 dengan n=12, artinya item valid, dapat digunakan sebagai angket.

2. Jika rxy < rtabel untuk taraf signifikan α =0,05 yaitu 0,576 dengan n=12, artinya item tidak valid, tidak digunakan sebagai angket.

Sebelum instrumen penelitian digunakan untuk mengumpulkan data dari responden, instrument terlebih dahulu diuji cobakan kepada 12 siswa yang merupakan populasi dari siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Jati Agung Lampung Selatan. Uji coba ini dilakukan sebanyak satu kali. Pengujian angket ini menggunakan rumus product moment. Dengan kriteria pengujian validitas adalah jika r hitung > r tabel (α=5%) berarti valid dan sebaliknya jika r hitung < r tabel berarti tidak valid. Cara perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5. Hasil


(44)

uji validitas seluruh item berjumlah 50 soal yang terdiri dari 28 soal untuk variabel kebiasaan belajar dan 22 soal untuk variabel lingkungan belajar di rumah. Uji coba angket dilakukan kepada 12 siswa yang diambil dari 4 kelas yang akan diteliti. Sementara itu perhitungan dilakukan secara manual, dan berikut adalah hasil perhitungan yang telah dilakukan:

Tabel 4. Hasil Uji Coba Validitas Angket Kebiasaan Belajar Kebiasaan Belajar (X1)

No Soal r xy r table Keterangan

1 0,819 0,576 Valid

2 0,829 0,576 Valid

3 0,701 0,576 Valid

4 0,621 0,576 Valid

5 0,740 0,576 Valid

6 0,784 0,576 Valid

7 0,816 0,576 Valid

8 0,188 0,576 Tidak Valid

9 0,621 0,576 Valid

10 0,600 0,576 Valid

11 0,651 0,576 Valid

12 0,877 0,576 Valid

13 0,355 0,576 Tidak Valid

14 0,651 0,576 Valid

15 0,579 0,576 Valid

16 0,844 0,576 Valid

17 0,621 0,576 Valid

18 0,372 0,576 Tidak Valid

19 0,210 0,576 Tidak Valid

20 0,819 0,576 Valid

21 0,740 0,576 Valid

22 0,813 0,576 Valid

23 0,307 0,576 Tidak Valid

24 0,921 0,576 Valid

25 0,716 0,576 Valid

26 0,844 0,576 Valid

27 0,301 0,576 Tidak Valid

28 0,651 0,576 Valid


(45)

Berdasarkan Tabel 4 di atas diketahui bahwa dari 28 soal yang diujikan terdapat 6 butir soal pada variabel kebiasaan belajar yang tidak valid yaitu soal nomor 8,13,18,19,23, dan 27 yang diketahui r hitung < r tabel. Dengan demikian pada 6 soal yang tidak valid maka peneliti bermaksud untuk membuang soal tersebut, karena soal tersebut sudah terwakili pada nomor soal yang lain.

Tabel 5. Hasil Uji Coba Validitas Angket Lingkungan Belajar di Rumah Lingkungan Belajar di Rumah (X2)

No Soal r xy r table Keterangan

1 0,417 0,576 Tidak Valid

2 0,756 0,576 Valid

3 0,660 0,576 Valid

4 0,831 0,576 Valid

5 0,686 0,576 Valid

6 0, 901 0,576 Valid

7 0, 901 0,576 Valid

8 0,736 0,576 Valid

9 0,790 0,576 Valid

10 0,533 0,576 Tidak Valid

11 0, 692 0,576 Valid

12 0, 823 0,576 Valid

13 0, 918 0,576 Valid

14 0, 696 0,576 Valid

15 0, 896 0,576 Valid

16 0, 862 0,576 Valid

17 0,712 0,576 Valid

18 0,706 0,576 Valid

19 0,862 0,576 Valid

20 0,789 0,576 Valid

21 0,409 0,576 Tidak Valid

22 -0,930 0,576 Tidak Valid

Sumber: Data Perhitungan Uji Coba angket Tahun 2012

Berdasarkan Tabel 5 di atas diketahui bahwa dari 22 soal yang diujikan terdapat 4 butir soal pada variabel lingkungan belajar di rumah yang tidak valid yaitu soal nomor 1,10,21 dan 22 yang diketahui r hitung < r tabel. Dengan demikian pada 4 soal


(46)

yang tidak valid maka peneliti bermaksud untuk membuang soal tersebut, karena soal tersebut sudah terwakili pada nomor soal yang lain.

b) Uji Reliabilitas Angket

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika memiliki taraf kepercayaan yang tinggi dan keajegan. Untuk mengukur tingkat reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut:

Kriteria pengujian reliabilitas angket:

1. Jika r11 > rtabel untuk taraf signifikan α = 0,05 yaitu 0,576 dengan n=12, artinya item reliabel, dapat digunakan sebagai angket.

2. Jika r11 < rtabel untuk taraf signifikan α = 0,05 yaitu 0,576 dengan n=12 artinya item tidak reliabel, tidak digunakan sebagai angket.

Berdasarkan hasil perhitungan secara manual diketahui bahwa pada variabel kebiasaan belajar (X1) adalah 0,982 (pada Lampiran 6), dan variabel lingkungan belajar di rumah (X2) adalah 0,982 (pada Lampiran 10). Dengan demikian hasil r alpha > r tabel dengan taraf signifikan 0,05 adalah 0,576 maka reliabel sehingga


(47)

kuesioner dapat digunakan sebagai alat pengumpul data tentang kebiasaan belajar dan lingkungan belajar di rumah.

G. Analisis Data Penelitian

Analisa data yang digunakan dalam pengujian hipotesis pertama dan kedua pada penelitian ini adalah analisa Korelasi Produck Moment dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi X = Variabel bebas Y = Variabel terikat ∑X2

= Jumlah kuadrat dari nlai X ∑Y2

= Jumlah kuadrat dari nilai Y N = Jumlah sampel yang diteliti

Kriteria pengujian dapat dilihat dari:

1. Ada hubungan antara X dan Y jika koefisien korelasi tidak sama dengan 0 (nol) atau (rxy≠0), dan tidak ada hubungan jika rxy sama dengan 0 (nol) atau (rxy=0).

2. Jika nilai rxy positif maka hubungan antara X dan Y bersifat positif, jika nilai rxy negatife maka hubungan antara X dan Y bersifat negatife.


(48)

3. Untuk tingkat hubungan X dan Y dapat diketahui setelah nilai r diperoleh yang dikonsultasikan pada Tabel 6 interprestasi nilai r.

4. Untuk mengetahui signifikan dengan taraf kesalahan 0,05% adalah apabila r hitung sama atau lebih besar dari r tabel (r hitung ≥rtabel).

Tabel 6. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r.

No Besarnya Nilai r Interpretasi

1 Antara 0,80 sampai dengan 1,000 Sangat Kuat/sangat tinggi 2 Antara 0,60 sampai dengan 0,799 Kuat/tinggi

3 Antara 0,40 sampai dengan 0,599 Sedang/cukup 4 Antara 0,20 sampai dengan 0,399 Rendah

5 Antara 0,00 sampai dengan 0,199 Sangat Rendah (tidak berkolerasi) (Suharsimi Arikunto, 2006:276)

Rumus Korelasi Ganda

Keterangan:

Rx1.x2.y : Nilai Korelasi Antar Variabel dan Variabel Ganda r2x1.y : Nilai Korelasi Kuadrat X1 terhadap Y

r2x2.y : Nilai Korelasi Kuadrat X2 terhadap Y (rx1.y) : Nilai Korelasi X1 terhadap Y

(rx2.y) : Nilai Korelasi X2 terhadap Y (rx1.x2) : Nilai Korelasi X1 dan X2

r2x1.x2 : Nilai Korelasi Kuadrat X1 dan X2 (Suharsimi Arikunto, 2006:280)


(49)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan data dan hasil pembahasan penelitian mengenai hubungan antara kebiasaan belajar dan lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VIII di SMP Negeri 3 Jati Agung tahun pembelajaran 2011-2012 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan positif yang erat dan signifikan antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VIII di SMP Negeri 3 Jati Agung, yang ditunjukan dengan rxy=0,711 dengan tingkat keeratan hubungan yang erat dan signifikan yaitu rhitung 0,711 > rtabel0,312. Dengan taraf signifikan (α) = 0,05. Hal ini berarti ada kecenderungan semakin baik kebiasaan belajar IPS siswa maka semakin tinggi prestasi belajar IPS yang dicapai. Sebaliknya semakin buruk kebiasaan belajar IPS siswa maka semakin rendah prestasi belajar IPS yang dicapai siswa.

2. Terdapat hubungan positif yang erat dan signifikan antara lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar IPS siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Jati Agung, yang ditunjukkan dengan rxy= 0,624 dengan tingkat keeratan hubungan yang signifikan yaitu rhitung 0,624 > rtabel 0,312 dengan taraf signifikan (α) =


(50)

0,05. Hal ini berarti ada kecendrungan semakin mendukungnya lingkungan belajar IPS siswa di rumah maka semakin tinggi prestasi belajar yang dicapai. Sebaliknya semakin tidak mendukungnya lingkungan belajar IPS siswa di rumah maka semakin rendah prestasi belajar yang dicapai siswa.

3. Terdapat hubungan positif yang erat dan signifikan antara kebiasaan belajar dan lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VIII di SMP Negeri 3 Jati Agung, yang ditunjukan dengan rx1.x2.y=0,784 dengan tingkat keeratan hubungan yang erat dan signifikan yaitu rhitung 0,784 > rtabel 0,312. Sementara itu, dari hasil perhitungan yang telah dilakukan juga dapat diketahui bahwa untuk hipotesis pertama bernilai 0,711 lebih besar dari hipotesis kedua yang bernilai 0,624. Ini menunjukkan bahwa antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar memiliki hubungan yang lebih erat jika dibandingkan dengan hubungan antara lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar.

B.Saran

Berdasarkan data dan hasil penelitian tentang kebiasaan belajar dan lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar IPS siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Jati Agung, maka penulis menyarankan sebagai berikut:

1. Hendaknya siswa dapat menerapkan kebiasaan belajar yang baik dengan cara melaksanakan jadwal belajar yang telah dibuat, rajin membaca buku pelajaran, sering mengulang kembali pelajaran di rumah dan rajin mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Keteraturan dalam hal belajar dapat menimbulkan


(51)

suatu pola perilaku yang menetap dan bersifat otomatis. Karena dalam hal belajar, kebiasaan dapat meningkatkan prestasi.

2. Hendaknya kepada guru untuk memberi tahukan kepada orang tua siswa untuk selalu memberikan pengawasan, dukungan dan perhatian saat anaknya belajar di rumah sehingga anak lebih semangat dalam belajar. Bagi keluarga perlunya kerjasama yang baik antar anggota keluarga demi tercapainya prestasi belajar yang baik seperti membantu siswa apabila mengalami kesulitan dalam belajar di rumah. Orang tua selalu memenuhi kebutuhan belajar khususnya sarana belajar di rumah bagi anaknya agar anak lebih bersemangat dalam belajar sehingga prestasi belajarnya dapat meningkat.

3. Siswa hendaknya dapat meningkatkan kebiasaan belajar dan juga memperbaiki lingkungan belajar yang kurang mendukung. Karena kebiasaan belajar yang teratur dan lingkungan belajar yang mendukung dapat meningkatkan prestasi belajar.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi. 1998. Psikolog Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. 1991. Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Bimo Walgito. 1987. Psikologi Sosial. Yayasan Penerbit Fakultas UGM. Yogyakarta.

Djaali, 2008. Psikologi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Hasbullah Tabrani. 1994. Rahasia Sukses belajar. Raja Grafindo. Jakarta.

Hutabarat EP. 1986. Cara Belajar Pedoman Praktis Untuk Belajar Secara Efisien dan Efektif. PT. BPK Gunung Mulia. Jakarta

Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Gaung Persada Press. Jakarta

Muhibin Syah. 2009. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Nana Sudjana.1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung.

N. Dadljoeni. 1997. Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Alumni. Bandung. Ngalim Purwanto. 1990. Psikologi Pendidikan. Remaja Karya. Bandung.

Nursid Sumaatmadja. 1988. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Alumni. Bandung.

Oemar Hamalik. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bumi Aksara. Jakarta.

Riduwan. 2008. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Alfabeta. Bandung.

Roestiyah NK. 1994. Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem. Rineka Cipta. Jakarta.


(53)

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Bumi Aksara. Jakarta.

Soegyarto Mangkuatmodjo. 1997. Pengantar Statistik. Rineka Cipta. Jakarta. Soemanto Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan. Rhineka Cipta. Jakarta. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.

Sumadi Suryabrata. 2003. Metodologi Penelitian. Raja Grafindo Persada. Jakarta Surya Hendra. 2004. Kiat-Kiat Mengatasi Kesulitan Belajar. Elex Media

Kaputindo Group Gramedia. Jakarta.

Tim Penyusun. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(1)

3. Untuk tingkat hubungan X dan Y dapat diketahui setelah nilai r diperoleh yang dikonsultasikan pada Tabel 6 interprestasi nilai r.

4. Untuk mengetahui signifikan dengan taraf kesalahan 0,05% adalah apabila r hitung sama atau lebih besar dari r tabel (r hitung≥rtabel).

Tabel 6. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r.

No Besarnya Nilai r Interpretasi

1 Antara 0,80 sampai dengan 1,000 Sangat Kuat/sangat tinggi 2 Antara 0,60 sampai dengan 0,799 Kuat/tinggi

3 Antara 0,40 sampai dengan 0,599 Sedang/cukup 4 Antara 0,20 sampai dengan 0,399 Rendah

5 Antara 0,00 sampai dengan 0,199 Sangat Rendah (tidak berkolerasi) (Suharsimi Arikunto, 2006:276)

Rumus Korelasi Ganda

Keterangan:

Rx1.x2.y : Nilai Korelasi Antar Variabel dan Variabel Ganda

r2x1.y : Nilai Korelasi Kuadrat X1 terhadap Y

r2x2.y : Nilai Korelasi Kuadrat X2 terhadap Y

(rx1.y) : Nilai Korelasi X1 terhadap Y

(rx2.y) : Nilai Korelasi X2 terhadap Y

(rx1.x2) : Nilai Korelasi X1 dan X2

r2x1.x2 : Nilai Korelasi Kuadrat X1 dan X2


(2)

69

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan data dan hasil pembahasan penelitian mengenai hubungan antara kebiasaan belajar dan lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VIII di SMP Negeri 3 Jati Agung tahun pembelajaran 2011-2012 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan positif yang erat dan signifikan antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VIII di SMP Negeri 3 Jati Agung, yang ditunjukan dengan rxy=0,711 dengan tingkat

keeratan hubungan yang erat dan signifikan yaitu rhitung 0,711 > rtabel0,312.

Dengan taraf signifikan (α) = 0,05. Hal ini berarti ada kecenderungan semakin baik kebiasaan belajar IPS siswa maka semakin tinggi prestasi belajar IPS yang dicapai. Sebaliknya semakin buruk kebiasaan belajar IPS siswa maka semakin rendah prestasi belajar IPS yang dicapai siswa.

2. Terdapat hubungan positif yang erat dan signifikan antara lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar IPS siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Jati Agung, yang ditunjukkan dengan rxy= 0,624 dengan tingkat keeratan hubungan


(3)

0,05. Hal ini berarti ada kecendrungan semakin mendukungnya lingkungan belajar IPS siswa di rumah maka semakin tinggi prestasi belajar yang dicapai. Sebaliknya semakin tidak mendukungnya lingkungan belajar IPS siswa di rumah maka semakin rendah prestasi belajar yang dicapai siswa.

3. Terdapat hubungan positif yang erat dan signifikan antara kebiasaan belajar dan lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VIII di SMP Negeri 3 Jati Agung, yang ditunjukan dengan rx1.x2.y=0,784 dengan tingkat keeratan hubungan yang erat dan signifikan yaitu

rhitung 0,784 > rtabel 0,312. Sementara itu, dari hasil perhitungan yang telah

dilakukan juga dapat diketahui bahwa untuk hipotesis pertama bernilai 0,711 lebih besar dari hipotesis kedua yang bernilai 0,624. Ini menunjukkan bahwa antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar memiliki hubungan yang lebih erat jika dibandingkan dengan hubungan antara lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar.

B.Saran

Berdasarkan data dan hasil penelitian tentang kebiasaan belajar dan lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar IPS siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Jati Agung, maka penulis menyarankan sebagai berikut:

1. Hendaknya siswa dapat menerapkan kebiasaan belajar yang baik dengan cara melaksanakan jadwal belajar yang telah dibuat, rajin membaca buku pelajaran, sering mengulang kembali pelajaran di rumah dan rajin mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Keteraturan dalam hal belajar dapat menimbulkan


(4)

71

suatu pola perilaku yang menetap dan bersifat otomatis. Karena dalam hal belajar, kebiasaan dapat meningkatkan prestasi.

2. Hendaknya kepada guru untuk memberi tahukan kepada orang tua siswa untuk selalu memberikan pengawasan, dukungan dan perhatian saat anaknya belajar di rumah sehingga anak lebih semangat dalam belajar. Bagi keluarga perlunya kerjasama yang baik antar anggota keluarga demi tercapainya prestasi belajar yang baik seperti membantu siswa apabila mengalami kesulitan dalam belajar di rumah. Orang tua selalu memenuhi kebutuhan belajar khususnya sarana belajar di rumah bagi anaknya agar anak lebih bersemangat dalam belajar sehingga prestasi belajarnya dapat meningkat.

3. Siswa hendaknya dapat meningkatkan kebiasaan belajar dan juga memperbaiki lingkungan belajar yang kurang mendukung. Karena kebiasaan belajar yang teratur dan lingkungan belajar yang mendukung dapat meningkatkan prestasi belajar.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi. 1998. Psikolog Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. 1991. Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Bimo Walgito. 1987. Psikologi Sosial. Yayasan Penerbit Fakultas UGM. Yogyakarta.

Djaali, 2008. Psikologi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Hasbullah Tabrani. 1994. Rahasia Sukses belajar. Raja Grafindo. Jakarta.

Hutabarat EP. 1986. Cara Belajar Pedoman Praktis Untuk Belajar Secara Efisien dan Efektif. PT. BPK Gunung Mulia. Jakarta

Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Gaung Persada Press. Jakarta

Muhibin Syah. 2009. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Nana Sudjana.1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung.

N. Dadljoeni. 1997. Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Alumni. Bandung. Ngalim Purwanto. 1990. Psikologi Pendidikan. Remaja Karya. Bandung.

Nursid Sumaatmadja. 1988. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Alumni. Bandung.

Oemar Hamalik. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bumi Aksara. Jakarta.

Riduwan. 2008. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Alfabeta. Bandung.

Roestiyah NK. 1994. Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem. Rineka Cipta. Jakarta.


(6)

Sapriya. 2009. Pendidikan Ilmu Pengetahuan sosial. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Bumi Aksara. Jakarta.

Soegyarto Mangkuatmodjo. 1997. Pengantar Statistik. Rineka Cipta. Jakarta. Soemanto Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan. Rhineka Cipta. Jakarta. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.

Sumadi Suryabrata. 2003. Metodologi Penelitian. Raja Grafindo Persada. Jakarta Surya Hendra. 2004. Kiat-Kiat Mengatasi Kesulitan Belajar. Elex Media

Kaputindo Group Gramedia. Jakarta.

Tim Penyusun. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung.


Dokumen yang terkait

KORELASI ANTARA KEBIASAAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X MAN BANDING AGUNG OKU SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012-2013

1 39 47

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJARTERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU Pengaruh Motivasi Belajar Dan Lingkungan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu Pada Siswa Kelas VIII Di Sekolah Meneng

0 1 18

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJARTERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU Pengaruh Motivasi Belajar Dan Lingkungan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu Pada Siswa Kelas VIII Di Sekolah Meneng

0 2 11

HUBUNGAN MINAT BELAJAR DAN KEDISIPLINAN SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA BIDANG STUDI EKONOMI KELAS VIII SMP NEGERI 3 STABAT TAHUN AJARAN 2011/2012.

0 3 20

HUBUNGAN ANTARA KENAKALAN REMAJA DAN LINGKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI HUBUNGAN ANTARA KENAKALAN REMAJA DAN LINGKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 3 MOJOSONGO TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 2 16

Hubungan minat belajar dengan prestasi belajar siswa kelas VI SD Negeri Babarsari tahun pelajaran 2011/2012.

0 0 153

Hubungan bimbingan guru di kelas, minat belajar dan motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial : studi kasus pada siswa kelas VIII SMP Santa Theresia, Pangkalpinang.

0 2 151

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN MEDIA PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SMA NEGERI 3 BOYOLALI TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 0 17

PENGARUH MINAT DAN KEBIASAAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS V SD NEGERI SUDIMARA

0 0 16

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN NUMERIK DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BAYAT TAHUN PELAJARAN 20162017 SKRIPSI

1 3 26