Struktur persekutuan hukum
Faktor-faktor teritorial Genelogis dalam timbulnya persekutuan - persekutuan tersebut.
a. Faktor Teritorial faktor teriakat pada suatu daerah tertentu dan
merupoakan faktor yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap timbulnya suatu persekutuan hukum
b. Faktor Genealogis faktor yang melandaskan kepada pertalian darah
pertalian suatu keturunan. Sekarang ini dalam peranan begitu penting dalam timbulnya suatu persekutuan
hukum.
Persekutuan Teritorial terbagi dalam 3 bagian :
a. Persekutuan desa b. Persekutuan daerah
c. Perserikatan beberapa kampung.
Persekutuan Genealogis, ada 3 macam dasar pertalian
keturuna yakni seperti berikut ini : a. Pertalian darah menurut garis bapak partrilineal seperti
: batak, Nias, dan Sumba. b. Pertalian darah menurut garis ibu matrilineal
Minangkabau. c. Pertalian darah menurut garis ibu dan bapak parental
suku jawa, Sunda, Aceh, Dayak dan lainnya.
1.7 Dasar Perundangan - undangan berlakunya Hukum Adat
Undang - undang Dasar 1945, yang berlaku kembali
berdasarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959. ternyata tidak ada satu pasal pun memuat tentang dasar berlakunya hukum adat itu
sendiri.
10
Undang - undang Nomor 14 tahun 1970 tentang ketentuan -
ketentuan pokok kekuasaan kehakiman, bahwa pasal-pasal penting yang merupakan landasan berlakunya hukum adat
adalah :
a. Pasal 23 ayat 1 yang isinya hampir sama dengan pasal 17 Undang-undang Nomor 19 tahun 1964
b. Pasal 27 ayat 1 yang isinya hampir sama dengan pasal 20 ayat 1 Undang-undang Nomor 19 tahun 1964
Perundang - undangan berlakunya hukum adat sebagai hukum
tidak tertulis adalah : dengan lengkap : 1. Dekrit Presiden 5 Juli 1959
2. Pasal 24 Undang - undang Dasar 1945 3. Pasal 23 ayat 1 No. 14 tahun 1970, UU tantang
ketentuan - ketentuan pokook kekuasaan kehakiman.
1.8 Perkawinan menurut Hukum Adat
Perkawinan adalah salah satu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat adat, sebab perkawinan bukan
hanya menyangkut kedua mempelai, tetapi juga orang tua kedua belah pihak, saudara-saudaranya, bahkan keluarga
mereka masing-masing. Dalam hukum adat perkawinan itu bukan hanya merupakan peristiwa penteng bagi mereka yang
masih hidup saja. Tetapi perkawinan juga merupakan peristiwa yang sangat berarti serta yang sepenuhnya mendapat
perhatina dan diikuti oleh arwah-arwah para leluhur kedua belah pihak.
Berikut ini akan dikemukakan definisi perkawinan menurut
hukum adat yang dikemukakan oleh para ahli: 1. Hazairin
Menurut Hazairin perkawinan merupakan rentetan perbuatan-perbuatan magis, yang bertujuan untuk
menjamin ketenangan, kebahagiaan, dan kesuburan. 2. A. Van Gennep
11
Perkawinan sebagai suatu rites de passage upacara peralihan peralihan status kedua mempelai. Peralihan
terdiri dari tiga tahap: • Rites de separation
• Rites de merge • Rites de aggregation
3. Djojodegoeno
Perkawinan merupakan suatu paguyupan atau somah jawa: keluarga, dan bukan merupakan suatu hubungan perikatan
atas dasar perjanjian. Hubungan suami-istri sebegitu eratnya sebagai suatu ketunggalan.
Pertunangan adalah suatu fase sebelum perkawinan, dimana
pihak laki-laki telah mengadakan prosesi lamaran kepada pihak keluarga perempuan dan telah tercapai kesepakatan antara
kedua belah pihak untuk mengadakan perkawinan.
Pertunagan juga bisa diartikan sebagai suatu persetujuan
antara pihak keluarga laki-laki dengan keluarga pihak wanita sebelum dilangsungkan suatu perkawinan dan ditandai dengan:
a. Adanya lamaran meminag yang biasanya dilakukan oleh utusan pihak laki-laki.
b. Adanya tanda pengikat yang kelihatan, seperti peningset Jawa, payangcang Sunda, biasanya dengan
pertukaran cincin.
Alasan-alasan Dilakukannya Perkawinan
a. Ingin menjamin perkawinan yang dikehendaki dapat berlangsung dalam waktu dekat.
b. Untuk membatasi pergaulan pihak yang telah diikat pertunangan.
c. Memberi kesempatan bagi kedua belah pihak untuk saling mengenal.
Perkawinan dalam hukum adat sangat dipengaruhi oleh sifat
dari pada susunan kekeluargaan. Susunan kekeluargaan dikenal ada beberapa macam, yaitu:
12
1. Perkawinan dalam kekeluargaan Patrilinier: a. Corak perkawinan adalah “perkawinan jujur”.
b. Pemberian jujur dari pihak laki-laki melambangkan diputuskan hubungan keluarga si isteri dengan orang
tuanya dan kerabatnya. c. Isteri masuk dalam keluarga suami berikut anak-
anaknya. d. Apabila suami meninggal, maka isteri tetap tinggal
dirumah suaminya dengan saudara muda dari almarhum seolah-olah seorang isteri itu diwarisi oleh adik
almarhum.
2. Perkawinan dalam keluarg matrilinier: a. Dalam upacara perkawinan mempelai laki-laki dijemput.
b. Suami berdiam dirumah isterinya, tetapi suaminya tetap dapat keluarganya sendiri.
c. Anak-anak masuk dalam klan isterinya dan si ayah tidak mempunyai kekuasaan terhadap anak-anaknya.
3. Perkawinan dalam keluarga parental: a. Setelah kawin keduanya menjadi satu keluarga, baik
keluarga suami maupun keluarga isteri. Dengan demikian dalam susunan keluarga parental suami
dan isteri masing-masing mempunyai dua keluarga yaitu keluarga suami dan keluarga isteri.
1.9 Sistem Perkawinan