IV. SELEKSI IN VITRO EMBRIO SOMATIK KACANG TANAH PADA MEDIA DENGAN POLIETILENA GLIKOL
YANG MENSIMULASIKAN CEKAMAN KEKERINGAN
Abstrak
Pengembangan kultivar kacang tanah yang toleran terhadap cekaman kekeringan pada saat ini masih diperlukan. Hal ini dapat dilakukan melalui kultur
dan seleksi in vitro. Tujuan penelitian adalah mengevaluasi efektivitas seleksi in
vitro untuk mengidentifikasi embrio somatik ES varian somaklonal kacang tanah yang insensitif terhadap PEG. Dalam sebagian percobaan dievaluasi respon ES
empat kultivar kacang tanah terhadap medium selektif yang mengandung PEG 6000 untuk menentukan konsentrasi PEG sub-letal, yaitu yang dapat
menghambat proliferasi eksplan lebih dari 95. ES sekunder kacang tanah cv. Singa, Kelinci, Badak dan Zebra ditumbuhkan dalam medium MS cair dengan
penambahan pikloram 16
μM dan PEG 0, 5, 10, 15 dan 20. Persentase eksplan yang hidup, rata-rata jumlah ESeksplan, dan jumlah total
ES yang berproliferasi dalam media seleksi in vitro diamati setiap bulan selama
tiga bulan. Pada sebagian percobaan yang lain, dilakukan seleksi in vitro pada
medium selektif yang mengandung PEG konsentrasi sub-letal untuk mengidentifikasi ES kacang tanah yang insensitif terhadap cekaman PEG.
Seleksi in vitro dilakukan terhadap 4000 – 5000 ES kacang tanah cv. Singa dan
Kelinci. ES yang insensitif PEG diidentifikasi setelah tiga bulan. Hasil penelitian menunjukkan penambahan PEG 6000 dalam media
in vitro menghambat proliferasi ES kacang tanah. Konsentrasi PEG sub-letal untuk kacang tanah
adalah 15. ES kacang tanah cv. Kelinci yang insensitif terhadap PEG dicapai dengan frekuensi 10–12 dan untuk Singa 8-10. Tanaman R0 kacang
tanah cv. Kelinci 62 tanaman dan Singa 48 tanaman dapat diregenerasikan dari ES yang insensitif terhadap cekaman PEG dan ditumbuhkan di rumah kaca
untuk memperoleh benih R1 dan R2.
Kata Kunci : Cekaman PEG, PEG 6000, embrio somatik, varian somaklonal Bagian dari disertasi ini telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah terakreditasi
BIOSFERA 23 1: 15 – 23. Januari 2006
Abstract
Developing of drought tolerance peanut cultivars is still required and can be conducted through
in vitro selection. The objectives of this experiment were to evaluate effectiveness of
in vitro selection for identifying PEG insensitive somaclonal variant of peanut somatic embryos SE. In one of the experiments,
evaluation of responses of four peanut cultivars against selective medium containing polyethylene glycol 6000 PEG 6000 was conducted and sub-lethal
concentration of PEG was determined. Secondary SE of Badak, Kelinci, Singa, and Zebra cultivar of peanut were cultured on liquid MS medium supplemented
with 16 M of picloram and 5, 10, 15, or 20 of PEG 6000. Survival of explant, average number of proliferated SEexplant, and total number of
proliferated SE after
in vitro selection were recorded monthly, up to three months. Sub-lethal level of PEG was defined as one inhibiting more than 95 of the total
number of proliferated SE. In the other experiment, in vitro selection on selective
medium containing sub-lethal level of PEG was conducted to identify PEG insensitive SE of peanut.
In vitro selection on medium supplemented with sub lethal level of PEG 6000 was conducted on at least 4000-5000 SE of Kelinci and
Singa cultivar. The PEG insensitive SE was identified after subsequent three months of
in vitro selection. Results of the experiments showed supplementation of PEG 6000 on medium for induction of SE inhibited proliferation of peanut SE.
Sub-lethal level was obtained at 15 concentration of PEG 6000. The frequencies of obtaining PEG insensitive SE of Kelinci cultivar was 8-10 and
for Singa cultivar was 10-12. The R0 plants of peanut Kelinci cultivar 62 R0 plants and Singa cultivar 48 R0 plants regenerated from PEG insensitive SE
were obtained and grown in the glasshouse to produce R1 and R2 seeds. Keywords : PEG stress, PEG 6000, somatic embryo, somaclonal variance
Pendahuluan
Akibat terjadinya cekaman kekeringan, hasil panen tanaman kacang tanah di lahan kering pada umumnya relatif rendah. Rendahnya hasil panen
diharapkan dapat ditingkatkan dengan penggunaan kultivar tanaman kacang tanah yang toleran terhadap cekaman kekeringan. Seleksi
in vitro terhadap seljaringan dalam media selektif yang tepat dapat digunakan untuk
mendapatkan plasma nutfah kacang tanah yang toleran terhadap cekaman kekeringan karena secara teoritis sangat efisien untuk mendapatkan varian
seljaringan tanaman dengan karakteristik tertentu Maluszynki et al. 1995.
Tanaman varian dengan sifat unggul tertentu telah berhasil diregenerasikan dari seljaringan varian hasil seleksi
in vitro. Keberhasilan pengembangan metode seleksi
in vitro memerlukan tersedianya a metode kultur jaringan yang efektif untuk regenerasi tanaman dari sel varian dalam
jumlah banyak, b bahan penyeleksi yang dapat menginduksi perkembangan dan proliferasi jaringan varian tetapi menghambatmematikan jaringan normal,
dan c adanya korelasi antara fenotipik hasil seleksi pada tingkat sel dengan fenotipik pada tingkat tanaman Hammerschlag 1988.
Kultur ES kacang tanah yang efisien untuk meregenerasikan tanaman varian telah dibakukan. Teknik yang dikembangkan terbukti mampu menginduksi
keragaman sifat kualitatif dan kuantitatif serta toleransi terhadap toksin yang disekresikan cendawan
Sclerotium rolfsii Yusnita et al. 2005. Keragaman diantara kultur ES kacang tanah diduga juga berpotensi untuk menghasilkan
varian ES dengan sifat toleransi terhadap cekaman kekeringan. Untuk itu perlu dikembangkan metode baku seleksi
in vitro yang dapat digunakan untuk mengisolasi varian ES kacang tanah yang toleran cekaman kekeringan.
Penyiraman larutan PEG pada media tanaman dalam pot terbukti menghambat pertumbuhan tanaman dan dapat digunakan untuk menapis
respons tanaman kacang tanah terhadap cekaman kekeringan Nursusilawati 2003. Kecambah dan tunas kacang tanah yang ditumbuhkan dalam media
in vitro dengan penambahan PEG 5-20 juga terhambat pertumbuhan dan
perkembangannya. Penghambatan yang terjadi berkorelasi dengan respons genotipe kacang tanah terhadap cekaman kekeringan di lapang. Perlakuan PEG
pada kecambah dan tunas kacang tanah tersebut juga menginduksi akumulasi prolin pada jaringan seperti respons terhadap cekaman kekeringan Rahayu
et al. 2004, Rahayu et al. 2005. Meskipun data yang ada mengindikasikan PEG
dapat digunakan untuk mensimulasikan kondisi cekaman kekeringan secara in
vitro, efektivitasnya sebagai agens penyeleksi pada tingkat sel untuk mengisolasi ES yang toleran insensitif dan mendapatkan tanaman varian yang toleran
cekaman kekeringan masih perlu dievaluasi. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi efektivitas metode seleksi
in vitro untuk memperoleh varian kacang tanah yang toleran terhadap cekaman
kekeringan. Dalam penelitian ini dilakukan evaluasi respon ES empat kultivar kacang tanah terhadap media selektif dengan penambahan PEG, kondisi sub-
letal yang menghambat pertumbuhan dan proliferasi ES, dan regenerasi tanaman R0 kacang tanah dari ES hasil seleksi
in vitro yang insensitif terhadap cekaman PEG.
Bahan dan Metode Bahan Tanaman dan Induksi ES Kacang Tanah
Dalam percobaan ini digunakan kacang tanah cv. Badak yang diduga peka Rahayu
et al. 2005, Kelinci yang medium toleran Sudarsono et al. 2004, Singa yang toleran Hidayat
et al. 1999, Nursusilawati 2003, dan Zebra yang belum diketahui responnya terhadap cekaman kekeringan. Benih kacang tanah
yang digunakan diperoleh dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetika Balitbiogen, Bogor dan digunakan
sebagai sumber eksplan daun embrio untuk induksi ES. Benih kacang tanah disterilkan dengan larutan pemutih komersial 100
ditambah dua tetes Tween 20, dikocok selama 2-3 menit, dan dibilas tiga kali dengan akuades steril. Daun embrio diisolasi dan diinduksi membentuk ES
primer dan ES sekunder dalam media MS Murashige Skoog 1962 padat dengan penambahan pikloram 16
μM media MS-P16. Kultur daun embrio disub-kultur setiap bulan ke dalam media MS-P16 yang masih segar dan
diinkubasi dalam ruang kultur bersuhu 25
o
C tanpa penyinaran sampai terbentuk kalus embriogen dengan ES sekunder. Inkubasi dalam ruang kultur bersuhu
25
o
C tanpa penyinaran digunakan dalam semua tahap percobaan kecuali disebutkan lain.
Evaluasi Respon ES Kacang Tanah terhadap Cekaman PEG
Percobaan dilakukan dengan menggunakan kalus embriogen kacang tanah cv. Badak, Kelinci, Singa, dan Zebra. Unit percobaan terdiri atas satu botol kultur
yang ditanami lima eksplan kalus embriogen dengan 8-10 ES sekunder berumur
satu bulan sejak sub-kultur yang terakhir. Setiap kombinasi perlakuan diulang lima kali.
Eksplan ditanam dalam media MS-P16 cair dengan penambahan PEG 6000 0, 5, 10, 15 atau 20. Media selektif 25 ml dituangkan dalam
botol kultur volume 150 ml, di atas media diletakkan busa sintetis dan kertas saring agar ekplan yang ditanam tidak tenggelam Gambar 1. Sebelum ditanami
media disterilkan dengan pemanasan selama 20 menit pada suhu 121
o
C serta tekanan 1,2 bar menggunakan autoklaf.
Respon kalus embriogen dan ES kacang tanah terhadap media selektif diamati setiap bulan selama periode tiga bulan. Konsentrasi PEG sub-letal dalam
media selektif ditentukan berdasarkan hasil penelitian sebelumnya Nabors Dykes 1985, Yusnita
et al. 2005, yaitu konsentrasi PEG yang dapat menghambat jumlah total ES sekitar 95 dibandingkan PEG 0.
Seleksi ES dalam Media Selektif dengan PEG Konsentrasi Sub-letal
Identifikasi varian yang insensitif terhadap kondisi cekaman akibat penambahan PEG sub-letal dilakukan terhadap kalus embriogen dan ES
sekunder kacang tanah cv. Kelinci dan Singa yang telah mengalami sub-kultur berulang dalam media MS-P16 selama minimal enam bulan sejak terbentuknya
ES sekunder. Pada awal percobaan ditanam 500 kalus embriogen, masing- masing dengan 8–10 ES sehingga jumlah total yang diseleksi mencapai 4000–
5000 ES untuk setiap kultivar. Kalus embriogen lima eksplan per botol ditanam dalam media selektif dan disub-kultur setiap bulan ke dalam media selektif yang
masih segar. Setelah tiga bulan, ES yang masih hidup diisolasi dan diregenerasikan menjadi tanaman.
Regenerasi Tanaman R0 dari ES Hasil Seleksi In vitro
ES hasil seleksi in vitro yang insensitif terhadap cekaman PEG sub-letal
ditanam dalam media MS-P16 selama dua bulan agar terjadi proliferasi. Selanjutnya ES ditanam dalam media MS dengan penambahan arang aktif 2 gl
media MSAC, dilakukan subkultur setiap bulan sampai berkembang sempurna, dan kemudian dikecambahkan dalam media MS yang ditambah BAP 6-
benzylamino purine sebanyak 22 μM sampai terbentuk tunas. Tunas yang
tumbuh dipilih yang mempunyai panjang 2 – 3 cm, dipindahkan ke media pengakaran yang tersusun dari media MS ditambah NAA
naphtalene acetic aci sebanyak 10 mgl selama satu minggu. Setelah itu dipindahkan lagi ke media
MSAC dan ditumbuhkan sampai terbentuk akar yang sempurna. Dalam semua
tahap regenerasi kultur diinkubasikan dalam ruang kultur dengan temperatur konstan 25
o
C dalam kondisi terang terus menerus. Tunas yang telah berakar berkembang menjadi plantlet. Plantlet dengan 3-
4 daun dan perakaran yang normal dipindahkan dari media in vitro ke media
tanah melalui proses aklimatisasi. Akar plantlet dicuci bersih dari agar yang menempel, direndam dalam suspensi fungisida Dithane M45 2 gl, dan ditanam
dalam pot plastik dengan volume 200 ml berisi media tanam steril campuran tanah:kompos:pasir 2:1:1, vv . Plantlet disungkup dengan botol kultur untuk
menjaga kelembaban dan diletakkan selama dua minggu pada rak kultur dengan pencahayaan 1000 lux terus menerus selama 24 jam. Plantlet disiram dengan
larutan MS ½ konsentrasi jika permukaan media tanam mengering. Setelah menghasilkan daun dan perakaran baru, plantlet dipindahkan ke
rumah kaca dan sungkup botol dibuka secara bertahap. Tanaman yang berhasil tumbuh dipindahkan ke dalam pot dengan diameter 50 cm dan tinggi 40 cm yang
berisi 10 kg campuran tanah:kompos:pasir 1:1:1, vv. Selanjutnya tanaman dipelihara di rumah kaca untuk menghasilkan benih R1 dan untuk pengamatan
pertumbuhan tanaman.
Hasil Respon ES Kacang Tanah terhadap Cekaman PEG
Setelah satu dan dua bulan dalam media selektif, penambahan PEG dalam media tidak berpengaruh nyata terhadap perkembangan eksplan data tidak
ditampilkan. Setelah tiga bulan dalam media selektif, persentase eksplan yang hidup untuk kacang tanah cv. Badak nyata menurun pada perlakuan PEG 10
sedangkan untuk ketiga kultivar yang lain pada PEG 15. Pada konsentrasi PEG 20, semua eksplan kacang tanah cv. Badak dan Zebra telah mati. Rataan
ES per eksplan dan jumlah total ES hasil seleksi kacang tanah cv. Badak dan Zebra sangat menurun pada perlakuan penambahan PEG 10. Eksplan kacang
tanah cv. Badak sudah tidak mampu membentuk ES mulai perlakuan PEG 15 sedangkan kacang tanah cv. Zebra pada perlakuan PEG 20. Pada konsentrasi
PEG 20, eksplan kacang tanah cv. Singa dan Kelinci masih dapat membentuk ES Tabel 7, Gambar 6.
Meskipun secara umum meningkatnya konsentrasi PEG dalam media selektif menyebabkan meningkatnya pengaruh negatif PEG, ke empat kultivar
kacang tanah yang diuji memberikan respons berbeda terhadap cekaman PEG
yang diberikan. Dalam penelitian ini proliferasi ES kacang tanah cv. Badak paling sensitif terhadap cekaman PEG dibandingkan Kelinci atau Singa Tabel 7.
Konsentrasi Sub-letal PEG
Setelah tiga bulan dalam media selektif, penambahan PEG 20 menyebabkan penurunan persentase eksplan kacang tanah cv. Singa yang
hidup sebesar 83, Kelinci sebesar 60, Badak dan Zebra mencapai 100 dibandingkan dengan perlakuan PEG 0. Rataan ES kacang tanah cv. Badak
yang terbentuk per eksplan setelah tiga bulan dalam media selektif dengan penambahan PEG 15 menurun hingga 100 dibandingkan dengan perlakuan
PEG 0. Kacang tanah cv. Kelinci, Singa, dan Zebra pada konsentrasi PEG 20 baru menurun 85 - 91. Penurunan jumlah total ES
≥ 95 kacang tanah cv. Badak terjadi pada perlakuan penambahan PEG 10, Singa dan Kelinci
pada PEG 15, dan Zebra pada PEG 20 Tabel 8.
Tabel 7. Pengaruh konsentrasi PEG terhadap persentase eksplan yang hidup, rataan embrio somatik ES yang terbentuk per eksplan dan jumlah total
ES kacang tanah cv. Badak, Kelinci, Singa, dan Zebra setelah tiga bulan dalam media selektif
Konsentrasi PEG
Kultivar kacang tanah Badak Kelinci Singa Zebra
Persentase eksplan yang hidup
100 aA 100 aA
96 aA 100 a A
5 92 aB
100 aA 96 aA
100 aA 10
60 bB 88 aA
88 aA 88 aA
15 40 cA
44 bA 44 bA
48 bA 20
0 dC 40 bA
16 cB 0 cC
Rataan ES yang terbentuk per eksplan
32.1 aC 36.0 aA
34.4 aB 30.3 aD
5 25.6 bA
25.2 bA 23.5 bB
15.9 bC 10
2.6 cC 11.2 cA
12.2 cA 4.4 cB
15 0.0 dB
3.4 dA 3.6 dA
4.7 cA 20
0.0 dA 0.9 eA
1.2 eA 0.0 dA
Jumlah total ES
161 aB 180 aA
164 aB 162 aB
5 168 bA
117 bA 112 bA
80 bB 10
9 cB 50 cA
54 cA 19 cB
15 0 cA
7 dA 8 dA
11 cdA 20
0 cA 2 dA
1 dA 0 dA
Keterangan: Pada setiap peubah, angka yang diikuti dengan huruf kecil yang sama pada
kolom dan huruf kapital yang sama pada baris, tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT dengan taraf signifikansi 5
Tabel 8. Persentase penurunan jumlah eksplan yang hidup, rataan embrio somatik ES per eksplan dan jumlah total ES kacang tanah cv. Badak,
Kelinci, Singa, dan Zebra setelah tiga bulan dalam media selektif dengan penambahan PEG 6000 5, 10, 15 atau 20 dibandingkan
dengan media PEG 0
Konsentrasi PEG
Nilai penurunan untuk kacang tanah: Badak Kelinci Singa Zebra
Persentase eksplan yang hidup
5 8
10 40
12 8
12 15
60 56
54 52
20 100 60
83 100
Rataan ES yang terbentuk per eksplan
5 20
29 32
48 10
92 69
65 85
15 100
91 90
85 20 100
97 97
100
Jumlah total ES hasil seleksi
5 27
29 32
47 10
95 73
67 87
15 100
96 96
93 20 100
99 99
100 Keterangan:
Persentase penurunan PP, dihitung dengan rumus
100 np0
npN -
np0 PP
=
; np0 = nilai peubah pengamatan pada perlakuan PEG 0, npN = nilai peubah
pengamatan pada perlakuan PEG 5, 10, 15, atau 20
Dalam seleksi in vitro, kondisi selektif yang digunakan harus dapat
memproliferasikan seljaringan varian yang diinginkan dan menghambat pertumbuhan seljaringan normal yang tidak diinginkan sehingga kemungkinan
terjadinya kesalahan identifikasi dapat diperkecil. Dari hasil pengamatan di atas, penambahan PEG dalam media MS-P16 dengan konsentrasi 15 ditentukan
sebagai konsentrasi sub-letal dalam seleksi in vitro kacang tanah. Media selektif
dengan penambahan PEG 15 dengan tiga kali sub-kultur selama tiga bulan berturut-turut selanjutnya digunakan dalam percobaan untuk mengisolasi ES
kacang tanah yang insensitif terhadap cekaman PEG.
ES Kacang Tanah yang Insensitif terhadap PEG Konsentrasi Sub-letal
ES kacang tanah yang insensitif terhadap cekaman PEG diharapkan dapat berkembang menjadi tanaman yang toleran terhadap cekaman kekeringan.
Identifikasi ES kacang tanah yang insensitif terhadap cekaman PEG sub-letal merupakan langkah awal untuk membuktikan hal tersebut.
Gambar 6. Pertumbuhan ES kacang tanah cv. Badak B, Kelinci K, Singa
S, dan Zebra Z, setelah tiga kali sub-kultur masing-masing satu bulan dalam media selektif PEG dengan konsentrasi 0, 5,
10, 15 dan 20
Setelah tiga bulan dalam media selektif dengan konsentrasi PEG sub-letal, persentase eksplan kacang tanah cv. Kelinci dan Singa yang tetap hidup masing-
masing mencapai 36 dan 39. Rataan jumlah ES per eksplan yang didapat masing-masing sebanyak 2,3 ESeksplan untuk kacang tanah cv. Kelinci dan 2,5
ESeksplan untuk Singa. Dari sebanyak 4000-5000 ES awal yang diseleksi, jumlah total ES insensitif terhadap cekaman PEG yang berhasil diperoleh
masing-masing mencapai 415 ES 8-10 untuk kacang tanah cv. Kelinci dan 487 ES 10-12 untuk Singa. Contoh ES insensitif PEG hasil seleksi
in vitro dalam media dengan PEG sub-letal dapat dilihat pada Gambar 7.a.
S 5 10 15 20
Z K
B
Tanaman R0 dari ES Hasil Seleksi in vitro
Proliferasi ES hasil seleksi in vitro dalam media MS-P16 tanpa PEG
sebelum proses pengecambahan terbukti meningkatkan keberhasilan regenerasi tunas R0 data tidak ditampilkan. ES kacang tanah hasil seleksi
in vitro yang insensitif terhadap cekaman PEG sub-letal telah berhasil diregenerasikan
menjadi tanaman, namun tidak semua ES insensitif cekaman PEG yang didapat berhasil dikecambahkan dan diregenerasikan menjadi plantlet karena sebagian
berkembang menjadi tunas atau plantlet abnormal. Setelah proses proliferasi ES yang insensitif cekaman PEG Gambar 7.b,
perkecambahan Gambar 7.c., regenerasi plantlet Gambar 7.d., aklimatisasi Gambar 7.e., dan penanaman dalam polibag Gambar 7.f; dalam percobaan ini
berhasil didapatkan 62 tanaman R0 kacang tanah cv. Kelinci dan 48 tanaman R0 kacang tanah cv. Singa. Tanaman yang didapat diharapkan mempunyai
karakteristik tanaman yang toleran terhadap cekaman kekeringan
Gambar 7. Regenerasi ES kacang tanah hasil seleksi in vitro dalam media
selektif dengan penambahan PEG 15. a. ES insensitif cekaman PEG di antara jeringan kalus yang mati, b. proliferasi ES insensitif
PEG dalam media MS-P16, c. perkecambahan ES insensitif PEG dalam media MS-AC, d. tunas kacang tanah hasil regenerasi dari
ES insensitif PEG, e. aklimatisasi plantlet kacang tanah, dan f. penanaman tanaman regeneran dalam polibag
a b
f d e
c
Tanaman R0 tersebut telah ditumbuhkan di rumah kaca untuk menghasilkan benih R1 dan R2. Karakterisasi respon tanaman R1 dan R2
terhadap cekaman kekeringan akan dilakukan untuk membuktikan efektivitas seleksi
in vitro menggunakan PEG untuk mendapatkan genotipe kacang tanah yang toleran terhadap cekaman kekeringan.
Pembahasan
Dalam media in vitro tanpa penambahan PEG, kalus embriogen mampu
berkembang sempurna membentuk banyak ES. Penambahan PEG terbukti mampu menghambat perkembangan dan proliferasi eksplan kalus embriogen
dan ES kacang tanah cv. Badak, Kelinci, Singa, dan Zebra. Pengaruh negatif PEG diduga sebagai akibat dari kemampuan PEG untuk menurunkan potensial
osmotik larutan. Sub-unit etilena oksida dari senyawa polimer PEG diketahui mampu menahan air dengan membentuk ikatan hidrogen Steuter
et al. 1981. Akibatnya dalam media selektif yang mengandung PEG, meskipun molekul air
ada dalam larutan media tetapi menjadi tidak tersedia bagi jaringan tanaman yang dikulturkan.
Pengaruh negatif PEG terhadap perkembangan dan proliferasi ES dalam media selektif diduga juga terjadi melalui terhambatnya berbagai proses fisiologis
dalam seljaringan yang dikulturkan. PEG juga dilaporkan berpengaruh terhadap kandungan poliamina endogen yang berperan dalam proses proliferasi ES Kong
et al. 1998. Dengan demikian, ES insensitif terhadap cekaman PEG sub-letal yang diperoleh diduga mengadopsi mekanisme baru yang dapat mengatasi
pengaruh negatif PEG terhadap proliferasi ES kacang tanah. Perbedaan respon terhadap cekaman kekeringan antar kultivar dalam
percobaan ini sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya. Kacang tanah kultivar Badak dilaporkan peka, Kelinci medium toleran dan Singa toleran
terhadap cekaman kekeringan Rahayu et al. 2005, Sudarsono et al. 2004,
Hidayat et al. 1999, Nursusilawati 2003. Kacang tanah cv. Zebra belum
diketahui responsnya terhadap cekaman kekeringan. Dari data yang ada, proliferasi ES kacang tanah cv. Zebra mempunyai respons yang mirip dengan
kacang tanah cv. Badak sehingga diduga termasuk ke dalam kelompok peka terhadap cekaman kekeringan.
Perbedaan respons terhadap PEG dari kultivar kacang tanah yang berbeda toleransinya terhadap cekaman kekeringan memperkuat indikasi bahwa PEG
dapat digunakan sebagai bahan penyeleksi selective agens dalam seleksi in
vitro kacang tanah. Dalam percobaan sebelumnya PEG juga terbukti berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan tunas kacang tanah secara
in vitro dan pengaruhnya berbeda antara satu kultivar dengan yang lain tergantung
tingkat toleransinya terhadap cekaman kekeringan Rahayu et al. 2005. Hal ini
sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya. Kacang tanah cv. Badak dilaporkan peka, Kelinci medium toleran dan Singa toleran terhadap cekaman
kekeringan Rahayu et al. 2005, Sudarsono et al. 2004, Hidayat et al. 1999,
Nursusilawati 2003. Kacang tanah cv. Zebra belum diketahui responsnya terhadap cekaman kekeringan. Dari data yang ada, proliferasi ES kacang tanah
cv. Zebra mempunyai respons yang mirip dengan kacang tanah cv. Badak sehingga diduga termasuk ke dalam kelompok peka terhadap cekaman
kekeringan. Dari hasil pengamatan di atas, penambahan PEG dalam media MS-P16
dengan konsentrasi 15 ditentukan sebagai konsentrasi sub-letal dalam seleksi in vitro kacang tanah. Kondisi sub-letal dalam seleksi in vitro diperlukan untuk
meningkatkan keberhasilan seleksi dan menurunkan terjadinya escaped Nabors
Dykes 1985. Pada media dengan PEG 15, jumlah total ES yang didapat dari hasil seleksi
in vitro telah menurun sekitar 95 dibandingkan dengan perlakuan PEG 0. Sebanyak 5 ES sisanya yang tumbuh diharapkan merupakan ES
yang insensitif terhadap cekaman PEG. Jumlah total ES insensitif terhadap cekaman PEG yang berhasil diperoleh
mencapai lebih dari 5. Hal ini dapat terjadi karena seleksi dilakukan terhadap ES yang telah mengalami sub-kultur berulang sehingga di antara 4000-5000 ES
yang diseleksi ada yang mengalami variasi somaklonal menjadi lebih toleran dari sel asalnya. Mekanisme fisiologis yang dilakukan tanaman agar insensitiftoleran
terhadap potensial osmotik rendah antara lain dengan membentuk protein struktural untuk menjaga integritas membran sel Fernanda
et al. 1997, melakukan
down regulation metabolisme sel Leprince et al. 2000, meningkatkan aktivitas enzim
acidic-phosphatase yang diperlukan untuk menjaga ketersediaan fosfat organik Ehsanpour dan Amini 2003, atau
meningkatkan akumulasi senyawa prolina dalam sel Widoretno et al. 2004.
Mekanisme fisiologis yang bekerja pada ES kacang tanah insensitif terhadap cekaman PEG masih perlu dievaluasi.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan larutan PEG dalam media selektif dapat menghambat proliferasi ES kacang tanah dan tingkat
penghambatan sekitar 95 sub-letal didapatkan pada konsentrasi PEG 15. Sejumlah ES kacang tanah cv. Kelinci dan Singa yang insensitif terhadap
cekaman PEG 15 berhasil diperoleh dari seleksi in vitro yang dilakukan dengan
frekuensi 8-10 pada kacang tanah cv. Kelinci dan 10-12 pada kacang tanah cv. Singa. Tanaman R0 kacang tanah cv. Kelinci 62 tanaman dan Singa
48 tanaman berhasil diregenerasikan dari ES yang insensitif terhadap cekaman PEG dan ditumbuhkan di rumah kaca untuk menghasilkan benih R1 dan benih
R2. Evaluasi respons tanaman R1 dan tanaman R2 terhadap cekaman kekeringan selanjutnya dilakukan setelah benih R1 dan R2 tersedia.
V. VARIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF KACANG TANAH HASIL KULTUR IN VITRO DAN