Media, Alat, dan Sumber

Lampiran 1. Materi Pembelajaran TERMOKIMIA

A. Perubahan Entalpi

Menurut teori kinetika, pada suhu di atas 0 C ± 273 , setiap materi baik dalam wujud gas, cair atau padatan, memiliki partikel-partikel yang selalu bergerak secara acak dan saling bertumbukan dengan total gaya yang saling meniadakan. Karena memiliki ukuran sangat kecil, maka kita tidak dapat mengamati pergerakan partikel itu. Di dalam atom terdapat elektron yang bermuatan negatif dan proton yang bermuatan positif. Dengan adanya partikel-partikel, terjadi gaya tarik menarik antarpartikel yang bermuatan berlawanan dan gaya tolak menolak antarpartikel yang bermuatan sama. Pergerakan partikel-partikel dan gaya tolaktarik antarpartikel tersebut, menunjukkan adanya energi dalam materi. Jumlah total energi atau kalor yang terkandung dalam suatu materi disebut entalpi, yang diberi simbol H. Entalpi suatu zat tidak berubah tetap selama tidak ada energi yang masuk atau ke luar. Entalpi suatu zat tidak dapat diukur, tetapi hanya perubahan entalpinya yang dapat diukur. Suatu zat mengalami perubahan entalpi jika mengalami reaksi kimia atau perubahan fisika. Perubahan entalpi diberi notasi ∆H. Perubahan entalpi menyatakan kalor yang diterima atau dilepas, berupa penambahan atau pengurangan energi suatu zat dalam suatu proses perubahan materi. Entalpi merupakan fungsi keadaan. Oleh karena itu, nilai perubahan entalpi tergantung pada keadaan akhir dan awal saja, dan tidak tergantung pada bagaimana proses perubahan itu terjadi. Nilai perubahan entalpi ∆H suatu sistem dapat dinyatakan sebagai selisih besarnya entalpi sistem setelah mengalami perubahan dengan besarnya entalpi sistem sebelum perubahan dilakukan, pada tekanan tetap. ∆H = H akhir – H awal Perubahan entalpi yang menyertai suatu reaksi dipengaruhi oleh jumlah zat, keadaan fisis dari zat tersebut, suhu, dan tekanan. Pada reaksi eksoterm di mana sistem melepas kalor, kandungan kalor sistem berkurang, atau entalpi sebelum reaksi keadaan awal lebih besar daripada setelah reaksi keadaan akhir. H awal H akhir Oleh karena ∆H = H akhir – H awal , maka ∆H mempunyai nilai negatif, atau: ∆H 0. Pada reaksi endoterm di mana sistem menerima kalor, kandungan kalor sistem bertambah, atau entalpi setelah reaksi keadaan akhir lebih besar daripada sebelum reaksi keadaan awal. H akhir H awal Oleh karena ∆H = H akhir – H awal , maka ∆H mempunyai nilai positif, atau: ∆H 0.

B. Persamaan Termokimia dan Diagram Energi

Persamaan Termokimia Persamaan reaksi yang menyatakan jumlah mol dan keadaan fisik masing-masing zat pereaksi maupun hasil reaksi serta perubahan entalpi ΔH untuk reaksi yang bersangkutan disebut persamaan termokimia. Jika zat-zat yang terlibat dalam reaksi pada keadaan standar tekanan 1 atm dan temperatur 25 ° C maka perubahan entalpinya ditandai sebagai ΔH ° . Contoh: N 2 g + 3 H 2 g → 2 NH 3 g ΔH ° = – 92,0 kJ Persamaan reaksi tersebut menunjukkan bahwa reaksi antara 1 mol gas N 2 dengan 3 mol gas H 2 membentuk 2 mol gas NH 3 pada tekanan 1 atm dan temperatur 25 ° C membebaskan kalor sebesar 92,0 kJ. Diagram Tingkat Energi Salah satu cara untuk menunjukkan perubahan kalor entalpi yang terjadi dalam suatu reaksi kimia adalah dengan menggunakan diagram tingkat energi. Dalam diagram tingkat energi, dituliskan reaktan dan besarnya entalpi yang dimiliki di awal reaksi serta produk dan besarnya entalpi di akhir reaksi. Selisih entalpi ini menunjukkan banyaknya perubahan entalpi yang terjadi. Gambar 1. Diagram tingkat energi reaksi eksoterm