Pertimbangan Hakim Dalam Putusan Pengadilan Negeri Ngawi No.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id mengeluarkan sperma didalam alat kelamin korban Ida Oktaviani Mardisari. 6. Bahwa korban Ida Oktaviani Mardisari mau disetubuhui oleh terdakwa karena terdakwa mengatakan bahwa korban Ida Oktaviani Mardisari tidak akan hamil dan apabila hamil terdakwa mau tanggung jawab. 7. Bahwa korban Ida Oktaviani Mardisari lahir pada tanggal 23 oktober 1998 dan pada saat kejadian belum genap berumur 16 enam belas tahun. 8. Bahwa akibat perbuatan terdakwa tersebut kemudian korban Ida Oktaviani Mardisari menjadi hamil dan orang tua korban Ida Oktaviani Mardisari menghubungi keluarga terdakwa untuk dimintai pertanggungjawaban, selanjutnya karena tidak terima atas perbuatan terdakwa, orang tua saksi korban Ida Oktaviani Mardisari melaporkan terdakwa ke Polres bahwa terdakwa menyesali perbuatannya dan berjanji tidak mengulanginya lagi. Bahwa segala sesuatu yang terjadi di persidangan sebagaimana yang termuat dalam Berita Acara Persidangan perkara ini dianggap pula termuat dan turut dipertimbangkan dalam putusan ini. Bahwa Majelis Hakim akan mempertimbangkan apakah perbuatan Terdakwa seperti yang terungkap dipersidangan telah memenuhi semua unsur dari tindak pidana yang didakwakan kepadanya. Terdakwa diajukan kepersidangan oleh Penuntut Umum dengan dakwaan yang berbentuk subsidaritas yaitu: Primair : melanggar Pasal 81 ayat 2 UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Subsidair : melanggar Pasal 82 UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Bahwa oleh karena Dakwaan Jaksa Penuntut Umum berbentuk Subsidaritas maka Majelis Hakim akan terlebih dahulu mempertimbangkan unsur-unsur dalam dakwaan Primair, apabila Dakwaan Primair telah terbukti maka dakwaan selanjutnya tidak perlu lagi dibuktikan, akan tetapi sebaliknya apabila Dakwaan Primair tidak terbukti maka Majelis Hakim akan mempertimbangkan unsur-unsur dalam Dakwaan selanjutnya. Maka berdasarkan fakta-fakta hukum yang terungkap dipersidangan, menimbang bahwa ketentuan hukum sebagaimana tersebut dalam Dakwaan Primair melanggar Pasal 81 ayat 2 UURI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang unsur-unsurnya adalah sebagai berikut: 1. Unsur setiap orang. Bahwa setiap orang disini adalah subjek hukum pelaku tindak pidana dan pelaku tindak pidana berdasarkan keterangan saksi-saksi dan dikaitkan dengan keterangan Terdakwa serta barang bukti yang ada bahwa yang melakukan tindak pidana adalah ia Terdakwa Giri Eko Prasetyo Bin Sugiyono sebagaimana identitasnya tertera dalam Surat Dakwaan dan digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Terdakwa telah membenarkan Bahwa Terdakwalah yang dimaksud dalam dakwaan tersebut. Bahwa dengan demikian unsur ini telah terpenuhi secara sah menurut hukum dan meyakinkan. 2. Unsur dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangakain kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain. Berdasarkan fakta-fakta hukum dipersidangan, berdasarkan keterangan para saksi dan keterangan terdakwa, bahwa kejadian tersebut benar terjadi dengan demikian unsur ini telah terpenuhi secara sah menurut hukum dan meyakinkan. Menimbang bahwa berdasarkan uraian pertimbangan tersebut di atas semua unsur dalam Pasal 81 ayat 2 UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak telah terpenuhi dan terbukti, oleh karena itu terhadap terdakwa harus dinyatakan bersalah telah melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum dan oleh karena dakwaan Jaksa Penuntut Umum berbentuk subsidaritas, maka Majelis Hakim berpendapat untuk tidak membuktikan dakwaan selebihnya oleh bahwa karena Terdakwa telah dinyatakan terbukti bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan oleh Penuntut Umum maka sudah sepatutnya Terdakwa dijatuhi pidana setimpal dengan kesalahannya tersebut; Menimbang bahwa dari fakta-fakta yang diperoleh dipersidangan tidak ditemukan hal-hal yang merupakan alasan penghapus pidana baik digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id alasan pemaaf maupun alasan pembenar, oleh karenanya Terdakwa dapat mempertanggungjawabkan atas perbuatan yang dilakukannya itu. Menimbang bahwa terhadap pemidanaan yang akan dijatuhkan kepada terdakwa Majelis Hakim berpendapat sebagai berikut: 1. Bahwa perbuatan yang telah dilakukan oleh terdakwa telah nyata melanggar norma-norma agama dan norma kesusilaan 2. Bahwa perbuatan terdakwa sangat merugikan masa depan korban yang mana dalam hal ini dapat merusak mental korban baik bagi dirinya sendiri maupun dalam pergaulannya di lingkungan sekolah maupun masyarakat. 3. Bahwa akibat dari perbuatan Terdakwa telah lahir seorang anak dari rahim korban, yang mana dalam hal ini korban telah menjadi seorang ibu dalam usia yang masih terlalu dini, yang seharusnya korban masih dalam tahapan menyelesaikan pendidikannya. Menimbang dan memperhatikan Pasal 183 Jo Pasal 193 KUHAP bahwa dari persidangan tidak terbukti adanya dasar hukum sebagai dasar menghapuskan pertanggung jawaban pidana bagi Terdakwa, karena itu Majelis Hakim berkeyakinan bahwa secara sah dan meyakinkan Terdakwa harus dinyatakan terbukti bersalah melakukan perbuatan pidana “Membujuk untuk melakukan persetubuhan denganya” dan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya itu terdakwa harus dijatuhi pidana penjara yang lamanya akan ditetapkan dalam amar putusan dibawah ini. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Menimbang bahwa sebelum Majelis Hakim menjatuhkan putusan perlu kiranya dipertimbangkan hal yang memberatkan dan meringankan bagi terdakwa. Hal-hal yang memberatkan: Perbuatan Terdakwa mengakibatkan korban menderita. 1. Terdakwa telah merusak masa depan korban. 2. Telah lahir seorang anak dari rahim saksi korban akibat dari perbuatan Hal-hal yang meringankan 1. Terdakwa jujur dan bersikap dengan dipersidangan 2. Terdakwa menyesali perbuatannya, 3. Terdakwa masih berusia remaja dan berstatus pelajar. 4. Terdakwa berjanji tidak mengulangi perbuatannya lagi. 5. Terdakwa belum pernah dihukum. 6. Telah terjadi perdamaian antara keluarga korban dengan keluarga terdakwa. Bahwa atas dasar uraian pertimbangan hukum seperti diatas, Majelis Hakim berpendapat bahwa pidana yang dijatuhkan kepada Terdakwa sebagaimana yang terdapat dalam amar putusan ini sudah dianggap setimpal dengan perbuatannya dan diharapkan dapat menyadarkan Terdakwa atas perbuatan salah yang telah dilakukannya tersebut. Mengingat ketentuan Pasal 81 ayat 2 UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan Ketentuan Pasal-Pasal dari KUHAP digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id undang-undang No. 8 Tahun 1981 serta ketentuan pasal-pasal dari peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan serta musyawarah Majelis Hakim mengadili bahwa; 1. Menyatakan Terdakwa Giri Eko Prasetyo Bin Sugiyono telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melalkukan tindak pidana “ Membujuk Anak Untuk Melakukan Persetubuhan Dengannya”. 2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa Giri Eko Prasetyo Bin Sugiono dengan pidana penjara selama 3 tiga tahun dan denda sebesar Rp. 60.000.000,- enam puluh juta rupiah, dengan ketentuan apabila denda tidak dibayarkan maka diganti dengan pidana kurungan selama: 1 satu bulan 3. Masa penahanan yang telah dijalani oleh Terdakwa dikurangkan seluruhnhya dari pidana yang dijatuhkan. 4. Memerintahkan agar Terdakwa tetap berada dalam tahanan 5. Menetapkan barang bukti berupa: 1 satu unit sepeda motor Yamaha Vixion warna putih No. Pol AE- 2007-KX 1 satu buah kaos lengan pendek warna merah kuning 6. Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.000,- dua ribu rupiah. Demikian diputuskan dalam Rapat Musyawarah Majelis Hakim Pengadilan Negeri Ngawi pada hari Selasa, tanggal 23 April 2015 oleh kami : Saptono, S.H, sebagai Hakim Ketua Majelis, Daniel Mario, digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id SH,MH dan Endah Sri Andriyati, SH.MH masing-masing sebagai Hakim Anggota, putusan tersebut diucapkan dalam persidangan yang terbuka untuk umum pada hari dan tanggal itu juga oleh Hakim Ketua Majelis tersebut serta didampingi para Hakim dengan dibantu oleh Sri Utami, S.H sebagai Panitera Pengganti pada pengadilan Negeri Ngawi dan dihadiri oleh : Hj. Jumiati, SH, selaku Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Ngawi serta dihadapan Terdakwa dan tanpa hadirnya Penasihat Hukum Terdakwa; HAKIM-HAKIM ANGGOTA HAKIM KETUA MAJELIS DANIEL MARIO, SH.MH SAPTONO, SH ENDAH SRI ANDRIYANTI, SH.MH. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 64

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN NO.

35Pid.Sus2015PN.NGW TENTANG TINDAK PIDANA MEMBUJUK ANAK UNTUK MELAKUKAN PERSETUBUHAN

A. Analisis

Pertimbangan Hakim Terhadap Putusan No. 35Pid.Sus2015Pn.Ngw Tentang Tindak Pidana Membujuk Anak Untuk Melakukan Persetubuhan Dalam memeriksa putusan pengadilan paling tidak harus berisikan tentang isi dan sistematika putusan yang meliputi 4 empat hal yaitu: kepala putusan, identitas para pihak, pertimbangan-pertimbangan dan amar. 1 Dalam putusan No. 35Pid. Sus2015 PN. Ngw tentang tindak pidana membujuk anak melakukan persetubuhan yang dilakukan seorang laki-laki yang bernama Giri Eko Prasetyo Bin Sugiyono pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 terhadap korban yang bernama Ida Oktaviani Mardisari dengan cara melakukan tipu muslihat atau membujuk anak untuk melakukan persetubuhan yang dilakukannya sampai empat kali pada waktu yang berbeda-beda dan tempat yang berbeda pula. Terdakwa melakukannya dengan cara membujuk dan menggunakan dalih atas latar belakang cinta kepada korban dan akan bertanggung jawab apabila terjadi kehamilan pada korban. Kasus ini terbongkar setelah korban mengalami 1 Chandra et.al, Modul Matakuliyah Eksaminasi Yogyakarta: Fakultas Hukum Universitas Atmajaya, 2004, 12. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id kehamilan dan ia mengaku bahwasanya dihamili oleh terdakwa. Kemudian orang tua korban memeriksakannya ke puskesmas dan hasilnya positif hamil. Berikutnya orang tua korban melaporkan kasus ini ke polisi. Selanjutnya kasus ini dibawa ke meja hijau yaitu ke Pengadilan Negeri Ngawi. Dalam putusan Pengadilan Negeri Ngawi No. 35Pid.Sus2015 PN.Ngw. yakni dalam perkara tipu muslihat atau membujuk anak untuk melakukan persetubuhan. Diberlakukan hukuman atau sanksi pidana penjara selama 3 tiga tahun dan denda sebesar Rp. 60.000.000,- enam puluh juta ribu rupiah. Sesuai dengan UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yakni pasal 81 ayat 2 yang berbunyi “ ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 berlaku pula bagi setiap orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain. Sebagaimana ayat 1 yakni “ setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain, dipidana penjara paling lama 15 lima belas tahun dan paling singkat 3 tiga tahun dan denda paling banyak Rp. 300.000.000,- tiga ratus juta rupiah dan paling sedikit Rp. 60.000.000,- enam puluh juta rupiah. 2 2 Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 81 ayat 1,2 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Sebelum menjatuhkan putusan kepada terdakwa Majelis Hakim Agung mempunyai pertimbangan-pertimbangan hukum yang dikemukakan dalam putusan. Hal tersebut meliputi hal-hal yang memberatkan dan meringankan. Adapun hal-hal yang memberatkan dan meringatkan dalam putusan ini adalah: Hal yang memberatkan : 1. Terdakwa telah merusak masa depan korban. 2. Telah lahir seorang anak dari rahim korban akibat dari perbuatan Hal-hal yang meringankan : 1. Terdakwa jujur dan bersikap dengan sopan dipersidangan 2. Terdakwa menyesali perbuatannya, 3. Terdakwa masih berusia remaja dan berstatus pelajar. 4. Terdakwa berjanji tidak mengulangi perbuatannya lagi. 5. Terdakwa belum pernah dihukum. 6. Telah terjadi perdamaian antara keluarga korban dengan keluarga terdakwa. Kasus membujuk persetubuhan terhadap anak bukanlah hal yang baru sudah sangat sering sekali terjadi di Indonesia. Dalam undang-undang No. 23 tahun 2002 pada pasal 81 ayat 2 menyatakan bahwa: 3 “Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 berlaku pada bagi orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, 3 Undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Pasal 81. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain” sebagaimana pada ayat 1 “ setiap orang yang dengan sengaja melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain…… Di sini dijelaskan bahwa dalam membujuk anak untuk mau melakukan persetubuhan juga ada unsur pemaksaan. Semua bentuk hubungan kelamin yang menyimpang dari ajaran agama Islam dianggap zina yang dengan sendirinya mengundang hukuman yang telah digariskan, karena zina merupakan salah satu diantara perbuatan- perbuatan yang telah dipaksa hukumnya. 4 Hukum ada setelah diberlakukan, dan dapat berubah melalui amandemen, baik melalui pembatalan salah satu baginya maupun melalui penambahan bagian tertentu, atau menggantinya dengan yang baru. Keberlakuan dan perubahan hukum dapat terjadi setelah ditetapkan oleh pembentuk hukum sendiri atau lembaga yang menggantikannya. Perubahan yang dilakukan oleh pembentuk hukum atau lembaga yang penambahan pada bagian tertentu, atau menggantinya dengan yang baru. 5 Masalahnya di sini adalah ketika perkara tersebut diputus yakni pada hari selasa, tanggal 23 April 2015 sudah adanya undang-undang baru yang berlaku yakni UU No. 35 tahun 2014 tentang Perubahan atas UU No.23 tahun 2002 yang mulai berlaku pada tanggal 17 oktober 2014. Pada UU No. 35 tahun 2014 pasal 81 ayat 2 berbunyi “ 4 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 9, … 88-89. 5 E. Sumaryono, Etika dan Hukum Reevansi Teori Hukum Kodrat Thomas Aquinas Yogyakarta : KANISIUS, 2002, 105-108 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id ketentuan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berlaku pula bagi setiap orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain”. Sebagaimana Pasal 1 “setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 76 D dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 lima tahun dan paling lama 15 lima belas tahu dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,- lima milyar rupiah. 6 Dalam artian seharusnya yang diberlakukan adalah undang-undang yang terbaru. Karena menurut UU No.10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan pada kerangka peraturan perundang- undangan bagian penutup No. 124 yakni berbunyi “pada dasarnya setiap peraturan perundang-undangan mulai berlaku pada saat peraturan yang bersangkutan diundangkan” seperti halnya yang tertera dibagian akhir UU No. 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak yakni pada pasal II berbunyi “undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan” dan juga “agar setiap orang mengetahuinya. 7 Memerintahkan pengundangan undang-undang ini dengan penempatanya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia”. Menurut Kansil itu merupakan syarat mutlak berlakunya suatu undang-undang. 8 6 Undang-Undang No.35 tahun 2014 tentang Perubahan 7 Undang-Undang No. 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Bagian Penutup No. 124 8 Sudarsono, Pengantar Ilmu Hukum ,…85-86.