Rukun dan Syarat KHULU

20 suami untuk pembebasannya dari ikatan perkawinan. 46 Dari pengertian itu dapat disimpulkan yang menjadi rukun dalam khulu‟ adalah: 1. Isteri yang meminta cerai dengan jalam khulu‟ 2. Suami yang bersedia menceraikan Isterinya dengan jalam khulu‟ 3. Adanya tebusan uang iwadh yang disepakati antara suami dan isteri 4. Adanya sighat khulu‟. 47 Dari unsur-unsur di atas terdapat beberapa syarat diantaranya: 1. Isteri yang meminta cerai Seseorang bisa disebut penggugat cerai jika memenuhi syarat-syarat berikut: a. Berstatus sebagai isteri yang sah Sebab tujuan khulu‟ adalah melepaskan diri dari ikatan perkawinan, dan ikatan ini dijalin dalam sebuah akad perkawinan yang sah dan menjadikan isteri yang sah. 48 Para ahli fiqh sepakat bahwa isteri yang dapat di khulu‟ adalah istri yang mukallaf dan telah terikat dengan akad perkawinan yang sah dengan suaminya. Adapaun isteri-isteri yang tidak atau belum mukallaf 46 Mahmudunnasir, Syekh, Islam Konsepsi dan Sejarahnya. Penerjemah:Adang Afandi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005, h. 430-431. 47 Kamal, Abu Malik bin Salim, As-Sayyid, Shahih Fiqh Sunnah. Penerjemah: Khairul Amru Harahap, Faisal Shaleh, Jakarta: Pustaka Azzam 2009, h. 540 48 Kamal, Abu Malik bin Salim, As-Sayyid, Shahih Fiqh Sunnah. Penerjemah: Khairul Amru Harahap, Faisal Shaleh, Jakarta: Pustaka Azzam 2009,h. 551 21 yang berhak mengajukan permintaan khulu‟ kepada pihak suami ialah walinya. 49 Isteri yang sedang menjalani idd ah talak raj‟i dengan isteri yang sedang menjalani iddah talak ba‟in. Status isteri yang berada dalam talak raj‟i masih sama ststusnya dengan isteri dalam rumah tangga normal karena talak raj‟i tidak menghilangkan kehalalan dan kepemilikan, sehingga masih berhak mengajukkan gugatan cerai dengan membayar kompensasi atas keterlepasan dari ikatan suami isteri. 50 Sementara ist eri yang dalam masa iddah talak ba‟in tidak memiliki hak cerai gugat, karena suami sudah tidak memiliki otoritas apa-apa lagi terhadapnya. Ini adalah pendapat kalangan mazhab Syafi‟i dan Hambali. Sedangkan kalangan mazhab Hanafi dan Maliki menyatakan bahw a seorang isteri yang sedang dalam iddah talak ba‟in tetap sah melakukan gugat cerai, namun ia tidak harus membayar kompensasi, sebab tujuan pemberian kompensasi adalah untuk memperoleh pembebasan tunai sementara hal itu sudah diperolehnya. 51 b. Memiliki kemampuan untuk membelanjakan harta Para ulama sepakat bahwa isteri yang pintarlah yang boleh melakukan khulu‟ untuk dirinya. Sementara budak perempuan tidak boleh melakukan khulu‟ untuk dirinya kecuali dengan izin tuannya. 49 Muchtar, Kamal, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan Bintang, 1974, h. 170. 50 Muchtar, Kamal, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan Bintang, 1974, h. 551. 51 Kamal, Abu Malik bin Salim, As-Sayyid, Shahih Fiqh Sunnah. Penerjemah: Khairul Amru Harahap, Faisal Shaleh, Jakarta: Pustaka Azzam 2009, h. 551-552. 22 Begitupula tidak boleh bagi isteri yang bodoh berikut walinya. Menurut Imam Malik, seorang ayah boleh mengadakan khulu ‟ untuk anak perempuannya yang masih kecil, sebagaimana ia boleh menikahkannya. Begitupula untuk anak lelakinya yang masih kecil, karena menurutnya ayah juga boleh menceraikan atas namanya. 52 Sedangkan menurut Imam Syafi‟i dan Abu Hanifah, ayah tidak boleh mengadakan khulu ‟ atas namanya, karena menurut mereka ayah tidak boleh menjatuhkan talak atas namanya, 53 Sebab ayah tidak memilikki urusan apapun. Karena penghalalan hubungan intim tidak dapat dinilai dengan materi, adapun penggantinya adalah materi yang memiliki nilai tertentu. 54 2. Suami yang bersedia menceraikan Para fuqaha sepakat bahwa tergugat cerai mesti memenuhi syarat sebagai pihak yang memiliki kuasa menceraikan. Karena itu jumhur ulama kalanga n mazhab Maliki, Syafi‟i dan Hambali, membolehkan gugatan cerai atas suami yang “mahjur alaih” orang yang dibekukan kemampuannya dalam bertranksaksi lantaran pailit, idiot, atau berstatus budak, sebab bagaimanapun juga mereka tetap memiliki kuasa talak. Akan tetapi uang 52 Rusyd, Ibnu, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtasid Buku II Jilid 3 4. Penerjemah:Abdul Rasyad Shidiq, Jakarta: Akbar Media, 2013,h. 164 53 Rusyd, Ibnu, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtasid Buku II Jilid 3 4. Penerjemah:Abdul Rasyad Shidiq, Jakarta: Akbar Media, 2013,h. 164 54 Kamal, Abu Malik bin Salim, As-Sayyid, Shahih Fiqh Sunnah. Penerjemah: Khairul Amru Harahap, Faisal Shaleh, Jakarta: Pustaka Azzam 2009,. 552. 23 kompensasi tidak boleh diserahkan kepada tergugat yang “mahjur alaih” sebab ia dibekukan kemampuannya dalam penggunaan harta tersebut. 55 Syarat suami yang menceraikan isterinya dalam bentuk khulu ‟ sebagaimana yang berlaku dalam talak adalah seorang yang dapat diperhitungkan secara syara ‟, yaitu akil baligh, dan bertindak atas kehendaknya sendiri dan dengan kesengajaan. Berdasarkan syarat ini, bila suami masih belum dewasa atau suami sedang dalam keadaan gila, maka yang menceraikannya dengan khulu‟ adalah walinya. 56 3. Tebusan Mayoritas ulama menempatkan iwadh tebusan sebagai rukun yang tidak boleh ditinggalkan untuk sahnya khulu ‟. 57 Iwadh merupakan cirri khas dari khulu ‟. Selama iwadh belum diberikan oleh pihak isteri kepada suami, maka selama itu pula tergantungnya perceraian. Setelah iwadh diserahkan oleh pihak isteri kepada pihak suami barulah terjadi perceraian. 58 Iwadh atau tebusan berfungsi untuk mengingatkan isteri bahwa ketika perkawinan berlangsung, suami memberikan mahar, dan memberikan 55 Kamal, Abu Malik bin Salim, As-Sayyid, Shahih Fiqh Sunnah. Penerjemah: Khairul Amru Harahap, Faisal Shaleh, Jakarta: Pustaka Azzam 2009, h. 549. 56 Syarifuddin, Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fikih Munakahat dan Undang-Undang, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2009,h. 235. 57 Syarifuddin, Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fikih Munakahat dan Undang-Undang, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2009, h. 235. 58 Muchtar, Kamal, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan Bintang, 1974, h. 171 24 nafkah. Maka sesuatu yang wajar jika isteri menuntut cerai dengan jalan khulu‟ dengan memberikan tebusan. 59 Bentuk iwadh sama dengan bentuk mahar, dengan demikian benda yang dijadikan mahar dapat pula dijadikan iwadh. Mengenai jumlah iwadh yang terpenting adalah persetujuan suami dan isteri, apakah jumlah yang disetujui itu kurang, atau sama, atau lebih dari jumlah mahar yang pernah diberikan oleh suami kepada isteri di waktu akad nikah. 60 Ketentuan ini tidak disebutkan dalam Al-Q ur‟an dan hadist, hanya disebutkan secara umum saja, firman Allah:                             229. jika kamu khawatir bahwa keduanya suami isteri tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zalim. Q.S. al-Baqarah:299. 61 4. Shigat Khulu‟ Shigat atau ucapan cerai yang disamakan suami yang dalam uangkapannya dinyatakan “uang ganti” atau “iwadh”. Tanpa penyebutan itu 59 Umam, Khairul. “Khuluk Sebagai Penyelesaian Sengketa Perkawinan Akibat Pelanggaran Taklik Talak Studi Kasus di Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006, h. 19-20. 60 Muchtar, Kamal, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan Bintang, 1974, h. 171 61 Al- Qur‟an 25 ia hanya menjadi talak biasa. Dalam hal shigat ini terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama, diantarnya: a. Menggunakan lafadz yang jelas dan terang atau sharih. Contonhya:”saya khulu ‟ kamu dengan iwadh sebesar Rp 10.000” b. Menggunakan lafadzh kinayah yaitu lafadz lain yang tidak langsung berarti perceraian tetapi dapat digunakan untuk itu. Terjadinya khulu ‟ dengan lafadz kinayah disyaratkan dengan harus adanya niat. Contonhya:”pulanglah kamu kepada orang tuamu dengan membayar iwadh Rp. 10.000” Ada diantara ulama yang tidak menempatkan shigat sebagai rukun khulu‟ yaitu pendapat dari imam Ahmad. Alasan yang digunakan, yaitu peristiwa yang terjadi tentang Tsabit bin Qais yang dalam cerainya tidak mengucapkan apapun setelah menerima tebusan dari isterinya. 62

E. Akibat Khulu’

Bila telah diucapkan shigat khulu ‟ oleh suami atas kehendak sendiri dan telah pula memberikan tebusan, maka perkawinan putus dalam bentuk talak bain sughra dan dalam arti tidak boleh rujuk, namun dibolehkan melangsungkan perkawinan sesudah itu tanpa muhallil 63 . 64 Dari penjelasan ini kita tahu di Indonesia khulu ‟ sama dengan cerai gugat karena pada hakikatnya sama yaitu yang meminta cerai adalah pihak isteri. 62 Syarifuddin, Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fikih Munakahat dan Undang-Undang, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2009, h. 236-237. 63 Muhallil adalah seorang pria yang menikahi wanita agar ia dapat menikah dengan mantan suaminya setelah jatuh talak tiga 64 Syarifudin, Amir, Garis-Garis Besar Fiqih, Jakarta: Prenada Media, 2003, h. 133. 26 Dalam hal akibat khulu ‟, terdapat persoalan apakah perempuan yang menerima khulu ‟ dapat diikuti dengan talak atau tidak. Imam Malik berpendapat bahwa khulu ‟ itu tidak dapat diikuti dengan talak, kecuali jika pembicaraanya bersambung. Sedangkan Imam Hanafi mengatakan bahwa khulu ‟ dapat diikuti dengan talak tanpa memisahkan antara penentuan waktunya, yaitu dilakukan dengan segera atau tidak. Jumhur fuqaha telah sepakat bahwa suami yang telah menjatuhkan khulu ‟ tidak dapat merujuk mantan isterinya pada masa iddah. 65 Mengenai masa iddah khulu ‟ terdapat dua pendapat yang kedua-duanya pendapat Imam Ahmad. Pertama, cukup dengan satu kali suci dari haid. Kedua, harus menunggu tiga kali bersih dari haid. 66 Karena di Indonesia khulu‟ sama dengan cerai gugat, maka akibatnyapun sama yaitu merupakan talak bain sughra, sebagimana dalam KHI Pasal 119 ayat 1, yaitu: talak Ba`in Shughraa adalah talak yang tidak boleh dirujuk tapi boleh akad nikah baru dengan bekas suaminya meskipun dalam iddah. Talak Ba`in Shughraa sebagaimana tersebut pada ayat 1 adalah : a. Talak yang terjadi qabla al dukhul b. Talak dengan tebusan atau khulu‟ c. Talak yang dijatuhkan oleh pengadilan agama. 67 Sedangkan waktu iddahnya diatur dalam Pasal 155 yaitu waktu tunggu yang putus perkawinannya karena khulu‟ yaitu sama dengan masa iddah talak. 65 Tihami, M.A, dan Sahrani, Sohari, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap,Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2009, h.315-316. 66 Taimiyah, Ibnu, Majmu Fatawa Ibnu Taimiyah. Penerjemah:Abu Fahmi Huaidi dan Syamsuri An-Naba, Jakarta: Pustaka Azzam, 2002, h. 251. 67 Abdurrahman. Kompilasi Hukum Islam. Jakarta: Akademika Presindo, 2010, h.141-142.