PANGLIMA LAÔT SEBAGAI LOCAL WISDOM MASYARAKAT NELAYAN PESISIR ACEH ( STUDI KASUS TENTANG PANGLIMA LAÔT LHOK KECAMATAN SERUWAY KABUPATEN ACEH TAMIANG).

(1)

PANGLIMA LAÔT SEBAGAI LOCAL WISDOM MASYARAKAT NELAYAN PESISIR ACEH ( STUDI KASUS TENTANG PANGLIMA

LAÔT LHOK KECAMATAN SERUWAY KABUPATEN ACEH TAMIANG)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH :

PURNAMA SARI

NIM 3122122009

PRODI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Purnama Sari. Nim : 3123122046.

Panglima La

ô

t

Sebagai

Local

Wisdom

Masyarakat Nelayan Pesisir Aceh (Studi Kasus

Tentang

Panglima La

ô

t Lhok

Kecamatan Seruway Kabupaten

Aceh Tamiang). Program Studi Pendidikan Antropologi,

Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Panglima Laột sebagai salah satu dari kearifan lokal pada masyarakat di pesisir Aceh , mengetahui hukum adat laut yang hidup dalam masyarakat pesisir Aceh di Kecamatan Seruway,mengetahui ungkapan adat dan makna upacara-upacara adat dalam aktifitas menjaga lingkungan laut oleh Panglima Laột di kawasan pesisir Aceh di Kecamatan Seruway dan untuk mengetahui pandangan masyarakat pesisir Aceh di Kecamatan Seruway tentang upacara khanduri Laột di kawasan pesisir Aceh di Kec amatan Seruway.

Metode penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif dan dianalisi dengan cara deskriptif . Data-data yang diperoleh dari hasil observasi juga didukung dengan hasil wawancara yang penulis lakukan kepada orang-orang yang mengerti mengenai Panglima Laột serta mengerti tradisi ataupun kebiasaan-kebiasaan yang ada pada masyarakat di Kecamatan Seruway.

Hasil penelitian menunjukkan Panglima Laột sebagai salah satu dari kearifan lokal pada masyarakat di pesisir Aceh , terdapat hukum adat laut yang hidup dalam masyarakat pesisir Aceh di Kecamatan Seruway yang meliputi hari-hari yang ditetapkan untuk tidak boleh pergi melaut,adat arang hanyut dan hukum adat laut lainnya,ada ungkapan adat dan makna upacara-upacara adat dalam aktifitas menjaga lingkungan laut meliputi ritual khanduri Laột , ritual tolak bala,dan peuseujuk oleh Panglima Laột di kawasan pesisir Aceh di Kecamatan Seruway serta pandangan bahwa ritual-ritual tersebut merupakan hal yang penting dan tidak bisa terlepas dari kehidupan masyarakat di Kecamatan Seruway.

Kata kunci: Panglima Laột, lembaga adat, kearifan lokal, adat-istiadat,masyarakat nelayan


(6)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberikan segala rahmat dan hidayah-Nya serta kemudahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Panglima laột Sebagai local Wisdom Masyarakat Nelayan Pesisir Aceh (Studi Kasus Tentang Panglima laột lhok Kecamatan Seruway

Kabupaten Aceh Tamiang)”ini dengan baik dan tepat waktu. Penulisan skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari bahwa terdapat beberapa tantangan dan hambatan baik saat melakukan penelitian maupun dalam menuangkan hasil penelitian ke dalam tulisan. Akan tetapi dengan usaha dan doa penulis dapat melewati segala hambatan tersebut dengan lancar. Penulisan skripsi ini juga masih jauh dari kesempurnaan, namun penulis berusaha menyajikan skripsi ini dengan baik. Pada proses penyelesaian skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M. Pd sebagai Rektor Universitas Negeri Medan. 2. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Negeri Medan.

3. Ibu Dra. Puspitawati, M.Si sebagai Ketua Prodi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan , juga sebagai Dosen Pembimbing Skripsi, terima kasih atas bimbingan , arahan , waktu dan kontribusi serta bantuan Ibu dalam penulisan skripsi ini yang sangat berarti bagi penulis.

4. Bapak Bakhrul khair amal M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa membimbing penulis mulai dari awal perkuliahan hingga saat ini.


(7)

iii

5. Ibu Supsiloani,M.Si selaku dosen penguji, penulis ucapkan banyak terima kasih buat kritikan dan masukan yang sangat berharga yang telah diberikan kepada penulis. 6. Ibu Dr.Rosramadhana, M.Si selaku dosen penguji, penulis ucapkan banyak terima kasih

buat kritikan dan masukan yang sangat berharga yang telah diberikan kepada penulis. 7. Ibu Dr.Nurjannah, M..Pd selaku dosen penguji, penulis ucapkan banyak terima kasih

buat kritikan dan masukan yang sangat berharga yang telah diberikan kepada penulis. 8. Serta ucapan terima kasih juga kepada seluruh dosen-dosen pendidikan Antropologi

UNIMED yang telah banyak sekali memberikan didikan, arahan dan juga semangat yang selalu memotivasi.

9. Terima kasih kepada kedua orang tua Ayahanda Muhammad Nur yang selalu penulis banggakan dan cintai dan Ibunda Siti Rabsah tercinta, yang senantiasa memberikan semangat, doa, kasih sayang, pendidikan, serta dukungan materil yang selalu diberikan kepada penulis. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan, keselamatan , rejeki dan umur yang panjang serta penulis dapat membuat bangga dan memberikan kebahagiaan kepada kalian. Amin

10. Teruntuk saudara - saudari penulis Nurhalimah (kakak), Muhammad Aulia (adik) terimakasih sudah selalu ada pada penulis, selalu memberikan doa serta keceriaan yang selalu membuat penulis merasa bersemangat untuk dapat menyelesaikan studi dengan baik.

11.Ucapan terima kasih kepada Bapak camat Seruway dan sekretaris camat Seruway memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian. Terimakasih atas waktu dan kesempatan yang telah bapak berikan.

12.Ucapan terima kasih kepada Bapak dan Ibu bagian administrasi yang telah membantu penulis dalam membuat surat yang penulis butuhkan. serta terima kasih juga kepada seluruh informan-informan yang telah memberikan penulis informasi yang membantu


(8)

iv

penulis dalam mengumpulkan data yang diperlukan dan atas kesediaannya untuk meluangkan waktu.

13.Untuk yang tersayang yaitu Rizky Ananda S.pd ,Harianto S.kom , Nur cahayanta Manullang S.pd, Iis soleha S.pd, Wiwik pujiati S.pd, Raras yudira S.pd, Juhairiah utari S.pd, Amanda dian sucia S.pd,Nurmalina panjaitan S.pd ,Ahmad arfah fansyuri lubis S.pd, Chandra fahmi pratama Zega S.pd,Almi pratiwi Tarigan S.pd terima kasih atas kebersamaan selama ini dan menjadi tempat untuk bertukar pikiran penulis pada pembuatan skripsi ini. Terima kasih buat dukungan, motivasi, bantuan, kebersamaan dan kenangan indah yang sangat berharga selama ini.

14.Teman-teman seperjuangan konsenterasi Antropologi dan Sosiologi 2012 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih untuk kebersamaan yang telah terjalin selama ini. Semoga kita bisa sukses di masa kini dan masa depan.

15.Teman kos penulis yang selalu ada, saling membantu dan selalu memotivasi antara satu dengan yang lainnya. terima kasih atas kebersamaan selama ini.

16.Teman-teman penulis PPLT di SMA Negeri 1 Hinai Tahun 2015 terima kasih penulis ucapkan buat segala kenangan indah yang telah kita lalui bersama. Semoga Allah memberikan kemudahan kepada kita semua dalam menyelesaikan pendidikan dan semoga cepat wisuda dengan nilai yang memuaskan. Amiin

17.Teman-teman penulis di HMI komisariat FIS UNIMED, terima kasih penulis ucapkan buat segala kenangan indah dan proses yang telah kita lalui bersama. Semoga Allah memberikan kemudahan kepada kita semua dalam menyelesaikan pendidikan dan semoga cepat wisuda dengan nilai yang memuaskan. Amiin

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Masukan dan saran sangat diharapkan demi kemajuan penulis dimasa mendatang.


(9)

v

Medan, 02 july 2016 Penulis

Purnama sari NIM. 3122122009


(10)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Identifikasi Masalah ... 4

1.3.Pembatasan Masalah ... 4

1.4.Rumusan Masalah ... 4

1.5.Tujuan Penelitian ... 5

1.6.Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ... 7

2.1 Tinjauan Pustaka ... 7

2.2 Kerangka Teori... 9

2.2.1 Teori Lembaga ... 9

2.2.2Teori Fungsional ... 11

2.2.3Teori Etika lingkungan ... 12

2.2.4 Teori Religi ... 15

2.3 KerangkaKonsep ... 16

2.3.1 Panglima laut ... 16


(11)

vii

2.3.3 Hukum adat laut ... 16

2.3.4Masyarakat nelayan ... 18

2.3.5 Etnik Aceh ... 19

2.4 Kerangka berpikir ... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

3.1 Jenis Penelitian ... 22

3.2 Lokasi Penelitian ... 22

3.3 Penentuan Informan ... 22

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 24

3.5 Teknik Analisis Data ... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 29

4.1.1 Letak Lokasi Penelitian ... 33

4.1.2 Keadaan Masyarakat ... 34

4.1.2.1 Jumlah penduduk di Kecamatan Seruway berdasarkan jenis kelamin ... 34

4.1.2.2 Jumlah sarana pendidikan di Kecamatan Seruway .... 35

4.1.2.3 Jumlah sarana kesehatan di Kecamatan Seruway ... 36

4.1.2.4 Jumlah sarana peribadatan di Kecamatan Seruway .. 37

4.2 Hasil Penelitian ... 39

4.2.1 Penglima laột sebagai kearifan local ... 39


(12)

viii

4.2.1.2 Peran dan fungsi Penglima laột ... 48

4.2.2 Penerapan Hukum Adat Laut ... 52

4.2.2.1 Hari pantang melaôt ... 52

4.2.2.2 Adat Barang Hanyut ...58

4.2.3 Upacara-upacara Adat ... 60

4.2.3.1 Khanduri Laôt ... 61

4.2.3.2 Ritual tolak bala ... 65

4.2.3.3 Peusejuk ... 69

4.2.4 Pandangan Masyarakat Terhadap Upacara khanduri laôt ... 71

4.3 Pembahasan Penelitian ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 79

5.1 Kesimpulan ... 79

5.2 Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Aceh secara geografis terletak di jalur perdagangan Internasional yaitu selat malaka, banyaknya pelayaran dan pelabuhan di pantai Aceh membuat kapal-kapal asing menjadikannya sebagai tempat transaksi ekonomi sekaligus tempat terjadinya pertukaran atau kontak budaya melalui perdagangan atau ekonomi. Aceh berbatasan dengan laut Andaman di sebelah Utara , dengan Selat Malaka di sebelah Timur , di sebelah Selatan dengan Provinsi Sumatera Utara , dan di sebelah Barat dengan Samudera Hindia.

Dalam foklor Indonesia sering terdengar lagu nenek moyang ku seorang pelaut . Dari lagu ini telah tergambarkan bagaiamna nenek moyang bangsa Indonesia telah lama memahami kegunaan laut baik sebagai pemenuh kebutuhan ,transportasi maupun komunikasi antar bangsa . Di Indonesia juga pernah muncul kerajaan yang tercatat memiliki dasar dan bercirikan kemaritiman yakni kerajaan Sriwijaya yang lokasinya terletak di sekitar Kota Palembang saat ini dan kerajaan Majapahit cukup membuktikan sejarah panjang bangsa Indonesia dengan budaya baharinya.

Masyarakat pesisir dan nelayan merupakan komponen utama masyarakat maritim Indonesia , didukung dengan kondisi geografis Indonesia yang memiliki wilayah pesisir lebih luas dibandingakan luas wilayah daratan , sehingga seluruh aktifitas masyarakat pesisir dan nelayan sangatlah berpengaruh pada kondisi


(14)

2

kawasan pesisir tersebut dan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya baik disadari maupun tidak selalu bergantung pada lingkungannya , sehingga terjadi suatu hubungan diantara keduanya yakni manusia akan mempengaruhi lingkungannya dan begitu pula sebaliknya.

Banyaknya aktifitas di lingkungan laut akan rentan menimbulkan masalah , masalah ini muncul bersamaan dengan timbulnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pemeliharaan lingkungan hidup demi kelangsungan hidup manusia itu sendiri . Dari semua makhluk hidup , manusialah yang paling mampu beradaptasi dengan lingkungannya , lingkungan fisik selalu berupaya untuk memanfaatkan sumber-sumber alam yang ada untuk menunjang kebutuhan hidupnya . Intervensi manusia terhadap lingkungan maupun ekosistemnya dapat mengakibatkan terganggunya keseimbangan ekologis .

Oleh sebab itu menjaga dan mengelola lingkungan alam laut sangatlah penting , namun menjaga dan mengelola lingkungan alam laut bukanlah hal yang mudah , sehingga perlu adanya pihak-pihak yang membantu dan mengawasi setiap aktifitas di lingkungan laut .

Wilayah pesisir yang panjang disertai keanekaragaman suku menyebabkan hampir disetiap pesisir Indonesia memiliki adat istiadat yang menarik dan variatif. Adat istiadat masyarakat pesisir yang di dominasi oleh nelayan ini menjadi kearifan lokal ( local wisdom ) dan statusnya sebagai hukum atau aturan yang dilaksanakan di wilayah-wilayah pesisir ini sangat penting mengingat dari sisi historisnya yang didapatkan dalam proses yang sangat panjang dan ditransmisikan secara lisan oleh masyarakat. Dibeberapa wilayah di tanah air


(15)

3

sudah banyak kearifan lokal yang menjadi contoh dalam mengelola kawasan pesisir yaitu salah satunya Panglima Laột di Aceh , Awig-Awig di Nusa Tenggara Barat , Malombo di Sulawesi Utara , Rampong di Sulawesi Selatan ,

Sasi di Maluku dan Maluku Utara, dan Pele- karang di Papua.

Panglima Laột yang terdapat di Aceh adalah lembaga adat yang dimiliki masyarakat yang tinggal di pesisir Aceh dengan memiliki peran dan fungsinya dalam mengatur setiap aktifitas masyarakat pesisir Aceh dalam mengelola lingkungan kelautan meliputi juga mengenai penyelenggaraan ritual-ritual adat kelautan seperti khanduri laột, memahami musem keuneunong (musim angin laut) , pantangan turun melaột , dan lain sebagainya , berikut juga aktifitas keseharian masyarakat nelayan pesisir Aceh seperti dalam meyelesaikan sengketa antar nelayan dan lain-lain.

Panglima Laột adalah salah satu kearifan lokal yang harus dijaga

keberadaannya mengingat bahwa panglima Laột telah ada sejak zaman Sultan Iskandar muda sampai dengan zaman kolonial Belanda dan terus dipertahankan sampai saat ini. Wilayah kewenangan seorang Panglima Laột tidak mengacu pada wilayah administrasi pemerintahan,melainkan mengacu pada satuan lokasi tempat nelayan melabuhkan perahunya , menjual hasil tangkapannya atau berdomisili yang biasa disebut lhok. Sehingga kearifan lokal (local wisdom) disetiap daerah pesisir merupakan khasanah kebudayaan bangsa yang harus dijaga dan dilestarikan karena memiliki peranan penting dalam mengawasi keberlangsungan aktifitas masyarakat pesisir,termasuk juga dalam hal ini Panglima Laột sebagai


(16)

4

Dari uraian-uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian tentang kajian Panglima Lat Sebagai Local Wisdom Masyarakat Nelayan Pesisir Aceh (Studi Kasus Tentang Panglima Lat Lhok Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tamiang)”

1.2Identifikasi Masalah

Sesuai dengan pemaparan latar belakang diatas , penulis mengidentifikasi permasalahan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti , antara lain :

1. Panglima Laột salah satu kearifan lokal masyarakat di pesisir Aceh

2. Fungsi Panglima Laột dalam mengelola kawasan di pesisir Aceh 3. Ciri-ciri khusus kelembagaan Panglima Laột

4. Kriteria pemilihan dan pengangkatan Panglima Laột

5. Ritual-ritual adat dalam menghormati laut bersama Panglima Laột

1.3Pembatasan Masalah

Karena cakupan mengenai Panglima Laột begitu luas dan meliputi hampir keseluruhan dari aspek kehidupan manusia , maka penulis hanya membatasi penelitian ini dari dimensi Panglima Laột sebagai salah satu kearifan lokal (local

wisdom) di kawasan pesisir Aceh , melihat perlunya mengetahui salah satu


(17)

5

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengapa Panglima Laột termasuk salah satu dari kearifan lokal pada Masyarakat di pesisir Aceh?

2. Bagaimana hukum adat laut yang hidup dalam masyarakat pesisir Aceh di Kecamatan Seruway ?

3. Apa bentuk ungkapan adat dan makna upacara-upacara adat dalam aktifitas menjaga lingkungan laut oleh Panglima Laột di kawasan pesisir Aceh di Kecamatan Seruway?

4. Bagaimana pandangan masyarakat pesisir Aceh di Kecamatan Seruway tentang upacara khanduri laột pada aktifitas Panglima Laột di kawasan pesisir Aceh di Kecamatan Seruway?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui mengenai Panglima Laột sebagai salah satu dari kearifan lokal pada Masyarakat di Pesisir Aceh?

2. Mengetahui hukum adat laut yang hidup dalam masyarakat pesisir Aceh di Kecamatan Seruway

3. Mengetahui ungkapan adat dan makna upacara-upacara adat dalam aktifitas menjaga lingkungan laut oleh Panglima Laột di kawasan pesisir Aceh di Kecamatan Seruway


(18)

6

4. Mengetahui pandangan masyarakat pesisir Aceh di Kecamatan Seruway tentang upacara khanduri laột pada aktifitas Panglima Laột di kawasan pesisir Aceh di Kecamatan Seruway

1.4Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Menambah wawasan dan informasi kepada penulis dan pembaca tentang

Panglima Laột sebagai kearifan lokal masyarakat pesisir Aceh

2. Studi perbandingan bagi peneliti yang lain yang ingin melakukan penelitian pada permasalahan yang sama.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Memberikan informasi mengenai salah satu bentuk kearifan lokal yang terdapat pada masyarakat pesisir di Indonesia untuk memperkaya khazanah penelitian bidang antropologi.

2. Dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap pihak-pihak yang berkepentingan untuk memahami dalam membuat berbagai kebijakan-kebijakan yang diperlukan , terutama dalam rangka upaya pelestarian kebudayaan yang berkaitan dengan aktivitas di kelautan.


(19)

79

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1Kesimpulan

1. Panglima Laột termasuk salah satu dari kearifan local yang terdapat di Aceh,panglima laot yang ada di kalangan masyarakat nelayan ini bertugas memimpin persekutuan adat pengelola hukum adat laot . Panglima Laột memiliki tingkatan kekuasaan yaitu

Panglima Laột tingkat Provinsi , Panglima Laột tingkat Kabupaten dan Panglima Laộtlhok . Wilayah kewenangan seorang

Panglima Laột tidak mengacu pada wilayah administrasi

pemerintahan,melainkan mengacu pada satuan lokasi tempat nelayan melabuhkan perahunya,menjual hasil tangkapannya atau berdomisili yang biasa disebut lhok. Panglima Laột berada di luar struktur organisasi pemerintahan.tetapi berada langsung dibawah kepala daerah setempat ( Gubernur, Bupati, Camat, dan Kepala Desa/geuchik ). Dengan memiliki peran dan fungsinya dalam mengatur setiap aktifitas masyarakat pesisir Aceh dalam mengelola lingkungan kelautan di pesisir Aceh Panglima Laột memiliki kedudukan yang sangat penting di tengah-tengah kehidupan masyarakat . Panglima Laột adalah salah satu kearifan lokal yang harus dijaga keberadaannya mengingat bahwa Panglima Laột telah


(20)

80

ada sejak zaman Sultan Iskandar muda sampai dengan zaman kolonial Belanda dan terus dipertahankan sampai saat ini.

2. Dalam menjalankan kehidupan masyarakat nelayan harus mematuhi aturan hukom adat laot adapun hukum adat laut ini terkait aturan –aturan penangkapan biota laut ,hari-hari yang ditetapkan untuk tidak boleh pergi melaut,adat arang hanyut dan hukum adat laut lainnya.hukom ini diberlakukan agar dapat menjaga lingkungan laut . Nelayan dan Panglima Laột bekerja sama untuk menjaga keseimbangan alam bagaimanapun masyarakat menggantungkan hidupnya dari hasil laut .

3. Terdapat beberapa bentuk ungkapan adat dan makna upacara-upacara adat dalam aktifitas menjaga lingkungan laut seperti penyelenggaraan ritual-ritual adat kelautan seperti khanduri laột, ,pantangan turun melaột,adat barang hanyut ,adat dalam penyelesaian konflik atau sengketa antar nelayan , dan adat-adat lain yang memiliki fungsi yang penting serta sanksi-sanki yang diterapkan jika terjadi pelanggaran adat .

4. khanduri laột pada aktifitas Panglima Laột di kawasan pesisir Aceh memiliki peranan yang sangat penting seagai ungkapan rasa syukur atas rezeky yang telah diberikan selama satu tahun


(21)

81

,walaupun dalam pelaksanaannya masih saja terdapat kepercayaan kepada hal-hal ghaib namun ini adalah sebuah tradisi yang harus dijalankan karena tebah diwarisi oleh nenek moyang masyarakat sangat percaya jika melaksanakan ritual-ritual adat terseut akan senantiasa membawa keberkahan dan kebahagiaan .

1.2Saran

Adapun yang menjadi saran penulis yaitu :

1. Kemampuan yang dimiliki Panglima Laột dalam mengeola dan menegakkan hukum adat laut di wilayah kekuasaan nya yaitu lhok Seruway haruslah ditingkatkan lagi agar masyarakat semakin sadar untuk terus menjaga dan menegakkan hukum adat laut dan terus melestarikan adat-istiadat yang ada sejak dahulu serta akan semakin tercipta kerukunan dan angka terjadinya konflik dan sengketa antar nelayanpun semakin rendah. Kelestarian lingkungan laut juga semakin lestari.

2. Kepada masyarakat di Kecamatan Seruway bentuk ungkapan adat dan makna upacara-upacara adat dalam aktifitas menjaga lingkungan laut seperti penyelenggaraan ritual-ritual adat laut haruslah dipertahankan mengingat hal ini merupakan suatu kearifan lokal yang dimiliki masyarakat.

3. Kepada para nelayan dalam menjalankan kehidupan masyarakat nelayan teruslah mematuhi aturan hukum adat laut adapun hukum


(22)

82

adat laut ini terkait aturan –aturan penangkapan biota laut agar lingkungan alam laut dapat terjaga dan semakin membaik.

4. Bagi pihak pemerintah , khususnya dinas kelautan dan perikanan lebih memperhatikan kebutuhan sarana dan prasarana pendukung dalam penangkapan ikan dan lainnya ,sehingga dapat memudahkan

Panglima Laột dalam menjalankan tugas memimpin persekutuan


(23)

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku:

Satrya,Arif ,2015. Politik Kelautan Dan Perikanan .Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Moleong L. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja PT.Remaja Rosdakarya.

Nawawi, Hadari H. 2012. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Simanjuntak,Bungaran Antonius. 2013. Harmonius Family.Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Ihromi,T.O.(Ed).1999.Pokok-Pokok Antropologi Kebudayaan.Jakarta : Yayasan Obor Indonesia

Purna, Made.2012. Pesta Topan : Kearifan Lokal Masyarakat Samawa. Yogyakarta: Ombak

Iskandar,Johan .2010.Ekologi Manusia Dan Pembangunan Berkelanjutan. Universitas Padjadjaran

Koentjaraningrat.1990.Pengantar Antropologi.Jakarta: Rineka Cipta Keraf,A.Sonny .2002.Etika Lingkungan .Jakarta : Kompas

Soekanto ,Soerjono.2003. Hukum Adat Indonesia.Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada

Rusdi Sufi Dkk. 2002. Adat Istiadat Masyarakat Aceh. Dinas Kebudayaan Prov. Nanggroe Aceh Darussalam. Banda Aceh

Kutanegara , Pande Made .2014.Manusia ,Lingkungan Dan Sungai: Transformasi

Sosial Kehidupan Masyarakat Sempadan Sungai Code . Yogyakarta : Ombak

Wiranata ,Gede A. B .2011 .Antropologi Budaya.Jakarta : Citra Aditya

Satyananda , Made . 2013 .Kearifan Lokal Suku Helong Di Pulau Semau


(24)

Djuned, T. 1995. Pengelolaan Lingkungan Laut Oleh Panglima Laot (Suatu Studi

Dikotamadya Banda Aceh), Laporan Penelitian. Universitas Syiah Kuala,

Darussalam-Banda Aceh.

Kurniawan, Andri ..Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas Panglima Laột Dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam Laut Dikota Sabang.Jurnal Dinamika

Hukum,Vol.8 No.3 September 2008)

Ihromi,T.O.2000. Antropologi Dan Hukum.Jakarta : Yayasan Obor Indonesia Soekanto,soerjono.1990.Sosiologi suatu pengantar. Jakarta : Raja Grafindo persada

Haviland,william A dan R.G. Soekadijo.1999.Antropologi II(terj),Jakarta : Erlangga

Koentjaraningrat,1984.Kebudayaan jawa,Jakarta, Balai Pustaka

Sumber Tesis :

Sari,Ika Purnama 2006 . Kearifan Tradisional Masyarakat Karo Dalam Pengelolaan Hutan (Studi Kasus Di Desa Dolat Rayat Kabupaten Karo) .Tesis .Universitas Negeri Medan

Sumber Internet:

(Penelitian hidayat: 2013 tentang peningkatan kapasitas kelembagaan nelayan

Sumber: Ejournal.Undip.Ac.Id/Index.Php/Cilekha/Article/Download/6876/5635, Diakses Tanggal 15 Februari 2016).

(Kabupaten Aceh Tamiang,sumber:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/55961/3/Chapter%20II.pdf,diakse s 19 agustus 2016)

Loket pelayanan informasi peta(kementrian pekerjaan umum dan perumahan

republik Indonesia;


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1Kesimpulan

1. Panglima Laột termasuk salah satu dari kearifan local yang terdapat di Aceh,panglima laot yang ada di kalangan masyarakat nelayan ini bertugas memimpin persekutuan adat pengelola hukum adat laot . Panglima Laột memiliki tingkatan kekuasaan yaitu Panglima Laột tingkat Provinsi , Panglima Laột tingkat Kabupaten dan Panglima Laộtlhok . Wilayah kewenangan seorang

Panglima Laột tidak mengacu pada wilayah administrasi

pemerintahan,melainkan mengacu pada satuan lokasi tempat nelayan melabuhkan perahunya,menjual hasil tangkapannya atau berdomisili yang biasa disebut lhok. Panglima Laột berada di luar struktur organisasi pemerintahan.tetapi berada langsung dibawah kepala daerah setempat ( Gubernur, Bupati, Camat, dan Kepala Desa/geuchik ). Dengan memiliki peran dan fungsinya dalam mengatur setiap aktifitas masyarakat pesisir Aceh dalam mengelola lingkungan kelautan di pesisir Aceh Panglima Laột memiliki kedudukan yang sangat penting di tengah-tengah kehidupan masyarakat . Panglima Laột adalah salah satu kearifan lokal yang harus dijaga keberadaannya mengingat bahwa Panglima Laột telah


(2)

80

ada sejak zaman Sultan Iskandar muda sampai dengan zaman kolonial Belanda dan terus dipertahankan sampai saat ini.

2. Dalam menjalankan kehidupan masyarakat nelayan harus mematuhi aturan hukom adat laot adapun hukum adat laut ini terkait aturan –aturan penangkapan biota laut ,hari-hari yang ditetapkan untuk tidak boleh pergi melaut,adat arang hanyut dan hukum adat laut lainnya.hukom ini diberlakukan agar dapat menjaga lingkungan laut . Nelayan dan Panglima Laột bekerja sama untuk menjaga keseimbangan alam bagaimanapun masyarakat menggantungkan hidupnya dari hasil laut .

3. Terdapat beberapa bentuk ungkapan adat dan makna upacara-upacara adat dalam aktifitas menjaga lingkungan laut seperti penyelenggaraan ritual-ritual adat kelautan seperti khanduri laột, ,pantangan turun melaột,adat barang hanyut ,adat dalam penyelesaian konflik atau sengketa antar nelayan , dan adat-adat lain yang memiliki fungsi yang penting serta sanksi-sanki yang diterapkan jika terjadi pelanggaran adat .

4. khanduri laột pada aktifitas Panglima Laột di kawasan pesisir Aceh memiliki peranan yang sangat penting seagai ungkapan rasa syukur atas rezeky yang telah diberikan selama satu tahun


(3)

,walaupun dalam pelaksanaannya masih saja terdapat kepercayaan kepada hal-hal ghaib namun ini adalah sebuah tradisi yang harus dijalankan karena tebah diwarisi oleh nenek moyang masyarakat sangat percaya jika melaksanakan ritual-ritual adat terseut akan senantiasa membawa keberkahan dan kebahagiaan .

1.2Saran

Adapun yang menjadi saran penulis yaitu :

1. Kemampuan yang dimiliki Panglima Laột dalam mengeola dan menegakkan hukum adat laut di wilayah kekuasaan nya yaitu lhok Seruway haruslah ditingkatkan lagi agar masyarakat semakin sadar untuk terus menjaga dan menegakkan hukum adat laut dan terus melestarikan adat-istiadat yang ada sejak dahulu serta akan semakin tercipta kerukunan dan angka terjadinya konflik dan sengketa antar nelayanpun semakin rendah. Kelestarian lingkungan laut juga semakin lestari.

2. Kepada masyarakat di Kecamatan Seruway bentuk ungkapan adat dan makna upacara-upacara adat dalam aktifitas menjaga lingkungan laut seperti penyelenggaraan ritual-ritual adat laut haruslah dipertahankan mengingat hal ini merupakan suatu kearifan lokal yang dimiliki masyarakat.

3. Kepada para nelayan dalam menjalankan kehidupan masyarakat nelayan teruslah mematuhi aturan hukum adat laut adapun hukum


(4)

82

adat laut ini terkait aturan –aturan penangkapan biota laut agar lingkungan alam laut dapat terjaga dan semakin membaik.

4. Bagi pihak pemerintah , khususnya dinas kelautan dan perikanan lebih memperhatikan kebutuhan sarana dan prasarana pendukung dalam penangkapan ikan dan lainnya ,sehingga dapat memudahkan Panglima Laột dalam menjalankan tugas memimpin persekutuan adat pengelola hukum adat laut.


(5)

Obor Indonesia

Moleong L. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja PT.Remaja Rosdakarya.

Nawawi, Hadari H. 2012. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Simanjuntak,Bungaran Antonius. 2013. Harmonius Family.Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Ihromi,T.O.(Ed).1999.Pokok-Pokok Antropologi Kebudayaan.Jakarta : Yayasan Obor Indonesia

Purna, Made.2012. Pesta Topan : Kearifan Lokal Masyarakat Samawa. Yogyakarta: Ombak

Iskandar,Johan .2010.Ekologi Manusia Dan Pembangunan Berkelanjutan. Universitas Padjadjaran

Koentjaraningrat.1990.Pengantar Antropologi.Jakarta: Rineka Cipta Keraf,A.Sonny .2002.Etika Lingkungan .Jakarta : Kompas

Soekanto ,Soerjono.2003. Hukum Adat Indonesia.Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada

Rusdi Sufi Dkk. 2002. Adat Istiadat Masyarakat Aceh. Dinas Kebudayaan Prov. Nanggroe Aceh Darussalam. Banda Aceh

Kutanegara , Pande Made .2014.Manusia ,Lingkungan Dan Sungai: Transformasi

Sosial Kehidupan Masyarakat Sempadan Sungai Code . Yogyakarta : Ombak

Wiranata ,Gede A. B .2011 .Antropologi Budaya.Jakarta : Citra Aditya

Satyananda , Made . 2013 .Kearifan Lokal Suku Helong Di Pulau Semau


(6)

Djuned, T. 1995. Pengelolaan Lingkungan Laut Oleh Panglima Laot (Suatu Studi

Dikotamadya Banda Aceh), Laporan Penelitian. Universitas Syiah Kuala,

Darussalam-Banda Aceh.

Kurniawan, Andri ..Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas Panglima Laột Dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam Laut Dikota Sabang.Jurnal Dinamika Hukum,Vol.8 No.3 September 2008)

Ihromi,T.O.2000. Antropologi Dan Hukum.Jakarta : Yayasan Obor Indonesia Soekanto,soerjono.1990.Sosiologi suatu pengantar. Jakarta : Raja Grafindo persada

Haviland,william A dan R.G. Soekadijo.1999.Antropologi II(terj),Jakarta : Erlangga

Koentjaraningrat,1984.Kebudayaan jawa,Jakarta, Balai Pustaka

Sumber Tesis :

Sari,Ika Purnama 2006 . Kearifan Tradisional Masyarakat Karo Dalam Pengelolaan Hutan (Studi Kasus Di Desa Dolat Rayat Kabupaten Karo) .Tesis .Universitas Negeri Medan

Sumber Internet:

(Penelitian hidayat: 2013 tentang peningkatan kapasitas kelembagaan nelayan Sumber: Ejournal.Undip.Ac.Id/Index.Php/Cilekha/Article/Download/6876/5635, Diakses Tanggal 15 Februari 2016).

(Kabupaten Aceh Tamiang,sumber:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/55961/3/Chapter%20II.pdf,diakse s 19 agustus 2016)

Loket pelayanan informasi peta(kementrian pekerjaan umum dan perumahan republik Indonesia;