Kajian Penelitian Terdahulu Kerangka Berpikir

31

D. Kajian Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan mengenai resiliensi, seperti yang dilakukan oleh Astrid Septyanti 2010 dengan judul Resiliensi Penderita Stroke. Hasil dari penelitiannya terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi penderita stroke menjadi resilien, yaitu: faktor I Am yang meliputi kepercayaan diri dan self esteem yang baik, memiliki perasaan dicintai, memiliki orang-orang kepercayaan untuk meluapkan perasaan, mampu berempati, mampu untuk mandiri dan bertanggung jawab. Faktor I Have yang meliputi mendapat dukungan, semangat dan layanan yang maksimal dari keluarga dan masyarakat, tetap menjalani aturan yang ada dengan baik dikehidupannya, adanya sosok yang memberikan informasi positif dan keinginan untuk dapat mengikuti informasi positif tersebut. Faktor I Can meliputi adanya hubungan yang dapat dipercaya, yakin pada pertolongan Allah SWT setiap mendapati permasalahan, mampu mengekspresikan perasaannya, terbuka dalam mendengar saran dan kritik orang lain. Adapula penelitian terdahulu mengenai resiliensi dan anak yang menjadi korban perceraian orangtua dengan judul resiliensi pada remaja yang mengalami broken home Ivadhias Swastika: 2013, pada subjek penelitian tersebut resiliensi yang terjadi bersifat positif karena subjek mampu meregulasi emosi, menahan implus negatif yang muncul, memiliki cita-cita serta optimis untuk bangkit dari 32 masalahnya. Hal ini dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri subjek dan juga faktor luar subjek yang menyebabkan subjek dapat menjadi pribadi yang resilien. Subjek juga memiliki keyakinan dan harapan yang baik bagi kehidupannya dimasa yang akan datang.

E. Kerangka Berpikir

Anak merupakan harta yang paling berharga dalam sebuah keluarga. Perceraian pada orangtua merupakan sebuah hal yang sangat tidak diinginkan oleh setiap anak dalam keluarga. Hal itu karena keluarga merupakan lingkungan primer yang membentuk kepribadian seorang individu. Jika seorang individu mengalami masalah perceraian dalam keluarga maka hal itu sangat mempengaruhi kepribadiannya. Percerain yang terjadi selama ini hampir selalu menjadikan anak sebagai korban. Hal tersebut dikarenakan perceraian akan mempengaruhi anak dalam mencapai tugas perkembangannya, termasuk bagi remaja korban perceraian orangtua. Kondisi yang dialami remaja korban perceraian merupakan sebuah kondsi yang sangat berat dalam proses perkembangannya. Kemampuan dalam merespon secara positif masalah yang terjadi dalam hidupnya merupakan hal yang sangat penting dimiliki individu guna membantu mengurangi dampak negatif yang mungkin dialami individu dari sebuah masalah, atau biasa disebut resiliensi. Pada remaja, resiliensi merupakan hal yang penting karena semakin resilien 33 seorang remaja maka akan semakin berdampak baik bagi perkembangan pribadinya. Bagi remaja korban perceraian orangtua, banyak hal yang dapat dilakukan guna merespon masalah yang terjadi dalam dirinya. Setiap remaja memiliki resiliensi yang berbeda dalam menanggapi masalahnya, hal itu sangat dipengaruhi oleh pola asuh orangtua dan lingkungan sekitar. Resileinsi bagi remaja korban perceraian orangtua akan mempengaruhinya dalam pencapaian tugas perkembangan dan hal itu akan berdampak bagi kehidupan remaja tersebut dimasa yang akan datang maupun dalam proses pembentukan kepribadiannya.

F. Pertanyaan Penelitian