r = Tingkat suku bunga per tahun
n = Jumlah tahun kegiatan
Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut : Net BC 1 berarti kegiatan usaha budidaya laut layak untuk diusahakan
Net BC = 1 berarti kegiatan usaha budidaya laut berada pada titik impas Net BC 1 berarti kegiatan usaha budidaya laut tidak layak untuk diusahakan
d Pay Back of Period PBP
Pay Back of Period adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat lama
waktu yang diperlukan oleh kegiatan usaha untuk mengembalikan investasi, yaitu dengan membandingkan investasi dengan tingkat keuntungan selama satu
periode produksi 1 tahun Kadariah et al., 1999. Secara matematis dituliskan
sebagai berikut :
Pay Back of Period = Investasi Tingkat keuntungan ..…………….13
e Break Event Point BEP
Break Event Point BEP merupakan sebuah pengukuran untuk mengetahui
berapa volume atau kapasitas produksi minimum agar investasi itu tidak menderita rugi tetapi juga belum memperoleh keuntunganlaba, yang
diformulasikan sebagai berikut : BEP = TBT+TBV TH x TP
…………….….…………….14
dimana: TBT = Total biaya tetap TBV = Total biaya variabel
TH = Total harga TP = Total produksi
5.3 Hasil dan Pembahasan Analisis Potensi Wilayah di Kabupaten Kupang
5.3.1 Analisis SpasialKeruangan Hasil analisis evaluasi kesesuaian lahan yang dilakukan dalam studi ini
merupakan kesesuaian lahan pada saat ini, dimana kelas kesesuaian lahan yang dihasilkan berdasarkan pada data yang tersedia dan belum mempertimbangkan
asumsiusaha perbaikan bagi tingkat pengelolaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala fisik atau faktor-faktor penghambat yang ada. Evaluasi
kesesuaian lahan dalam penelitian ini ada empat peruntukkan budidaya laut yaitu budidaya rumput laut, keramba jaring apung, tiram mutiara, dan teripang.
a. Rumput Laut
Hasil analisis evaluasi kesesuaian lahan untuk kegiatan budidaya rumput laut di Kecamatan Semau, Sulamu, dan Kupang Barat disajikan pada Tabel 6,
sedangkan peta kesesuaian untuk masing-masing kecamatan dapat dilihat pada Gambar 6 sampai 8.
Tabel 6 Hasil analisis evaluasi kesesuaian lahan untuk budidaya rumput laut Kecamatan
Kesesuaian lahan km
2
Jumlah total perairan yang sesuai km
2
Sangat sesuai Sesuai
Tidak sesuai
Semau 5,94
0,32 0,63
6,26 Sulamu
3,20 0,28
0,17 3,48
Kupang Barat 22,29
3,96 4,16
26,25
Sumber : Hasil analisis 2011
Dalam penentuan kesesuaian lahan ini dievaluasi beberapa parameter fisik dan kimia perairan, namun parameter-parameter yang memiliki bobot
terbesar dalam kesesuaian perairan untuk budidaya rumput laut adalah fosfat, nitrat, kedalaman, kecerahan, dan kecepatan arus. Hasil evaluasi di lapangan
diperoleh nilai fosfat berkisar antara 0,2-0,7 mgl, nitrat 0,8-1,5mgl, kedalaman perairan 15-20 m, kecerahan perairan berkisar antara 5-9 m, dan kecepatan arus
15-20 cmdtk.
b. Keramba Jaring Apung
Hasil analisis evaluasi kesesuaian lahan untuk kegiatan budidaya ikan kerapu dengan keramba jaring apung KJA di Kecamatan Semau, Sulamu, dan
Kupang Barat disajikan pada Tabel 7, sedangkan peta kesesuaian untuk masing- masing kecamatan dapat dilihat pada Gambar 9 sampai 11.
Tabel 7 Hasil analisis evaluasi kesesuaian lahan untuk budidaya KJA Kecamatan
Kesesuaian lahan km
2
Jumlah total perairan yang sesuai km
2
Sangat sesuai Sesuai
Tidak sesuai
Semau 2,13
4,29 0,48
6,24 Sulamu
0,45 0,55
2,66 1,00
Kupang Barat 1,33
3,96 25,11
5,29
Sumber : Hasil analisis 2011
Dari hasil evaluasi kesesuaian lahan yang didapatkan Tabel 7 terungkap bahwa lokasi yang sesuai untuk usaha budidaya KJA tersebar di tiga kecamatan
namun Kecamatan Semau yang memiliki potensi kesesuaian lahan yang luas sebesar 2,13 km
2
. Adapun persentase masing-masing kategori yang sesuai terhadap luas wilayah perairan kecamatan yaitu Semau 100, Sulamu 99,99
dan Kupang Barat 100. Penentuan lokasi tersebut dengan mempertimbangkan beberapa parameter seperti kecepatan arus, kedalaman air, muatan padatan
tersuspensi, material dasar perairan, oksigen terlarut, kecerahan perairan, suhu, salinitas, pH, fosfat, nitrat, kepadatan fitoplankton dan klorofil-a.
Hasil pengamatan lapangan di Kecamatan Semau diperoleh kedalaman perairan 27-32 m, kecepatan arus 25-30 cmdtk dengan jenis substrat dasar
perairan berpasir dan pecahan karang, serta kecerahan perairan 5-10 m memungkinkan untuk dikembangkannya budidaya ikan kerapu dengan KJA.
Untuk perairan Kecamatan Sulamu diperoleh kedalaman perairan 25-30 m, kecepatan arus 30-35 cmdtk dengan jenis substrat dasar perairan berpasir, serta
kecerahan perairan 5-10 m memungkinkan untuk dikembangkannya budidaya ikan kerapu dengan KJA. Sedangkan perairan Kecamatan Kupang Barat
diperoleh kedalaman perairan 20-25 m, kecepatan arus 15-19 cmdtk dengan jenis substrat dasar perairan berpasir, serta kecerahan perairan 10-15 m
memungkinkan untuk dikembangkannya budidaya ikan kerapu dengan KJA. Kedalaman perairan sangat berperan dalam pengoperasian KJA untuk
mengetahui kedalaman jaring yang akan digunakan dapat ditentukan. Parameter kecepatan arus sangat berperan untuk membawamembilas flushing sisa pakan
atau kotoran ikan tetapi tidak sampai mengganggu jaring sehingga mengurangi luasan ruang ikan dalam keramba. Kecerahan perairan juga mempengaruhi
kegiatan budidaya KJA dalam menunjukkan kemampuan cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu, faktor-faktor yang
mempengaruhi kecerahan adalah kandungan lumpur, plankton, dan bahan- bahan yang terlarut lainnya.
Keadaan tersebut dapat mengurangi laju fotosintesis serta mengganggu pernapasan hewan di air dan bahkan tidak layak untuk pengamatan lapangan
bahwa suhu perairan berkisar antara 26-30 C, salinitas perairan berkisar antara
29-35 grkg, pH air laut berkisar antara 7-9. Menurut Baveridge 1987 dalam pemilihan lokasi untuk pengembangan KJA di laut kriteria suhu, salinitas, DO,
pH, kekeruhan, pencemaran, padatan terlarut dan alga lebih diperuntukkan pada
kondisi fisika-kimia
air laut
yang akan
menentukan bagi
pemilihanperkembangan ikan budidaya.
c. Tiram Mutiara
Hasil analisis evaluasi kesesuaian lahan untuk kegiatan budidaya tiram mutiara di Kecamatan Semau, Sulamu, dan Kupang Barat disajikan pada Tabel
8, sedangkan peta kesesuaian untuk masing-masing kecamatan dapat dilihat pada Gambar 12 sampai 14.
Tabel 8 Hasil analisis evaluasi kesesuaian lahan untuk budidaya tiram mutiara Kecamatan
Kesesuaian lahan km
2
Jumlah total perairan yang sesuai km
2
Sesuai Tidak sesuai
Semau 0,72
6,18 0,72
Sulamu 0,15
3,51 0,15
Kupang Barat 1,04
29,36 1,04
Sumber : Hasil analisis 2011
Hasil dari parameter-parameter penting yang berpengaruh terhadap usaha budidaya tiram mutiara adalah kecepatan arus 35 cmdtk, muatan padatan
terlarut berkisar antara 50-65 mgl, kedalaman perairan berkisar antara 25-30 m, dan kepadatan fitoplankton yang berkisar antara 5.10
5
- 2.10
6
sell.
d. Teripang
Hasil analisis evaluasi kesesuaian lahan untuk kegiatan budidaya teripang di Kecamatan Semau, Sulamu, dan Kupang Barat disajikan pada Tabel
9, sedangkan peta kesesuaian untuk masing-masing kecamatan dapat dilihat pada Gambar 15 sampai 17.
Tabel 9 Hasil analisis evaluasi kesesuaian lahan untuk budidaya teripang Kecamatan
Kesesuaian lahan km
2
Jumlah total perairan yang sesuai km
2
Sesuai Tidak sesuai
Semau 0,61
6,28 0,61
Sulamu 0,17
3,49 0,17
Kupang Barat 1,59
28,81 1,59
Sumber : Hasil analisis 2011
Hasil evaluasi parameter-parameter yang penting untuk kesesuaian lahan budidaya teripang adalah kecepatan arus 10-15 cmdtk, kedalaman yang
berkisar antara 5-10 m, kecerahan perairan 3-8 m, material dasar perairan agak landai dan berpasir, dan kondisi perairan terbuka. Dari Gambar 15 sampai 17
dapat disimpulkan bahwa budidaya teripang tidak sesuai dibudidayakan untuk Kecamatan Kupang Barat dan Kecamatan Semau karena kondisi kedua wilayah
ini terbuka dan kondisi arus yang tidak memungkinkan untuk dibudidayakan usaha teripang.
5.3.2 Analisis Daya Dukung a. Rumput Laut
Aspek daya dukung sangat menentukan keberlanjutan kegiatan budidaya rumput laut. Daya dukung yang digunakan dianalisis dengan pendekatan luas
areal budidaya yang sesuai kategori sangat sesuai dan sesuai, kapasitas lahan dan metode budidaya yang diterapkan. Hasil analisis daya dukung lahan untuk
pengembangan budidaya rumput laut di Kabupaten Kupang dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Daya dukung lahan perairan untuk budidaya rumput laut
Kecamatan Luas lahan km
2
Kapasitas lahan km
2
Daya dukung lahan Jumlah unit budidaya rumput laut
Sangat sesuai
Sesuai Sangat
sesuai Sesuai
Sangat sesuai
Sesuai Semau
5,94 0,32
5,94 0,32
1.980 104
Sulamu 3,20
0,28 3,20
0,28 1.065
93 Kupang Barat
22,29 3,96
22,29 3,96
7.428 1.319
Jumlah 31,43
4,56 31,43
4,56 10.473
1.516 Sumber : hasil analisis 2011
Keterangan Tabel : Kapasitas lahan perairan adalah 99,95 dari luas lahan yang sesuai sangat sesuai dan sesuai
Luas satu unit budidaya dengan metode longline = 3000 m
2
atau 0,003 km
2
DD lahan jumlah unit = kapasitas lahanluas unit budidaya rumput laut
Berdasarkan hasil analisis daya dukung lahan untuk kegiatan budidaya rumput laut didapatkan luas kapasitas lahan untuk kategori sangat sesuai dan
sesuai masing-masing sebesar 31,43 km
2
dan 4,56 km
2
sedangkan jumlah unit usaha budidaya rumput laut yang dapat didukung untuk kegiatan budidaya
tersebut pada kategori sangat sesuai dan sesuai masing-masing sebanyak 10.473 unit dan 1.516 unit Tabel 10. Jika digabungkan jumlah unit usaha
budidaya rumput laut tersebut maka total unit yang dapat diusahakan sebesar 11.989 unit.
b. Keramba Jaring Apung
Analisis daya dukung lahan perairan di Kabupaten Kupang untuk kegiatan budidaya keramba jaring apung dilakukan dengan pendekatan luas areal
kegiatan budidaya yang sesuai kategori sangat sesuai dan sesuai dan kapasitas lahan. Hasil analisis daya dukung lahan untuk pengembangan
kegiatan budidaya ikan kerapu dengan KJA di Kabupaten Kupang disajikan pada Tabel 11. Berdasarkan hasil analisis daya dukung lahan tersebut diperoleh luas
kapasitas lahan untuk kategori sangat sesuai dan sesuai masing-masing sebesar 3,91 km
2
dan 8,80 km
2
sedangkan jumlah unit KJA yang dapat didukung untuk kegiatan budidaya tersebut pada kategori sangat sesuai dan sesuai masing-
masing sebanyak 61.001 unit dan 137.411 unit. Tabel 11 Daya dukung lahan perairan untuk budidaya KJA
Kecamatan Luas Lahan km
2
Kapasitas lahan km
2
Daya dukung lahan jumlah unit budidaya KJA
Sangat Sesuai
Sesuai Sangat
Sesuai Sesuai
Sangat Sesuai Sesuai
Semau 2,13
4,29 2,13
4,29 33.287
66.957 Sulamu
0,45 0,55
0,45 0,55
6.958 8.528
Kupang Barat 1,33
3,96 1,33
3,96 20.756
61.926 Jumlah
3,91 8,80
3,91 8,80
61.001 137.411
Sumber : hasil analisis 2011 Keterangan Tabel :
Kapasitas lahan perairan adalah 99,99 dari luas lahan yang sesuai sangat sesuai dan sesuai Luas satu unit budidaya dengan metode KJA = 8 x 8 m
2
= 64 m
2
atau 0,000064 km
2
DD lahan jumlah unit = kapasitas lahanluas unit budidaya KJA
c. Tiram Mutiara
Analisis daya dukung lahan perairan di Kabupaten Kupang untuk kegiatan budidaya tiram mutiara dilakukan dengan pendekatan luas areal kegiatan
budidaya yang sesuai kategori sesuai dan kapasitas lahan. Hasil analisis daya dukung lahan untuk pengembangan kegiatan budidaya tiram mutiara di
Kabupaten Kupang disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Daya dukung lahan perairan untuk budidaya tiram mutiara
Kecamatan Luas lahan km
2
Kapasitas lahan km
2
Daya dukung lahan jumlah unit budidaya mutiara
Sesuai Sesuai
Sesuai Semau
0,72 0,72
14.597 Sulamu
0,15 0,15
2.997 Kupang Barat
1,04 1,04
21.293 Jumlah
1,91 1,91
38.887 Sumber : hasil analisis 2011
Keterangan Tabel : Kapasitas lahan perairan adalah 99,99 dari luas lahan yang sesuai
Luas satu unit budidaya tiram mutiara = 7 x 7 m
2
= 49 m
2
atau 0,000049 km
2
DD lahan jumlah unit = kapasitas lahanluas unit budidaya tiram mutiara
Berdasarkan hasil analisis daya dukung lahan ketiga kecamatan di Kabupaten Kupang tersebut diperoleh luas kapasitas lahan untuk kategori sesuai
sebesar 1,91 km
2
sedangkan jumlah unit keramba untuk tiram mutiara yang dapat didukung untuk kegiatan budidaya tersebut pada kategori sesuai masing-
masing sebanyak 38.887 unit.
d. Teripang
Analisis daya dukung lahan perairan di Kabupaten Kupang untuk kegiatan budidaya teripang dengan sistem penculture dilakukan dengan pendekatan luas
areal kegiatan budidaya yang sesuai kategori sesuai dan kapasitas lahan. Hasil analisis daya dukung lahan ketiga kecamatan di Kabupaten Kupang untuk
pengembangan kegiatan budidaya teripang dengan sistem penculture di Kabupaten Kupang disajikan pada Tabel 13. Berdasarkan hasil analisis daya
dukung lahan tersebut diperoleh luas kapasitas lahan untuk kategori sesuai sebesar 2,37 km
2
sedangkan jumlah unit penculture teripang yang dapat didukung untuk kegiatan budidaya tersebut pada kategori sesuai sebanyak 4.743
unit. Tabel 13 Daya dukung lahan perairan untuk budidaya teripang
Kecamatan Luas lahan km
2
Kapasitas lahan km
2
Daya dukung lahan jumlah unit budidaya teripang
Sesuai Sesuai
Sesuai Semau
0,61 0,61
1.227 Sulamu
0,17 0,17
329 Kupang Barat
1,59 1,59
3.187 Jumlah
2,37 2,37
4.743 Sumber : hasil analisis 2011
Keterangan Tabel : Kapasitas lahan perairan adalah 99,99 dari luas lahan yang sesuai sangat sesuai dan sesuai
Luas satu unit budidaya teripang = 50 x 10 m
2
= 500 m
2
atau 0,0005 km
2
DD lahan jumlah unit = kapasitas lahanluas unit budidaya teripang dengan penculture
5.3.3 Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Laut
Analisis kelayakan usaha budidaya laut dalam penelitian ini terdiri dari empat bagian yaitu budidaya keramba jaring apung, rumput laut, tiram mutiara,
dan teripang. Analisis ini dimaksudkan untuk melihat peluang usaha dan profil investasi komoditas atau produk unggulan daerah Kabupaten Kupang khususnya
dalam bidangkegiatan budidaya laut sebagai suatu peluang investasi yang sangat fisibel yang dapat mendorong peningkatan ekonomi wilayah dan
masyarakat dalam rangka pengembangan kawasan minapolitan di Kabupaten Kupang.
a. Budidaya Keramba Jaring apung
Untuk mendirikan usaha budidaya ikan kerapu dengan sistem keramba jaring apung KJA, dibutuhkan sejumlah dana untuk membiayai investasi dan
modal kerja. Komponen-komponen biaya investasi ini meliputi : a pembuatan rakit berukuran 8 m x 8 m, b pembuatan waring berukuran 1 m x 1 m x 1,5 m, c
pembuatan jaring ukuran 3 m x 3 m x 3 m, d pembuatan rumah jaga, dan e pengadaan sarana kerja. Sedangkan untuk modal kerja meliputi : biaya
pengadaan benih, pakan, bahan bakar, upahgaji, dan lain-lain. Adapun jumlah dana untuk membiayai berbagai komponen biaya di atas,
dihitung berdasarkan tingkat harga di lokasi penelitian dan beberapa asumsi sebagai berikut :
1. Umur investasi 5 tahun 2. Sumber dana untuk membiayai kegiatan investasi khusus untuk biaya
investasi berasal dari pinjaman sebesar Rp15.000.000,00 dengan tingkat bunga 18 per tahun flat dalam jangka waktu 5 tahun
3. Pajak penghasilan 15 per tahun 4. Penyusutan atas aktiva tetap dihitung dengan metoda garis lurus dengan sisa
= 0 dan umur ekonomis dari setiap aset 5 tahun 5. Benih yang ditebarkan berukuran 4-5 cm sebanyak 2.500 ekor dengan tingkat
kehidupan sampai umur panen 65 dengan berat 450 grekor 6. Jangka waktu pembesaran atau umur produksi untuk mencapai berat
jualpanen adalah 12 bulan 1 tahun 7. Harga jual Rp317.000,00 per kg
Atas dasar asumsi-asumsi di atas, perkiraan biaya investasi dan biaya variabel disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14 Perkiraan biaya investasi usaha budidaya ikan kerapu
Komponen Jumlah Rp
Biaya investasi 28.597.500,00
26,2 Biaya variabel
68.851.500,00 63,0
Biaya tetap 11.839.000,00
10,8 Total
109.288.000,00 100,0
Total besarnya biaya investasi, biaya variabel dan biaya tetap sebesar Rp109.288.000,00 di mana biaya terbesar adalah biaya variabel mencapai 63
diikuti oleh biaya investasi 26,2 dari total biaya. Rincian biaya investasi, biaya variabel, dan biaya tetap yang diperlukan untuk usaha budidaya ikan kerapu
tikus dengan sistem KJA di Kabupaten Kupang disajikan pada Lampiran 15. Sedangkan perhitungananalisis rugi laba dari usaha budidaya ikan kerapu tikus
dengan sistem KJA di Kabupaten Kupang ini didasarkan pada asumsi-asumsi seperti yang telah dikemukan terdahulu. Hasil analisis rugi laba seperti
ditunjukkan pada Tabel 15. Tabel 15 Analisis rugi laba usaha budidaya ikan kerapu
No Uraian
Total Rp 1
Total biaya 735.896.000,00
2 Total penerimaan
1.212.525.000,00 3
Total pendapatan sebelum pajak 476.629.000,00
4 Pajak penghasilan 15
71.494.000,00 5
Total pendapatan bersih setelah pajak 405.134.000,00
Dari Tabel 15, terlihat bahwa usaha budidaya ikan kerapu tikus selama 5 tahun atau 5 kali siklus produksi memberikan pendapatan memberikan
pendapatan bersih setelah pajak sebesar Rp405.134.000,00 untuk rinciannya dapat dilihat pada Lampiran 15. Berikutnya adalah analisis cash flow dan
kelayakan Investasi yang menggambarkan proyeksi arus penerimaan dan arus pengeluaran dari usaha budidaya ikan kerapu tikus dengan sistem KJA selama 5
tahun usaha Lampiran 15. Tabel 16 Kriteria kelayakan usaha budidaya ikan kerapu dengan sistem KJA
No Kriteria kelayakan
Nilai kelayakan 1
Net present valueNPV pada DF 18 Rp 247.506.000,00
2 Net BC pada DF 18
1,65 3
Internal rate of returnIRR 46,6
4 Payback periodPBP
tahun ke-1 5
Break event pointBEP : unit kg
unit Rpkg 333
138.000,00
Kriteria-kriteria dan nilai kelayakan finansial dari usaha budidaya ikan kerapu tikus dengan sistem KJA di Kabupaten Kupang dapat dilihat pada Tabel
16. Investasi di bidang usaha budidaya ikan kerapu di Kabupaten Kupang dengan teknologi dan kapasitas produksi yang ada, mampu memberikan adanya
surplus pendapatan bagi pihak investor. Dari Tabel 16 terlihat bahwa dalam jangka waktu 1 tahun lebih atau
tepatnya 1 tahun 1 bulan produksi dana yang diinvestasikan itu dapat diperoleh kembali. Sedangkan untuk total dana yang diinvestasikan untuk usaha budidaya
ikan kerapu tikus dengan sistem KJA di Kabupaten Kupang saat ini, nilai uang yang diterima selama masa investasi NPV sebesar Rp247.506.000,00 dengan
net BC 1,65 pada tingkat diskon DF 18. Angka yang ada menunjukkan bahwa kegiatan investasi di bidang usaha budidaya ikan kerapu tikus dengan
sistem KJA di Kabupaten Kupang secara finansial layak atau memiliki daya keuntungan yang tinggi.
Dari hasil analisis diperoleh IRR sebesar 46,6 yang bila dibandingkan dengan tingkat suku bunga pinjaman 18 per tahun, hal ini menunjukkan bahwa
investasi di bidang budidaya ikan kerapu tikus dengan sistem KJA di Kabupaten Kupang layak untuk diusahakan. Berikutnya untuk mencapai BEP, maka jumlah
hasil budidaya ikan kerapu tikus ini setiap tahunnya minimum sebanyak 333 kg atau Rp138.000,00 per kg.
b. Budidaya Rumput Laut
Usaha budidaya rumput laut dengan sistem longline membutuhkan sejumlah dana untuk membiayai investasi dan modal kerja. Komponen-
komponen biaya investasi ini meliputi : a pembuatan unit budidaya rumput laut berukuran 100 m x 30 m, b pembuatan para-paratempat penjemuran, c perahu
sampan, dan d timbangan gantung. Sedangkan untuk modal kerja meliputi : biaya pengadaan bibit, karung jangkar, pelampung botol aqua, pelampung
jeregen, dan upahgaji. Adapun jumlah dana untuk membiayai berbagai komponen biaya di atas,
dihitung berdasarkan tingkat harga di lokasi penelitian dan beberapa asumsi sebagai berikut : 1 umur investasi 1 tahun 1 periode = 6 siklus kegiatan
budidaya rumput laut, 2 satu siklus kegiatan budidaya = 45 hari Periode budidaya : awal april
– oktober, 3 bibit rumput laut awal 2.400 kg, 4 rendemen: berat basah menjadi kering 12,50, 5 luas lahan budidaya 100 m x
30 m = 3.000 m
2
, 6 berat bibit rumput laut yang diikat 200 gr, 7 hasil panen