Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Pengembangan Spesifikasi Produk Kerangka Berfikir

1.2. Rumusan Masalah

Dalam suatu penelitian tentunya mempunyai permasalahan yang perlu diteliti dan dianalisis untuk memecahkan permasalahan. Setelah mencermati dari latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan yang akan di kaji sebagai berikut: bagaimana bentuk pengembangan model pembelajaran bola basket melalui permainan basket drum dalam pembelajaran penjas untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VIII SMP N 1 Boja?

1.3. Tujuan Penelitian Pengembangan

Sesuai dengan permasalahan yang diajukan diatas, maka tujuan pada penelitian ini sebagai berikut: menghasilkan bentuk pengembangan model pembelajaran bola basket melalui permainan basket drum dalam pembelajaran penjas pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Boja sehingga dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa.

1.4. Spesifikasi Produk

Produk yang diharapkan akan dihasilkan melalui penelitian pengembangan ini adalah model pembelajaran permainan bola basket berupa permainan bola basket yang sudah dimodifikasi sesuai dengan karakteristik siswa Sekolah Menengah Pertama, yaitu permainan bola basket dengan satu sasaran tembak atau sasaran serangan dengan drum karton sebagai media yang dapat mengembangkan semua aspek pembelajaran kognitif,afektif,dan psikomotor pada hasil penelitian efektif dan efisien , dan dapat meningkatkan kemampuan fisik sehingga kebugaran jasmani dapat terwujud, serta dapat mengatasi kesulitan dalam mengajar bola basket.

1.5. Pentingnya Pengembangan

Pendidikan Jasmani pada saat sekarang ini masih jauh dari tujuan pendidikan jasmani itu sendiri. Pendidikan jasmani masih mengacu pada teknik- teknik dasar olahraga tertentu sehingga siswa masih merasa kesulitan dalam menjalankan materi pendidikan jasmani tersebut. Pemecahan masalah seperti ini dapat melalui penerapan model pengembangan. Dalam bentuk modifikasi permainan yang diharapkan dapat digunakan serta dapat membantu guru pendidikan jasmani, sehingga kualitas pembelajaran dapat meningkat dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Adapun keuntungan dari mengembangkan dan memodifikasi permainan sebagai berikut: 1 Menunjukkan kemampuan mengkombinasi keterampilan manipulatif, lokomotor, dan non-lokomotor baik yang dilakukan secara perorangan maupun dengan orang lain. 2 Menunjukkan kemampuan pada aneka ragam bentuk aktifitas jasmani. 3 Menunjukan penguasaan pada beberapa bentuk aktifitas jasmani. 4 Memiliki kemampuan tentang bagaimana caranya mempelajari keterampilan baru. 5 Menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pengembangan keterampilan gerak. 6 Mengetahui aturan, strategi, dan perilaku yang harus dipenuhi pada aktifitas jasmani. 7 Memahami bahwa aktifitas jasmani memberi peluang untuk mendapatkan kesenangan, menyatakan diri pribadi, dan berkomunikasi. 8 Menghargai hubungan dengan orang lain yang diperoleh dari pertisipasi dalam aktifitas jasmani. Yoyo Bahagia dan Adang Suherman, 2000:15-16.

1.5.1. Bagi Peneliti

1 Sebagai bekal pengalaman di bidang penelitian dalam memodifikasi salah satu cabang olahraga pada umumnya dan olahraga permainan bola basket pada khususnya. 2 Sebagai dasar pengembangan hasil penelitian di masa yang akan datang. 3 Sebagai bekal dalam menyusun skripsi untuk memperoleh gelar kesarjanaan bidang studi pendidikan jasmani, kesehatan, dan rekreasi.

1.5.2. Bagi Peneliti Lanjutan

1 Sebagai dasar penelitian lebih lanjut. 2 Sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian yang serupa atau sehubungan. 3 Sebagai bahan untuk dikaji kebenarannya. 4 Mengetahui seberapa besar hasil pembelajaran gerak siswa dalam mengikuti model pembelajaran yang telah dimodifikasi sehingga guru dapat menggunakan metode yang tepat dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan agar proses pembelajaran lebih efektif dan efisien. 5 Membuka paradigma baru dalam pembelajaran penjas di mana tujuan pembelajaran bukan untuk mempunyai skill yang mumpuni tapi membuat siswa bergerak dan senang.

1.5.3. Bagi Guru Penjas

1 Sebagai bahan pertimbangan dalam mengajar penjasorkes pada umumnya dan cabang olahraga permainan bola basket pada khususnya. 2 Sebagai bahan pertimbangan dan pedoman untuk membina siswa dalam bermain bola basket. 3 Sebagai dorongan dan motivasi kepada guru penjas untuk menciptakan terobosan-terobosan baru dan variasi mengajar dengan cara memodifikasi jenis permainan olahraga sehingga siswa tidak merasa cepat bosan, serta siswa lebih aktif bergerak.

1.5.4. Bagi Lembaga FIK UNNES

Sebagai bahan informasi kepada mahasiswa tentang pengembangan model pembelajaran permainan bola basket melalui konsep permainan bola basket drum, dan Sebagai bahan dokumentasi di lingkungan UNNES. 10 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR

2.1. Landasan Teori

Dalam rangka pemecahan masalah, maka sebagai acuan berfikir secara ilmiah, pada landasan teori ini akan dimuat beberapa pendapat dari pakar. Selanjutnya secara garis besar akan diuraikan tentang : penelitian dan pengembangan, model pembelajaran, hakikat pendidikan jasmani, permainan bola basket, modifikasi pembelajaran penjas, hakikat permainan, memilih dan mengevaluasi modifikasi permainan dan olahraga, hakikat permainan basket drum karakteristik perkembangan gerak anak sekolah lanjutan, karakteristik perkembangan gerak anak remaja adolesensi, perkembangan gerak anak SMP.

2.1.1. Penelitian dan Pengembangan

Menurut Borg and Gall 1988 dalam Sugiyono 2009 :10, penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran.

2.1.2. Model Pembelajaran

Menurut Kemp 1995 dalam Rusman 2010:132, model pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapai dicapai secara efektif dan efisien. Model pembelajaran adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk melaksanakan pengembangan pembelajaran. Salah satu buku yang cukup banyak menyediakan informasi khusus tentang model pembelajaran berjudul Models of Teaching. Didalam buku ini mereka mendefinisikan proses pembelajaran sebagai pengorganisasian lingkungan yang dapat menggiring siswa berinteraksi dan mempelajari bagaimana belajar. Oleh karena setiap siswa adalah unik memiliki cara belajar yang beraneka ragam sesuai dengan perkembangan dan latar belajar sejarahnya, maka model pembelajaran yang mereka kembangkan disesuaikan dengan suatu rujukan yang disebut model belajar. Dengan kata lain mereka mempunyai keyakinan bahwa model pembelajaran sebenarnya merupakan cerminan dari model belajar models of teaching are really models of learning, yang terdiri dari empat rumpun, yaitu: rumpun sosial, proses informasi, personal, dan system behavioral Rusman 2010:138. 2.1.2.1. Model Pembelajaran Rumpun Sosial Interaksi Sosial Model pembelajaran pada rumpun ini mengambil keuntungan dari fitrah manusia sebagai mahluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan atau interaksi sesamanya untuk belajar lebih jauh dan memperluas kemampuan hubungan kerjasama secara produktif satu dengan yang lainnya. Model pembelajaran pada model ini merentang dari mulai model yang sederhana sampai dengan model yang kompleks dalam menanggapi fenomena - fenomena sosial yang muncul dan untuk mengajarkan nilai- nilai demokrasi, analisis masalah-masalah sosial, dan nilai-nilai sosial. Model-model ini menggabungkan antara belajar dan masyarakat. kedudukan belajarpengajaran disini adalah bahwa perlaku kooperatif tidak hanya merupakan pemberi semangat. Rusman 2010:138.

2.1.2.2. Model Pembelajaran Rumpun Proses Interakasi

Model Pembelajaran rumpun proses informasi menekankan pada cara memperluas dorongan belajar terhadap segala sesuatu secara lebih bermakna dengan cara mendapatkan dan mengorganisir data, memahami masalah dan solusinya, mengembangkan konsep yang bermakna untuk melakukannya. Setiap model memiliki penekanan yang berbeda-beda, beberapa di antaranya lebih menekankan pada perolehan informasi dan konsep, yang lainnya menekankan pada pembuatan konsep dan uji hipotesis termasuk menekankan para kreativitas berpikir.

2.1.2.3 Model Pembelajaran Rumpun Personal

Kenyataan dari hidup manusia pada akhirnya akan ditentukan oleh individu-individunya. Pemahaman tentang kehidupan pada dasarnya merupakan produk negosiasi antar individu yang harus hidup, bekerja dan membangun suatu keluarga. Model Pembelajaran rumpun personal berangkat dari pandangan individunya. Model ini menekankan pada pemahaman diri sendiri secara memadai, tanggung jawab terhadap pendidikan dan kemajuannya, dan belajar meraih yang lebih baik dari pada yang sudah dicapai sekarang agar lebih kuat, lebih sensitif, dan lebih kreatif dalam rangka mencari kualitas hidup yang lebih baik. Model-model ini menekankanmemfokuskan pada pengembangan pribadi. m enekankan pada proses “membangunmengkonstruksi” dan mengorganisasi realita, yang mengandung manusia sebagai pembuat makna. Rusman 2010:138.

2.1.2.4 Model Pembelajaran Rumpun Behavioral Tingkah Laku

Teori yang mendasari model ini antara lain adalah Social learning theory, behavioral modification, behavioral theraphy, dan cybernetics. Konsep dasar dari model ini adalah bahwa manusia memiliki system koreksi sendiri yang mampu memodifikasi prilaku sesuai dengan informasi keberhasilan yang diperolehnya. Misal pada kasus seseorang naik tangga pada kegelapan. Orang tersebut akan mengatur panjang langkah sesuai dengan informasi yang diperoleh dari kaki saat melangkah tanpa harus melihatnya. Rusman 2010:138.

2.1.3. Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani adalah latihan jasmani yang dimanfaatkan, dikembangkan, didayagunakan dalam ruang lingkup pendidikan, baik sebagai sarana, metode, dan merupakan bagian mutlak dan seluruh proses pendidikan Subagiyo 2008 : 1.18. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktifitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan individu secara keseluruhan Adang Suherman, 2000:1. Pendidikan jasmani dapat dibedakan berdasarkan sudut pandang, yaitu: 1 Pandangan tradisional, yang menganggap bahwa manusia itu terdiri dari 2 komponen utama yang dapat dipilah-pilah, yaitu jasmani dan rohani. Pandangan ini menganggap bahwa penjas semata-mata hanya mendidik jasmani atau sebagai pelengkap, penyeimbang atau penyelaras pendidikan rohani manusia. Dengan kata lain penjas hanya sebagai pelengkap saja Adang Suherman, 2000 : 17, 2 Pandangan modern yang sering juga disebut pandangan holistik, menganggap bahwa manusia bukan suatu yang terdiri dari bagian-bagian yang terpilah-pilah. Manusia adalah satu kesatuan dari bagian-bagian yang terpadu. Dengan pandangan tersebut pendidikan jasmani diartikan sebagai proses pendidikan untuk meningkatkan kemampuan jasmani. Hubungan antara tujuan umum pendidikan, tujuan pendidikan jasmani, dan penyelenggaraannya harus terjalin dengan baik. Dengan demikian akan nampak bahwa pendidikan jasmani sangat penting bagi pengembangan manusia secara utuh dan merupakan dari pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, penjas tidak dapat hanya berorientasi pada jasmani saja atau hanya untuk kepentingan satu komponen saja. Pandangan holistik ini, pada awalnya kurang banyak memasukkan aktivitas sport karena pengaruh pandangan sebelumnya, yaitu pada akhir abad 19 yang menganggap bahwa sport tidak sesuai di sekolah-sekolah. Namun tidak bisa dipungkiri sport terus tumbuh dan berkembang menjadi aktivitas fisik yang merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Sport menjadi populer, siswa menyenanginya dan ingin mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi di sekolah-sekolah hingga para pendidik seolah-olah ditekan untuk menerima sport dalam kurikulum disekolah karena mengandung nilai-nilai pendidikan Adang Suherman 2000 : 19.

2.1.3.1. Tujuan Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan melalui aktifitas jasmani dan sekaligus merupakan proses pendidikan untuk meningkatkan kemampuan jasmani. Oleh karena itu, tujuan yang ingin dicapai melalui pendidikan jasmani mencakup pengembangan individu secara keseluruhan. Artinya, cakupan pendidikan jasmani tidak hanya pada aspek jasmani saja akan tetapi juga aspek mental, emosional, sosial, dan spiritual. Mata pelajaran pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1 Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih 2 Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik. 3 Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar 4 Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai- nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan 5 Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis 6 Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan 7 Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.

2.1.3.2. Pelaksanaan Pendidikan Jasmani

Bagan di bawah ini menunjukan cakupan tujuan ideal pendidikan jasmani yang pelaksanaanya dilandaskan pada pendekatan pengajaran yang berorientasi pada taraf perkembangan dan pertumbuhan anak. Gambar 2.1 Pelaksanaan Penjas Sumber: Adang Suherman, 2000: 15 Afektif Konsep Diri Intelegensia emosional watak Penalaran pembuatan keputusan Pengetahuan tentang penjas, olahraga dan kesehatan Kesegaran jasmani psikomotor Praktik pengajaran berorientasi pada karakteristik perkembangan dan pertubuhan anak Kognitif Pendidikan Jasmani Perseptual Motorik Praktik pengajaran berorientasi pada karakteristik perkembangan dan pertubuhan anak Pendidikan Jasmani Praktik pengajaran berorientasi pada karakteristik perkembangan dan pertubuhan anak Pendidikan Jasmani psikomotor Praktik pengajaran berorientasi pada karakteristik perkembangan dan pertubuhan anak Pendidikan Jasmani Perseptual Motorik psikomotor Praktik pengajaran berorientasi pada karakteristik perkembangan dan pertubuhan anak Pendidikan Jasmani Afektif Kesegaran jasmani Perseptual Motorik psikomotor Praktik pengajaran berorientasi pada karakteristik perkembangan dan pertubuhan anak Pendidikan Jasmani Pengetahuan tentang penjas, olahraga dan kesehatan Kognitif Afektif Kesegaran jasmani Perseptual Motorik psikomotor Praktik pengajaran berorientasi pada karakteristik perkembangan dan pertubuhan anak Pendidikan Jasmani Pengetahuan tentang penjas, olahraga dan kesehatan Kognitif Afektif Kesegaran jasmani Perseptual Motorik psikomotor Praktik pengajaran berorientasi pada karakteristik perkembangan dan pertubuhan anak Pendidikan Jasmani Intelegensia emosional watak Penalaran pembuatan keputusan Pengetahuan tentang penjas, olahraga dan kesehatan Kognitif Afektif Kesegaran jasmani Perseptual Motorik Praktik pengajaran berorientasi pada karakteristik perkembangan dan pertubuhan anak Pendidikan Jasmani Konsep Diri Pengembangan domain psikomotor yang mencakup aspek kesegaran jasmani dan perkembangan perseptual-motorik menegaskan bahwa upaya pendidikan jasmani berlangsung melalui gerak atau aktifitas jasmani sebagai perantara untuk tujuan yang bersifat mendidik, dan sekaligus untuk tujuan yang bersifat pembentukan serta pembinaan keterampilan itu sendiri. Kesegaran jasmani merupakan sebuah topik penting dari domain psikomotor yang bertumpu pada perkembangan kemampuan biologik organ tubuh. Konsentrasinya lebih banyak pada persoalan peningkatan efisiensi fungsi faal tubuh dengan segala aspeknya sebagai sebuah sistem misalnya, sistem peredaran darah dan sistem pernafasan, sistem metabolisme. Perkembangan motorik terjadi melalui proses kemampuan seseorang untuk meneerima rangsang dari luar dan rangsang itu kemudian diolah dan diprogram sampai kemudian tercipta respons berupa aksi yang selaras dengan rangsang. Dampak langsung dari aktifitas jasmani yang merangsang kemampuan dan kecepatan proses persepsi dan aksi itu adalah perkembangan kepekaaan sistem saraf. Domain kognitif mencakup pengetahuan tentang fakta, konsep, dan lebih penting lagi adalah penalaran dan kemampuan memecahkan masalah. Aspek kognitif dalam pendidikan jasmani tidak saja menyangkut pengusaan pengetahuan yang berkaitan dengan landasan ilmiah pendidikan jasmani dan olahraga serta kegiatan pengisisan waktu luang, sama halnya pengetahuan yang berkaitan dengan kesehatan. Domain afektif mencakup sifat-sifat psikologis yang menjadi unsur kepribadian yang kukuh. Tidak hanya tentang sikap sebagai kesiapan berbuat yang perlu dikembangkan, namun lebih diantaranya adalah konsep diri dan komponen kepribadian lainya seperti intelegensia emosional dan watak Rusli Lutan, 2000 : 4.

2.1.4. Permainan Bola Basket

2.1.4.1. Asas Tujuan Permainan Bola Basket

Bola Basket merupakan olahraga permainan yang dimainkan oleh dua regu. Masing – masing regu terdiri dari lima pemain, di mana tiap regu berusaha memasukan bola kedalam keranjang dan mencegah lawan untuk mencetak angka. Menurut Imam Sodikun 1992:8 Olahraga bola basket merupakan olahraga permainan yang menggunakan bola besar, dimainkan dengan tangan. Bola boleh dioper, dilempar ke teman, atau boleh dipantulkan ke lantai di tempat atau sambil berjalan. Tujuannya asalah memasukan bola ke keranjang lawan. Permainan dilakukan oleh dua regu yang masing- masing terdiri dari lima orang pemain, setiap regu berusaha memasukan bola kedalam keranjang lawan atau membuat angka dan menjaga atau mencegah keranjangnya sendiri kemasukan bola. Dalam permainan bola basket bola ditepis, di oper, dilempar, digelindingkan, dipantulkan atau dribble kesegala arah sesuai peraturan atau ketentuan Federation International Basket Ball Asosiation FIBA. Permainan bola basket merupkan permainan yang kompleks yang terdiri dari penggabungan unsur – unsur gerak yang dikoordinasikan dengan baik.

2.1.4.2. Peraturan Permainan Bola Basket

Menurut PERBASI dalam peraturan resmi bola basket 2004:1 lapangan permainan harus rata dan bebas dari gangguan atau halangan dengan ukuran panjang 28 meter, lebar 15 meter yang diukur dari sudut dalam garis lapangan. Tiga buah lingkaran yang terdapat di dalam lapangan basket memiliki panjang jari-jari yaitu 1,80 meter. Jumlah pemain dalam permainan bola basket adalah 5 orang dalam satu regu dengan cadangan 5 orang. Sedangkan jumlah wasit dalam permainan bola basket adalah 2 orang. Wasit 1 disebut Referee sedangkan wasit 2 disebut Umpire. Waktu permainan 4 X 10 menit. Di antara babak 1, 2, 3, dan babak 4 terdapat waktu istirahat selama 10 menit. Bila terjadi skor yang sama pada akhir pertandingan harus diadakan perpanjangan waktu sampai terjadi selisih skor atau angka. Di antara dua babak tambahan terdapat waktu istirahat selama 2 menit. Waktu untuk lemparan ke dalam yaitu 5 detik. Bola yang digunakan adalah bola yang bundar terbuat dari kulit, karet atau sintetis. Keliling bola yang digunakan dalam permainan bola basket adalah 75 cm - 78 cm. Sedangkan berat bola adalah 600 - 650 gram. Jika bola dijatuhkan dari ketinggian 1,80 meter pada lantai papan, maka bola harus kembali pada ketinggian antara 1,20 - 1,40 meter Imam Sodikun, 1992 : 84. Ada 3 ukuran bola menurut kelompok pemain, yaitu bola ukuran 5 untuk pemain tingkat sekolah dasar, bola ukuran 6 untuk pemain tingkat sekolah menengah pertama, serta pemain putri senior, bola ukuran 7 untuk kelompok pemain putra sekolah menengah atas dan putra senior. Gambar 2.2 Bola Basket sumber: httpid.Wikipedia.orgWikiBola_Basket Panjang papan pantul bagian luar adalah 1,80 meter sedangkan lebar papan pantul bagian luar adalah 1,20 meter. Dan panjang papan pantul bagian dalam adalah 0,59 meter sedangkan lebar papan pantul bagian dalam adalah 0,45 meter. Bagian papan terbuat dari bahan solid baik berupa papan maupun fiber glass yang tembus pandang. Jarak lantai sampai ke papan pantul bagian bawah adalah 2,75 meter. Sementara jarak papan pantul bagian bawah sampai ke ring basket adalah 0,30 meter. Ring basket memiliki panjang yaitu 0,40 meter. Sedangkan jarak tiang penyangga sampai ke garis akhir adalah 1 meter. Gambar 2.3 Ring basket dan ukurannya. sumber: httpid.Wikipedia.orgWikiBola_Basket Panjang garis tengah lingkaran pada lapangan basket adalah 1,80 meter dengan ukuran lebar garis yaitu 0,05 meter. Panjang garis akhir lingkaran daerah serang yaitu 6 meter. Sedangkan panjang garis tembakan hukuman yaitu 3,60 meter. Aturan dasar pada permainan bola basket adalah sebagai berikut: 1 Bola dapat dilemparkan ke segala arah dengan menggunakan salah satu atau kedua tangan. 2 Bola dapat dipukul ke segala arah dengan menggunakan salah satu atau kedua tangan, tetapi tidak boleh dipukul menggunakan kepalan tangan meninju. 3 Pemain tidak diperbolehkan berlari sambil memegang bola. Pemain harus melemparkan bola tersebut dari titik tempat menerima bola, tetapi diperbolehkan apabila pemain tersebut berlari pada kecepatan biasa. 4 Bola harus dipegang di dalam atau di antara telapak tangan. Lengan atau anggota tubuh lainnya tidak diperbolehkan memegang bola. 5 Pemain tidak diperbolehkan menyeruduk, menahan, mendorong, memukul, atau menjegal pemain lawan dengan cara bagaimanapun. Pelanggaran pertama terhadap peraturan ini akan dihitung sebagai kesalahan, pelanggaran kedua akan diberi sanksi berupa diskualifikasi pemain pelanggar hingga keranjang timnya dimasuki oleh bola lawan, dan apabila pelanggaran tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mencederai lawan, maka pemain pelanggar akan dikenai hukuman tidak boleh ikut bermain sepanjang pertandingan. Pada masa ini, pergantian pemain tidak diperbolehkan. 6 Sebuah kesalahan dibuat pemain apabila memukul bola dengan kepalan tangan meninju, melakukan pelanggaran terhadap aturan 3 dan 4, serta melanggar hal-hal yang disebutkan pada aturan 5. 7 Apabila salah satu pihak melakukan tiga kesalahan berturut-turut, maka kesalahan itu akan dihitung sebagai gol untuk lawannya berturut-turut berarti tanpa adanya pelanggaran balik oleh lawan. 8 Gol terjadi apabila bola yang dilemparkan atau dipukul dari lapangan masuk ke dalam keranjang, dalam hal ini pemain yang menjaga keranjang tidak menyentuh atau mengganggu gol tersebut. Apabila bola terhenti di pinggir keranjang atau pemain lawan menggerakkan keranjang, maka hal tersebut tidak akan dihitung sebagai sebuah gol. 9 Apabila bola keluar lapangan pertandingan, bola akan dilemparkan kembali ke dalam dan dimainkan oleh pemain pertama yang menyentuhnya. Apabila terjadi perbedaan pendapat tentang kepemilikan bola, maka wasitlah yang akan melemparkannya ke dalam lapangan. Pelempar bola diberi waktu 5 detik untuk melemparkan bola dalam genggamannya. Apabila ia memegang lebih lama dari waktu tersebut, maka kepemilikan bola akan berpindah. Apabila salah satu pihak melakukan hal yang dapat menunda pertandingan, maka wasit dapat memberi mereka sebuah peringatan pelanggaran. 10 Wasit berhak untuk memperhatikan permainan para pemain dan mencatat jumlah pelanggaran dan memberi tahu wasit pembantu apabila terjadi pelanggaran berturut-turut. Wasit memiliki hak penuh untuk memberikan diskualifikasi pemain yang melakukan pelanggaran sesuai dengan yang tercantum dalam aturan 5. 11 Wasit pembantu memperhatikan bola dan mengambil keputusan apabila bola dianggap telah keluar lapangan, pergantian kepemilikan bola, serta menghitung waktu. Wasit pembantu berhak menentukan sah tidaknya suatu gol dan menghitung jumlah gol yang terjadi. 12 Waktu pertandingan adalah 4 quarter masing-masing 10 menit 13 Pihak yang berhasil memasukkan gol terbanyak akan dinyatakan sebagai pemenang.

2.1.4.3. Teknik Dasar Bola Basket

Gerakan yang efektif dan efisien dalam permainan bola basket adalah merupakan suatu tujuan dalam penguasaan teknik dasar. Dalam pembelajaran permainan bola basket sendiri terdapat beberapa teknik dasar yang perlu dipelajari yaitu : Teknik passing, Teknik dribbling, Teknik pivot, Teknik shooting, Teknik lay-up shoot, Teknik rebound. 1 Teknik Dribbling Menggiring bola dribbling ball adalah suatu usaha membawa bola ke depan. Caranya yaitu dengan memantul-mantulkan bola ke lantai dengan satu tangan. Saat bola bergerak ke atas telapak tangan menempel pada bola dan mengikuti arah bola. Tekanlah bola saat mencapai titik tertinggi ke arah bawah dengan sedikit meluruskan siku tangan diikuti dengan kelenturan pergelangan tangan. Menggiring bola dalam permainan bola basket dapat dibagi menjadi dua cara, yaitu menggiring bola rendah dan menggiring bola tinggi. Menggiring bola rendah bertujuan untuk melindungi bola dari jangkauan lawan. Menggiring bola tinggi dilakukan untuk mengadakan serangan yang cepat ke daerah pertahanan lawan. 2 Teknik Pivot pivot atau memoros adalah suatu usaha menyelamatkan bola dari jangkauan lawan dengan salah satu kaki sebagai porosnya, sedangkan kaki yang lain dapat berputar 360 derajat. 3 Teknik Shooting Shooting adalah usaha memasukkan bola ke dalam keranjang atau ring basket lawan untuk meraih poin. Dalam melakukan shooting ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan shooting dengan dua tangan serta shooting dengan satu tangan. 4 Teknik lay – up shoot Lay-up shoot adalah usaha memasukkan bola ke ring atau keranjang basket dengan dua langkah dan meloncat agar dapat meraih poin. Lay-up disebut juga dengan tembakan melayang. 5 Teknik rebound Rebound merupakan suatu usaha untuk mengambil atau menangkap bola yang datangnya memantul dari papan pantul atau keranjang akibat dari tembakan yang tidak berhasil. Teknik merayah bola rebound dibagi menjadi dua yaitu : 1 Defensive Rebound merayah bola pada saat bertahan, 2 Offensive Rebound merayah bola pada saat menyerang.

2.1.5. Modifikasi Pembelajaran Penjas

Penyelenggaraan program pendidikan jasmani hendaknya mencerminkan karakteristik program pendidikan jasmani itu sendiri, yaitu, “ Developmentally Appropriate Practice ” DAP. Artinya adalah tugas ajar yang diberikan harus memperhatikan perubahan kemampuan anak dan dapat membantu mendorong perubahan tersebut. Dengan demikian tugas ajar tersebut harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak didik yang sedang belajar. Tugas ajar yang sesuai ini harus mampu mengakomodasi setiap perubahan dan perbedaan karakteristik setiap individu serta mendorongnya kearah perubahan yang lebih baik. Modifikasi merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh para guru agar pembelajaran salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh para guru agar pembelajaran menc erminkan DAP. Oleh karena itu, DAP, termasuk di dalamnya “ body scaling ” atau ukuran tubuh siswa, harus selalu dijadikan prinsip utama dalam memodifikasi pembelajaran penjas. Esensi modifikasi adalah menganalisa sekaligus menegembangkan meteri pembelajaran yang potensial dapat memperlancar siswa dalam belajarnya. Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan, dan membelajarkan siswa dari yang tadinya tidak bias menjadi bias, dari tingkat yang tadinya lebih rendah menjadi memiliki tingkat yang lebih tinggi Yoyo Bahagia dan Adang Suherman, 2000:1.

2.1.6. Permainan

Banyak teori yang dikembangkan untuk menerangkan tentang bermain. Tiap teori yang dirumuskan kebanyakan menyinarkan semangat, dan menggambarkan kekuasaan pada saat teori permainan itu dirumuskan. Menurut Bigot et all 1950 dalam Sukintaka 1982: 59 mengutarakan beberapa pendapat tentang bermain sebagai berikut : 1 Teori rekreasi atau teori pelepasan. Teori ini diutarakan oleh bangsa Jerman, yang bernama Scaller dan Lazarus, menerangkan bahwa permainan itu merupakan kegiataan manusia yang berlawanan dengan kerja dan kesungguhan hidup, tetapi permainan itu merupakan imbangan antara kerja dan istirahat. 2 Teori surplus atau teori kelebihan tenaga. Teori ini diutarakan oleh herbert Spencer, seorang bangsa Inggris, ia mengatakan bahwa kelebihan tenaga kekuatan atau vitalitas pada anak atau orang dewasa yang belum digunakan, disalurkan untuk bermain. Kelebihan tenaga dimaksudkan sebagai kelebihan energi, kelebihan kekuatan hidup, dan vitalitas, yang dianggap oleh manusia untuk memelihara lewat permainan. 3 Teori teleologi. Teori ini diutarakan oleh Karl Groos, seorang bangsa Jerman mengatakan bahwa permainan mempunyai tugas biologik, yang mempelajari fungsi hidup sebagai persiapan untuk hidup yang akan datang. Penutaraan teori ini merupakan pengutaraaan yang paling terkenal dan pengutaraan tentang permainan yang diterima. 4 Teori sublimasi Teori ini diutarakan oleh seorang bangsa Swiss yang bernama Ed Claparede. Ia mengutarakan bahwa permainan bukan hanya mempelajari fungsi hidup, tetapi juga merupakan proses sublimasi menjadi lebih mulia, tinggi, atau indah, ialah dengan bermain, insting rendah akan menjadi tingkat perbuatan yang tinggi. 5 Teori buhler Teori ini diutarakan oleh Carl Buhler seorang Jerman, mengatakan bahwa permainan itu kecuali mempelajari fungsi hidup teori Groos, juga merupakan “Funktion Lust” nafsu berfungsi, dan juga merupakan “Aktifitas Drang” kemauan untuk aktif. Selanjutnya ia mengatakan bahwa bila perbuatan seperti berjalan, lari, dan lompat itu mempunyai kegunaan bagi kehidupanya kelak, disamping itu haruslah anak mempunyai kemauan untuk berjalan, lari dan lompat. 6 Teori Reikarnasi Teori ini mengatakan bahwa anak-anak selalu bermain dengan permainan yang dilakukan oleh nenek moyangnya.

2.1.7. Memilih dan Mengevaluasi Modifikasi Permainan dan Olahraga

Yoyo Bahagia dan Adang Suherman 2000:16. Terdapat banyak bentuk modifikasi yang sudah dikembangkan oleh para guru. Para guru dapat dengan mudah melilih aktivitas modifikasi tersebut. Namun demikian memilih modifikasi aktivitas belajar yang berprinsip pada DAP mungkin tidak semudah seperti yang kita bayangkan. Para guru memerlukan beberapa kriteria untuk mengevaluasi dan menentukan pilihannya. Setiap guru akan mempunyai kriteria masing-masing dan biasanya bersifat subjektif. 1 Mendorong Partisipasi Maksimal, 2 Memperhatikan keselamatan, 3 Mengajar efektifitas dan efisiensi gerak, 4 Memenuhi tuntutan perbedaan kemampuan anak 5 sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, 6 memperkuat keterampilan yang sudah dipelajari sebelumnya, 7 Meningkatkan keterampilan emosional dan sosial.

2.1.8. Hakekat Permainan Basket Drum

Permainan Basket Drum dengan adalah modifikasai dari permainan bola basket dengan menggunakan media drum karton yang dimodifikasi sebagai ring. Model permainan ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar anak dalam bermain bola basket agar lebih aktif bergerak sehingga anak merasa gembira dan tertarik untuk melakukan teknik-teknik yang digunakan dalam bermain bola basket. Selain itu anak merasa menikmati permainan tersebut sehingga dapat mencapai tujuan dari penjas itu sendiri. Berikut adalah perbedaan antara bola basket dengan basket drum dengan sasaran berada di tengah lapangan permianan. Tabel 2.1 Justifikasi Model Permainan Basket Drum Permainan Bola Basket Permainan Basket Drum Keterangan Jumlah pemain dalam 1 tim 5 orang Jumlah pemain dalam 1 tim 6 orang Agar siswa dapat bermain secara keseluruhan tanpa ada rasa membeda-bedakan dalam bermain sehingga pemanfaatan waktu lebih efektif . Ukuran lapangan Panjang : 28 meter Lebar : 15 meter Tinggi ring : 2,75 meter Ukuran lapangan Panjang : 28 meter Lebar : 15 meter Tinggi ring : 1,65 meter Mengarah pada ukuran lapangan sesungguhnya menurut peraturan PERBASI, dengan fokus pada modifikasi area dengan pertimbangan salah satu olahraga modifikasi bola basket yaitu korf ball. Bola yang digunakan yaitu bola basket disesuaikan dengan peraturan Bola yang digunakan yaitu bola basket ukuran 4 standart siswa sekolah dasar Bola lebih ringan, dan menghilangkan rasa takut pada saat terkena bola. Poin kemenangan yaitu mencetak angka sebanyak –banyaknya dalam 4 quarter Poin kemenangan yaitu mencetak angka sebanyak- banyaknya dalam 2 babak Waktu permainan disesuaikan dengan kebutuhan dan jumlah siswa. Peraturan permainan mengacu pada peraturan FIBA Permainan ini mengacu pada peraturan bola basket sesungguhnya dengan mengkombinasikan dengan peraturan korf ball, hand ball Agar siswa dalam satu tim tersebut dapat bekerjasama dengan baik dan permainan lebih mudah dari peraturan bola basket

2.1.9. Karakteristik Perkembangan Gerak Anak Sekolah Menengah

Pertama 2.1.9.1. Ukuran dan Bentuk Tubuh Anak Usia 12-20 Tahun Menurut Sugiyanto dan Sudjarwo 1993 : 137, Ukuran badan untuk kedua jenis kelamin pada masa adolesensi adalah kecil, meskipun ada kecenderungan anak laki-laki sedikit lebih tinggi dan berat dibandingkan anak- anak perempuan. Sedangkan pada awal masa adolesensi anak-anak perempuan lebih tinggi dan lebih berat dari anak laki-laki sebagai awal dari kematangannya. Akan tetapi keadaan tersebut tidak terlali lama setelah perubahan yang cepat terjadi pada anak laki-laki pada masa adolesensi. Akhirnya anak laki-laki mengejar dan mengungguli tinggi dan berat badan anak perempuan, demikian pula ukuran-ukuran yang lain, seperti tinggi togok, panjang tungkai, lebar pundak, lebar pinggul, ukuran lengan dan sebagainya mengikuti pertumbuhan tinggi dan berat badan yang berlangsung secara cepat.

2.1.9.2. Perkembangan Aktivitas Motorik Kasar Gross Motor Ability

Perkembangan motorik dasar difokuskan pada ketrampilan yang biasa disebut dengan ketrampilan motorik dasar meliputi jalan, lari, lompat, loncat, dan ketrampilan menguasai bola seperti melempar, menendang, dan memantulkan bola. Ketrampilan motor dasar dikembangkan pada masa anak sebelum sekolah dan pada masa sekolah awal dan ini akan menjadi bekal awal untuk mempraktikkan ketrampilan gerak yang efisien bersifat umum dan selanjutnya akan diperlukan sebagai dasar untuk perkembangan ketrampilan motorik yang lebih khusus yang semuanya ini merupakan satu bagian integral prestasi bagi anak dalam segala umur dan tingkatan Yanuar Kiram 1992 : 42.

2.1.9.3. Perkembangan Aktivitas Motorik Halus Fine Motor Activity

Kontrol motorik halus telah didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengatur atau mengkoordinasi penggunaan bentuk gerakan mata dan tangan secara efisien, tepat, dan adaptif. Perkembangan kontrol motorik halus atau ketrampilan koordinasi mata dan tangan mewakili bagian yang penting, perkembangan motorik secara total anak-anak dan secara jelas mencerminkan kapasitas sistem saraf pusat untuk mengangkut dan memproses input visual dan menterjemahkan input tersebut ke bentuk ketrampilan. Untuk mendapatkan ketrampilan dengan baik, maka perilaku yang perlu dilakukan anak harus dapat berinteraksi dengan praktik dan melakukan komunikasi terhadap objek sekolah dan lingkungan rumah Yanuar Kiram, 1992 : 43.

2.1.9.4. Perkembangan Gerak Pada Fase Adolesensi 12-20 Tahun

Perubahan-perubahan yang terjadi dalam penampilan gerak pada masa adolesensi cenderung mengikuti perubahan-perubahan dalam ukuran badan, kekuatan, dan fungsi fisiologis. Peredaan-perbedaan dalam penampilan keterampilan gerak dasar antara kedua jenis kelamin semakin meningkat, anak laki-laki menunjukkan peningkatan yang terus berlangsung,sedangkan anak perempuan menunjukkan peningkatan yang tidak berarti, bahkan menurun setelah umur menstruasi. Hal tersebut dapat dilihat dalam berbagai gerakan, seperti lari, lompat jauh tanpa awalan, dan melempar jarak jauh. Dalam pengembangan koordinasi gerak, anak laki-laki pada awal pubertas mengalami perkembangan sedikit sekali, tetapi setelah masa itu perkembangan makin cepat. Sedangkan mengenai keseimbangan dinamis selama adolesensi menunjukkan adanya penurunan untuk kedua jenis kelamin. Peningkatan yang mendatar plateau dialami oleh anak perempuan pada umur 12 sampai 14 tahun, sedangkan bagi anak laki-laki pada umur 14 sampai 16 tahun. Kuantitas penampilan keterampilan masih terus meningkat selama masa praadolesensi sampai adolensi untuk kedua jenis kelamin. Setelah masa adolesensi perbedaan penampilan antara anak laki-laki dan perempuan mulai nampak, sedikit dalam lari dan lompat, tetapi dalam hal kekuatan tubuh bagian atas, seperti melempar perbedaanya sangat nyata. Perbedaan tersebut disebabkan terjadinya peningkatan yang terhenti, bahkan mulai menurun pada anak perempuan, sedangkan anak laki-laki terus meningkat.

2.1.10. Perkembangan Anak Usia SMP

Selama di SMP MTs seluruh aspek perkembangan manusia yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik mengalami perubahan sebagai masa transisi dari masa anak-anak menjadi masa dewasa. Masa remaja dan perubahan yang menyertainya merupakan fenomena yang harus di hadapi oleh guru. http:wordpress.com20110513karakteristik perkembangan-anak-smp.

2.1.10.1. Perkembangan Aspek Kognitif

Aspek kognitif meliputi fungsi intelektual seperti pemahaman, pengetahuan dan ketrampilan berpikir. Untuk siswa SMP perkembangan kognitif utama yang dialami adalah formal operasional, yang mampu berpikir abstrak dengan menggunakan simbol-simbol tertentu atau mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal yang tidak terikat lagi oleh objek-objek yang bersifat konkrit, seperti peningkatan kemampuan analisis, kemampuan mengembangkan suatu kemungkinan berdasarkan dua atau lebih kemungkinan yang ada, kemampuan menarik generalisasi dan inferensasi dari berbagai kategori objek yang beragam. Selain itu ada peningkatan fungsi intelektual, kapabilitas memori dalam bahasa dan perkembangan konseptual. Dengan kata lain, bahasa merupakan salah satu alat vital untuk kegiatan kognitif.

2.1.10.2. Perkembangan Aspek Afektif

Ranah afektif menyangkut perasaan, modal dan emosi. Perkembangan afektif siswa SMP mencakup proses belajar perilaku dengan orang lain atau sosialisasi. Sebagian besar sosialisasi berlangsung lewat pemodelan dan peniruan orang lain.

2.1.10.3. Perkembangan Psikomotorik

Perkembangan aspek psikomotorik seusia SMP ditandai dengan perubahan jasmani dan fisiologis sex yang luar biasa. Salah satu perubahan luar biasa tersebut adalah perubahan pertumbuhan tinggi badan dan berat badan, sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat “tidak memikirkan akibat” dari perbuatan mereka, dan kadang mengalami proses pencarian jati diri.

2.2 Kerangka Berfikir

Menurut Suriasumantri 1986 dalam Sugiono 2010:60, kerangka pemikiran merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi objek permasalah. Pendidikan jasmani adalah pendidikan melalui aktifitas jasmani yang berguna untuk mengembangkan aspek yang ada dalam peserta didik secara keseluruhan baik aspek kognitif, aspek afektif, aspek psikomotor serta fisik. Namun kenyataan yang ada di lapangan, pengertian dari prinsip dasar pendidikan jasmani masih jauh. Pendidikan jasmani masih mengacu pada pandangan tradisional dan terfokus pada penguasaan teknik dasar cabang olahraga tertentu, sehingga pembelajaran belum terpusat pada pengembangan siswa secara utuh dan imbasnya proses pembelajaran cenderung bosan dan aktifitas siswa juga masih terbatas pada teknik yang diajarkan gurunya belum ada bentuk-bentuk model- model pengembangan guna merangsang ketertarikan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Oleh karena itu, model pengmbangan permainan basket drum dalam pembelajaran penjasorkes menjadi solusi yang tepat untuk mengoptimalkan proses pembelajaran Penjasorkes di sekolah, khususnya siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Boja Kecamatan Boja Kabupaten Kendal. 35 BAB III METODE PENGEMBANGAN

3.1 Model Pengembangan

Dokumen yang terkait

MODEL PEMBELAJARAN PENJASORKES MELALUI PERMAINAN BOLA BASKET RING LINGKARAN GANDA BAGI SISWA KELAS VII SMP N 1 TEGOWANU KABUPATEN GROBOGAN TAHUN PELAJARAN 2011 2012

0 4 147

MODEL PENGEMBANGAN PERMAINAN BOLA BASKET DENGAN TIGA RING DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES PADA SISWA KELAS VIII SMP N 1 LEKSONO KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2012

4 112 146

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PENJASORKES MELALUI PERMAINAN BOLA BASKET “RING GANTUNG” TERHADAP HASIL BELAJAR BOLA BASKET SISWA KELAS V SDN BAWANG 03 KECAMATAN BAWANG KABUPATEN BATANG TAHUN 2012

0 11 160

PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN BOLA BASKET DALAM PENJASORKES PADA SISWA SMP NEGERI 1 PATEAN KABUPATEN KENDAL TAHUN AJARAN 2010 2011

0 4 152

MODEL PENGEMBANGAN PERMAINAN ENJOY VOLLEY BALL PADA PEMBELAJARAN PENJAS ORKES UNTUK SISWA SMP N 1 BOJA KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL TAHUN 2012

0 15 145

PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA MELALUI PERMAINAN CIPTA GERAK DALAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DI SMP N 2 BOJA KABUPATEN KENDAL

4 52 123

Pengembangan Model Pembelajaran Penjasorkes Melalui Modifikasi Permainan Bola Basket Dengan Ring Bergerak Pada Siswa SMP N 1 Ambarawa Tahun Ajaran 2011/2012.

0 0 1

Pengembangan Model Pembelajaran Permainan Bola basket dalam pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan siswa RSBI kelas VIII SMP Negeri 3 Pati.

0 1 1

(ABSTRAK) PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA MELALUI PERMAINAN CIPTA GERAK DALAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DI SMP N 2 BOJA KABUPATEN KENDAL.

0 0 2

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN SEPAK BOLA MELALUI PERMAINAN BO BO KROM PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BOJA KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL TAHUN 2015 -

0 0 63