Kemampuan Awal Mata Pelajaran Ekonomi

71 Tabel 12. Hasil uji taraf kesukaran. No Hasil tingkat kesukaran Keterangan 1 0,759 Mudah 2 0,655 Sedang 3 0,586 Sedang 4 0,552 Sedang 5 0,379 Sedang 6 0,379 Sedang 7 0,552 Sedang 8 0,414 Sedang 9 0,379 Sedang 10 0,793 Mudah 11 0,828 Mudah 12 0,552 Sedang 13 0,345 Sedang 14 0,690 Sedang 15 0,655 Sedang 16 0,690 Sedang 17 0,759 Mudah 18 0,379 Sedang 19 0,759 Mudah 20 0,793 Mudah 21 0,517 Sedang 22 0,586 Sedang 23 0,448 Sedang 24 0,655 Sedang 25 0,482 Sedang 26 0,310 Sedang 27 0,655 Sedang 28 0,793 Mudah 29 0,621 Sedang 30 0,552 Sedang 31 0,414 Sedang 32 0,552 Sedang 33 0,517 Sedang 34 0,690 Sedang 35 0,759 Mudah 36 0,552 Sedang 37 0,828 Mudah 38 0,517 Sedang 39 0,552 Sedang 40 0,655 Sedang 72 Berdasarkan hasil perhitungan tes kemampuan awal dari 40 item soal terdapat 9 soal tergolong mudah nomor 1, 10, 11, 17, 19, 20, 28, 35 dan 37, 31 soal tergolong sedang nomor 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 36, 38, 39 dan 40. Hasil perhitungan tingkat kesukaran terdapat pada lampiran 30.

4. Daya Beda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk mencari daya beda soal digunakan rumus: D =   B B A A J B J B P A – P B Keterangan: D = daya beda soal J = jumlah peserta tes J A = banyaknya peserta kelompok atas J B = banyaknya peserta kelompok bawah B A = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu benar B B = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu benar P A = A A J B = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar P B = B B J B = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar. Suharsimi Arikunto, 2005:213-214 73 Tabel 13. Kriteria Daya Beda Butir Soal Daya Beda Kriteria 0,00 – 0,20 Jelek 0,21 – 0,40 Cukup 0,41 – 0,70 Baik 0,70 – 1,00 Baik sekali Negatif semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja. Suharsimi Arikunto, 2005: 218. Berdasarkan hasil uji Daya Beda Instrumen dapat dilihat sebagai berikut. Tabel 14. Hasil uji daya beda. No Hasil daya beda Keterangan 1 0,4 Cukup 2 0,2 Jelek 3 0,4 Cukup 4 Jelek 5 0,3 Cukup 6 0,2 Jelek 7 0,4 Cukup 8 0,4 Cukup 9 0,3 Cukup 10 0,4 Cukup 11 0,4 Cukup 12 0,4 Cukup 13 0,3 Cukup 14 0,3 Cukup 15 0,6 Baik 16 0,4 Cukup 17 0,1 Jelek 18 0,3 Cukup 19 0,4 Cukup 20 0,4 Cukup 21 0,4 Cukup 22 0,6 Baik 23 0,3 Cukup 24 0,4 Cukup 74 25 0,5 Baik 26 0,2 Jelek 27 0,6 Baik 28 0,5 Baik 29 0,6 Baik 30 0,4 Cukup 31 0,4 Cukup 32 0,5 Baik 33 0,3 Cukup 34 0,4 Cukup 35 0,5 Baik 36 0,4 Cukup 37 0,4 Cukup 38 0,5 Baik 39 0,5 Baik 40 0,5 Baik Hasil perhitungan daya beda soal dari 40 item soal terdapat 5 item soal tergolong jelek yaitu item soal nomor 2, 4, 6, 17 dan 26, 24 item soal yang tergolong cukup yaitu item soal nomor 1, 3, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 30, 31, 33, 34, 36 dan 37 , dan 11 item soal yang tergolong baik yaitu item soal nomor 15, 22, 25, 27, 28, 29, 32, 35, 38, 39, dan 40. Hasil perhitungan daya beda terdapat pada lampiran 31.

H. Uji Persyaratan Analisis Data

Analisis data yang digunakan merupakan statistik inferensial dengan teknik statistik parametrik. Penggunaan statistik parametrik memerlukan terpenuhinya asumsi data harus normal dan homogen, sehingga perlu uji persyaratan yang berupa uji normalitas dan homogenitas. 75

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan sebagai alat pengumpul data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Liliefors. Berdasarkan sampel yang akan diuji hipotesisnya, apakah sampel berdistribusi normal atau sebaliknya dengan menggunakan rumus sebagai berikut. Lo = F Zi – S Zi Keterangan: Lo = harga mutlak terbesar F Zi = peluang angka baku S Zi = proporsi angka baku Sudjana, 2005: 466 Kriteria pengujiannya adalah jika L hitung L tabel dengan taraf signifikansi 0,05 maka variabel tersebut berdistribusi normal, demikian pula sebaliknya. Sudjana, 2005 :467

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas menggunakan rumus uji F. F = Varian terbesar Varian terkecil Sudjana, 2005: 250 76 Hal ini berlaku ketentuan bahwa bila harga F hitung ≤ F tabel maka data sampel akan homogen, dan apabila F hitung F tabel data tidak homogen, dengan taraf signifikansi 0,05 dan dk n 1 -1 ; n 2 -1.

I. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis Varians Dua Jalan ANAVA. Teknik tersebut dijelaskan berikut ini.

1. Analisis Varians Dua Jalan

Analisis varians atau Anava merupakan sebuah teknik inferensial yang digunakan untuk menguji rerata nilai. Anava memiliki beberapa kegunaan, antara lain dapat mengetahui antar variabel manakah yang memang mempunyai perbedaan secara signifikan, dan variabel-variabel manakah yang berinteraksi satu sama lain. Arikunto, 2005: 244-245. Penelitian ini menggunakan Anava dua jalan untuk mengetahui apakah ada perbedaan dan interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan kemampuan awal pada mata pelajaran ekonomi.

Dokumen yang terkait

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (Gi) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Sdit Bina Insani ( Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Sdit Bina Insani Kelas V Semester Ii Serang-Banten )

0 3 184

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI ANTARA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL (STUDI PADA SISWA KELAS X SMA GAJAH MADA TAHUN PELAJ

1 21 89

ANALISIS HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL SISWA

0 5 50

ANALISIS HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL SISWA

2 12 53

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL (Studi Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 14 Bandar Lampung Tah

0 9 96

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DAN GROUP INVESTIGATION DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL SISWA

1 36 211

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFAE) DAN COOPERATIVE SCRIPT DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP TERHADAP MATA PELAJARAN EKONOMI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 BAN

0 5 93

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFAE) DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 BANDAR LAMPUNGTAHUN PELAJARAN 2

2 4 81

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI ANTARA SISWA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DENGAN MEMPERHATIKAN KECERDASAN ADVERSITAS PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 12 B

0 6 103

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BRYOPHYTA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) DI SMA KELAS X

0 0 10