EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF PERTANAMAN KARET (Hevea brasiliensis) DI FIELD 93 B AFDELING II PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT USAHA KEDATON WAY GALIH LAMPUNG SELATAN

(1)

ABSTRAK

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF PERTANAMAN KARET (Hevea brasiliensis) DI FIELD 93 B AFDELING

II PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT USAHA KEDATON WAY GALIH LAMPUNG SELATAN

Oleh

ALVIN GOVINDO

Evaluasi lahan merupakan bagian dari proses perencanaan penggunaan lahan. Inti evaluasi kesesuaian lahan adalah membandingkan persyaratan penggunaan lahan, dengan sifat-sifat atau kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan yang akan

digunakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai kesesuaian lahan

pertanaman karet Field 93 B Afdeling II PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Kedaton Way Galih, Lampung Selatan.

Evaluasi kesesuaian lahan kualitatif dilakukan berdasarkan syarat tumbuh tanaman karet menurut kriteria Djaenuddin dkk 2000, Sedangkan evaluasi kuantitatif yang dilakukan adalah analisis finansial dengan menghitung NPV, Net B/C, IRR, dan BEP.

Hasil penelitian di Field 93 B Afdeling II PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Kedaton berdasarkan potensi fisik lingkungan masuk dalam kelas kesesuaian lahan cukup sesuai (S2) dengan faktor pembatas ketersediaan air dan


(2)

Retensi hara (S2wanr), secara finansial layak untuk dilanjutkan dengan nilai NPV = 378.352.759; Net B/C= 1,74; IRR = 20,03 % per tahun; dan BEP = 11 tahun 5 bulan 17 hari.


(3)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Produk karet menyumbang devisa sebesar US$4,2 miliar pada 2009 (BPS Indonesia, 2009). Volume produksi karet pada 2009 sebesar 2,8 juta ton dengan luas lahan mencapai 3,4 juta hektar di tahun 2009 (BPS Indonesia, 2009). Dewasa ini, karet merupakan bahan baku yang menghasilkan lebih dari 50.000 jenis barang. Setyamidjaja (1993), menyatakan bahwa dari produksi karet alam, 46 % digunakan untuk pembuatan ban dan selebihnya untuk karet busa, sepatu, dan beribu-ribu jenis barang lainnya.

Menurut Soelaiman (2002), walaupun saat ini sudah berkembang karet sintetis, namun permintaan karet alam dunia masih terus meningkat. Hal ini karena karet alam tidak bisa disubstitusi sepenuhnya oleh karet sintetis. Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas usahatani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidayanya (Setyamidjaya, 1992).

Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2005), agribisnis karet alam di masa datang akan mempunyai prospek yang makin cerah karena adanya kesadaran akan kelestarian lingkungan dan sumberdaya alam, kecenderungan


(4)

penggunaan, meningkatnya industri polimer pengguna karet serta semakin langkanya minyak bumi sebagai bahan pembuatan karet sintetis.

Indonesia mempunyai peluang untuk menjadi produsen karet terbesar dunia karena negara pesaing utama seperti Thailand dan Malaysia semakin kekurangan lahan dan semakin sulit mendapatkan tenaga kerja yang murah sehingga

keunggulan komparatif dan kompetitif Indonesia akan makin baik (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2005). Kayu karet juga akan mempunyai prospek yang baik sebagai sumber kayu. Dengan meningkatnya permintaan terhadap karet maka usahatani tanaman karet akan menguntungkan. Agar tanaman karet dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan getah (lateks) yang optimal maka harus diperhatikan syarat-syarat lingkungan yang optimum diinginkan oleh tanaman. Persyaratan penggunaan lahan akan menentukan kualitas lahan yang diperlukan agar tanaman dapat berproduksi dengan baik dan lestari (Harjowigeno, 2001).

Evalusi kesesuaian lahan merupakan tahapan penting dalam perencanaan

pengunaan lahan. Dengan evaluasi kesesuaian lahan dapat diketahui kesesuaian suatu wilayah untuk berbagai komoditas dari berbagai kelompok tanaman, baik tanaman pangan maupun perkebunan. Dengan demikian, penggunaan lahan yang terbaik pada suatu wilayah dapat diputuskan. Kesesuaian suatu wilayah terhadap komoditas tertentu dapat diperoleh dengan membandingkan syarat tumbuh tanaman dengan kondisi lahan.


(5)

Mempelajari kualitas dan karakteristik lahan yang sesuai untuk tanaman sangat penting untuk meningkatkan produktivitas dan mutu tanaman. Dengan

mengetahui ciri tersebut dapat disusun kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman tertentu yang berperan penting dalam evaluasi sumberdaya lahan dan

pertimbangan pengelolaan lahan (Hardjowigeno, 1994).

Selain ditinjau dari kesesuaian lahanya maka diperlukan juga suatu informasi mengenai kelayakan baik itu kelayakan ekonomi, kelayakan sosial maupun kelayakan finansial suatu penggunaan lahan. Adapun kelayakan ekonomi

menunjukkan ekonomi wilayah secara keseluruhan dari suatu sistem penggunaan lahan bagi masyarakat sehingga dapat diketahui efisiensi pemanfaatan

sumberdaya lahan. Sedangkan kelayakan sosial ditinjau dari distribusi biaya dan manfaat antar pihak-pihak masyarakat. Kelayakan finansial ini bertujuan untuk mengetahui apakah lahan yang dikategorikan sesuai termasuk lahan yang layak diusahakan atau lahan yang dikategorikan tidak sesuai termasuk lahan yang tidak layak untuk diusahakan.

Apabila suatu lahan ternyata layak untuk diusahakan, maka usahatani dapat terus dilanjutkan dan dikembangkan. Sedangkan apabila suatu lahan tidak layak diusahakan, maka perlu adanya alternatif-alternatif tindakan, seperti penghentian atau perbaikan (Soekartawi, 1995).

Pada penelitian ini yang diteliti adalah kesesuaian lahan dan kelayakan finansial tanaman karet di PTPN VII (persero) Unit Usaha Kedaton Afdeling II Field 93 B.


(6)

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menilai kesesuaian lahan kualitatif pertanaman Karet (Hevea brasiliensis) Field 93 B Afdeling II PTPN VII (Persero) Unit Usaha Kedataon Way Galih Lampung Selatan, berdasarkan kriteria biofisik Djaenuddin dkk. (2000). 2. Menilai kesesuaian lahan kuantitatif dengan menganalisis nilai kelayakan

finansial budidaya tanaman Karet Field 93 B Afdeling II PTPN VII (Persero) Unit Usaha Kedataon Way Galih Lampung Selatan, dengan menghitung nilai NPV, Net B/C Ratio, IRR, dan BEP.

1.3 Kerangka Pemikiran

Di Indonesia karet merupakan komoditi yang penting, hal ini disebabkan karena selain potensi ekonominya, juga potensi alam dan iklimnya yang mendukung pertumbuhan tanaman karet untuk tumbuh dengan baik (Syamsulbahri, 1996). Tanaman karet merupakan tanaman perkebunan yang tumbuh di berbagai wilayah di Indonesia. Karet merupakan produk dari proses penggumpalan getah tanaman karet (lateks). Pohon karet normal disadap pada tahun ke-5. Produk dari

penggumpalan lateks selanjutnya diolah untuk menghasilkan lembaran karet (sheet), bongkahan (kotak), atau karet remah (crumb rubber) yang merupakan bahan baku industri karet. Ekspor karet dari Indonesia dalam berbagai bentuk, yaitu dalam bentuk bahan baku industri (sheet, crumb rubber, SIR) dan produk turunannya seperti ban, komponen, dan sebagainya. Namun, hal ini tidak ditunjang dengan kondisi lahan yang baik dan merata ditiap-tiap daerah di


(7)

Indonesia. Salah satunya adalah di Provinsi Lampung dengan kondisi lahan yang didominasi oleh tanah Podzolik Merah Kuning (PMK) dengan sifat dan kualitas tanah yang rendah dalam mendukung pertumbuhan tanaman.

Banyak contoh tentang kegagalan usaha penggunaan lahan, salah satunya

disebabkan oleh kegagalan dalam memeperhatikan hubungan antara potensi lahan dengan penggunaan lahan yang dipilih. Oleh karena itu, evaluasi kesesuaian lahan berfungsi untuk mengurangi dan menghilangkan hal tersebut dan mengenalkan perencanaan dengan membandingkan berbagai alternatif penggunaan lahan yang diharapkan.

Evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan (performance) lahan jika dipergunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survey dan analisis bentuk lahan, tanah, vegetasi, iklim, dan aspek lahan lainnya, agar dapat mengidentifikasi dan membuat perbandingan pelbagai penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976).

Evaluasi sumber daya lahan berfungsi untuk memberikan pengertian tentang hubungan- hubungan antara kondisi lahan dan penggunaannya serta memberikan kepada perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan yang dapat diharapkan berhasil (Sitorus, 1995).

Evaluasi lahan dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Evaluasi lahan kualitatif merupakan evaluasi kesesuaian lahan berdasarkan kondisi lingkungan untuk berbagai macam penggunaan yang digambarkan dalam bentuk kualitatif


(8)

seperti sangat sesuai, cukup sesuai, sesuai marjinal atau tidak sesuai untuk penggunaan spesifik (Mahi, 2005).

Evaluasi kualitatif yaitu evaluasi yang dilaksanakan dengan cara mengelompok-kan lahan ke dalam beberapa kategori berdasarmengelompok-kan perbandingan relatif kualitas lahan tanpa melakukan secara terperinci dan tepat biaya dan pendapatan bagi penggunaan lahan tersebut, dan Evaluasi kuantitatif yaitu evaluasi lahan

dinyatakan dalam term ekonomi berupa masukan (input) dan keluaran (output). Pendekatan evaluasi lahan di dalam penelitian ini adalah evaluasi secara kualitatif dan kuantitatif.

Menurut Djaenuddin dkk. (2000), karet (Hevea brasiliensis) dapat tumbuh di daerah dengan temperatur 26 - 30o C, curah hujan 2.500 – 3.000 mm tahun-1. Karet tumbuh pada berbagai tipe tanah dengan kedalaman tanah > 100 cm, bertekstur halus dan agak halus, sedang, memiliki drainase baik, reaksi tanah berkisar antara 5,0 – 6,0, pada lahan yang mempunyai kecuraman lereng < 8%, dan mempunyai kejenuhan basa < 35%. Maka berdasarkan data-data tersebut, perlu dilakukan penilaian kesesuaian lahan pada pertanaman karet di Unit Usaha Kedaton PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Field 93 B Afdeling II Way Galih Lamung Selatan.

Unit Usaha Kedaton terletak pada ketinggian 600 m dpl (di atas permukaan laut) dengan kemiringan lereng 0-8 %, jenis tanah Podsolik, kejenuhan basa 32-47 %; pH 4,5-6,0 dan curah hujan rata-rata 2.053 mm tahun-1 (PT.Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Kedaton,2010). Rata-rata produksi PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Kedaton selama lima tahun terahir sebesar


(9)

1.190,4 kg ha (Tabel 1) dan pendapatan sekitar 47 juta ha dengan pengeluaran sekitar 20 juta sampai 24 juta ha-1 tahun-1.

Tabel 1. Produksi Tanaman Karet Unit Usaha Kedataon PTPN VII (Persero) Tahun Produksi (Kg ha-1)

2006 2007 2008 2009 2010

1.051 1.254 1.177 1.324 1.146

Rata-rata 1.190,4

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Kedaton (2010).

Dalam mengevaluasi kesesuaian lahan, penilaian kesesuaian secara kualitatif menggunakan kriteria biofisik menurut Djaenuddin dkk (2000), sedangkan penilaian secara kuantitatif adalah dengan menganalisa kelayakan finansial budidaya tanaman karet yang dilakukan dengan menghitung nilai NPV, Net B/C ratio, IRR, dan, BEP.

1.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Kesesuaian lahan kualitatif tanaman karet Field 93B Afdeling II PTPN VII (Persero) Unit Usaha Kedaton Way Galih Lampung Selatan cukup sesuai dengan faktor pembatas curah hujan dan kejenuhan basa (S2wanr)

2. Perkebunan karet Field 93 B Afdeling II PTPN VII (Persero) Unit Usaha Kedaton Way Galih Lampung Selatan, secara finansial menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.


(10)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Karet (Hevea brasiliensis)

2.1.1 Klasifikasi Tanaman Karet (Hevea brasiliensis)

Klasifikasi botani tanaman karet adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dycotyledonae Famili : Euphorbiaceae Genus : Hevea

Spesies : Hevea brasiliensis

Morfologi tanaman karet menurut Syamsulbahri (1996) adalah sebagai berikut : a. Akar

Tanaman karet termasuk ke dalam kelas Dycotyledonae. Oleh karena itu akar tanaman karet berupa akar tunggang dengan sistem perakaran padat atau kompak.


(11)

b. Batang

Batang umumnya bulat atau silindris yang tumbuh lurus dengan percabangan di bagian atas. Batang mengandung getah atau lateks. Karet yang

dibudidayakan umumnya memiliki ketinggian antara 10 – 20 m. c. Daun

Daun karet berupa daun trifoliata dan berwarna hijau. Anak daun berbentuk elips dengan bagian ujung runcing. Tangkai daun panjang dengan serat daun yang tampak jelas dan kasar.

d. Bunga

Bunga karet merupakan bunga monoecious. Bunganya muncul dari ketiak daun (Axillary), individu bunga bertangkai pendek dengan bunga betina terletak di ujung. Proporsi bunga jantan lebih banyak di bandingkan bunga betina.

e. Buah dan biji

Buah umumnya memiliki tiga buah ruang bakal biji. Buah yang sudah masak akan pecah dengan sendirinya. Biji berwarna coklat kehitaman dengan pola bercak-bercak yang khas. Tanaman dewasa dapat menghasilkan sekitar 2.000 biji per tahun.


(12)

2.1.2 Ekologi

Daerah pertanaman karet yang ideal terletak antara 15o LU – 10o LS. Sekalipun demikian, pada umumnya produksi maksimum lateks dapat tercapai apabila ditanam pada lokasi yang semakin mendekati garis khatulistiwa (5-6o LU/LS). a. Iklim

Sesuai dengan habitat aslinya di Amerika Selatan, terutama brasil yang beriklim tropis, maka karet cocok ditanam di daerah-daerah tropis lainnya. Tanaman karet, tanaman rendah tropis dan tumbuh yang tercepat di temukan pada letak ketinggian dari 200 m. Iklim merupakan faktor yang paling berpengaruh dari unsur iklim yang banyak diselidiki dan diketahui pengaruhnya adalah curah hujan dan suhu (temperatur).

Kelompok iklim yang digunakan adalah atas dasar sistem klasifikasi tipe curah hujan dari schnidt dan ferguson :

Tipe A : Sangat cocok Tipe B : cukup, sesuai Tipe C : Kurang sesuai Tipe D: tidak sesuai

b. Curah Hujan

Tanaman karet menghendaki daerah dengan curah hujan antara 1.500-4.000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun dengan terbagi antara 100-150 per hari


(13)

hujan dengan type iklim A-C dan daerah-daerah yang sering mengalami hujan pada pagi hari akan mempengaruhi produksi.

c. Temperatur

Suhu harian yang diinginkan tanaman karet rata-rata 250-300 C. apabila dalam jangka waktu panjang suhu harian rata-rata kurang dari 200 C, maka tanaman karet tidak cocok ditanam didaerah tersebut. Walaupun demikian, di daerah yang suhunya lebih tinggi, tanaman karet juga relative tidak sesuai.

d. Intensitas Sinar Matahari

Intensitas sinar matahari adalah hal yang sangat dibutuhkan tanaman karet dan sulit untuk ditawar. Bila terjadi penyimpangan terhadap faktor ini, maka mengakibatkan turunnya produktivitas

Di negara-negara tropis sinar matahari yang cukup melimpah merupakan syarat lain yang diinginkan tanaman karet. Dalam sehari tanaman karet membutuhkan sinar matahari dengan intensitas yang cukup, paling tidak selama 5-7 jam/hari.

2.1.3 Penyadapan

Penyadapan pertama dilakukan setelah tanaman berumur 5-6 tahun. Tinggi bukaan sadap pertama 130 cm dan bukaan sadap kedua 280 cm diatas pertautan okulasi.


(14)

Hal yang perlu diperhatikan dalam penyadapan antara lain:

a. Tebal irisan sadap dianjurkan 1,5 - 2 mm agar penyadapan dapat dilakukan selama kurang lebih 25 – 30 tahun..

b.Dalamnya irisan sadap 1-1,5 mm.

c. Waktu penyadapan yang baik adalah jam 5.00 - 7.30 pagi.

d.Frekuensi penyadapan adalah jumlah penyadapan dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Dengan panjang irisan ½ spiral (1/2 s), frekuensi

penyadapan adalah 1 kali dalam 3 hari (3/d) untuk 2 tahun pertama

penyadapan, dan kemudian diubah menjadi 1 kali dalam 2 hari (d/2) untuk tahun selanjutnya.

Untuk mengoptimalkan pendapatan usaha perkebunan karet, telah ditemukan beberapa klon karet yang unggul dalam menghasilkan lateks dan kayu.

Tanaman karet siap disadap pada umur sekitar 5 - 6 tahun. Pengukuran lilit batang pohon karet dinyatakan matang sadap apabila lilit batang sudah mencapai 45 cm atau lebih. Lilit batang diukur pada ketinggian batang 100 cm dari pertautan okulasi untuk tanaman okulasi. Tanaman karet okulasi mempunyai lilit batang bawah dengan bagian atas yang relatif sama (silinder), demikian juga dengan tebal kulitnya. Tinggi bukaan sadap pada tanaman okulasi adalah 130 cm di atas

pertautan okulasi. Ketinggian ini berbeda dengan ketinggian pengukuran lilit batang untuk penentuan matang sadap.

Arah irisan sadap harus dari kiri atas ke kanan bawah, tegak lurus terhadap pembuluh lateks. Sudut kemiringan irisan yang paling baik berkisar antara 3000– 4000 terhadap bidang datar untuk bidang sadap bawah. Pada penyadapan bidang


(15)

sadap atas, sudut kemiringannya dianjurkan sebesar 450. Panjang irisan sadap adalah 1/2s (irisan miring sepanjang ½ spiral atau lingkaran batang).

2.1.4 Pemeliharaan Tanaman a. Pembuangan Tunas Palsu

Tunas palsu adalah tunas yang tumbuh bukan dari mata okulasi. Tunas ini banyak tumbuh pada bahan tanam stum mata tidur, sedangkan pada bibit stum mini atau bibit polybag, tunas palsu jumlahnya relatif kecil. Pemotongan tunas palsu harus dilakukan sebelum tunas berkayu. Hanya satu tunas yang ditinggalkan dan

dipelihara yaitu tunas yang tumbuh dari mata okulasi. Pembuangan tunas palsu ini akan mempertahankan kemurnian klon yang ditanam.

b.Pembuangan Tunas Cabang

Tunas cabang adalah tunas yang tumbuh pada batang utama pada ketinggian sampaidengan 2,75 m-3,0 m dari atas tanah. Pemotongan tunas cabang dilakukan sebelum tunas berkayu, karena cabang yang telah berkayu selain sukar dipotong, akan merusak batang kalau pemotongannya kurang hati-hati.

c. Perangsangan Percabangan

Percabangan yang seimbang pada tajuk tanaman karet sangat penting, untuk menghindari kerusakan oleh angin. Perangsangan percabangan perlu dilakukan pada klon yang sulit membentuk percabangan (GT-1, RRIM-600), sedangkan pada klon yang lain seperti PB-260 dan RRIC- 100, percabangan mudah terbentuk sehingga tidak perlu perangsangan. Untuk perangsangan cabang ada beberapa


(16)

cara yang dapat dilakukan, yaitu pembuangan ujung tunas, penutupan ujung tunas, pengguguran daun, pengikatan batang, dan pengeratan batang.

2.1.4 Pemupukan

Sebelum dilakukan pemupukan secara berkala, harus dipastikan bahwa kebun karet bebas dari tanaman penggangu. Hal ini biasa dilakukan dengan cara pembersihan kebun karet secara rutin, sehingga bila dilakukan pemupukan ,

tanaman karet tidak bersaing dengan gulma untuk mendapatkan nutrisi. Kompetisi mendapatkan unsur hara akan menurunkan produksi tanaman karet.

Aplikasi pemupukan pertama yang diberikan pada tanaman karet menghasilkan dilakukan dengan berpedoman pada dosis pemupukan yang dianjurkan oleh Balai Penelitian Karet Sembawa (2003), yaitu dengan dosis : Urea: 175 gram ph -1 aplikasi -1, SP-36 : 130 gram ph -1 aplikasi -1, dan KCl: 150 gram ph -1 aplikasi -1. Pemupukan dilakukan dengan cara sebagai berikut : membuat parit atau alur memanjang pada gawangan atau di tengah-tengah antara barisan tanaman, membersihkan gulma disekitar parit/alur, pupuk ditaburkan ke dalam parit sesuai dosis dengan syarat pupuk Sp-36 dan Urea tidak boleh dicampurkan tempatnya. Pupuk diberikan secara tugal melingkar batang dengan jarak 100-125 cm dari pokok batang, parit yang sudah ditaburi pupuk ditutup kembali dengan tanah. Waktu pemupukan dilakukan dua kali per tahun dengan interval waktu 6 bulan, yaitu awal musim hujan (Maret - Mei) dan akhir musim hujan (Oktober - Nopember).


(17)

Ada beberapa catatan untuk pemelihara tanaman karet dalam melakukan pemupukan salah satunya , pemupukan wajib dilakukan dengan berkala dan berkelanjutan. Umumnya dosis pemberian pupuk tanaman karet dilakukan dua (2) kali dalam setahun dengan seimbang. Pada tanaman karet yang berumur 6-15 tahun dosis pemupukannya adalah 350 gram urea, 260 gram SP, dan 300 gram KCL /hektar/tahun, sedangkan untuk tanaman karet yang berumur 16 hingga 25 tahun dosis pemupukannya adalah 300 gram urea , 190 gram SP, 250 gram KCL/hektar/tahun. Bagi tanaman yang telah tua , di atas 25 tahun dosis

pemupukannya adalah 200 gram urea , 0 gram SP, 150 gram KCL/ hektar/tahun. 2.2 Tanah dan Konsep Lahan

Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen padat, cair, dan gas, dan mempunyai sifat serta prilaku yang dinamik. Benda alami ini terbentuk oleh hasil kerja interaksi antara iklim (i) dan jasad renik hidup (o) terhadap suatu bahan induk (b) yang dipengaruhi oleh relief tempatnya

terbentuk (r) dan waktu (w), yang dapat digambarkan dalam hubungan fungsi sebagai berikut.

T =   i, o, b, r, w 

dimana T adalah tanah dan masing-masing peubah adalah faktor-faktor pembentuk tanah tersebut di atas (Arsyad, 1989).

Pada umumnya, petani mempunyai konsep–konsep tanah yang lebih praktis dengan menganggap tanah sebagai media tempat tanaman tumbuh. Namun,


(18)

banyak sekali definisi kata “tanah” yang dikembangkan dari berbagai sudut pandang. Ada yang memandang tanah sebagai pijakan bumi, tanah sebagai mantel batuan lapuk, dan tanah sebagai sistem 3 fase. Tanah dapat didefinisikan sebagai sistem 3 fase yang terdiri atas padatan, cairan, dan gas (Foth, 1994). Seorang ahli tanah memandang tanah sebagai hasil kerja gaya-gaya pembangun dan penghancur. Pelapukan bahan organik merupakan kejadian destruktif, sedangkan pembentukan mineral baru seperti mineral liat dan perkembangan suatu horizon merupakan kejadian sintetik. Ia menganggap tanah sebagai suatu tempat bagi pertumbuhan tanaman. Ia juga melihat pentingnya peranan tanaman dalam pembentukan tanah dan menyadari juga bahwa penggunaan tanah yang terpenting adalah untuk bercocok tanam (Soepardi, 1983).

Lahan merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, hidrologi, dan bahkan keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO, 1976). Lahan dalam pengertian yang lebih luas termasuk yang telah dipengaruhi oleh berbagai aktivitas flora, fauna, dan manusia baik di masa lalu maupun sekarang. Sebagai contoh aktifitas dalam penggunaan lahan pertanian, reklamasi lahan rawa dan pasang surut, atau tindakan konservasi tanah, akan memberikan karakteristik lahan yang spesifik (Djaenuddin dkk., 2000).

Menurut Arsyad (1989), penggunaan lahan diartikan sebagai setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materi maupun spiritual. Penggunaan lahan yang ada


(19)

pada saat sekarang, merupakan pertanda yang dinamis dari adanya eksploitasi oleh manusia baik secara perorangan maupun kelompok atau masyarakat terhadap sekumpulan sumber daya lahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

(Darmawijaya, 1997).

Penggunaan lahan dapat dibedakan menjadi penggunaan lahan umum dan penggunaan lahan khusus atau tipe penggunaan lahan. Penggunaan lahan secara umum meliputi pertanian tadah hujan, pertanian beririgasi, padang rumput penggembalaan, kehutanan, daerah rekreasi, dan sebagainya, sedangkan tipe penggunaan lahan adalah penggunaan lahan yang lebih detail dengan

mempertimbangkan sekumpulan rincian teknis yang didasarkan pada keadaan fisik dan sosial dari satu jenis tanaman atau lebih (Mahi, 2001).

Di Indonesia penggunaan lahan kering mempunyai potensi besar untuk pengembangan pertanian baik tanaman pengan, hortikultura maupun tanaman tahunan atau perkebunan. Pengembangan berbagai komoditas pertanian di lahan kering merupakan salah satu pilihan strategis untuk meningkatkan produksi pertanian nasional (Mulyani, 2006).

2.3 Evaluasi Kesesuaian Lahan

Evaluasi Lahan pada hakekatnya merupakan proses untuk menduga potensi sumber daya lahan untuk penggunaan tertentu, baik untuk pertanian maupun untuk non pertanian. Kelas kesesuaian lahan suatu wilayah untuk suatu

pengembangan pertanian pada dasarnya ditentukan oleh kecocokan antara sifat fisik lingkungan yang mencakupiklim, tanah, terrain yang mencakup lereng,


(20)

topografi/relief, batuan di permukaan dan di dalam penampang tanah serta singkapan batuan (rock outcrop), hidrologi, dan persyaratan penggunaan lahan atau syarat tumbuh tanaman.

Untuk menentukan tipe penggunaan yang sesuai pada suatu wilayah, diperlukan evaluasi kesesuaian lahan lahan secara menyeluruh dan terpadu (intergrated), karena masing-masing faktor akan saling mempengaruhi baik faktor fisik, sosial ekonomi, maupun lingkungan (Sitorus, 1985). Kecocokan antara sifat fisik lingkungan dari suatu wilayah dengan persyaratan penggunaan atau komoditas yang dievaluasi memberikan gambaran atau informasi bahwa lahan tersebut potensial dikembangkan untuk komoditas tersebut.

2.4 Tipe Evaluasi Lahan

Pada dasarnya evaluasi sumber daya lahan membutuhkan keterangan-keterangan yang menyangkut tiga aspek utama yaitu, lahan, penggunaan lahan, dan aspek ekonomi.

Evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan atau keragaan (perfomance) lahan jika dipergunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan

interpretasi survei dan studi bentuk lahan, tanah, vegetasi, iklim, dan aspek lahan lainnya, agar dapat mengidentifikasi, dan membuat perbandingan berbagai penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976).

Evaluasi lahan adalah penilaian potensi daya guna lahan untuk berbagai

altematif penggunaan lahan. Dalam hal ini termasuk penggunaan produktif seperti: pertanian, kehutanan, peternakan, dan bersamaan dengan penggunaan


(21)

tersebut disertai pula dengan pelayanan atau keuntungan lain seperti: konservasi daerah aliran air sungai, daerah wisata, dan perlindungan margasatwa (Mahi, 2005).

Hasil evaluasi lahan dapat dikemukan dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif. Oleh karena itu dikenal tipe evaluasi lahan kualitatif dan kuantitatif. Evaluasi kualitatif adalah evaluasi kesesuaian lahan untuk berbagai macam penggunaan yang digambarkan dalam bentuk kualitaif, seperti sesuai, cukup sesuai, sesuai marjinal, dan tidak sesuai untuk penggunaan tertentu.

Evaluasi kuantitatif secara ekonomi adalah evaluasi yang hasilnya diberikan dalam bentuk keuntungan atau kerugian masing-masing macam penggunaan lahan. Secara umum, evaluasi kuantitatif dibutuhkan untuk proyek khusus dalam pengambilan keputusan, perencanaan, dan investasi. Nilai uang digunakan pada data kuantitatif secara ekonomi yang dihitung dari biaya input dan nilai produksi. Penilaian nilai uang akan memudahkan melakukan perbandingan bentuk-bentuk produksi yang berbeda. Hal ini memungkinkan karena dapat menggunakan satu harga yang berlaku atau harga bayangan dalam menilai produksi yang

dibandingkan (Mahi, 2005).

2.5 Kualitas Lahan Dan Karakteristik Lahan

Karaktersitik lahan adalah sifat-sifat lahan yang dapat diukur atau ditetapkan, sebagai contoh lereng, curah hujan, tekstur, kandungan air, kemasaman, kandungan hara, kedalam solum, dan lainnya. Karakteristik lahan dibedakan menjadi (1) karakteristik lahan tunggal dan (2) karakteristik lahan majemuk.


(22)

Karakteristik lahan tunggal adalah sifat-sifat lahan yang didalam menetapkannya tidak tergantung pada sifat lahan lainnya (lereng, kedalaman solum, tekstur, kemasaman dll), sedang karakteristik lahan majemuk adalah sifat lahan yang dalam menetapkannya tergantung pada sifat lahan lainnya (drainase, kandungan air, permeabilitas, dll).

Kualitas lahan adalah sifat-sifat atau atribute yang bersifat kompleks dari sebidang lahan, setiap kualitas lahan mempunyai keragaan (performance) yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu (Djaenudin, dkk 2000). Kualitas lahan dapat pula digambarkan sebagai faktor positif dan faktor negatif (Mahi, 2001). Kualitas lahan kemungkinan berperan positif atau negatif terhadap penggunaan lahan tergantung dari sifat-sifatnya. Kualitas lahan yang berperan positif adalah yang sifatnya menguntungkan bagi suatu penggunaan. Sebaliknya kualitas lahan yang bersifat negatif karena keberadaannya akan merugikan (merupakan kendala) terhadap penggunaan tertentu, sehingga

merupakan faktor penghambat atau pembatas. Setiap kualitas lahan pengaruhnya tidak selalu terbatas hanya pada satu jenis penggunaan. Kenyataan menunjukkan bahwa kualitas lahan yang sama bisa berpengaruh terhadap lebih dari satu jenis penggunaan. Demikian pula satu jenis penggunaan lahan tertentu akan

dipengaruhi oleh berbagai kualitas lahan. Sebagai contoh bahaya erosi

dipengaruhi oleh keadaan sifat tanah, terrain (lereng) dan iklim (curah hujan).

2.6 Klasifikasi Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan adalah kecocokan macam penggunaan lahan pada tipe lahan tertentu (Mahi, 2005). Kesesuaian lahan secara umum terbagi atas kesesuaian


(23)

lahan aktual dan kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian lahan aktual masih dapat menerima perbaikan kecil pada sumber daya lahan sebagai bagian spesifikasi tipe penggunaan lahan. Sedangkan kesesuaian lahan potensial mengacu pada nilai lahan di masa datang apabila melakukan perbaikkan lahan skala besar.

Menurut FAO (1976) klasifikasi kesesuaian lahan dibagi menjadi empat kategori, yaitu :

a. Ordo : menunjukkan macam kesesuaian yaitu sesuai atau tidak sesuai. b.Kelas : menunjukkan tingkat kesesuaian di dalam kelas.

Tingkat kelas dibagi menjadi 5 yaitu : 1.Kelas S1 (sangat sesuai)

Lahan mempunyai faktor pembatas yang tidak berarti dan tidak mengurangi produksi secara nyata.

2.Kelas S2 (cukup sesuai)

Lahan mempunyai faktor pembatas yang agak serius untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan dan memerlukan input.

3.Kelas S3 (sesuai marjinal)

Lahan mempunyai faktor pembatas yang besar atau serius dan memerlukan input yang lebih besar.

4.Kelas N1 (tidak sesuai pada saat ini)

Lahan mempunyai faktor pembatas yang lebih berat tetapi memungkinkan untuk diatasi.


(24)

5.Kelas N2 (tidak sesuai permanen)

Lahan mempunyai faktor pembatas yang sangat berat dan tidak memungkinkan untuk diperbaiki karena sifatnya permanen.

c. Sub Kelas : menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan dalam suatu kelas kesesuaian lahan.

d.Unit : menunjukkan sifat tambahan yang diperlukan untuk pengelolaan dalam tingkat sub kelas.

Menurut Djaenuddin dkk (2000), deskripsi karakteristik lahan yang menjadi pertimbangan dalam menentukan kelas kesesuaian lahan dikemukakan sebagai berikut :

1.Temperatur (t)

Merupakan suhu tahunan rata-rata yang dikumpulkan dari hasil pengamatan stasiun klimatologi yang ada. Suhu sangat berpengaruh terhadap aktivitas mikroorganisme dalam tanah, fotosintesis tanaman, respirasi, pembungaan, dan perkembangan buah dan biji. Menurut Syamsulbahri (1996) tanaman karet membutuhkan suhu optimum antara 26 oC - 30oC. Suhu yang lebih rendah dari 26 oC dapat memperlambat pembungaan serta menurunkan hasil dan kualitas lateks, sebaliknya suhu yang terlampau tinggi berpengaruh terhadap perkembangan buah dan biji.

2.Ketersedian Air (w)

Merupakan pengukuran curah hujan rata-rata yang diambil dari daerah


(25)

tahunnya. Menurut Nyakpa dkk. (1988), pertumbuhan tanaman sangat tergantung pada air tersedia dalam tanah. Air dibutuhkan tanaman untuk membuat karbohidrat di daun, menjaga hidrasi protoplasma, mengangkut makanan dan unsur mineral, dan mempengaruhi serapan unsur hara oleh akar tanaman.

3.Media Perakaran (r)

Karakteristik lahan yang menggambarkan kondisi perakaran terdiri dari : a. Drainase

Drainase tanah menunjukkan kecepatan meresapnya air dari tanah atau keadaan tanah yang menunjukan lamanya dan seringnya jenuh air. Hal ini dapat dilihat dari adanya genangan yang terdapat pada lahan penelitian atau tidak.

Kelas drainase tanah dibedakan dalam 7 kelas sebagai berikut : (1) Cepat

Tanah mempunyai daya tahan air yang rendah. Tanah demikian tidak cocok untuk tanaman tanpa irigasi. Ciri yang dapat diketahui, yaitu tanah dengan warna homogen tanpa bercak atau karat serta warna gley (reduksi).

(2) Agak cepat

Tanah mempunyai daya tahan air yang rendah. Ciri yang dapat diketahui, yaitu tanah dengan warna homogen tanpa bercak atau karat serta warna gley (reduksi).


(26)

(3) Baik

Tanah memiliki daya menahan air yang sedang, lembab, tapi tidak cukup basah pada dekat permukaan. Tanah demikian cocok untuk berbagai macam tanaman.

(4) Agak baik

Tanah memiliki daya menahan air agak rendah, tanah basah dekat permukaan.

(5) Agak terhambat

Tanah memiliki daya menahan air yang rendah sampai sangat rendah, tanah basah sampai ke permukaan.

(6)Terhambat

Tanah memiliki daya menahan air yang rendah sampai sangat rendah, tanah basah sampai ke permukaan. Tanah basah untuk waktu yang cukup lama sampai permukaan.

(7) Sangat terhambat

Tanah memiliki daya menahan air yang sangat rendah, tanah basah secara permanen dan tergenang untuk waktu yang cukup lama sampai ke

permukaan. b. Tekstur tanah

Tekstur tanah merupakan istilah dalam distribusi partikel tanah halus dengan ukuran < 2 mm, yaitu pasir, debu dan liat. Tekstur tanah dibagi menjadi 6 kelas, yaitu :


(27)

(2) Agak halus : Lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu.

(3) Sedang : Lempung berpasir sangat halus, lempung berdebu (4) Agak kasar : Lempung berpasir kasar, lempung berpasir,

lempung berpasir halus. (5) Kasar : Pasir, pasir berlempung.

c. Bahan Kasar

Bahan kasar dengan ukuran > 2 mm, yang menyatakan volume dalam persen (%), merupakan modifier tekstur yang ditentukan oleh jumlah persentasi kerikil, kerakal, dan batuan baik yang berada pada permukaan atau di setiap lapisan tanah. Bahan kasar dibedakan menjadi sedikit, sedang, banyak, dan sangat banyak.

d. Kedalaman Tanah

Kedalaman tanah (cm) menyatakan dalamnya lapisan tanah dalam cm yang dapat dipakai untuk perkembangan perakaran tanaman yang dievaluasi. Hal ini biasanya ditandai dengan ditemukannya batuan padas secara

homogen. Kedalaman tanah dibedakan menjadi sangat dangkal, dangkal, sedang, dan dalam.

4. Retensi Hara

a. Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Kapasitas tukar kation merupakan kemampuan koloid tanah dalam menjerap dan mempertukarkan kation. Pertukaran kation memegang peranan penting


(28)

dalam penyerapan hara oleh tanaman, kesuburan tanah, retensi hara, dan pemupukan. Hara yang ditambahkan ke dalam tanah dalam bentuk pupuk akan ditahan oleh permukaan koloid dan untuk sementara terhindar dari pencucian (Tan, Kim H, 1992).

KTK liat = 100 x ( % liat )-1 x KTK tanah

b. pH Tanah

Reaksi tanah (pH) merupakan salah satu sifat dan ciri tanah yang ikut menentukan besarnya nilai KTK. Pada umunya unsur hara dapat diserap dengan baik pada pH netral. Pada tanah masam ditemukan ion Al yang meracuni tanaman, dan mikroorganisme juga umumnya hidup pada pH netral (Hardjowigeno, 1995). Pada umumnya reaksi tanah baik tanah gambut maupun tanah mineral menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya

konsentrasi ion Hidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut.

pH = - Log [H+]

Kejenuhan basa adalah perbandingan dari jumlah kation basa yang ditukarkan dengan kapasitas tukar kation yang dinyatakan dalam persen. Kejenuhan basa rendah berarti tanah kemasaman tinggi dan kejenuhan basa mendekati 100% tanah bersifal alkalis.

KB = Basa-Basa dapat diTukar cmolc kg -1 x 100 %


(29)

c. C – organik

Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian. Hal ini dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik dilakukan berdasarkan jumlah C-Organik yang dinyatakan dalam persen

5. Toksisitas

Karakteristik lahan untuk toksisitas adalah salinitas. Salinitas merupakan proses penimbunan garam mudah larut, seperti; NaCl, Na2SO4, CaCO3, dan MgO3. Salinitas dapat terjadi secara setempat dan membentuk tanah salin. Pengaruh buruk dari garam bagi tanaman umumnya tidak secara langsung, yaitu melalui peningkatan tekanan osmotik pada air tanah sehingga penyerapan air tanah menjadi sulit, terutama bagi perakaran. Daerah pantai merupakan salah satu daerah yang mempunyai kadar garam yang tinggi. Toksisitas di dalam tanah biasanya diukur pada daerah-daerah yang bersifat salin.

Pelonggokan garam yang mudah larut dalam tanah secara parah menghambat pertumbuhan tanaman. Pelonggokan itu akan berimbas kepada plasmolisis yaitu proses keluarnya H2O dari tanaman ke larutan tanah (Tan, Kim H, 1992). 6. Bahaya Sulfidik

Kedalaman sulfidik dinyatakan oleh kedalaman ditemukannya bahaya bahan sulfidik yang diukur dari permukaan tanah sampai batas atas lapisan sulfidik atau pirit. Bahaya sulfidik diukur dengan cara melihat ada tidaknya pirit


(30)

(Fe2S) di lapangan. Analisis pirit dilakukan dengan cara meneteskan hidrogen peroksida (H2O2), apabila berbuih maka tanah tersebut terdapat pirit.

7. Sodisitas

Kandungan Natrium dapat ditukar, diukur dengan persamaan berikut. ESP = Na dapat ditukar cmolckg -1

x 100 %

KTK Tanah cmolc kg -1

8. Bahaya Erosi

Bahaya erosi dapat diketahui dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun dibandingkan tanah tererosi. Bahaya erosi merupakan kerusakkan lahan akibat erosi yang menyebabkan terangkutnya lapisan olah tanah yang penting bagi budidaya tanaman. Hilangnya tanah tersebut dapat mengakibatkan penurunan produksi lahan, hilangnya unsur hara yang diperlukan tanaman, menurunnya kualitas tanaman, berkurangnya laju infiltrasi, dan kemampuan tanah menahan air, rusaknya struktur tanah, dan penurunan pendapatan akibat penurunan produksi (Hardjowigeno, 1995). Jenis- jenis erosi

a. Erosi percikan (splash erosion) : curah hujan yang jatuh langsung ke tanah dapat melempar butir-butir tanah sampai setinggi 1 meter ke udara. Di daerah yang berlereng, tanah yang terlempar tersebut umumnya jatuh ke lereng di bawahnya.

b. Erosi Lembar ( Sheet Erosion) : Pemindahan tanah terjadi lembar demi lembar (lapis demi lapis) mulai dari lapisan yang paling atas. Erosi ini


(31)

sepintas lalu tidak terlihat, karena kehilangan lapisan-lapisan tanah seragam, tetapi dapat berbahaya karena pada suatu saat seluruh top soil akan habis.

c. Erosi Alur (rill erosion) : Dimulai dengan genangan-genangan kecil di suatu lereng, maka bila air dalam genangan tersebut mengalir, terbentuklah alur-alur bekas aliran air tersebut. Alur-alur-alur tersebut mudah dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa.

d. Erosi Parit (gully erosion) : Erosi ini merupakan lanjutan dari erosi alur tersebut. Karena alur yang terus menerus digerus oleh aliran air terutama daerah-daerah yang banyak hujan, maka alur-alur tersebut menjadi dalam dan lebar dengan aliran air yang lebih kuat. Alur-alur tersebut tidak dapat hilang dengan pengolahan tanah biasa.

e. Erosi Tebing Sungai (chanel erosion) : Parit-parit yang besar atau sungai yang sering masih mengalir lama setelah hujan berhenti. Aliran air dalam parit ini dapat mengikis dasar parit atau dinding-dinding (tebing) parit atau sungai dibawah permukaan air, sehingga tebing diatasnya dapat runtuh ke dasar parit atau sengai. Adanya gejala meander dari alirannya dapat

meningkatkan pengikisan tebing di tempat-tempat tertentu (Beasley,1972). 9. Bahaya Banjir

Bahaya banjir dapat diketahui dengan melihat kondisi lahan yang pada

permukaan tanahnya terdapat genangan air. Apabila terjadi genangan air dalam kurun waktu yang cukup lama dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Air akan menjenuhi daerah perakaran sehingga mengakibatkan akar tanaman tidak


(32)

mampu menyerap unsur hara secara optimal dan akan mengakibatkan akar menjadi busuk. Selain itu, kandungan unsur hara dapat menurun sehingga kurang mencukupi kebutuhan tanaman untuk proses metabolisme yang akhirnya dapat menurunkan produktivitas tanaman.

Fo : Tidak pernah terjadi banjir, dalam periode satu tahun tanah tidak pernah tertutup banjir untuk waktu lebih dari 24 jam.

F1 : Ringan, banjir yang menutupi tanah lebih dari 24 jam, terjadinya tidak teratur dalam periode kurang dari satu bulan.

F2 : Selama waktu satu bulan dalam setahun tanah secara teratur tertutup banjir untuk jangka waktu lebih dari 24 jam.

F3 : Selama waktu 2-5 bulan dalam setahun, secara teratur selalu dilanda banjir yang lamanya lebih dari 24 jam.

10.Penyiapan Lahan

Semakin banyak batuan yang ada maka semakin besar teknologi yang diterapkan dalam pengolahan tanah, serta batuan yang terlalu banyak pada lahan juga dapat menghambat perkembangan akar tanaman untuk menyerap unsur hara (Djaenudin, 2000).

a. Batu-batu di permukaan diamati dengan melihat ada tidaknya batu-batu kecil atau besar yang tersebar pada permukaan tanah atau lapisan tanah. Cara mengukur batuan di permukaan yaitu melihat berapa persen batu yang


(33)

b. Singkapan batuan diamati dengan melihat ada tidaknya batuan-batuan besar yang tersingkap pada lokasi penalitian dan kemudian diukur persentasi banyaknya batuan yang tersingkap pada lahan tersebut.

Analisis Finansial

Menurut Ibrahim (2003), dalam analisis finansial diperlukan kriteria kelayakan usaha, antara lain. Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Beneffit Cost Ratio (Net B/C), dan Break Even Point (BEP).

Dalam istilah ekonomi, suatu kegiatan yang menggunakan modal/faktor produksi diharapkan mendapatkan keuntungan (benefit) setelah suatu jangka waktu tertentu dinamakan proyek (Kadariah, 1990). Rencana pelaksanaan proyek cepat atau lambat akan dihadapkan pada suatu kenyataan yaitu

penggunaan sumber-sumber yang langka dan kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda dengan hasil yang berberbeda-beda pula. Untuk menghadapi hal-hal di atas, maka suatu proyek perlu dianalisis dan dievaluasi guna memperkecil kegagalan resiko dan kegagalan dari suatu proyek yang akan dilaksanakan.

Analisis finansial suatu proyek dilakukan dengan pendekatan terhadap aspek-aspek finansial yang terdapat di dalam proyek tersebut. Aspek finansial yaitu menyangkut perbandingan pengeluaran uang dengan penerimaan dari proyek, apakah proyek tersebut akan terjamin dananya dan mampu membayar kembali dana tersebut dan apakah itu akan berkembang sedemikian rupa sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri (Kadariah, 1990).


(34)

Tujuan yang ingin dicapai dengan dilakukannya analisis finansial antara lain adalah untuk menilai kelayakan sutu proyek atau dengan kata lain untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang besar untuk kegiatan yang tidak menguntungkan. Menurut Kadariah (1990), untuk mengetahui kriteria kelayakan atau keuntungan suatu proyek maka digunakan beberapa metode antara lain :

1. Net Present Value (NPV)

NPV adalah nilai selisih antara benefit (penerimaan) dengan cost (biaya) yang telah diperhitungkan nilainya saat ini (dipresent valuekan). NPV merupakan salah satu teknik yang banyak digunakan karena metode ini mempertimbangkan nilai waktu uang. Secara matematis rumus untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut (Soekartawi, 1995).

NPV = t

n

i

i C

B )/(1 )

( 1  

 Keterangan :

NPV = net present value (Nilai neto sekarang) n = lamanya kegiatan

t = waktu

B = benefit (Manfaat) C = cost (Biaya)

i = tingkat bunga Bank yang berlaku.

2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C adalah perbandingan antara manfaat bersih dengan biaya bersih yang diperhitungkan nilainya saat ini. Dengan menghitung B/C,maka diketahui secara


(35)

Yang bernilai positif Yang bernilai negatif Net B/C Ratio =

cepat berapa besarnya manfaat proyek yang akan dilaksankan. Rumus matematis untuk menghitung Net B/C Ratio adalah sebagai berikut (Soekartawi, 1995).

t n

i

i C

B )/(1 )

( 1  

t n i i C

B )/(1 )

( 1  

 Keterangan :

n = lamanya kegiatan t = waktu

B = benefit (Manfaat) C = cost (Biaya)

i = tingkat bunga Bank yang berlak

3. Internal Rate of Return (IRR)

Teknik perhitungan dengan IRR banyak digunakan dalam suatu analisis investasi, naun relatif sulit untuk ditentukan karena untuk mendapatkan nilai yang akan dihitung diperlukan suatu “trial dan error’ hingga pada akhirnya diperoleh suatu tingkat suku bunga yang menyebabkan NPV sama dengan nol.

Di dalam IRR, kita akan mencari pada tingkat bunga berapa (discount rate) akan menghasilkan NPV sama dengan nol atau mendekati investasi awal, dengan kata lain NPV = 0. Tingkat bunga tersebut merupakan tingkat bunga maksimum yang dapat dibayar oleh suatu proyek untuk produksi yang digunakan. Rumus untuk menghitung IRR adalah sebagai berikut (Soekartawi, 1995).

IRR = i + + [ NPV(+) / NPV(+) + NPV(-) ] ( i - - i +)

Keterangan :

i + = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV positif i - = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV negatif NPV(+) = nilai bersih sekarang positif


(36)

NPV(-) = nilai bersih sekarang negative

11.Break Event Point (BEP)

Break event point (BEP) adalah titik pulang pokok dimana total revenue (total pendapatan) = total cost (biaya total). Dilihat dari jangka waktu pelaksanaan sebuah proyek terjadinya titik pulang pokok atau TR = TC tergantung pada lama arus penerimaan sebuah proyek dapat menutupi segala biaya operasi dan

pemeliharaan beserta biaya modal lainnya. Semakin lama sebuah perusahaan mencapai titik pulang pokok semakin besar saldo rugi karena keuntungan yang diterima masih menutupi segala biaya yang dikeluarkan (Ibrahim, 2003). Rumus matematis yang digunakan untuk menghitung BEP adalah sebagai berikut.

Bp

B T

T BEP

n

i i

iep ci

P

     

 1 1

1 1

Keterangan :

BEP = Break event point

TP-1 = Tahun sebelum terdapat BEP

Tci = Jumlah total cost yang telah di-discount

Biep-1 = Jumlah benefit yang telah di-discount sebelum BEP


(37)

III.METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di perkebunan karet (RRIM 600) tahun tanam 1993, Unit Usaha Kedaton PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Afdeling II Field 93 B Way Galih Lampung Selatan, dengan luas lahan 10 hektar yang terletak pada wilayah Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011. Titik lokasi penelitian adalah : 0537826 mT – 0538110 mT dan 9407978 mU – 9408343 mU.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah contoh tanah dan bahan-bahan kimia untuk analisis tanah di laboratorium.

Alat-alat yang digunakan antara lain :

1. Cangkul: digunakan untuk menggali tanah yang akan diambil berdasarkan kedalaman tanah yang dibutuhkan untuk di analisis di laboratorium. 2. Bor Tanah: digunakan untuk deskripsi karakteristik tanah dan mengambil

sampel tanah pada lapisan tanah yang lebih dalam. 3. Meteran: digunakan untuk mengukur kedalaman tanah.


(38)

36 4. Clinometer: digunakan untuk mengukur kemiringan lereng pada lokasi

penelitian.

5. Munsell Soil Color Chart: digunakan untuk mengamati dan mengetahui karakteristik tanah melalui pengamatan warna tanah.

6. Kantung plastik: digunakan untuk tempat sampel tanah. 7. Kamera digital: digunakan sebagai alat dokumentasi.

8. Alat-alat tulis: digunakan untuk mencatat hasil pengamatan baik di lapang maupun dilaboratorium.

9. GPS: Digunakan untuk mengetahui letak geografis areal penelitiian. 10.Alat-alat laboratorium: digunakan untuk menganalisis contoh tanah di

laboratorium. 3.3 Metode Penelitian

Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode survei dengan menggunakan metode evaluasi lahan secara paralel, yaitu melakukan evaluasi lahan kualitatif (biofisik) dan kuantitatif (finansial) secara bersamaan. Metode yang digunakan yaitu :

1. Evaluasi lahan kualitatif dilakukan berdasarkan kriteria biofisik Djaenuddin dkk. (2000).

2. Evaluasi lahan kuantitatif dilakukan dengan menghitung nilai kelayakan finansial dengan menghitung NPV, Net B/C Ratio, IRR dan BEP.

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa tahap, yaitu : persiapan, pra survei, pengamatan lapang dan pengambilan contoh tanah, analisis


(39)

37 tanah di laboratorium, pengumpulan data (data primer dan sekunder), dan analisis data. Kriteria kesesuaian lahan kualitatif tanaman karet tertera pada Tabel 3 (Lampiran)

3.3.1Tahap Persiapan

Tahap ini merupakan tahap studi pustaka, yaitu meneliti dan mengkaji sumber-sumber pustaka tentang keadaan lokasi penelitian sehingga memperoleh gambaran umum tentang lokasi penelitian, seperti data iklim, dan karakteristik lahan. Pada tahap ini dilakukan survei lapang secara kasar dan penentuan titik pengambilan contoh tanah yang mewakili secara keseluruhan berdasarkan keadaan lapang.

3.3.2Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi : a. Data Fisik Primer

Pengumpulan data fisik primer, dilakukan dengan cara pengamatan dan pengukuran langsung di lapang melalui deskripsi tanah atau boring dan mengambil contoh, kemudian dianalisis di laboratorium. Data yang diamati dan diukur langsung di lapang yaitu drainase, bahan kasar, kedalaman tanah, bahaya sulfidik, lereng, bahaya erosi, genangan, batuan permukaan, dan batuan singkapan. Data yang analisis di laboratorium meliputi: KTK liat, kejenuhan basa, basa-basa dapat ditukar (Ca, Mg, Na, dan K), pH tanah, C-organik, toksisitas (salinitas) dan tekstur tanah.


(40)

38 Data fisik primer yang diamati di lapang sebagai berikut :

1. Drainase

Diamati dengan cara ada tidaknya genangan air atau ada tidaknya warna kelabu pada tanah lokasi penelitian. Cara pengamatan di lapang yaitu melalui pengeboran tanah, apabila tanah berwarna homogen tanpa bercak-bercak kuning atau karatan besi pada lapisan sampai 120 cm berarti drainase pada tanah tersebut baik. Sebaliknya apabila terdapat warna atau bercak-bercak bewarna kelabu, coklat dan kekuningan menunjukkan bahwa tanah tersebut mempunyai drainase yang buruk, pengamatan warna tanah dilakukan dengan menggunakan munsell soil color chart.

2. Bahan kasar

Cara pengamatan bahan kasar di lapang yaitu dengan melihat ada tidaknya kerikil pada tiap lapisan tanah dengan cara pengeboran pada tanah yang akan diteliti. Cara pengukurannya di lapang yaitu dengan menghitung berapa persen bahan kasar yang terdapat pada lapisan tanah yang dibor.

3. Kedalaman tanah

Kedalaman tanah diukur dengan melakukan pengeboran menggunakan bor tanah pada lokasi penelitian sampai dengan kedalaman 120 cm. Kedalaman tanah merupakan keadaan dimana tanah tidak dapat ditembus oleh akar tanaman.


(41)

39 4 Toksisitas

Toksisitas tidak diamati dikarenakan letak lokasi penelitian jauh dari pantai, dan tidak ada pengaruh pasang surut air laut.

5 Bahaya sulfidik

Bahaya sulfidik tidak diamati dikarenakan letak lokasi penelitian jauh dari pantai, dan tidak ada pengaruh pasang surut.

6 Lereng

Cara pengukuran lereng dilakukan dengan menggunakan Clinometer,

dinyatakan dalam persen. Pengukuran lereng dilakukan dengan pengambilan titik koordinat dan ketinggian tempat dari lokasi yang paling rendah ke lokasi yang tinggi.

7 Bahaya erosi di lapang

Tingkat bahaya erosi dapat dilihat berdasarkan kondisi di lapangan, yaitu dengan memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi alur (rill erosion), dan erosi parit (gully erosion) atau dengan memperhatikan lapisan tanah yang sudah hilang dibandingkan dengan lapisan tanah yang masih utuh.

8 Bahaya Banjir

Bahaya banjir dicirikan dengan adanya genangan air yang ada di permukaan tanah. Pengamatan dilakukan melalui wawancara kepada petani setempat,


(42)

40 apakah terdapat genangan yang menutupi seluruh lahan dengan air (terendam air) pada lahan yang akan diteliti pada saat musim hujan lebih dari 24 jam. 9 Batu permukaan

Batu di permukaan diamati dengan melihat ada tidaknya batu-batu kecil atau besar yang tersebar pada permukaan tanah atau lapisan olah di lokasi

penelitian, cara mengukur batu di permukaan yaitu melihat berapa persen batu yang tersebar di atas permukaan tanah pada lokasi penelitian.

10 Batuan Singkapan

Batuan singkapan diamati dengan melihat ada tidaknya batuan-batuan besar yang tersingkap pada lokasi penelitian. Cara mengukur batuan singkapan yaitu dengan melihat berapa persen terdapat batuan besar yang tersingkap dipermukaan tanah pada lokasi penelitian.

(1). Pengambilan Contoh Tanah

Contoh tanah diambil dengan menggunakan bor tanah pada 6 titik yang ditentukan secara proporsional, yaitu masing-masing pada kedalaman 0─ 40 cm untuk lapisan atas dan 40─80 cm untuk lapisan bawah. Selanjutnya ke enam contoh tanah pada masing-masing kedalaman dikomposit dan dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk analisis laboratorium. Lokasi pengambilan contoh tanah tertera pada Gambar 3 (Lampiran)


(43)

41 (2). Metode Analisis Tanah di Laboratorium

Analisis tanah di laboratorium dilakukan dengan cara menganalisis contoh tanah yang telah diambil secara komposit dari 6 titik. Kemudian contoh tanah dikering udarakan, lalu diayak dengan menggunakan ayakan 2 mm. Tanah yang telah diayak dianalisis di Laboratorium Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, untuk mengetahui sifat kimia dan fisiknya. Sifat kimia yang dianalisi adalah pH H2O, basa - basa dapat ditukar (CA, Mg,

Na, dan K), KTK Tanah, dan C-organik, sedangkan sifat fisik tanah yang dianalisis adalah tekstur tanah, dengan metode analisis disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Metode analisis tanah di laboratorium

No Analisis Metode

1 pH H2O pH meter

2 Basa-basa dapat ditukar 3 C-organik

NH4Oac 1 N pH 7

Walkey and Black 4 KTK Tanah NH4OAc 1 N pH 7

5 Tekstur tanah Hydrometer

2. Data Fisik Sekunder

Data fisik sekunder yang dikumpulkan yaitu data curah hujan, data temperatur, dan data kelembaban udara yang diambil untuk 10 tahun terakhir. Data

dikumpulkan dengan cara mengambil dari Unit Usaha Kedaton PTPN VII (Persero) Kecamatan Tanjung Bintang, Lampung Selatan.


(44)

42 3. Data Ekonomi Primer

Data ekonomi yang dikumpulkan sebagai data primer meliputi: biaya produksi (benih, pupuk, pestisida), peralatan, tenaga kerja (pengolahan tanah,

penanaman, pemupukan, pengendalian gulma, penyadapan, dll), dan

pendapatan yang diperoleh petani di Unit Usaha Kedaton PTPN VII (Persero). Data sosial ekonomi primer dikumpulkan dengan wawancara kepada petani karet Unit Usaha Kedaton dan petani.

4. Data Ekonomi Sekunder

Data ekonomi sekunder yang dikumpulkan yaitu data luas panen dan produksi tanaman karet Propinsi Lampung dan Kecamatan Tanjung Bintang yang diambil untuk 10 tahun terakhir.

10.3.1 Analisis Data

a) Evaluasi kesesuaian lahan

Analisis kesesuaian lahan dilakukan dengan membandingkan potensi fisik lingkungan dengan persyaratan tumbuh tanaman karet berdasarkan kriteria Djaenudin dkk. (2000) selengkapnya tertera pada tabel 3 (Lampiran).

b) Penilaian Kelas Kesesuaian Lahan Atas Dasar Produksi Lahan Aktual

Metode penilaian produksi lahan aktual berdasarkan pada kriteria Dent dan Young (1981), yaitu dengan cara membandingakan produksi aktual tanaman karet Field 93 B Afdeling II PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Kedaton Way Galih Lampung Selatan dengan


(45)

43 potensi produksinya sesuai dengan varietasnya. Pada lahan penelitian menggunakan varietas RRIM 600 yang memiliki potensi produksi sebesar 1.465,36 kg/ha (Tabel 16, Lampiran). Adapun kriteria Dent dan Young (1981) tertera pada Tabel 4 (Lampiran).

Hasil produksi tanaman karet di lapang

% Produksi = x 100 %

Potensi produksi tanaman karet c) Analisis Kelayakan Finansial

Untuk mengetahui tingkat kelayakan finansial Unit Usaha Kedaton PTPN VII (Persero) dilakukan analisis sebagai berikut:

1) Net Present Value (NPV)

NPV adalah nilai selisih antara benefit (penerimaan) dengan cost (biaya) yang telah diperhitungkan nilainya saat ini (dipresent valuekan). NPV merupakan salah satu teknik yang banyak digunakan karena metode ini

mempertimbangkan nilai waktu uang. Secara matematis rumus untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut (Soekartawi, 1995).

NPV =

   n l i i l C

B )/( )

( n

Keterangan :

B = benefit (manfaat) C = cost (biaya)

i = tingkat suku bunga bank yang berlaku n = waktu


(46)

44 Bila NPV > 0, maka usaha layak untuk dilanjutkan

Bila NPV < 0, maka usaha tidak layak untuk dilanjutkan Bila NPV = 0, usaha dalam keadaan break even point

2). Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

   n l i i l C

B )/( )

( n yang bernilai positif Net B/C Ratio =

   n l i i l C

B )/( )

( n yang bernilai negatif

Keterangan :

B = benefit (manfat) C = cost (biaya)

i = tingkat suku bunga bank yang berlaku

n = waktu

Kriteria investsi :

Bila Net B/C > 1, maka usaha layak untuk dilanjutkan Bila Net B/C < 1, maka usaha tidak layak untuk dilanjutkan Bila Net B/C = 1, usaha dalam keadaan break even point

3). Internal rate of return (IRR)

Digunakan untuk menunjukkan atau mencari suatu tingkat bunga yang

menunjukkan jumlah nilai sekarang netto (NPV) sama dengan seluruh investasi usaha.


(47)

45 Rumus yang digunakan adalah :

IRR = i1 + NPV1 (i2 - i1)

NPV1 - NPV2

Keterangan :

i1 = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV1

i2 = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV2

NPV1 = NPV yang bernilai posotif

NPV2 = NPV yang bernilai negatif

Kriteria investasi :

Bila IRR > tingkat suku bunga, maka usaha layak untuk dilanjutkan Bila IRR < tingkat suku bunga, usaha tidak layak untuk dilanjutkan Bila IRR = tingkat suku bunga, usaha dalam keadaan break even point


(48)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan di lapangan dan pengolahan data primer, maka dapat disimpulkan :

1. Kesesuaian lahan tanaman karet pada Field 93 B Afdeling II PT. Perkebunan Nusantara (Persero) Unit Usaha Kedaton, termasuk dalam kelas kesesuaian lahan cukup sesuai dengan faktor pembatas ketersediaan air dan retensi hara (S2wanr).

2. Hasil analisis finansial usahatani tanaman karet di PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Kedaton menguntungkan dan layak untuk

dikembangkan. Hal ini terlihat dengan nilai pengamatan selama 25 tahun yaitu NPV = Rp 378.352.759, Net B/C = 1,74, IRR = 20,03% per tahun, dan BEP = 11 tahun 5 bulan 17 hari.

5.2 Saran

Karena rendahnya kandungan C-organik dan kurangnya ketersediaan air maka dapat ditanggulangi dengan melakukan pemberian mulsa sisa-sisa tanaman dan mempertahankan tanaman penutup tanah (Land Cover Crops) yang memang sudah diterapkan oleh PTPN VII Unit Usaha Kedaton.


(49)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF PERTANAMAN KARET (Hevea brasiliensis) DI FIELD 93 B AFDELING II PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT USAHA KEDATON

WAY GALIH KABUPATEN LAMPUNG SELATAN (Skripsi)

Oleh Alvin Govindo

PROGRAM STUDY AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2011


(50)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Peta situasi lokasi penelitian ... 88 2 Peta Field Kebun Afdeling II PTPN VII Unit Usaha Kedaton……... 89 3 Bentuk Lahan dan Titik Pengeboran……….. 90 4 Grafik Produksi Tanaman Karet ... 91 5 Gambar Hasil Pengamatan Profil Boring ... 92


(51)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.3 Kerangka Pemikiran ... 4

1.4 Hipotesis ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Karet (Hevea brasiliensis) ... 8

2.2 Tanah dan Konsep Lahan ... 15

2.3 Evaluasi Kesesuain Lahan ... 17

2.4 Tipe Evaluasi Lahan ... 18

2.5 Kualitas Lahan dan Karakteristik Lahan ... 19

2.7 Klasifikasi Kesesuain Lahan.. ... 20

2.8 Analisis Finansial ... 31

III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

3.2 Bahan dan Alat ... 35

3.3 Metode Penelitian ... 36

3.3.1 Tahap Persiapan ... 37

3.3.2 Pengumpulan Data ... 37


(52)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan ... 46 4.1.1 Kesesuaian Lahan Kualitatif Berdasarkan

Kriteria Biofisik ... 46 4.1.2 Kelas Kesesuaian Lahan Atas Dasar Produksi

Lahan Aktual ... 50 4.1.3. Analisis Finansial... 51 4.2 Pembahasan ... 55 V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 67 B. Saran ... 67 DAFTAR PUSTAKA


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 290 hlm.

Badan Pusat Statistik Indonesia. 2008. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Ubi Kayu. Diakses pada Tanggal 2 oktober 2010.

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=53 &notab=15

BPS Indonesia. 2009. Ekspor dan impor. Diakses 4 Oktober 2011 pukul 13.35 WIB. http://www.BPS.com/ekspor&impor/komoditas/karet

Danarti, S. Najiyati. 1999. Palawija Budidaya dan Analisis Pascapanen. Penebar swadaya. Bogor

Darmawijaya, M.I. 1997. Klasifikasi Tanah. Universitas Gadjahmada Press. Yogyakarta. 141 hlm.

Dent, D. And Young. 1981. Soil Survey and Evaluation. George Allen and Unwim. London. 279 pp.

Djaenuddin, D., Marwan, H., Subagyo, H., Mulyani, A.,dan Suharta, N. 2000. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian. Departemen Pertanian. 264 hlm.

Dwidjoseputro, D. 1962. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Universitas Brawijaya Press. Malang. 222 hlm.

Foth, H.D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Erlangga. Jakarta. 374 hlm.

FAO. 1976. A Framework For Land Evaluation. FAO Soil Bulletin 32. Food and Agriculture Organization of United Nations. Rome 87 p.

Hakim N, M, Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul, M.A. Diha, G.B. Hong dan H.H Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas


(54)

Hardjowigeno, S. 2001. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Bogor. 381 hlm.

Ibrahim, Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. PT. Rineka Cipta. Jakarta. 249 hlm. Mulyani, Anny. 2006. Potensi Lahan Kering Masam Untuk Pengembangan

Pertanian. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 28 (2) : 16-17. Mahi, A.K. 2001. Survei Tanah dan Evaluasi Lahan (diktat, tidak

dipublikasikan). Universitas Lampung. 228 hlm.

Mahi, A.K. 2005. Evaluasi dan Perencanaan Penggunaan Lahan (diktat, tidak dipublikasikan). Universitas Lampung. 142 hlm.

Mahi, A.K., S. Ramli,R. Zahab,I.K. Winatha, N. Lukitowati, dan Anthoni. 2004. Master Plan (Rancang Bangun) Pengembangan Kawasan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Berbasis Agrobisnis (KAPEMBA) Kabupaten Lampung Tengah. Universitas Lampung .138 hlm.

Kadariah, Lien Karlina, dan Clive Gray. 1990. Pengantar Evaluasi Proyek. UI Press. Jakarta. 33 hlm.

Nugroho, S.G., J. Lumbaranja, A. K. Mahi, Ellizarti, D. Mawardi. 1984. Studi Identifikasi Kemungkinan Degradasi Kesuburan Tanah Pada Lahan Usaha Tani Karet. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

PTPN VII (Persero). 2010. Profil Perkebunan Way Galih Unit Usaha Kedaton. Bandar Lampung.

Setyamidjaya, D.1992. Budidaya Tanaman Karet. Lembar Informasi Pertanian. Balai Informasi Pertanian. Irian Jaya. 191/20.

Syamsulbahri. 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan. Universita Gadjah Mada. Yogyakarta. 318 hlm.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. IPB . Bogor. 591 hlm. Sitorus, S.R.P. 1985. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Tarsito. Bandung.

185 hlm.

Tan, Kim H. 1992. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Gadjahmada University Press. Yogyakarta. 295 hlm.


(55)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF PERTANAMAN KARET (Hevea brasiliensis) DI FIELD 93 B AFDELING

II PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT USAHA KEDATON WAY GALIH LAMPUNG SELATAN

Oleh Alvin Govindo

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai Gelar Sarjana Pertanian

Pada

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 201


(56)

Bismillahirrahmannirrahim………

Kupersembahkan karya ini sebagai tanda cinta dan kasih kepada

Almamater Tercinta, Keluarga Besat Tercinta, Serta Orang Yang Telah Berani Mencintaiku Dengan Cinta.


(57)

brasiliensis) DI FIELD 93 B AFDELING II

PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT USAHA KEDATON WAY GALIH LAMPUNG SELATAN

Nama Mahasiswa : Alvin Govindo Nomor Pokok Mahasiswa : 0714031025 Jurusan : Agroteknologi Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Ali Kabul Mahi, M.S. Ir. Indarto, M.P.

NIP 194711271976031001 NIP 196111071986032002

2. Ketua Jurusan

Dr. Ir. Kuswanta F. Hidayat, M.P. NIP 196411181989021002


(58)

1. Tim Penguji

Ketua : Prof. Dr. Ir. Ali Kabul Mahi, M.S. ...

Sekretaris : Ir. Indarto, M.S. ……….

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Ir. Tamaludin Syam, M.S. ………

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. H. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1 001


(59)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Pringsewu tanggal 16 Juli 1989, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, buah hati pasangan Bapak Drs. Eddy Iswanto dan Ibu Mursina. Bsc. Penulis menyelesaikan Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) diselesaikan tahun 1995, Sekolah Dasar diselesaikan di SDN 03 Bekasi pada tahun 2001, Sekolah Menengah Pertama Tulus Bhakti Bekasi pada tahun 2004, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 11 Bekasi pada tahun 2007.

Tahun 2007, Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Ilmu Tanah FP Unila melalui jalur Seleksi Pemilihan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama menjadi mahasiswa, Penulis pernah aktif di Organisasi Gabungan Mahasiswa Ilmu Tanah Unila (GAMATALA). Aktif di dalam organisasi Forum Komunikasi Mahasiswa Ilmu Tanah Indonesia (FOKUSIMITI), Pernah Menjadi Ketua Umum Program Studi Agroekoteknologi periode 2008-2009, pernah aktif menjadi anggota bidang HUMAS di dalam organisasi Lembaga Studi Mahasiswa Pertanian (LS-MATA), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), dan aktif dilembaga eksternal universitas Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bandar Lampung, serta Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi Indonesia.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sukapura Lampung Selatan Pada Tahun 2010.


(60)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Ali Kabul Mahi, M.S., selaku dosen Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran dalam penyusunan skripsi ini.

2. Ir. Indarto, M.S., selaku dosen Pembimbing Kedua yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran dalam penyusunan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Tamaluddin Syam, M.S., selaku Penguji Utama yang telah memberikan saran guna penyempurnaan skripsi ini.

4. Dr. Ir.Kuswanta F. Hidayat, M.P., selaku Ketua Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

5. Prof.Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

6. Seluruh dosen, staf, karyawan, dan civitas akademika Jurusan Ilmu Tanah dan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.


(61)

7. Ir. Adi, selaku sinder Afdeling II PTPN VII (Persero) Unit Usaha Kedaton atas semua kebaikan dan bantuannya sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan baik.

8. Kepada semua pekerja PTPN VII (Persero) Unit Usaha Kedaton atas segala bantuannya.

9. Papa Drs. Eddy Iswanto dan Mama Mursina. Bsc., yang telah memberi kepercayaan kepada penulis untuk dapat mewujudkan cita-cita yang diinginkan serta kasih sayang, nasehat serta do’a, yang selalu diberikan. 10.Adik-adikku Claudya Yolanda dan Zidan Fahrezi atas dukungan serta doa

yang telah diberikan.

11. Heni juniyanti atas cinta, perhatian dan kesabarannya selama penulis menyusun skripsi.

12.Sahabat-sahabat Yogi Yogasara, Solihin Sidik, Hasbullah, taufikqurohman, Priyadi atas motivasi, kekeluargaan yang diberikan kepada penulis. Serta teman-teman seperjuangan di Jurusan Ilmu Tanah angkatan 2007 dan 2006. 13. Seluruh keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat

Pertanian Unila yang merupakan rumah dan keluarga kedua bagi penulis hingga detik ini.

14. Teman-teman asrama Pondok Abbas Alkindi untuk dorongan serta semangat yang telah diberikan.


(62)

15. Seluruh pihak yang telah membantu yang tak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas segala kebaikannya.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dan skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Oktober 2011


(1)

Judul Skripsi : EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF PERTANAMAN KARET (Hevea

brasiliensis) DI FIELD 93 B AFDELING II

PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT USAHA KEDATON WAY GALIH LAMPUNG SELATAN

Nama Mahasiswa : Alvin Govindo Nomor Pokok Mahasiswa : 0714031025 Jurusan : Agroteknologi Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Ali Kabul Mahi, M.S. Ir. Indarto, M.P.

NIP 194711271976031001 NIP 196111071986032002

2. Ketua Jurusan

Dr. Ir. Kuswanta F. Hidayat, M.P.


(2)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Prof. Dr. Ir. Ali Kabul Mahi, M.S. ...

Sekretaris : Ir. Indarto, M.S. ……….

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Ir. Tamaludin Syam, M.S. ………

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. H. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1 001


(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Pringsewu tanggal 16 Juli 1989, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, buah hati pasangan Bapak Drs. Eddy Iswanto dan Ibu Mursina. Bsc. Penulis menyelesaikan Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) diselesaikan tahun 1995, Sekolah Dasar diselesaikan di SDN 03 Bekasi pada tahun 2001, Sekolah Menengah Pertama Tulus Bhakti Bekasi pada tahun 2004, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 11 Bekasi pada tahun 2007.

Tahun 2007, Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Ilmu Tanah FP Unila melalui jalur Seleksi Pemilihan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama menjadi mahasiswa, Penulis pernah aktif di Organisasi Gabungan Mahasiswa Ilmu Tanah Unila (GAMATALA). Aktif di dalam organisasi Forum Komunikasi Mahasiswa Ilmu Tanah Indonesia (FOKUSIMITI), Pernah Menjadi Ketua Umum Program Studi Agroekoteknologi periode 2008-2009, pernah aktif menjadi anggota bidang HUMAS di dalam organisasi Lembaga Studi Mahasiswa Pertanian (LS-MATA), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), dan aktif dilembaga eksternal universitas Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bandar Lampung, serta Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi Indonesia.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sukapura Lampung Selatan Pada Tahun 2010.


(4)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Ali Kabul Mahi, M.S., selaku dosen Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran dalam penyusunan skripsi ini.

2. Ir. Indarto, M.S., selaku dosen Pembimbing Kedua yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran dalam penyusunan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Tamaluddin Syam, M.S., selaku Penguji Utama yang telah memberikan saran guna penyempurnaan skripsi ini.

4. Dr. Ir.Kuswanta F. Hidayat, M.P., selaku Ketua Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

5. Prof.Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

6. Seluruh dosen, staf, karyawan, dan civitas akademika Jurusan Ilmu Tanah dan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.


(5)

ii

7. Ir. Adi, selaku sinder Afdeling II PTPN VII (Persero) Unit Usaha Kedaton atas semua kebaikan dan bantuannya sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan baik.

8. Kepada semua pekerja PTPN VII (Persero) Unit Usaha Kedaton atas segala bantuannya.

9. Papa Drs. Eddy Iswanto dan Mama Mursina. Bsc., yang telah memberi kepercayaan kepada penulis untuk dapat mewujudkan cita-cita yang diinginkan serta kasih sayang, nasehat serta do’a, yang selalu diberikan. 10.Adik-adikku Claudya Yolanda dan Zidan Fahrezi atas dukungan serta doa

yang telah diberikan.

11. Heni juniyanti atas cinta, perhatian dan kesabarannya selama penulis menyusun skripsi.

12.Sahabat-sahabat Yogi Yogasara, Solihin Sidik, Hasbullah, taufikqurohman, Priyadi atas motivasi, kekeluargaan yang diberikan kepada penulis. Serta teman-teman seperjuangan di Jurusan Ilmu Tanah angkatan 2007 dan 2006. 13. Seluruh keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat

Pertanian Unila yang merupakan rumah dan keluarga kedua bagi penulis hingga detik ini.

14. Teman-teman asrama Pondok Abbas Alkindi untuk dorongan serta semangat yang telah diberikan.


(6)

iii

15. Seluruh pihak yang telah membantu yang tak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas segala kebaikannya.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dan skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Oktober 2011


Dokumen yang terkait

Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muall, Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun (Corynespora casiicola Berk &amp; Curt.) di Lapangan

0 34 64

Seleksi Dini Pohon Induk Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Dari Hasil Persilangan RRIM 600 X PN 1546 Berdasarkan Produksi Lateks Dan Kayu

0 23 84

Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun ( Corynespora Cassiicola (Berk. &amp; Curt.) Wei.) Di Kebun Entres

0 57 66

Intersepsi Pada Berbagai Kelas Umur Tegakan Karet (Hevea brasiliensis) (Studi Kasus Di Desa Huta II Tumorang, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun)

2 56 84

Uji Resistensi Beberapa Klon Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) Dari Kebun Konservasi Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

0 35 61

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI BLOK 423 AFDELING IV PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT USAHA REJOSARI NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

0 9 66

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI BLOK 423 AFDELING IV PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT USAHA REJOSARI NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

0 13 60

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF PERTANAMAN KARET (Hevea brasiliensis) DI FIELD 2005 E AFDELING III PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT USAHA KEDATON WAY GALIH LAMPUNG SELATAN

1 28 53

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF PERTANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) DI LAHAN KELOMPOK TANI USAHA MAJU DESA TANJUNG SENANG KECAMATAN KOTABUMI SELATAN LAMPUNG UTARA

5 23 68

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis ) PADA FIELD 2004 AFDELING I PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT USAHA KEDATON DESA WAY GALIH LAMPUNG SELATAN

1 34 54