UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
0,1 mL AlCl
3
10, 0,1 mL Na asetat 1M, dan 2,8 mL aquadest. Larutan dicampur homogen dan diinkubasi suhu
kamar selama 30 menit. Larutan diukur serapannya pada spektrofotometer UV dengan panjang gelombang 415 nm
dengan blangko tanpa kuersetin.
3.3.4.2 Parameter Non Spesifik
a Penetapan Susut Pengeringan Depkes, 2000
Sebanyak 1 gram ekstrak ditimbang dalam cawan yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105ºC selama 30 menit
dan ditimbang. Ratakan dengan menggoyangkan hingga merupakan lapisan setebal 5 mm-10 mm dan dikeringkan pada
suhu penetapan hingga bobot tetap, buka tutupnya, biarkan cawan dalam keadaan tertutup dan mendingin dalam desikator hingga
suhu kamar, kemudian dicatat bobot tetap yang diperoleh.
Ket : A = Bobot sampel sebelum dipanaskan g B = Bobot sampel setelah dipanaskan g
Selawa, W., 2013
b Penetapan Kadar Air Metode gravimetri Depkes, 2000
Sebanyak 1 gram ekstrak ditimbang dalam wadah yang telah ditara. Dikeringkan pada suhu 105ºC selama 5 jam di dalam
oven dan setelah itu ditimbang. Kadar air dihitung dalam persen terhadap berat sampel awal.
Ket : A = Bobot sampel sebelum dipanaskan g B = Bobot sampel setelah dipanaskan g
Selawa, W., 2013
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
c Penetapan Kadar Abu Depkes, 2000
Sebanyak 1 gram ekstrak ditimbang B dengan seksama ke dalam krus dan ditimbang dahulu A
, dipijarkan perlahan- lahan. Kemudian suhu dinaikkan secara bertahap hingga 600 ±
25ºC sampai bebas karbon, selanjutnya didinginkan dalam desikator, serta timbang berat abu A
1
. Kadar abu dihitung dalam persen terhadap berat sampel awal.
Ket : A
1
= Bobot krus + ekstrak setelah pemijaran g A
= Bobot krus kosong g B = Bobot sampel awal g
Kadar abu yang tidak larut dalam asam Abu yang diperoleh dari penetapan kadar abu, didihkan
dengan 25 mL asam sulfat encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut asam dikumpulkan dengan menyaring melalui kertas
saring bebas abu yang sebelumnya telah ditimbang C, dicuci dengan air panas, disaring dan ditimbang A
1
, ditentukan kadar abu yang tidak larut asam dalam persen terhadap berat sampel
awal.
Ket : A
1
= Bobot krus + ekstrak setelah pemijaran g A
= Bobot krus kosong g B = Bobot sampel awal g
C = Bobot kertas saring bebas abu g 0,0076 = Kertas saring bebas abu bila menjadi abu
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
d Penentuan Bobot Jenis Depkes, 2000
Gunakan piknometer bersih dan kering. Piknometer yang akan digunakan ditimbang terlebih dahulu. Piknometer diisi
dengan aquadest kemudian diatur suhunya 25°C, dan ditimbang. Aquadest dalam piknometer dikeluarkan dan dikeringkan untuk
dimasukkan ekstrak cair 5. Ekstrak cair dimasukkan ke dalam piknometer kemudian diatur suhu 25°C, dan ditimbang.
Ket : A
1
= Bobot piknometer + ekstrak cair g A
= Bobot piknometer kosong g B = Bobot piknometer + aquadest g
e Penentuan Cemaran Mikroba dan Kapang Depkes, 2000
1. Cemaran mikroba
Larutan ekstrak dibuat dengan pengenceran 1:10 dengan cara melarutkan 1 gram ekstrak ke dalam labu ukur
10 mL. Dilanjutkan dengan pengenceran 1:100 dan 1:1000. Untuk penentuan angka lempeng total ALT dipipet 1 mL dari
tiap pengenceran ke dalam cawan petri yang steril duplo dengan menggunakan pipet yang berbeda dan steril untuk tiap
pengenceran. Ke dalam tiap cawan petri dituangkan 15 mL media Nutrient Agar yang telah dicairkan bersuhu 45°C.
Cawan petri digoyangkan dengan hati-hati diputar dan digoyangkan ke depan dan ke belakang ke kanan dan ke kiri
hingga sampel bercampur rata dengan larutan ekstrak. Kemudian dibiarkan hingga campuran dalam cawan petri
membeku. Cawan petri dengan posisi dimasukkan ke dalam lemari inkubator suhu 35°C selama 24 jam. Dicatat
pertumbuhan koloni pada masing-masing cawan setelah 24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
jam dan menentukan Angka Lempeng Totalnya Depkes, 2000.
2. Cemaran KapangKhamir
Larutan ekstrak dibuat dengan pengenceran 1:10 dengan cara melarutkan 1 gram ekstrak ke dalam labu ukur
10 mL. Dilanjutkan dengan pengenceran 1:100 dan 1:1000. Media agar yang digunakan adalah Potato Dextrose Agar
PDA. PDA dicairkan dengan suhu 45°C, lalu dimasukkan ke dalam cawan petri sebanyak 15 mL, biarkan membeku dalam
cawan. Sebanyak 0,5 mL dari tiap pengenceran larutan ekstrak dipipet ke dalam cawan petri yang steril metode sebar atau
spreader dengan menggunakan pipet yang bebeda dan steril untuk tiap pengenceran. Cawan petri digoyangkan dengan hati-
hati hingga sampel tersebar secara merata pada media. Kemudian diinkubasikan pada suhu kamar 25°C selama
7 hari, lalu ditentukan jumlah kapang dan khamirg sampel Depkes, 2000.
f Penentuan Cemaran Logam Saifudin, 2011
Penetapan kadar As, Pb dan Cd dengan metode Atomic Absorption Spectroscopy AAS. Penetapan kadar ketiga logam
berat dengan cara destruksi basah. 1 gram ekstrak ditimbang dan ditambahkan 10 mL HNO
3
pekat, setelah itu dipanaskan dengan hot plate hingga volume setengahnya. Ekstrak yang kental dan
dingin ditambahkan HClO
4
5 mL, kemudian dipanaskan hingga asap putih hilang dan biarkan dingin kemudian dibilas dengan
aquadest dan disaring ke labu ukur 50 mL. Tambahkan aquadest hingga 50 mL. Sampel diukur dengan alat AAS. Berdasarkan
buku monografi ekstrak tumbuhan obat nilai logam Pb tidak lebih dari 10 mgkg, logam Cd tidak lebih dari 0,3 mgkg, sedangkan
logam As tidak lebih dari 5 µgkg.
37
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL DETERMINASI TANAMAN
Untuk identifikasi tanaman yang digunakan dalam penelitian ini, maka dilakukan determinasi di Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian
Biologi LIPI, Cibinong, Bogor. Hasil determinasi menunjukkan bahwa semua sampel yang digunakan merupakan spesies Peperomia pellucida L. Kunth.
Lihat Lampiran 2.
4.2 HASIL EKSTRAK ETANOL KATUMPANGAN AIR
Proses ekstraksi tanaman katumpangan air dilakukan menggunakan metode maserasi. Persentase perolehan ekstrak etanol rendemen yang dapat
dihitung menggunakan rumus :
Tabel 4.1 Hasil rendemen ekstrak etanol katumpangan air No.
Lokasi Tumbuh
Bobot awal yang ditimbang
Bobot ekstrak yang diperoleh
Rendemen 1.
Tangerang Selatan
600 gram 41 gram
6,833 2.
Bogor 1000 gram
78 gram 7,8
3. Yogyakarta
800 gram 105 gram
13,125
Hasil rendemen menunjukkan bahwa jumlah ekstrak etanol yang berasal dari yogyakarta lebih besar 13,125 dibandingkan dengan lokasi
tempat tumbuh di tangerang selatan 6,833 dan bogor 7,8 . Nilai rendemen yang dihasilkan tidak bergantung pada jumlah simplisia yang
digunakan, melainkan kondisi alamiah senyawa.