STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL (Studi Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 14 Bandar Lampung Tah

(1)

ABSTRAK

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI

SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN NUMBER HEAD

TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN

KEMAMPUAN AWAL

(Studi Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 14 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh

ELLYSA DIANVITASARI

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan hasil belajar ekonomi siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dan Number Head Together (NHT) dengan memperhatikan kemampuan awal siswa pada mata pelajaran ekonomi. Kedua model tersebut diterapkan di kelas yang berbeda. Model Group Investigation (GI) pada kelas eksperimen dan model Number Head Together (NHT) pada kelas kontrol.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 275 orang siswa kelas X SMA Negeri 14 Bandar Lampung pada semester genap tahun pelajaran 20011/2012, dengan jumlah sampel sebanyak 48 siswa. Pengambilan sampel dengan teknik cluster random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan tes kemampuan awal untuk mengetahui tingkat kemampuan awal siswa pada mata pelajaran ekonomi dan tes hasil belajar untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah diterapkan model pembelajaran tersebut. Data yang telah terkumpul dianalisis menggunakan rumus analisis varians dua jalan dan rumus t-test separated varians.

Hasil penelitian menunjukkan (1) pada pengujian hipotesis pertama diperoleh Fhitung = 13,440 dan Ftabel = 4,06, menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel, maka hipotesis diterima. (2) pada pengujian hipotesis kedua diperoleh thitung = 3,832 dan ttabel = 2,074, menunjukkan bahwa thitung > ttabel, maka hipotesis diterima. (3) pada


(2)

pengujian hipotesis ketiga diperoleh thitung = 1,560 dan ttabel = 2,074, menunjukkan bahwa thitung < ttabel, maka hipotesis ditolak. (4) pada pengujian hipotesis keempat diperoleh Fhitung = 1,646 dan Ftabel = 4,06, menunjukkan bahwa Fhitung < Ftabel, maka hipotesis ditolak.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan (1) Terdapat perbedaan Hasil belajar ekonomi siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Group Investigation (GI) dibandingkan yang pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe Number Head Together (NHT). (2) Hasil belajar ekonomi siswa yang memiliki kemampuan awal rendah yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Group Investigation (GI) lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Number Head Together (NHT). (3) Hasil belajar ekonomi pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Group Investigation (GI) lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Number Head Together (NHT). (4) Tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal siswa pada mata pelajaran ekonomi.

Kata kunci: Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif Tipe GI dan NHT, serta Kemampuan Awal.


(3)

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

GROUP INVESTIGATION (GI) DAN NUMBER HEAD

TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN

KEMAMPUAN AWAL

(Studi Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 14 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

(Skripsi)

Oleh:

ELLYSA DIANVITASARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Kerangka Pikir... 46 2. Desain Penelitian Eksperimen... 50


(5)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

1. Hasil Tes Kemampuan Awal Kelas Eksperimen ...81

2. Hasil Tes Kemampuan Awal Kelas Kontrol ...83

3. Hasil Tes Kemampuan Awal Tinggi Kelas Eksperimen ...85

4. Hasil Tes Kemampuan Awal Rendah Kelas Eksperimen ...87

5. Hasil Tes Kemampuan Awal Tinggi Kelas Kontrol ...89

6. Hasil Tes Kemampuan Awal Rendah Kelas Kontrol ...91

7. Hasil Belajar Ekonomi Kelas Eksperimen ...93

8. Hasil Belajar Ekonomi Kelas Kontrol ...95

9. Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kemampuan Awal Tinggi Kelas Eksperimen ...98

10. Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kemampuan Awal Rendah di Kelas Eksperimen ...100

11. Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kemampuan Awal Tinggi di Kelas Kontrol ...102

12. Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kemampuan Awal Rendah di Kelas Kontrol ...104

13. Peningkatan Hasil Belajar Ekonomi Siswa di Kelas Eksperimen ...107

14. Peningkatan Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas Kontrol ... 108

15. Perbandingan Peningkatan Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 109


(6)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL

ABSTRAK

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN RIWAYAT HIDUP HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO

SANWACANA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK

I. PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ... ... 1

B. Identifikasi Masalah ... ... 8

C. Pembatasan Masalah ... ... 8

D. Rumusan Masalah. ... ... 9

E. Tujuan Penelitian………... 10

F. Kegunaan Penelitian ... ... 10

G. Ruang Lingkup Penelitian ... ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 13 A. Tinjauan Pustaka ... ... 13

1.Pengertian Pembelajaran ... ... 13

2. Teori Belajar... ... 14

3. Model Pembelajaran... ... 18

4. ModelPembelajaran Kooperatif ... ... 20

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI ... ... 23

6. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ... ... 28

7. Hasil Belajar ... ... 31

8. Kemampuan Awal ... ... 33

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... ... 37

C. Kerangka Pikir ... ... 38

D. Anggapan Dasar Hipotesis ... ... 47


(7)

III. METODOLOGI PENELITIAN ... ... 49

A. Metode Penelitian... ... 49

B. Populasi dan Sampel ... ... 52

1. Populasi ... ... 52

2. Sampel ... ... 52

C. Variabel Penelitian ... ... 53

D. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ... ... 54

E. Teknik Pengumpulan Data ... ... 60

1. Tes ... ... 60

F. Uji Persyaratan Instrumen ... ... 60

1. Uji Validitas ... ... 61

2. Uji Reliabilitas ... ... 62

3. Taraf Kesukaran………... ... ... 63

4. Daya Pembeda………. ... ... 64

G. Uji Persyaratan Analisis Data……… ... ... 65

1. Uji Normalitas………... ... ... 65

2. Uji Homogenitas………. ... ... 66

H. Teknik Analisis Data………... .. 66

1. T-test Dua Sampel Independen……… ... ... 66

2. Analisis Varians Dua Jalan………. ... ... 68

3. Pengujian Hipotesis………... ... ... 70

IV. HASIL PENELITIAN... 73

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………... ... 73

1. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 14 Bandar Lampung ………….. 73

2. Visi, Misi, dan Tujuan SMA Negeri 14 Bandar Lampung... 74

3. Proses Belajar dan Pembelajaran………...77

4.Kondisi Guru dan Karyawan SMA Negeri 14 BandarLampung.... 77

5.Kondisi Siswa... .78

6. Sarana dan Prasarana Sekolah... .78

B. Deskripsi Data... 79

1. Data Hasil Tes Kemampuan Awal...79

2. Data Tes Kemampuan Awal Tinggi dan Rendah di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 84

3. Deskripsi Tes Hasil Belajar... 92

4. Data Tes Hasil Belajar Siswa Kemampuan Awal Tinggi danRendah di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 96

C. Pengujian Persyaratan Analisis Data...105

1. Uji Normalitas ... 105

2. Uji Homogenitas... 106

D. Hasil Belajar Ekonomi di Kelas Eksperimen Dan Kontrol...106

E. Pengujian Hipotesis...111F. Pembahasan...113


(8)

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 125 A. Kesimpulan... 125 B. Saran... 126 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Hasil Uji Blok Semester Ganjil Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X

SMA Negeri 14 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 4

2. Enam Tahapan Kemajuan Siswa di dalam Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Group Investigation ... 26

3. Penelitian Yang Relevan ... 37

4. Kisi-kisi Instrumen Soal Tes Kemampuan Awal ... 58

5. Tingkat Besarnya Reliabilitas ... 62

6. Rumus Unsur Tabel Persiapan Anava Dua Jalan ... 69

7. Daftar Kondisi Guru dan Karyawan SMA Negeri 14 Bandar ... Lampung ... 77

8. Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kemampuan Awal Kelas Eksperimen ... 80

9. Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kemampuan Awal Kelas Kontrol ... 82

10. Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kemampuan Awal Tinggi Kelas Eksperimen ... 85

11. Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kemampuan Awal Rendah di Kelas Eksperimen ... 87

12. Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kemampuan Awal Tinggi Kelas Kontrol ... 89

13. Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kemampuan Awal Rendah Kelas Kontrol ... 91

14. Distribusi Frekuensi Tes Hasil Belajar Kelas Eksperimen ... 93

15. Distribusi Frekuensi Tes Hasil Belajar Kelas Kontrol ... 95

16. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Ekonomi Siswa yang Memiliki Kemampuan Awal Tinggi di Kelas Eksperimen... 98

17. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Ekonomi Siswa yang Memiliki Kemampuan Awal Rendah di Kelas Eksperimen ... 100

18. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Ekonomi Siswa yang Memiliki Kemampuan Awal Tinggi di Kelas Kontrol ... 102

19. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Ekonomi Siswa yang Memiliki Kemampuan Awal Rendah di Kelas Kontrol ... 104

20. Hasil Uji Normalitas Sampel Hasil Belajar Ekonomi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 105

21. Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 106

22. Peningkatan Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 107


(10)

(11)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur alhamdulillah kepada Alloh SWT atas izin

dan ridho Nyalah kini dapat Kupersembahkan karya kecil nan

sederhana ini kepada orang-orang tercinta yang menyatu dalam darah

dan jiwaku dan menjadi motivator serta kebahagiaan hidupku....

Bapak dan Ibuku (Alm) tersayang yang telah membesarkan,

mendidik, dan selalu mendoakan serta mencurahkan kasih

sayangnya dengan pengorbanan yang tulus ikhlas demi

kebahagiaan dan keberhasilanku.

A

dikku tersayang yang selalu menghiburku disaat hatiku

gundah serta keluarga besarku.

Mbah dan Oom yang selalu mendukung dan menyemangatiku.

Bapak Sugeng dan Ibu Mega yang selalu memberikan motivasi

Seseorang yang kelak akan mendampingi hidupku.

Sahabat-sahabat terbaikku.


(12)

(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Sendang Mulyo, Kecamatan Sendang Agung, Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 10 Oktober 1990, anak pertama dari dua bersaudara buah cinta kasih dari pasangan Bapak Nurrohman dan Ibu Siti Maesaroh (Alm).

Pendidikan formal yang diselesaikan penulis yaitu SD Negeri 3 Sendang Mulyo diselesaikan pada tahun 2002, SMP Negeri 1 Sendang Agung diselesaikan pada tahun 2005, dan SMA Negeri 1 Kalirejo diselesaikan pada tahun 2008.

Pada tahun 2008, penulis diterima sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Ekonomi Jurusan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Pada bulan Januari 2011, penulis mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Solo-Yogya-Bandung-Jakarta.

Pada bulan Juli 2011, penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Bogorejo, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran dan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 3 Gedong Tataan.


(14)

SANWACANA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji hanya milik Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL ” (Studi Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 14 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012).

Penulisan skripsi ini merupakan syarat dalam menyelesaikan studi, dimana dalam proses penyelesaiannya penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. M. Thoha B. S Jaya, M.S. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M. Si. selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(15)

4. Bapak Drs. Iskandar Syah, M. H. selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Buchori Asyik, M. Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Bapak Drs. Nurdin, M. Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, sekaligus Pembimbing Akademik, dan Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran, dan masukan kepada penulis.

7. Bapak Dr. Eddy Purnomo, M. Pd. selaku Pembimbing I atas kesediaannya memberikan bimbingan, saran, kritik, dan nasehat yang membangun dalam proses penyelesaian skripsi ini.

8. Bapak Drs.Yon Rizal, M. Si. selaku Pembahas yang telah memberikan masukan kepada penulis.

9. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi serta para pendidik di unila pada umumnya yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.

10.Ibu Dra. Rosidah Sembiring, MM. selaku Kepala SMA Negeri 14 Bandar Lampung yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

11.Ibu Krismiriyanti, S. Pd. Selaku guru mitra yang telah memberikan waktu, kesempatan, dan masukan kepada penulis.

12.Siswa-siswi kelas dan SMA Negeri 14 Bandar Lampung TP. 2011/2012 atas partisipasinya dalam penelitian.


(16)

13.Bapak dan Ibuku (Alm) tercinta yang tulus menyayangiku dan mendoakan untuk keberhasilanku. Terima kasih atas perjuangan dan pengorbanannya untuk mendidik dan membesarkanku hingga saat ini. 14.Adikku Linda yang selalu memberikan keceriaan dan semangat didalam

hidupku .

15.Mbah, Om Salam, Bulek Novi, Om Rohmad, Bulek Isti, dan Om Rovingi yang selalu mendukung dan menyemangatiku serta adik Ulva yang telah memberikan kecerian. Bulek Munah, Om Yudi, Bulek Sar, Om Kasno yang telah meberikan dukungan walaupun jarak memisahkan kita. (terimakasih untuk semuanya)

16.Bapak Sugeng dan Ibu Mega yang selalu memberikan motivasi. 17.Keluarga besarku yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

18.Mbak ana dan Ulva yang selalu menghiburku dan merawatku di saat aku sakit.

19.Sahabat –sahabat terdekatku Puji, Santi, Evo, Rahma, Rosi, Meyta, Diah, Dani, Rudi, Udin, Galih, Ony, dan Arif yang telah memberikan canda, tawa, keceriaan, dan dukungan. (makasih ya sobat)

20. Untuk teman-teman seperjuanganku ECOUTION 2008 REGULER

(Anggia, Eis, Ewa, Uwo, Metra, Nesti, Ratih Ida, Ria, Siti, Sri, Aul, Citra, Desi, Devy, Dinar, Eka Noviyanti, Endriyan, Elda, Dila, Ferli, Fiqih, Freddy, Kiki, Lisa, Marsel, Maya, Nia, Wulan, Pepi, Fani, Bay, Windy, Dini, Yana dan Yuli), terimakasih atas do’a dan dukungannya;

21. Untuk teman seperjuanganku ECOUTION 2008 MANDIRI (Andrea, Angga, Ayu, Dede, Desi S, Durotul, Eka Rumiyati, Ela, Ernia, Iin, Ika


(17)

Puspita, Joko, Syaiful, Meli, Ana, Nur Kartika, Osie, Ratih Cahya, Mai, Rachma, Suryo, Wina, Andrian, Aris, Chintya, Desi MS, Ucil, Dwinta, Zie, Ika Bong, Ivan, Kris, Lia, Meri, Mina, Ony, Mitha, Rahmat, Rini, Sigit, Siti Ruhibah, Vita dan Yenni), terimakasih atas do’a dan

dukungannya;

22. Untuk mb imah, kak rudi, dan mb desi terima kasih atas bantuan dan kerja samanya.

23. Kakak-kakak tingkat FKIP Ekonomi angkatan 2005, 2006, 2007 dan adik-adik tingkat FKIP Ekonomi angkatan 2009, 2010, dan 2011.

24.Teman-teman PPLku semuanya, Dwi, Fitri, Hesti, Yetni, Yinda, Berna, Eka, Nevi, dan Bayu terima kasih atas kerjasamanya.

25.Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun besar harapan penulis agar skripsi yang sederhana ini bermanfaat bagi kita semua. Amin....

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Mei 2012


(18)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, adalah:

1. Nama : Ellysa Dianvitasari

2. NPM : 0813031024

3. Program Studi : Pendidikan Ekonomi

4. Jurusan/ Fakultas : Pendidikan IPS/ KIP

5. Alamat : Desa Sendang Mulyo, Kec. Sendang

Agung, Kab. Lampung Tengah 34174

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan Saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Mei 2012

Ellysa Dianvitasari NPM. 0813031024


(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Peningkatan kualitas SDM merupakan suatu keharusan bagi bangsa Indonesia untuk menghadapi persaingan global. Sebagaimana diketahui, pada era globalisasi menuntut kesiapan setiap bangsa untuk saling bersaing secara bebas. Oleh karena itu, sudah semestinya pembangunan sektor pendidikan menjadi prioritas utama yang harus dilakukan oleh pemerintah.

Berdasarkan hal itu pemerintah terus berupaya mewujudkan kualitas pendidikan melalui perubahan kurikulum yang dapat menggali potensi peserta didik serta menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang siap menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.


(20)

Kurikulum yang saat ini diterapkan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai hasil pembaharuan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menghendaki bahwa suatu pembelajaran pada dasarnya tidak hanya mempelajari tentang konsep, teori, dan fakta tetapi juga aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian materi pembelajaran tidak hanya tersusun atas hal-hal sederhana yang bersifat hafalan dan pemahaman, tetapi juga tersusun atas materi yang kompleks yang memerlukan analisis, aplikasi, dan sintesis. Untuk itu guru harus bijaksana dalam menentukan suatu model yang sesuai yang dapat menciptakan situasi dan kondisi kelas yang kondusif agar proses belajar mengajar dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan oleh pendidik untuk memperolehan ilmu

pengetahuan, pembentukan sikap, dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Pemilihan suatu model pembelajaran harus memiliki

pertimbangan-pertimbangan . Misalnya, materi pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa (kemampuan awal) dan sarana atau fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. Kemampuan awal peserta harus mendapat pertimbangan dalam proses pembelajaran.


(21)

Kemampuan awal sangat dipengaruhi oleh pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Oleh karena itu, perbedaan lingkungan dapat mengakibatkan perbedaan kemampuan awal. Perbedaan kemampuan awal mengakibatkan perbedaan kemampuan untuk mengkolaborasi

informasi baru untuk membangun struktur kognitif. Pengetahuan tentang kemampuan awal siswa diperlukan oleh guru untuk menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran di kelas. Dengan memahami kemampuan awal siswa guru dapat membantu siswa

memperlancar proses pembelajaran yang dilakukan dan memperkecil peluang kesulitan yang dihadapi siswa.

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan suatu masalah, menyelesaikan suatu tugas untuk mencapai tujuan bersama. Untuk mencapai tujuan tersebut, siswa dalam kelompok kooperatif saling membantu sehingga menjadikan siswa lebih aktif dalam belajar.

SMA Negeri 14 Bandar Lampung merupakan salah satu sekolah menengah atas di Bandar Lampung yang mengajarkan dua bidang ilmu yaitu Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Salah satu kompetensi dari Ilmu Sosial yang diberikan di Sekolah Menengah Atas adalah Ekonomi, yang diberikan di kelas X, XI, dan XII Ilmu Sosial. Ekonomi merupakan mata pelajaran inti sehingga siswa dituntut memiliki


(22)

hasil belajar yang tinggi agar mampu bersaing untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya.

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan pada bulan November 2011 dan wawancara dengan guru bidang studi Ekonomi di SMA Negeri 14 Bandar Lampung kelas X mengenai hasil belajar Ekonomi siswa pada Uji Blok Semester 1 tahun pelajaran 2011/2012 dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Hasil Uji Blok Semester Ganjil Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X

SMA Negeri 14 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012.

Kelas Nilai Jumlah

Siswa Keterangan < 68 68

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 33 26 28 37 37 40 39 6 14 11 1 2 - 1 39 40 39 38 39 40 40 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah adalah 68

Jumlah 230 45 275

Persentase

(%) 83,64 16,36 100

Sumber: Guru bidang studi mata pelajaran ekonomi

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di SMA Negeri 14 Bandar Lampung adalah sebesar 68. Berdasarkan data yang ada pada tabel di atas, terlihat bahwa hasil belajar ekonomi yang diperoleh siswa pada uji blok semester ganjil masih kurang optimal. Ini terlihat dari jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥68 atau yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal hanya 45 siswa atau 16,36 %, sedangkan yang memperoleh nilai < 68 adalah 230 siswa atau 83,67 %. Menurut Djamarah dalam Mahfud (2010:6), apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai


(23)

siswa maka presentase keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut tergolong rendah.

Hasil observasi lebih lanjut diketahui bahwa masih banyak guru yang belum menerapkan model pembelajaran yang dapat menggali serta mengembangkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar masih berpusat pada guru (teacher centered) di mana penyampaian materi lebih banyak didominasi oleh guru. Guru memegang kendali aktif, sementara siswa bersikap pasif sehingga proses pembelajaran kurang melibatkan peran siswa baik secara fisik maupun mental. Proses pembelajaran demikian membuat sebagian besar siswa kurang bersemangat dalam belajar. Kondisi ini ditunjukkan dengan jumlah siswa yang bertanya sedikit, kurang berani untuk mengungkapkan pendapat, dan merasa cukup menerima materi yang telah disampaikan oleh guru. Selain itu, masih banyak guru yang menggunakan metode langsung, yaitu guru menjelaskan, siswa memperhatikan, dan mencatat materi pelajaran sehingga, mengakibatkan kurangnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Untuk mengatasi hal itu, guru perlu menerapkan model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran.

Model pembelajaran kooperatif dalam perkembangannya telah memiliki berbagai macam tipe. Beberapa diantaranya adalah Group Investigasi (GI), Number Head Together (NHT), Teams Games Tournamen (TGT), Jigsaw, Student Teams Acievement Division (STAD) yang mana sebagai tipe


(24)

pembelajaran mempunyai perbedaan dalam hakikat pembelajaran, bentuk kerjasama, peranan dan komunikasi antar siswa dan peran guru.

Pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia kemudian menyajikan dalam suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan. Teknik presentasi dilakukan siswa dengan cara seluruh anggota kelompok maju atau setiap kelompok mewakilkan beberapa anggotanya untuk presentasi sedangkan kelompok yang lain menunggu giliran untuk mempresentasikan hasil investigasinya. Kelompok yang belum mendapat giliran presentasi harus mengevaluasi dan memberi tanggapan dari topik yang tengah dipresentasikan. Peran guru dalam GI adalah sebagai sumber belajar dan fasilitator. Selain itu, guru juga memperhatikan dan memeriksa setiap kelompok bahwa mereka mampu mengatur pekerjaannya dan membantu setiap permasalahan yang dihadapi di dalam interaksi kelompok tersebut. Pada akhir kegiatan, guru

menyimpulkan dari masing-masing kegiatan kelompok dalam bentuk rangkuman.

Pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Model ini dikembangkan oleh Spencer Kagan. Tipe NHT lebih banyak melibatkan


(25)

siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran untuk mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT menggunakan empat struktur langkah utama yaitu: 1. Penomoran (guru membagikan nomor kepada masing-masing siswa). 2. Pengajuan pertanyaan (guru mengajukan pertanyaan atau memberikan

tugas kepada masing-masing kelompok).

3. Berfikir bersama (setiap anggota kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat

mengerjakannya atau mengetahui jawabannya).

4. Pemberian jawaban (guru memanggil satu nomor tertentu dan para siswa dalam setiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyampaikan jawaban kepada seluruh kelas secara bergiliran).

Melalui kedua model tersebut diharapkan dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga dapat mencapai indikator dari kompetensi dasar serta hasil belajar siswa dapat memenuhi Kriteria Ketuntasan Minial (KKM) yang ditetapkan sekolah.

Bertitik tolak pada latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk mengambil judul“ Studi Perbandingan Hasil Belajar Ekonomi Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) dan Tipe Number Head Together (NHT) Dengan Memperhatikan Kemampuan Awal.” (Studi Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 14 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012).


(26)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkaan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Masih rendahnya hasil belajar ekonomi siswa kelas X SMA Negeri 14 Bandar Lampung. Hal ini tampak dari banyaknya siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar.

2. Masih banyak guru yang menggunakan metode langsung yaitu guru menjelaskan, siswa memperhatikan dan mencatat materi pelajaran. 3. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered). Peran guru

sangat dominan.

4. Partisipasi siswa secara aktif dalam proses pembelajaran masih rendah. 5. Kemampuan awal siswa masih belum dijadikan dasar dalam

pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka perlu untuk membatasi permasalahan penelitian ini pada hasil belajar ekonomi siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) dan Tipe Number Head Together (NHT) pada pokok bahasan Kebijakan Pemerintah dalam Bidang Ekonomi dan Pendapatan Nasional.


(27)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah tersebut, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaaan hasil belajar ekonomi antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Group

Investigation (GI) dibandingkan yang pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe Number Head Together (NHT)?

2. Apakah hasil belajar ekonomi pada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Group Investigation (GI) lebih tinggi dibandingkan yang

pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Number Head Together (NHT)?

3. Apakah hasil belajar ekonomi pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Group Investigation (GI) lebih rendah dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Number Head Together (NHT)?

4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal siswa pada mata pelajaran ekonomi?


(28)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT).

2. Mengetahui keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) dalam pencapaian hasil belajar ekonomi pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi. 3. Mengetahui keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Group

Investigation (GI) dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) dalam pencapaian hasil belajar ekonomi pada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah. 4. Mengetahui interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan

awal siswa pada mata pelajaran ekonomi.

F. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis

a. Untuk menambah pengetahuan serta lebih mendukung teori-teori yang ada sehubungan dengan masalah yang diteliti.

b. Sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa.


(29)

c. Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian lebih lanjut bagi peneliti lain.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai acuan dan bahan pertimbangan bagi guru dan calon guru mata pelajaran ekonomi tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif yang tepat.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi peneliti yang akan melakukan penelitian yang relevan.

c. Dapat membantu siswa dalam penguasaan materi dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

d. Sebagai sumber informasi bagi peneliti lain dalam bidang pembelajaran.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 14 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012.

2. Obyek penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dan tipe Number Head Together (NHT).

3. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini adalah di SMA Negeri 14 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012.


(30)

4. Waktu Penelitian


(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama dalam proses

pendidikan di sekolah. Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Pemahaman seorang guru terhadap pengertian pembelajaran akan sangat mempengaruhi cara guru itu mengajar.

Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antar peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik (Mulyasa dalam Nika Angel, 2009 : 17). Sedangkan menurut Gagne dan Briggs (1979:3, dalam

http://krisna1.blog.uns.ac.id/2009/10/19/pengertian-dan-ciri-ciri-pembelajaran/) pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.


(32)

Selanjutnya, Pamujie dalam Nike Angel (2009 : 17) mengemukakan bahwa “ pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran, dan tabiat serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.”

Suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi persyaratan utama keefektifan pengajaran, yaitu:

1. Presentasi waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM; 2. Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi diantara siswa; 3. Ketetapan antara kandungan materi ajar dengan kemampuan siswa

(orientasi keberhasilan belajar) diutamakan; dan

4. Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif. (Soesmosasmito dalam Trianto, 2009:20)

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi antar peserta didik dengan lingkungannya yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang dan disusun sedemikian rupa untuk memperoleh ilmu pengetahuan, pembentukan sikap, dan kepercayaan pada peserta didik.

2. Teori Belajar

Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran siswa. Berdasarkan teori belajar, diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih meningkatkan perolehan siswa sebagai hasil belajar.


(33)

Gagne dalam Mariana, (1999 : 25) menyatakan untuk terjadinya belajar pada siswa diperlukan kondisi belajar, baik kondisi internal maupun kondisi eksternal. Kondisi internal merupakan peningkatan memori sebagai hasil belajar terdahulu. Memori siswa yang terdahulu merupakan komponen kemampuan yang baru dan ditempatkannya bersama-sama. Kondisi eksternal meliputi aspek atau benda yang dirancang dalam

pembelajaran. Gagne menekankan pentingnya kondisi internal dan kondisi eksternal dalam suatu pembelajaran, agar siswa memperoleh hasil yang diharapkan (Trianto, 2009 : 27). Dengan demikian, sebaiknya

memperhatikan atau menata pembelajaran yang memungkinkan

mengaktifkan memori siswa yang sesuai agar informasi yang baru dapat dipahaminya. Kondisi eksternal bertujuan antara lain merangsang ingatan siswa, menginformasikan tujuan pembelajaran, membimbing belajar materi yang baru, memberikan kesempatan kepada siswa menghubungkan dengan informasi baru.

Seorang guru hendaknya memahami teori belajar yang melandasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas agar model pembelajaran yang diberikan sesuai dengan materi pelajaran, perkembangan kognitif siswa, serta sesuai dengan situasi sekolah. Model pembelajaran kooperatif tipe GI dan NHT dilandasi oleh teori belajar konstruktivisme.


(34)

a. Teori Belajar Konstruktivisme

Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan di kelompokkan dalam teori pembelajaran konstruktivis. Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berusaha dengan ide-idenya. (Slavin dalam Trianto,2009:28)

Menurut teori ini, satu prinsip paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau

menerapkan ide-ide mereka sendiri . (Nur dalam Trianto, 2009 : 28)

Berikut ini akan dikemukakan dua teori yang melandasi pendekatan konstruktivis dalam pembelajaran yaitu Teori Perkembangan Kognitif Piaget, dan Teori Perkembangan Mental Vygotsky.

b. Teori Perkembangan Kognitif Piaget

Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari


(35)

tindakan. Piaget yakin bahwa pengalaman fisik dan manipulasi

lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya

berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis. (Nur dalam Trianto, 2009: 29)

Implikasi teori kognitif Piaget pada pendidikan adalah sebagai berikut : a. Memusatkan perhatian pada berfikir atau proses mental anak, tidak

sekedar pada hasilnya. Selain kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut. Pengamatan belajar yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap kognitif siswa dan jika guru penuh perhatian terhadap metode yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan pengalaman sesuai dengan yang dimaksud.

b. Memperhatikan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Di dalam kelas, Piaget

menekankan bahwa pembelajaran pengetahuan jadi (ready made knowledge) tidak mendapat tekanan, melainkan anak didorong menemukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan dengan lingkungan. Oleh karena itu, selain mengajar secara klasik, guru mempersiapkan beranekaragam kegiatan secara langsung dengan dunia fisik.

c. Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Oleh karena itu harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas dalam bentuk kelompok-kelompok kecil siswa daripada bentuk kelas yang utuh. (Slavin dalam Trianto, 2009: 30-31)

c.Teori Perkembangan Fungsi Mental Vygotsky

Vygotsky berpendapat seperti Piaget, bahwa siswa membentuk pengetahuan sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan siswa sendiri, melalui bahasa.


(36)

Meskipun kedua ahli memperhatikan pertumbuhan pengetahuan dan pemahaman anak tentang dunia sekitar, Piaget lebih memberikan tekanan pada proses mental anak dan Vygotsky lebih menekankan pada peran pembelajaran, interaksi sosial, dan pengetahuan lain

Vygotsky yakin bahwa pembelajaran terjadi apabila anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu berada dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas itu berada dalam zone of proximal development (ZPD). ZPD adalah tingkat perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangan seseorang saat ini. Satu lagi ide penting dari Vygotsky adalah Scaffolding yakni pemberian bantuan kepada anak selama tahap-tahap awal perkembangan dan mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya. Menurut teori Vygotsky, siswa perlu belajar dan bekerja secara berkelompok

sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan diperlukan bantuan guru dalam kegiatan pembelajaran. (Trianto, 2009: 38-39)

3. Model Pembelajaran

Kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh

kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran. Joyce & Weil dalam Rusman (2010: 133) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pelajaran jangka panjang), merancang


(37)

bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Ciri-ciri model pembelajaran sebagai berikut:

Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. a. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu.

b. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar dikelas.

c. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut memiliki : (1). Dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur; (2). Dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang. (Rusman, 2010: 136)

Soekamto, dkk dalam Trianto, (2009:22 ) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah ” kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam

merencanakan aktivitas belajar mengajar.” Dengan demikian aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis.

Arends dalam trianto (2009:22) menyatakan, ”The term teaching model refers to a particular approach to instruction that includes its goals, syntax, environment, and management system.” Istilah model

pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem


(38)

Berdasarkan pendapat tersebut maka model pembelajaran merupakan rencana atau strategi yang disiapkan untuk mencapai tujuan khusus mengajar yaitu sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

4. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar konstruktivis. Hal ini terlihat pada salah satu teori Vygotsky, yaitu penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran, Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam diskusi atau kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu. Cooperative mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan

kooperatif terjadi pencapaian tujuan secara bersama-sama yang sifatnya merata dan menguntungkan setiap anggota kelompoknya.

http://blog.unm.ac.id/hakim/2010/02/16/model-pembelajaran-kooperatif/

Solihatin dan Raharjo dalam Mahfud (2010:20) mengungkapkan bahwa pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan oleh setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative


(39)

learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok.

Hal ini senada dengan pendapat Lie dalam Renny (2009:18) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif atau cooperative learning adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dalam tugas-tugas yang terstruktur dengan guru

bertindak sebagai fasilitator. Menurut Slavin dalam Rusman (2010: 201) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok.

Pendidikan hendaknya mampu mengkondisikan, dan memberikan

dorongan untuk dapat mengoptimalkan dan membangkitkan potensi siswa, menumbuhkan aktivitas serta daya cipta (kreativitas), sehingga akan menjamin terjadinya dinamika di dalam proses pembelajaran. Nurul hayati dalam Rusman (2010: 203) mengatakan bahwa ” pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi.

Sanjaya dalam Rusman (2010: 203) mengungkapkan bahwa cooperative learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.


(40)

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri:

1. untuk memuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara bekerja sama;

2. kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah;

3. jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang heterogen ras, suku, budaya, dan jenis kelamin, maka diupayakan agar tiap kelompok terdapat keheterogenan tersebut;

4. penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan. http://muhfida.com/model-pembelajaran-kooperatif/

Model pembelajaran kooperatif menuntut guru untuk lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapka ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri. Johnson & Johnson,1994 (dalam Trianto, 2009:57) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah

memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun kelompok.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Slavin dalam Rusman (2010: 205-206) dinyatakan bahwa: (1). Penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat


(41)

menghargai pendapat orang lain, (2). Pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman.

Pembelajaran kooperatif akan efektif digunakan apabila:

1. Guru menekankan pentingnya usaha bersama disamping usaha secara individual.

2. Guru menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam belajar. 3. Guru ingin menanamkan tutor sebaya atau belajar melalui teman

sendiri.

4. Guru menghendaki adanya pemerataan partisipasi aktif siswa. 5. Guru menghendaki kemampuan siswa dalam memecahkan

berbagai permasalahan. Sanjaya dalam Rusman, (2010:206)

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigasi (GI) Strategi belajar kooperatif GI dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv, Israel. Secara umum perencanaan

pengorganisasian kelas dengan menggunakan teknik kooperatif GI adalah kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2-6 orang, tiap kelompok bebas memilih sub topik dari keseluruhan unit materi (pokok bahasan) yang akan diajarkan, dan kemudian membuat atau menghasilkan laporan kelompok. Selanjutnya, setiap kelompok

mempresentasikan atau memamerkan laporannya kepada seluruh kelas, untuk berbagi dan saling tukar informasi temuan mereka (Rusman, 2010:220). Group Investigation merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan


(42)

atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk

mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model Group Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/06/20/strategi-pembelajaran-kooperatif-metode-group-investigation/

Sharan, dkk. (1984) membagi langkah-langkah pelaksanaan model investigasi kelompok meliputi enam fase.

a. Memilih topik

Siswa memilih subtopik khusus di dalam suatu daerah masalah umum yang biasanya diterapkan oleh guru. Selanjutnya siswa diorganisasikan menjadi dua sampai enam anggota tiap kelompok menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi tugas. Komposisi kelompok-kelompok hendaknya heterogen secara akademis maupun etnis.

b. Perencanaan kooperatif

Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih pada tahap pertama.

c. Implementasi

Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di dalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan keterampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan siswa kepada jenis-jenis sumber belajar yang berbeda baik di dalam atau di luar sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila diperlukan.

d. Analisis dan sintesis

Siswa menganalisis dan menyintesis informasi yang diperoleh pada tahap ke tiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas


(43)

dan disajikan dengan cara menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas.

e. Presentasi hasil final

Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikan dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yang saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan memperoleh perspektif luas pada topik itu.

f. Evaluasi

Dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari topik yang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. (Trianto, 2009:80-81)

Rusman (2010: 223) menjelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif group investigation langkah-langkah pembelajarannya adalah

a. Membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari ± 5 siswa. b. Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis.

c. Mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan kelompoknya secara bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang disepakati.

Slavin (1995) dalam Siti Maesaroh (2005:28), mengemukakan hal penting untuk melakukan metode Group Investigation adalah:

1. Membutuhkan Kemampuan Kelompok.

Di dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat kesempatan memberikan kontribusi. Dalam penyelidikan, siswa dapat mencari informasi dari berbagai informasi dari dalam maupun di luar kelas.kemudian siswa mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap anggota untuk mengerjakan lembar kerja. 2. Rencana Kooperatif.

Siswa bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang mereka butuhkan, siapa yang melakukan apa, dan bagaimana mereka akan mempresentasikan proyek mereka di dalam kelas.


(44)

3. Peran Guru.

Guru menyediakan sumber dan fasilitator. Guru memutar diantara kelompok-kelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan membantu siswa mengatur pekerjaannya dan membantu jika siswa menemukan kesulitan dalam interaksi

kelompok.http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/06/20/strategi-pembelajaran-kooperatif-metode-group-investigation/

Tahapan-tahapan kemajuan siswa di dalam pembelajaran yang

menggunakan metode Group Investigation untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut, (Slavin, 1995) dalam Siti Maesaroh (2005:29-30) yaitu:

Tabel 2. Enam Tahapan Kemajuan Siswa di dalam Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Group Investigation

Tahap I

Mengidentifikasi topik dan membagi siswa ke dalam kelompok.

Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberi kontribusi apa yang akan mereka selidiki. Kelompok dibentuk berdasarkan heterogenitas. Tahap II

Merencanakan tugas.

Kelompok akan membagi sub topik kepada seluruh anggota. Kemudian membuat perencanaan dari masalah yang akan diteliti, bagaimana proses dan sumber apa yang akan dipakai. Tahap III

Membuat penyelidikan.

Siswa mengumpulkan, menganalisis dan mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan dan mengaplikasikan bagian mereka ke dalam pengetahuan baru dalam mencapai solusi masalah kelompok.

Tahap IV

Mempersiapkan tugas akhir.

Setiap kelompok mempersiapkan tugas akhir yang akan dipresentasikan di depan kelas.

Tahap V

Mempresentasikan tugas akhir.

Siswa mempresentasikan hasil kerjanya. Kelompok lain tetap mengikuti.

Tahap VI Evaluasi.

Soal ulangan mencakup seluruh topik yang telah diselidiki dan

dipresentasikan.

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/06/20/strategi-pembelajaran-kooperatif-metode-group-investigation/


(45)

Model pembelajaran ini mempunyai ciri-ciri, yakni sebagai berikut: a. Pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigation berpusat

pada siswa, guru hanya bertindak sebagai fasilitator atau konsultan sehingga siswa berperan aktif dalam pembelajaran.

b. Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang, setiap siswa dalam kelompok memadukan berbagai ide dan pendapat, saling berdiskusi dan beragumentasi dalam memahami suatu pokok bahasan serta memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi kelompok.

c. Pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigation siswa dilatih untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi, semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari, semua siswa dalam kelas saling terlihat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut.

d. Adanya motivasi yang mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

e. Pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigation suasana belajar terasa lebih efektif, kerjasama kelompok dalam pembelajaran ini dapat membangkitkan semangat siswa untuk memiliki keberanian dalam mengemukakan pendapat dan berbagi informasi dengan teman lainnya dalam membahas materi pembelajaran.

Pemanfaatan atau penggunaan model pembelajaran Group Investigation juga mempunyai kelemahan dan kelebihan, yakni sebagai berikut:

1. Kelebihan pembelajaran model Group Investigation yaitu:

a. Pembelajaran dengan kooperatif model Group Investigation

memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

b. Penerapan metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

c. Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang.

d. Model pembelajaran Group Investigation melatih siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dan mengemukakan pendapatnya.


(46)

e. Memotivasi dan mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

2. Kelemahan pembelajaran dengan model Group Investigation yaitu: Model pembelajaran Group Investigation merupakan model pembelajaran yang kompleks dan sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Kemudian pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran Group Investigation juga membutuhkan waktu yang lama. http://ras

eko.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-group-investigation.html

Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat dipakai guru untuk mengembangkan kreativitas siswa, baik secara perorangan maupun kelompok. Model pembelajaran kooperatif dirancang untuk membantu terjadinya pembagian tanggung jawab ketika siswa mengikuti pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan manusia social.

6. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together (NHT) Number Head Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Number Head Together (NHT) pertama kali

dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap mata pelajaran tersebut. Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT:


(47)

1). Fase 1: Penomoran

Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antar 1-5.

2). Fase 2: Mengajukan pertanyaan

Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi.

3). Fase 3: Berpikir bersama

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim. 4). Fase 4: Menjawab

Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. (Trianto, 2009: 82-83)

Model pembelajaran ini dapat mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Teknik ini dapat diberikan pada semua mata pelajaran dan pada berbagai tingkatan usia. Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian guru memanggil nomor dari siswa untuk melakukan presentase. Menurut sumber

http://learning-with-me.blogspot.com (2006), menyatakan bahwa langkah-langkah

pembelajaran Numbered Heads Together Structure adalah sebagai berikut: 1) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok

mendapat nomor.

2) Guru memberikan tugas, penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomornya dalam kelompok. Misanya: siswa nomor 1 bertugas membaca soal dengan benar dan mengumpulkan data yang mungkin berhubungan dengan penyelesaian soal, siswa nomor 2 bertugas mencari penyelesaian soal, siswa nomor 3 bertugas mencatat dan melaporkan hasil kerja kelompok.

3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya, jika diperlukan dapat dilakukan kerjasama antar kelompok, siswa disuruh keluar dari


(48)

kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa yang bernomor sama dari kelompok lain.

4) Guru memanggil nomor siswa yang bertugas melaporkan hasil kerjasama mereka.

5) Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang sama dari kelompok lain.

Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Numbered Heads Together Struktur adalah sebagai berikut :

1. Kelebihan model NHT yaitu:

a. Setiap siswa menjadi siap semua.

b. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.

c. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. 2. kelemahan model NHT yaitu:

a. Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu yang lama.

b. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru. http://alief-hamsa.blogspot.com/2009/05/numbered-heads-together-nht.html

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah :

a) Harga diri menjadi lebih tinggi. b) Memperbaiki kehadiran.

c) Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar. d) Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil.

e) Konflik antar pribadi berkurang. f) Pemahaman yang lebih mendalam.

g) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi h) Hasil belajar lebih tinggi.


(49)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Number Head Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih

mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas. Selain itu, model pembelajaran ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran.

7. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan hasil belajar merupakan hal yang diperoleh dari proses belajar. Abdurrahman dalam Sri Megawati (2011:22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Sedangkan menurut Romizawski dalam Sri Megawati (2011:22) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan keluaran (output) dari suatu sistem pemrosesan masukan (input). Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja

(performance).

Menurut Djamarah (1994dalam http://konselingindonesia.com)

menyatakan bahwa hasil belajar siswa berasal dari suatu penilaian dibidang pendidikan yang dilakukan oleh guru setelah siswa melakukan kegiatan belajar. Maka berdasarkan penilaian tersebut akan diperoleh


(50)

informasi yang berkenaan dengan perkembangan dan penguasaan siswa terhadap bahan pembelajaran. Hasil penilaian belajar yang menunjukkan kemampuan siswa tersebut ditentukan dalam bentuk angka atau nilai.

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyanti dan Mudjiono, 2006: 3).

Hasil belajar dalam ( http://techonly13. Wordpress. Com /2009 /07/04/ pengertian-hasil-belajar/) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Slameto (2003:54), yaitu:

a. Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri manusia (intern)

Faktor ini dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor biologis dan faktor psikologis. Faktor biologis antara lain usia,kematangan dan kesehatan, sedangkan faktor psikologis adalah kelelahan, suasana hati, motivasi, minat dan kebiasaan belajar.

b. Faktor yang bersumber dari luar manusia (ekstern)

Faktor ini diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor manusia dan faktor non manusia seperti alam, benda, hewan dan lingkungan fisik.


(51)

Model pembelajaran dan kemampuan awal juga mempengaruhi hasil belajar. Setiap model yang dipilih dan digunakan berpengaruh langsung terhadap pencapaian hasil belajar. Model pembelajaran yang digunakan dalam mengajar harus benar-benar sesuai dengan tujuan, materi, keadaan siswa, dan kemampuan guru. Model yang baik akan memberikan kemudahan bagi guru dalam menyajikan materi pelajaran dan bagi siswa memberikan kemudahan dalam menyerap setiap materi pelajaran yang akan diberikan, dan pada akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar yang akan dicapai siswa dalam belajar. Selain itu, kemampuan awal juga dapat mempengaruhi hasil belajar. Kemampuan awal merupakan prasyarat yang harus dimiliki siswa dan dapat diketahui dari nilai tes kemampuan awal.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Pengukuran hasil belajar siswa diukur dari waktu ke waktu dan merupakan gabungan dari aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

8. Kemampuan Awal Siswa

Setiap individu mempunyai kemampuan belajar yang berlainan. Kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang telah dipunyai oleh siswa sebelum mengikuti pembelajaran yang akan diberikan. Kemampuan awal ini menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima pelajaran yang akan disampaikan oleh guru. Kemampuan awal siswa penting untuk diketahui guru sebelum ia memulai dengan pembelajarannya, karena


(52)

dengan demikian dapat di ketahui apakah siswa telah mempunyai pengetahuan yang merupakan prasyarat untuk mengikuti pembelajaran. Sejauh mana siswa telah mengetahui materi apa yang akan di sajikan. Dengan mengetahui hal tersebut, guru akan dapat merancang pembelajaran dengan lebih baik. Sebab apabila siswa di beri materi yang telah diketahui maka akan merasa cepat bosan.

Gerlach dan Ely dalam Harjanto (2006:128) “Kemampuan awal siswa ditentukan dengan memberikan tes awal”. Kemampuan awal siswa ini penting bagi pengajar agar dapat memberikan dosis pelajaran yang tepat, tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Kemampuan awal juga berguna untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan. Senada disampaikan Gagne dalam Nana Sudjana (1996:158) menyatakan bahwa “kemampuan awal lebih rendah dari pada kemampuan baru dalam

pembelajaran, kemampuan awal merupakan prasyarat yang harus dimiliki siswa sebelum memasuki pembelajaran materi pelajaran berikutnya yang lebih tinggi.” Jadi seorang siswa yang mempunyai kemampuan awal yang baik akan lebih cepat memahami materi dibandingkan dengan siswa yang tidak mempunyai kemampuan awal dalam proses pembelajaran.

http://resolusirijal.blogspot.com/2011/04/kemampuan-awal-prior-knowledge.html

Abdul Ghafur dalam Renny (2009:35) menyebutkan teknik-teknik yang dapat dihasilkan untuk mengetahui karakteristik dan kemampuan awal siswa, yaitu:


(53)

a. Menggunakan catatan atau dokumen seperti nilai rapor atau nilai hasil tes formatif dan tes sumatif.

b. Menggunakan tes prasyarat atau tes awal. c. Mengadakan komunikasi individual.

Menurut pandangan Konstruktivisme, anak tidak menerima begitu saja pengetahuan dari orang lain, tetapi anak secara aktif membangun pengetahuannya yang sebelumnya anak sudah mempunyai kemampuan awal. Menurut Slavin (2008:13) Teori belajar konstruktivis ini menyatakan bahwa “siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai”. Dalam proses belajar seorang siswa harus berusaha mendapatkan pengetahuan sendiri. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan

pengetahuan, mereka harus belajar bekerja memecahkan masalah, dan menemukan segala sesuatu untuk dirinya.

Secara ringkas gagasan kontruktivisme tentang pengetahuan disimpulkan sebagai berikut :

a) Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek. b) Subjek membentuk skema kognitif, ketegori, konsep, dan struktur yang


(54)

c) Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang (Paul Suparno, 1997:21)

Teori kontruktivis membangun suatu pengetahuan baru. Peserta didik akan menyesuaikan informasi baru atau pengalaman yang dimilikinya melalui berinteraksi dengan peserta didik lain atau dengan gurunya. Melalui model pembelajaran penemuan terbimbing siswa bisa dibagi menjadi kelompok kecil atau perorangan. Sehingga siswa bisa berdiskusi dan menyampaikan pendapatnya dalam proses penemuan

konsep.http://remenmaos.blogspot.com/2011/10/kajian-teori-belajar-kontruktivisme.html

Berdasarkan pemaparan yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Kemampuan awal ini menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima pelajaran yang akan disampaikan oleh guru. Kemampuan awal yang buruk akan mengakibatkan kesulitan siswa untuk mengikuti tahap-tahap selanjutnya dalam proses pembelajaran.


(55)

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Tabel 3. Penelitian yang relevan

No Nama Judul Penelitian Hasil Penelitian 1 Mahfud

Fauzi (2010)

Studi Perbandingan Hasil Belajar Ekonomi antara Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) dan Tipe Number Head Together (NHT) Ditinjau dari Jumlah Indikator yang Belum Tuntas ( Studi Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Gunung Agung Tulang Bawang Barat Semester Genap Tahun Pelajaran 2009/2010).

Ada perbedaan yang signifikan rata-rata hasil belajar ekonomi siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran

Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) jika dibandingkan dengan yang menggunakan Tipe Number Head Together (NHT) pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Gunung Agung Tulang Bawang Barat semester genap tahun pelajaran 2009/2010) diperoleh

7,497 > 4,062 dengan rata-rata kelas eksperimen 79,917 dan kelas kontrol 67,917. 2 Renny

Agustiani (2009)

Studi Perbandingan Hasil Belajar Akuntansi Siswa Melalui Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe

Number Head Together (NHT) dan Student Achievment Division ( STAD) dengan

Memperhatikan Kemampuan Awal Siswa (Studi Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2008/2009).

Ada perbedaan yang signifikan rata-rata hasil belajar Akuntansi siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran

Kooperatif Tipe Number Head Together (NHT) dan Student Achievment Division ( STAD) dengan Memperhatikan Kemampuan Awal Siswa (Studi Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2008/2009) diperoleh 8,167 > 4,042 dengan rata-rata kelas

eksperimen 82,62 dan kelas kontrol 78,31.


(56)

3 Yuni Susanti

(2009) Studi Perbandingan Kecerdasan dan Hasil Belajar Ekonomi dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Number Head Together (NHT) (Studi Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2008/2009).

Ada perbedaan yang signifikan rata-rata hasil belajar Ekonomi dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Number Head Together (NHT) (Studi Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2008/2009) diperoleh 4,813 > 4,11 dengan rata-rata kelas eksperimen sebesar 76,56 dan kelas kontrol sebesar 67,34.

4 Nika Anggel Ismiyanti (2009)

Upaya Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Ekonomi Siswa dengan

Menggunakan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) (Kaji Tindak di SMP Negeri 16 Bandar Lampung).

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) dapat Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Ekonomi Siswa pada Mata Pelajaran IPS SMP Negeri 16 Bandar Lampung) diperoleh

66,38 > 62,5 dengan nilai rata-rata pada siklus I sebesar 66,38, siklus II sebesar 72,63 dan siklus III sebesar 79,88.

C. Kerangka Pikir

Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif, yaitu kooperatif tipe Group Investigation (GI) dan tipe Number Head Together (NHT) . Variabel terikat (dependen) dalam penelitian ini adalah hasil belajar ekonomi siswa dengan


(57)

memperhatikan kemampuan awal siswa melalui kedua model pembelajaran kooperatif tersebut. Hasil belajar ekonomi dengan menerapkan model kooperatif tipe Group Investigation (GI)dan hasil belajar ekonomi dengan menerapkan kooperatif tipe Number Head Together (NHT). Variabel moderator dalam penelitian ini adalah kemampuan awal siswa dalam mata pelajaran ekonomi.

1. Terdapat Perbedaan Hasil Belajar Ekonomi Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Dibandingkan Tipe NHT

Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok secara kolaboratif dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Melaui model ini kemampuan berpikir, mengeluarkan pendapat, rasa percaya diri siswa dalam

mengerjakan soal dapat ditingkatkan.

Pembelajaran kooperatif mempunyai berbagai tipe, dua diantaranya adalah tipe Group Investigation (GI) atau investigasi kelompok dan Number Head Together (NHT)atau tipe kepala bernomor. Kedua model kooperatif ini memiliki langkah-langkah yang sedikit berbeda namun tetap dalam satu jalur yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa dan guru berperan sebagai fasilitator. Model pembelajaran kooperatif cocok diterapkan pada semua mata pelajaran. Ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi, dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan, kegiatan produksi, konsumsi dan distribusi.


(58)

Pelaksanaan model kooperatif tipe GI, yaitu guru membentuk kelompok yang anggotanya heterogen, kemudian memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan topik yang akan dipelajari. Ketua kelompok akan membagi subtopik kepada seluruh anggota kelompoknya. Siswa mulai mencari informasi, menganalisis, berdiskusi dan menarik

kesimpulan dari topik yang telah mereka investigasi. Setelah selesai setiap kelompok mempresentasikan hasilnya. Langkah terakhir guru memberikan kesimpulan dari hasil presentasi kelompok. Sedangkan, pada model kooperatif tipe NHT guru juga membentuk kelompok yang anggotanya heterogen dan memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok. Guru mengajukan pertanyaan dalam bentuk lembar soal yang dibagikan pada tiap kelompok, kemudian siswa mendiskusikan jawabannya dengan teman satu kelompok. Lalu guru memanggil satu nomor untuk mempresentasikan jawaban di depan kelas, langkah terakhir guru bersama siswa

menyimpulkan jawaban dari semua pertanyaan yang yang sedang dibahas. Terdapat perbedaan pada kedua model pembelajaran tersebut. Kunandar dalam Mahfud (2010:50) mengatakan bahwa pada model pembelajaran tipe GI siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process skill). Sedangkan Nurhadi dalam Mahfud (2010:50) mengatakan bahwa NHT merupakan metode struktural yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa


(59)

sehingga mampu meningkatkan prestasi akademik siswa. Pada model pembelajaran ini guru yang menentukan topik pembelajaran lalu memberikan soal pada siswa dalam bentuk lembar soal.

Aktivitas belajar siswa pada model GI lebih tinggi dibandingkan model NHT. Pada model GI siswa dilibatkan sejak perencanaan pembelajaran yaitu mulai dari menentukan topik pembelajaran, masing-masing individu mencari informasi dari berbagai sumber, menganalisis, berdiskusi dan menarik kesimpulan dari topik yang telah mereka investigasi sehingga tingkat kemandirian siswa dalam belajar juga lebih tinggi. Sedangkan pada model NHT yang merencanakan dan menetukan topik pembelajaran adalah guru dan siswa hanya berdiskusi dan menjawab pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Tingkat kemandirian pada model NHT lebih rendah karena apabila ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab, siswa tersebut dapat bertanya pada anggota kelompoknya. Selain itu, kerjasama siswa pada model GI juga lebih tinggi daripada model NHT. Pada model GI, kerjasama siswa dalam satu kelompok sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan materi yang pada akhirnya akan dipresentasikan. Sedangkan pada model NHT kerjasama dalam berdiskusi lebih rendah karena dimungkinkan tidak semua anggota kelompok dapat menjawab soal yang telah diberikan. Dapat disimpulkan bahwa pada model GI siswa lebih memahami materinya secara mendalam karena dilibatkan sejak perencanaan pembelajaran, sedangkan pada model NHT yang menentukan topik adalah guru. Perbedaan tersebut dapat diduga akan berakibat pada


(60)

pencapaian hasil belajar yang berbeda antara siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran kooperatif tipe GI dan NHT.

2. Hasil Belajar Ekonomi Siswa Dengan Kemampuan Awal Rendah Melalui Pembelajaran Tipe GI Lebih Tinggi Dibandingkan Tipe NHT

Tahap pelibatan siswa sejak awal perencanaan hingga penentuan topik pada pembelajaran tipe GI menjadikan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah berusaha dan bersungguh-sungguh untuk memahami

materinya, sedangkan siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi merasa tidak harus mempersiapkan dirinya secara matang karena ia menganggap dirinya telah mampu. Hal ini dapat mengakibatkan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah berusaha untuk memahami agar tidak tertinggal jauh dengan sesama. Sedangkan pada pembelajaran tipe NHT siswa yang memiliki kemampuan awal rendah dapat mengandalkan temannya dalam satu kelompok yang memiliki kemampuan awal tinggi apabila ia tidak mengetahui jawaban dari soal yang diberikan pada saat berlangsungnya diskusi. Pada tipe ini yang menentukan topik

pembelajaran adalah guru sehingga siswa yang memiliki kemampuan awal rendah tingkat pemahaman materinya kurang dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi, karena jika siswa yang memiliki kemampuan awal rendah yang menentukan materi sendiri ia akan memilih materi yang dianggap bisa. Sehingga hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan awal rendah yang pembelajarannya menggunakan model


(61)

pembelajaran kooperatif tipe GI lebih tinggi dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Aktivitas belajar siswa yang memiliki kemampuan awal rendah pada model GI lebih tinggi karena ia menganggap dirinya belum mampu. Hal tersebut yang menjadi pemicu untuk bersungguh-sungguh dalam

memahami materi yang ada yaitu mulai dari menentukan topik pembelajaran, mencari informasi dari berbagai sumber, menganalisis, berdiskusi, dan menarik kesimpulan. Sedangkan pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi merasa tidak harus mempersiapkan dirinya secara matang karena ia menganggap dirinya telah mampu. Siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi belum tentu bisa bekerjasama dalam kelompok, karena ia telah terbiasa dengan kemandiriannya untuk menyelesaikan segala hal. Sementara siswa yang memiliki kemampuan awal rendah telah terbiasa bekerjasama dalam kelompok.

Aktivitas belajar siswa yang memiliki kemampuan awal rendah pada model NHT lebih rendah karena ia dapat mengandalkan temannya dalam satu kelompok yang memiliki kemampuan awal tinggi apabila ia tidak mengetahui jawaban dari soal yang diberikan pada saat berlangsungnya diskusi. Tetapi di sisi lain, siswa yang memiliki kemampuan awal rendah telah terbiasa bekerjasama dalam kelompok sedangkan siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi belum tentu bisa bekerjasama dalam kelompok, karena ia telah terbiasa dengan kemandiriannya untuk


(62)

lebih memahami materinya secara mendalam karena dilibatkan sejak perencanaan pembelajaran, sedangkan pada model NHT yang menentukan topik adalah guru. Hal ini dapat mengakibatkan perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki kemamapuan awal rendah hasil belajarnya lebih tinggi yang menggunakan model kooperatif tipe GI dibandingkan tipe NHT.

3. Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kemampuan Awal Tinggi Melalui Pembelajaran Tipe GI lebih rendah Dibandingkan Tipe NHT

Siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi pada pembelajaran kooperatif tipe GI merasa tidak harus mempersiapkan dirinya secara matang karena ia menganggap dirinya telah mampu, sedangkan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah lebih memahami materi karena ia merasa bahwa dirinya belum bisa sehingga ia lebih bersungguh-sungguh dalam belajar.

Siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi pada pembelajaran

kooperatif tipe NHT semakin baik pengetahuannya, pemahaman terhadap materi lebih cepat dibandingkan yang memiliki kemampuan awal rendah. Siswa yang memiliki kemampuan awal rendah dapat mengandalkan temannya yang memiliki kemampuan awal tinggi jika ia tidak mengetahui jawaban dari soal yang diberikan. Selain itu, topik pembelajaran yang ditentukan oleh guru membuat siswa yang memiliki kemampuan awal rendah daya tangkap terhadap materinya kurang dibandingkan siswa yang


(1)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Terdapat perbedaan hasil belajar ekonomi siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dibandingkan tipe Number Head Together (NHT).

2. Hasil belajar ekonomi siswa yang memiliki kemampuan awal rendah yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) lebih tinggi dibandingkan tipe Number Head Together (NHT).

3. Hasil belajar ekonomi siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) lebih tinggi dibandingkan tipe Number Head Together (NHT).

4. Tidak ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan kemampuan awal siswa pada mata pelajaran ekonomi.


(2)

A. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang Studi Perbandingan Hasil Belajar Ekonomi Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) dan Number Head Together (NHT) Dengan Memperhatikan Kemampuan Awal (studi pada siswa kelas X SMA Negeri 14 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012), maka peneliti menyarankan:

1. Sebaiknya pihak sekolah memberikan pengetahuan tambahan kepada guru-guru melalui pelatihan mengenai model pembelajaran yang tepat guna meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Sebaiknya para guru mempelajari berbagai macam model pembelajaran yang lebih menitikberatkan pada PAIKEM (Pembelajaran, Aktif, Inovatif, Kreatif dan Menyenangkan), kemudian model pembelajaran tersebut diterapkan di kelas disesuaikan dengan pokok bahasan dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

3. Sebaiknya guru mata pelajaran ekonomi lebih kreatif lagi dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran yang tepat dan bervariatif, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik sehingga hasil belajar ekonomi siswa meningkat.

4. Sebaiknya siswa dapat lebih berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan meningkatkan sikap kerjasama yang positif antar siswa.

5. Sebaiknya model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dan Number Head Together (NHT) mulai diterapkan oleh guru karena mampu meningkatkan hasil belajar ekonomi pada siswa yang memiliki


(3)

kemampuan awal rendah dan tinggi. Tetapi, penerapannya disesuaikan dengan pokok bahasan dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, Renny. 2009. Studi Perbandingan Hasil Belajar Akuntansi Siswa melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dan STAD dengan Memperhatikan Kemampuan Awal ( Studi pada Siswa kelas IX IPS SMA Negeri 5 Bandar Lampung). Skripsi FKIP, Universitas Lampung. Alief, 2009. Number Head Together. http://alief-hamsa.blogspot.com/2009/05/numbered-heads-together-nht.html

Ali. Iqbal. 2010. Number Head Together.

http://iqbalali.com/2010/01/03/nht-numbered-head-together/

A.M. Sardiman. 1994. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta

Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. Fauzi, Mahmud. 2010. Studi Perbandingan Hasil Belajar Ekonomi antara

Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI dan NHT Ditinjau dari Jumlah Indikator yang Belum Tuntas ( Studi pada Siswa kelas X SMA Negeri 1 Gunung Agung Kabupaten Tulang Bawang Barat Semester Genap). Skripsi FKIP, Universitas Lampung.

Hakim, 2010. Model Pembelajaran Kooperatif.

http://blog.unm.ac.id/hakim/2010/02/16/model-pembelajaran-kooperatif/ http://konselingindonesia.com)

http://krisna1.blog.uns.ac.id/2009/10/19/pengertian-dan-ciri-ciri-pembelajaran/ diakses tanggal 14 januari 2012, pukul 18:12

http://remenmaos.blogspot.com/2011/10/kajian-teori-belajar-kontruktivisme.html diakses tanggal 24 januari 2012, pukul 15.00


(5)

http://learning-with-me.blogspot.com (2006).

Ibrahim, M & Nur, M. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.

Kunandar, 2007. Guru Profesional.Jakarta. Raja Grafindo.

Megawati, Sri. 2011. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Ekonomi Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT pada Siswa Kelas X-3 Semester Gasal SMA Negeri 8 Bandar Lampung. Skripsi FKIP, Universitas Lampung.

Mudjiono, Dimyanti . Belajar dan pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta. Muhfida. Model Pembelajaran Kooperatif.

http://muhfida.com/model-pembelajaran-kooperatif/

Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran ( Mengembangkan Profesionalisme Guru). Rajawali Pers. Jakarta.

Santyasa, I Wayan. 2006. “Pembelajaran Inovatif: Model Kolaboratif, Basis Proyek, dan Orientasi NOS” FKIP MIPA Universitas Pendidikan Ganesha. www.freewebs.com/santyasa/PDF Files/COOLABORATIF MODEL PROJECT BASED DAN ORIENTASI NOS. Pdf.

Slameto. 2003. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. PT Rineka

Cipta. Jakarta.

Sudjana, Djudju. 2006. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung.

Sudrajad, Akhmad. 2009. Stratehi Pembelajaran Kooperatif Metode Group Investigation. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/06/20/strategi-pembelajaran-kooperatif-metode-group-investigation/

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantutatif, Kualitatif, dan R&D). Alfabeta. Bandung.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan (Kompetensi dan Praktiknya). Bumi Aksara. Jakarta.

Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Rineka Cipta. Jakarta. Susanti, Yuni. 2009. Studi Perbandingan Kecerdasan dan Hasil Belajar

Ekonomidengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan NHT pada Siswa kelas X Semester Genap SMA 2


(6)

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Jakarta.


Dokumen yang terkait

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI ANTARA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL (STUDI PADA SISWA KELAS X SMA GAJAH MADA TAHUN PELAJ

1 21 89

ANALISIS HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL SISWA

0 5 50

ANALISIS HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL SISWA

2 12 53

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) DAN TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP TERHADAP MATA PELAJARAN PADA SISWA KELAS X SEMESTER GENAP SMA NEGERI 1

0 9 88

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL (Studi Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 14 Bandar Lampung Tah

0 9 96

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DITINJAU DARI HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 14 48

STUDI PERBANDINGAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN STUDENT FACILITATOR AND EXPAINING DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 GADINGREJO

0 41 211

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) (Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 16 Bandar Lampung 2013/2014)

1 11 80

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DAN GROUP INVESTIGATION DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL SISWA

1 36 211

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) DAN GROUP INVESTIGATION (GI) DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 3 Natar Tahun

3 28 175