11
2.3 Skarifikasi Faktor internal yang berasal dari benih itu sendiri dan dapat mempengaruhi perke-
cambahan benih salah satunya adalah adanya sifat dormansi suatu benih. Widajati dkk. 2013 menyatakan dormasi benih merupakan suatu kondisi dimana benih
hidup tidak berkecambah sampai batas waktu akhir pengamatan perkecambahan walaupun faktor lingkungan optimum untuk perkecambahannya. Balai Pengem-
bangan Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura 2005 menyatakan struktur kulit benih sering sekali menjadi faktor pembatas pada dormansi benih.
Pembatasan tersebut dapat berupa penghambatan dalam pemasukan air dan oksigen serta pembatasan mekanik sehingga menghambat pembesaran embrio.
Pengecambahan benih bertujuan mendapatkan jumlah benih yang mampu
berkecambah lebih banyak pada kondisi yang optimum. Benih-benih yang berpo- tensi memiliki sifat dormansi diperlukan perlakuan pra perkecambahan untuk
mematahkan dormansi benih tersebut sehingga benih dapat tumbuh serempak Balai Pengembangan Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2005.
Pematahan dormansi pada benih yang berkulit keras dapat dilakukan secara mekanis, salah satunya adalah skarifikasi. Teknik skarifikasi salah satunya adalah
dengan melakukan perendaman terhadap benih. Perlakuan perendaman dalam air mengalir berfungsi untuk mencuci zat-zat yang menghambat perkecambahan dan
dapat melunakkan kulit benih. Perendaman dapat merangsang penyerapan lebih cepat Silomba, 2006.
Berdasarkan hasil penelitian Yuniarti, 2002 menunjukkan bahwa perlakuan
pendahuluan yang tepat untuk benih saga pohon sebelum dikecambahkan adalah
12 benih direndam dalam larutan asam sulfat selama 30 menit akan menghasilkan
daya kecambah lebih besar dibanding perlakuan lain seperti benih dikikir, benih direndam dalam air dingin selama 24 jam, benih dikikir kemudian direndam
dalam air dingin selama selama 24 jam, benih direndam dalam air panas selama 24 jam, benih direndam dalam larutan H
2
O
2
3 selama 24 jam, benih direndam dalam larutan H
2
SO
4
selama 10 menit, benih direndam dalam larutan H
2
SO
4
selama 20 menit, dan benih direndam dalam larutan H
2
SO
4
selama 30 menit.. Perendaman dengan larutan H
2
SO
4
selama 30 menit memberikan persentase daya kecambah sampai pada angka 92. Kulit benih saga pohon termasuk kulit yang
keras, maka faktor penyebab terjadinya dormansi benih adalah faktor kulit benih. Pematahan dormansi kulit benih diperlukan suatu perlakuan pendahuluan tertentu
dan ternyata perendaman dalam larutan asam sulfat selama 30 menit sangat efektif dalam mematahkan dormansi tersebut.
Hasil penelitian M ali’ah 2014 menunjukkan bahwa, konsentrasi K2 60 dapat
meningkatkan persentase perkecambahan dan panjang hipokotil benih saga, sedangkan konsentrasi K4 80 dapat meningkatkan laju perkecambahan. lama
perendaman yang paling efektif adalah L3 25 menit yaitu mampu meningkatkan perkecambahan benih Saga Pohon pada semua parameter yang meliputi
persentase perkecambahan, laju perkecambahan dan panjang hipokotil. Interaksi konsentrasi 60 dan lama perendaman 25 menit dalam asam sulfat menunjukkan
hasil terbaik pada parameter persentase perkecambahan, sedangkan parameter laju perkecambahan dan panjang hipokotil tidak ada pengaruh.
13
2.4 Air Kelapa
Gambar 2. Perkembangan buah kelapa Buah kelapa mencapai maturitas maksimal umur 12-13 bulan. Pada umur 5
bulan, dinding endosperm mulai terbentuk lapisan tipis yang disebut kernel, yang mengelilingi air kelapa di dalamnya. Volume air kelapa mencapai maksimal pada
umur 6-8 bulan, dan seiring dengan bertambahnya umur buah kelapa, volume air makin berkurang digantikan dengan kernel yang makin keras dan tebal. Saat ker-
nel mencapai ketebalan maksimal umur 12-13 bulan, volume air kelapa hanya sekitar 15 dari berat buah kelapa Farapti dan Sayogo, 2014.
Hasil analisis kandungan kimia air kelapa menunjukkan komposisi ZPT kinetin
sitokinin dalam air kelapa muda berusia 7-8 bulan adalah 273,62 mgl dan zeatin 290,47 mgl, sedangkan kandungan IAA auksin adalah 198,55 mgl Kristina
dan Syahid,2008. Tingginya kandungan sitokinin maupun auksin terjadi karena ZPT tersebut diproduksi dalam jaringan meristematik yang aktif membelah
Gardner dkk., 1991. Berdasarkan hasil analisis hormon yang dilakukan oleh Savitri 2005 ternyata dalam air kelapa muda terdapat Giberelin 0,460 ppm
GA3, 0,255 ppm GA5, 0,053 ppm GA7, Sitokinin 0,441 ppm Kinetin, 0,247 ppm Zeatin dan Auksin 0,237 ppm IAA. Penelitian tentang penggunaan air
kelapa untuk merangsang pertumbuhan akar stek telah dilakukan terhadap stek