PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH KEPALA UDANG TERHADAP KUALITAS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT SEBAGAI PUPUK ORGANIK CAIR

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH KEPALA UDANG TERHADAP KUALITAS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT SEBAGAI PUPUK

ORGANIK CAIR

Oleh Dwi Fajri Wiyatmi

Indonesia memiliki hampir 100 perusahaan atau pabrik kelapa sawit baik milik negara maupun swasta. Masing-masing pabrik akan memiliki andil cukup besar dalam menambah jumlah limbah yang dihasilkan. Semakin banyak jumlah pabrik yang ada maka akan menambah pula jumlah limbah yang dihasilkan baik limbah cair maupun limbah padat. Penelitian ini bertujuan untuk mencari dosis pencampuran limbah kepala udang dan limbah cair kelapa sawit terbaik serta ukuran butir limbah kepala udang dalam memperbaiki pH dan kandungan unsur N, P, dan K dalam limbah cair kelapa sawit. Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Tanah, dan Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang disusun secara faktorial (4x3) dan diulang sebanyak dua kali. Faktor pertama adalah

pencampuran limbah cair kelapa sawit dan limbah kepala udang (D) : D0 = Limbah cair kelapa sawit tanpa limbah kepala udang, D1 = Limbah cair kelapa sawit + 15 % (w/v) limbah kepala udang, D2 = Limbah cair kelapa sawit + 30 % (w/v) limbah


(2)

kepala udang, D3 = Limbah cair kelapa sawit + 45 % (w/v) limbah kepala udang. Faktor kedua adalah ukuran butir limbah kepala udang (B) :

B1 = Limbah kepala udang lolos ayakan <0,5 mm, B2 = Limbah kepala udang lolos ayakan 0,5-1 mm, B3= Limbah kepala udang lolos ayakan > 1 mm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pencampuran limbah kepala udang dari berbagai konsentrasi, ukuran butiran dan campuran limbah kepala udang dan limbah cair kelapa sawit terbukti mampu meningkatkan pH limbah cair kelapa sawit, peningkatan pH pada pencampuran limbah kepala udang dan limbah cair kelapa sawit terbaik diperoleh pada dosis 45% (D3) dan ukuran butiran lolos ayakan < 5 mm (B1). Pada pemberian berbagai dosis, ukuran butiran limbah kepala udang dan campuran limbah kepala udang dan limbah cair kelapa sawit terbukti dapat meningkatkan kandungan unsur P-larut (P2O5) limbah cair kelapa sawit. Peningkatan kandungan unsur P-P-larut (P2O5) limbah cair kelapa sawit terbaik diperoleh pada pencampuran konsentrasi 15% (D1) dan ukuran butiran limbah kepala udang lolos ayakan > 1 mm (B3). Pemberian dari berbagai dosis dan ukuran butiran limbah kepala udang terbukti mampu memperbaiki kandungan K-larut (K+) limbah cair kelapa sawit. Peningkatan K-larut (K+) limbah cair kelapa sawit terbaik diperoleh pada konsentrasi 15% (D1) dan ukuran butiran lolos ayakan > 1 mm (B3). Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memperbaiki kualitas limbah cair kelapa sawit sebagai pupuk organik cair dan dapat mengatasi adanya kelangkaan pupuk organik cair serta mengurangi penggunaan pupuk kimiawi secara berlebihan di lingkungan petani dalam sistem budidaya pertanian.

Kata kunci : K-larut (K+), limbah cair kelapa sawit, limbah kepala udang, N-total, pH, P-larut (P2O5).


(3)

PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH KEPALA UDANG TERHADAP KUALITAS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT SEBAGAI PUPUK

ORGANIK CAIR

Oleh Dwi Fajri Wiyatmi

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tulung Balak, 12 Desember 1991. Penulis adalah anak ke enam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Saginen dan Ibu Suratmi.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN 2 Tulung Balak, Lampung Timur pada tahun 2003. Pada tahun 2006 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertama di SMPN 1 Kotagajah, dan sempat mengenyam pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di SMK N 2 Metro pada tahun 2006 dan pada tahun 2007 berpindah sekolah ke SMAN 1

Seputihraman yang diselesaikan pada tahun 2010.

Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswi program studi

Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis melaksanakan praktik umum (PU) di PT Great Giant Pineaple (GGP) Terbanggi Besar Lampung

Tengah, dengan judul laporan “Penilaian Jumlah Mikroba Pada Lahan

Pertanaman Nanas Yang Diaplikasi Bahan Organik (Kompos) Di PT Great Giant Pineaple (GGP) Terbanggi Besar Lampung Tengah”, pada bulan Juli - Agustus 2013. Pada bulan Februari-Maret 2014, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Kesugihan Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan.


(8)

Selama menjalani masa kuliah, penulis sempat menjadi asisten dosen pada mata kuliah Dasar-Dasar Budidaya Tanaman T.A 2012-2013, Metode Ilmiah T.A 2014-2015, Teknik Penulisan Karya Ilmiah D3 Perkebunan T.A 2014-2015 dan terpilih menjadi mahasiswa pendamping petani dalam program pemerintah UPSUS PAJALE (Upaya Khusus Padi Jagung Kedelai) yang bekerjasama dengan Kementerian Pertanian RI di daerah Kec.Abung Timur Kab.Kotabumi Lampung Utara.


(9)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya serta shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku pembimbing I yang telah

memberikan saran, gagasan, bimbingan serta bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Ir. M. A. Syamsul Arif, M.Sc., Ph.D., selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Ibu Prof. Dr. Ir. Ainin Niswati, M.S., M.Agr.Sc., selaku pembahas dan

penguji materi yang telah memberikan saran guna penyempurnaan skripsi ini. 4. Bapak Ir. Saiful Hikam, M.Sc., Ph.D., selaku pembimbing akademik yang

telah memberikan arahan, dan motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan.

5. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.Si., selaku Ketua Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.


(10)

7. Pak Warto S.P. selaku PJ Laboratorium Ilmu Tanah, Pak Pono, Mas Rico, Mas Adi, dan Mas Iwan yang telah membantu dan mendukung jalannya penelitian. 8. Ayah dan ibu tercinta, terimakasih atas segala bentuk kasih sayang yang telah

diberikan baik secara material dan spiritual demi keberhasilan putrinya ini. 9. Mbak Sari Wariyanti, Siti Rohayati, Suprimawanti, Wiwin Winarti, dan Tatik

Andriyani, terimakasih atas segala bentuk motivasi dalam penyelesaian skripsi adiknya ini.

10. Teman-teman karibku Novri Dwi D., Wayan Devi L., Leni Fitri M.S., Astri W., Jecklin Angelina M., Esti Hikma W., Retta Ramadina R., Lydia Mawar N., Widya Prabawati D., mbak Nyang Vania Yuningtyas, mbak Fathia, mas Muhammad Nurhadi, mbak Ambar dan kak Rio yang selalu memberiku semangat, hiburan dan doa untuk kelancaran skripsiku.

11. Seluruh teman-teman seperjuangan Agroteknologi angkatan 2010 khususnya kelas B yang telah banyak membantu selama masa perkuliahan.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan-kebaikan yang telah kalian berikan dan semoga sedikit karya ini dapat membantu dan berguna bagi yang

membutuhkannya.

Bandar Lampung, 08 Agustus 2015

Dwi Fajri Wiyatmi


(11)

Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada keringanan, karena itu bila kau sudah selesai (mengerjakan yang lain).

Dan berharaplah kepada Tuhanmu. (Q.S Al Nasyrah 94 : 6-8)

Jangan pernah percaya kepada siapapun

kecuali pada diri kita sendiri. Yakin, usaha dan berdoa (Dwi Fajri Wiyatmi)


(12)

(13)

x

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

LEMBAR PERSETUJUAN... iii

LEMBAR PENGESAHAN... iv

RIWAYAT HIDUP... v

SANWACANA ... vii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

I. PENDAHULUAN……….... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ……... 1

1.2 Tujuan Penelitian………. 4

1.3 Kerangka Pemikiran ... 5

1.4 Hipotesis……….. 9

II. TINJAUAN PUSTAKA……….. 10

2.1 Limbah Organik Cair………... 10

2.2 Pupuk Organik Cair………. 12

2.3 Limbah Kepala Udang……… 14

2.4 Kandungan Nutrisi Tepung Limbah Udang... 17

III. BAHAN DAN METODE……… 19

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

3.2 Alat dan Bahan ... 19


(14)

xi

3.4 Pelaksanaan Penelitian... 22

3.4.1 Pengambilan Limbah Kepala Udang………. 22

3.4.2 Pengambilan Limbah Cair Kelapa Sawit………... 22

3.5 Variabel Pengamatan... 23

3.6 Prosedur Analisis... 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 27

4.1 Hasil Penelitian... 27

4.1.1 Hasil analisis awal untuk kandungan limbah kepala udang dan limbah cair kelapa sawit………... 27

4.1.2 Ringkasan analisis ragam pengaruh pemberian limbah kepala udang terhadap pH, kandungan P-larut (P2O5), dan K-larut (K+) limbah cair kelapa sawit………... 28

4.1.3 Pengaruh Pemberian Limbah Kepala Udang terhadap pH Limbah Cair Kelapa Sawit... 28

4.1.4 Pengaruh Pemberian Limbah Kepala Udang Terhadap Kandungan P- larut (P2O5) Limbah cair Kelapa Sawit ……… 31

4.1.4 Pengaruh Pemberian Limbah Kepala Udang Terhadap Kandungan K- larut (K+) Limbah Cair Kelapa Sawit ……… 33

4.1.5 Pengaruh Pemberian Limbah Kepala Udang terhadap Kandungan N-Total Limbah Cair Kelapa Sawit... 36

4.2 Pembahasan... 37

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

5.1 Kesimpulan... 43

5.2 Saran ... 44

PUSTAKA ACUAN... 45


(15)

xiii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kualitas limbah cair (inlet) pabrik kelapa sawit……….. 12 2. Kandungan unsur hara limbah cair kelapa sawit………. 12 3. Persyaratan teknis minimal pupuk organik cair menurut peraturan

4. menteri no.70/pert./sr.140/10/2011……… 14 5. Komposisi kimia limbah kepala udang………... 16 6. Kandungan nutrisi antara tepung limbah udang (TLU) dan tepung

ikan………. 17 7. Hasil Analisis kimia limbah kepala udang dan limbah cair kelapa

sawit………..…... 27 8. Ringkasan analisis ragam pengaruh pemberian limbah kepala udang

terhadap pH, kandungan P-larut (P2O5), dan K-larut (K+) limbah cair

kelapa sawit……….. 29 9. Interaksi antara pencampuran dosis dan ukuran butiran limbah kepala

udang terhadap pH limbah cair kelapa sawit... 31 10.Interaksi antara pencampuran dosis dan ukuran butiran limbah kepala

udang terhadap P-larut (P2O5)limbah cair kelapa sawit………... 33 11.Pengaruh pemberian dosis limbah kepala udang terhadap kandungan

K-larut (K+) limbah cair kelapa sawit……… 34 12.Pengaruh pemberian ukuran butiran limbah kepala udang terhadap

kandungan K-larut (K+) limbah cair kelapa sawit………. 35 13.Hasil analisis pH limbah cair kelapa sawit setelah diberi perlakuan

limbah kepala udang……….. 50 14.Uji homogenitas pH limbah cair kelapa sawit setelah diberi perlakuan


(16)

xiv 15. Uji Aditifitas pH limbah cair kelapa sawit setelah diberi perlakuan

limbah kepala udang………... 51 16.Analisis ragam pH limbah cair kelapa sawit setelah diberi perlakuan

limbah kepala udang………. 51 17.Hasil analisis N- Total limbah cair kelapa sawit setelah diberi perlakuan

limbah kepala udang………. 52 18.Uji homogenitas N-Total limbah cair kelapa sawit setelah diberi

perlakuan limbah kepala udang……… 52 19.Hasil analisis P-Larut limbah cair kelapa sawit setelah diberi perlakuan

limbah kepala udang………. 53 20.Uji Homogenitas P-Larut limbah cair kelapa sawit setelah diberi

perlakuan limbah kepala udang………. 53 21.Uji Aditifitas P-Larut limbah cair kelapa sawit setelah diberi perlakuan

limbah kepala udang………. 54 22.Analisis ragam P-Larut limbah cair kelapa sawit setelah diberi

perlakuan limbah kepala udang………. 54 23.Hasil analisis K-larut limbah cair kelapa sawit setelah diberi perlakuan

limbah kepala udang……… 55 24.Uji homogenitas K-larut limbah cair kelapa sawit setelah diberi

perlakuan limbah kepala udang……… 55 25.Uji aditifitas K-larut limbah cair kelapa sawit setelah diberi perlakuan

limbah kepala udang……….……… 56 26.Analisis ragam K-larut limbah cair kelapa sawit setelah diberi perlakuan


(17)

(18)

xv DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tata Letak Percobaan RAK Faktorial………... 21 2. Kandungan N-total limbah cair kelapa sawit dengan berbagai

dosis dan ukuran butir limbah kepala udang………... 36 3. Proses pengasapan dan penggilingan limbah kepala udang……….. 57 4. Hasil penggilingan dan lolos ayakan limbah kepala udang………... 57 5. Media limbah cair kelapa sawit segar (inlet)………. 58


(19)

1

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang dan Masalah

Indonesia memiliki hampir 100 perusahaan atau pabrik kelapa sawit baik milik negara maupun swasta. Masing-masing pabrik akan memiliki andil cukup besar dalam menambah jumlah limbah yang dihasilkan. Semakin banyak jumlah pabrik yang ada maka akan menambah pula jumlah limbah yang dihasilkan baik limbah cair maupun limbah padat (Widyatmoko, 2013).

Menurut Syailendra (2009) 50 dari 100 buah pabrik kelapa sawit diperkirakan dapat mengolah 40.000 ton tandan buah segar/hari yang akan menghasilkan 40.000 m³ limbah/hari. Apabila tidak diolah dengan baik, maka hasil produksi limbah pabrik kelapa sawit akan memberikan dampak negatif berupa pencemaran air dan

lingkungan. Namun limbah tersebut dapat diolah menjadi salah satu bahan baku pembuatan pupuk organik cair.

Salah satu jenis bahan baku pembuatan pupuk organik cair yaitu limbah cair kelapa sawit. Limbah cair kelapa sawit ini memiliki kandungan hara yang cukup tinggi,


(20)

2

tidak beracun, dan tidak berbahaya. Setiap tandan buah segar (TBS) kelapa sawit memiliki kandungan hara sebesar 20% dari hasil tandan kosong sawit (TKS). Setiap TKS mengandung unsur N, P, K dan Mg berturut-turut setara dengan 3 kg urea 0,6 kg CRIP (Crop Respon in Phospor), 12 kg MOP (Muriat of Photas), dan 2 kg kieserit. Limbah yang dihasilkan pabrik kelapa sawit (PKS) termasuk kategori limbah berat dengan kuantitas yang tinggi, kadar air 95%, padatan terlarut atau tersuspensi 4,5% serta sisa minyak dan lemak emulsi 0,5-1%. Pada padatan terlarut, terdapat

komposisi sebagai berikut : bahan kering 94%, protein 13,25%, lemak 13%, serat 16%, kalsium 0,3%, dan fosfor 0,19% (Kasnawati, 2011).

Pemanfaatan limbah kelapa sawit menjadi pupuk organik cair dapat menghemat penggunaan pupuk kimia dan meningkatkan produksi TBS serta apabila dilihat dari segi lingkungan pemanfaatan limbah cair kelapa sawit dapat mengurangi adanya pencemaran air dan lingkungan. Aplikasi limbah cair kelapa sawit pada tanah

maupun tanaman dapat memperbaiki struktur tanah, meningkatkan pertumbuhan akar, meningkatkan kandungan bahan organik (BO), memperbaiki pH tanah, meningkatkan daya resap air ke dalam tanah, meningkatkan kelembaban tanah dan meningkatkan kapasitas pertukaran kation (Syailendra, 2009).

Kurangnya pengetahuan dan usaha pengolahan limbah cair kelapa sawit dari pemilik maupun pekerja pabrik mengakibatkan limbah yang dihasilkan dibuang percuma ke sungai tanpa ada nilai tambah yang diperoleh. Hal ini tentu saja akan memberikan


(21)

3

dampak negatif berupa pencemaran air dan lingkungan sehingga perlu adanya suatu bentuk usaha untuk menanggulanginya, salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan limbah tersebut menjadi pupuk (Widyatmoko, 2013).

Masalah yang timbul akibat banyaknya jumlah limbah cair kelapa sawit dapat diatasi dengan adanya pengolahan pupuk organik sebagai pupuk pendamping yang cukup baik ditawarkan bagi para petani. Pupuk organik terbagi menjadi dua jenis menurut bentuknya yaitu pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Selain harga yang relatif terjangkau pupuk organik dapat diproduksi sendiri dengan memanfaatkan sisa-sisa tanaman dan hewan, ekstrak bahan organik serta pemanfaatan limbah

agroindustri.

Pemanfaatan limbah cair kelapa sawit sebagai pupuk organik cair dapat menjadi produk pertanian yang pantas ditawarkan bagi para petani dan masyarakat maupun pengusaha yang bersedia mengolahnya. Namun di lain pihak limbah cair kelapa sawit memiliki kelemahan pada rendahnya pH yaitu berkisar antara 3-4 saja, sehingga limbah cair kelapa sawit tidak dapat diaplikasikan secara langsung pada tanaman. Oleh karena itu diperlukan bahan yang dapat memperbaiki pH limbah tersebut menjadi basa atau netral yaitu berkisar antara 6-7. Salah satu bahan yang dapat digunakan adalah limbah kepala udang. Bagian kepala udang yang dianggap limbah sebenarnya memiliki kandungan kalsium dalam bentuk Ca, selain itu memiliki kandungan fosfor dan protein yang cukup tinggi (Purba, 2013).


(22)

4

Kandungan kalsium yang tinggi pada limbah kepala udang dapat digunakan sebagai bahan campuran untuk memperbaiki pH limbah cair kelapa sawit.

Kandungan fosfor dan protein diharapkan dapat membantu dalam memperbaiki kualitas limbah cair kelapa sawit sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair.

Tingginya limbah cair kelapa sawit yang dihasilkan di satu pihak menuntut perhatian yang cukup serius untuk menanggulanginya dan di lain pihak memberikan peluang yang cukup besar untuk memperoleh nilai tambah dari limbah kelapa sawit yang ada tersebut. Sehingga usaha dan kegiatan ini dapat membantu dalam meningkatkan jumlah pupuk organik cair serta mengurangi terjadinya pencemaran lingkungan.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari konsentrasi pencampuran limbah kepala udang dan limbah cair kelapa sawit terbaik serta ukuran butir limbah kepala udang dalam memperbaiki pH dan kandungan unsur N, P, dan K dalam limbah cair kelapa sawit.


(23)

5

1.3 Kerangka Pemikiran

Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen pencemaran yang terdiri dari zat atau bahan yang tidak mempunyai kegunaan lagi bagi masyarakat. Limbah industri dapat digolongkan kedalam tiga golongan yaitu limbah cair, limbah padat, dan limbah gas yang dapat mencemari lingkungan. Salah satu upaya

penanggulangan limbah tersebut adalah dengan cara mengolahnya menjadi pupuk organik cair. Hasil pupuk organik cair ini dapat menjadi asupan tambahan berupa unsur N, P, dan K bagi tanah dan tanaman.

Pupuk organik cair umumnya terbuat dari ekstrak organik maupun dari sumber limbah Agroindustri. Dewasa ini sebagian besar perusahaan menghasilkan limbah yang tidak termanfaatkan sehingga menjadi sumber pencemaran lingkungan. Hal ini tentu saja menjadi masalah yang perlu mendapatkan perhatian cukup serius.

Alternatif yang cukup baik untuk mengatasi masalah diatas adalah dengan

memanfaatkan hasil limbah tersebut sebagai bahan baku pupuk organik cair. Salah satu limbah yang dapat dimanfaatkan adalah hasil produksi limbah cair kelapa sawit.

Limbah cair kelapa sawit merupakan limbah yang berasal dari sisa pengolahan pabrik industri kelapa sawit. Kandungan yang ada di dalam limbah cair kelapa sawit berupa bahan organik dan kandungan BOD sekitar 82 – 350 g/l serta COD sekitar 151 – 651 g/l. Limbah yang dihasilkan PKS termasuk kategori limbah berat dengan kuantitas


(24)

6

yang tinggi, kadar air 95%, padatan terlarut/tersuspensi 4,5% serta sisa minyak dan lemak emulsi 0,5-1%. Pada padatan terlarut, terdapat komposisi zat nutriennya sebagai berikut : bahan kering 94%, protein 13,25%, lemak 13%, serat 16%, kalsium 0,3%, fosfor 0,19% (Syailendra, 2009).

Apabila tidak dikelola dengan baik dan benar limbah kelapa sawit akan mencemari air dan lingkungan. Widyatmoko (2013) menyebutkan bahwa limbah cair kelapa sawit mengandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, di antaranya N total 1,4 g/l setara dengan 3 kg urea, P2O5 9 g/l setara dengan 0,6 kg CRIP, K 19,75 g/l

setara dengan 12 kg MOP, dan Mg 3,4 g/l setara dengan 2 kg kieserit. Limbah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair bagi para petani apabila dikelola dengan baik. Kelemahan limbah cair kelapa sawit ada pada rendahnya kandungan pH yang dimiliki, yaitu sekitar 3-4 (Departemen Pertanian, 2006).

Untuk memperbaiki pH limbah cair kelapa sawit diperlukan usaha pencampuran berupa limbah lainnya, salah satu limbah tersebut adalah limbah kepala udang. Pada kulit udang terdapat kandungan kalsium dalam bentuk Ca yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk memperbaiki pH limbah cair kelapa sawit (Harsunu, 2008). Menurut Sudibya (1992), komposisi nutrien kepala udang windu segar mengandung unsur kalsium 9,58 %, protein 45,54 %, dan fosfor 1,63 %. Apabila Ca yang terkandung dalam limbah kepala udang dicampurkan ke dalam limbah cair kelapa


(25)

7

sawit, diharapkan mampu melepaskan OH- sehingga mampu meningkatkan pH di dalam limbah cair kelapa sawit menjadi basa atau netral yaitu sekitar 6-7.

Aspek penentu dalam meningkatkan pH selain kandungan yang ada di dalam limbah kepala udang, tingkat kehalusan limbah kepala udang juga menjadi penentu dalam meningkatkan pH dan kandungan unsur hara pada limbah kelapa sawit.

Menurut penelitian Purba (2013), semakin tinggi dosis dan halusnya ukuran butir limbah kepala udang maka kemampuan dalam meningkatkan pH serta kandungan hara di dalam pupuk cair hasil fermentasi urin sapi akan semakin baik, ini disebabkan karena semakin halus butir limbah kepala udang maka ukuran partikel akan lebih kecil dan luas permukaan akan semakin besar, dimana antara partikel satu dengan partikel yang lainnya akan saling bersinggungan sehingga akan mempercepat reaksi yang terjadi pada peningkatan pH dan unsur hara di dalam pupuk cair hasil fermentasi urin sapi.

Sedangkan menurut penelitian Igunsyah (2014), semakin besar dosis dan kasar ukuran butiran limbah kepala udang yang dicampurkan pada limbah cair tahu akan meningkatkan kemampuan limbah kepala udang terhadap peningkatan pH dan kandungan unsur hara di dalam limbah cair tahu itu sendiri. Hal ini dimungkinkan karena semakin kasar atau besarnya dosis kepala udang yang diberikan pada limbah


(26)

8

cair tahu maka partikel limbah kepala udang dan jumlah kandungan berupa khitin, fosfor dan kalium akan semakin banyak pula, sehingga kemampuan untuk

meningkatkan pH dan kandungan unsur hara akan semakin baik.

Sehingga hal inilah yang menyebabkan dosis dan ukuran butir limbah kepala udang sangat menentukan dalam memperbaiki pH dan unsur hara yang terkandung pada pupuk cair hasil fermentasi urin sapi dan limbah cair tahu termasuk limbah cair kelapa sawit. Pencampuran limbah kepala udang tersebut diperoleh hasil berupa adanya peningkatan kandungan unsur N, P, dan K serta peningkatan pH 6 – 7 pada masing-masing limbah. Proses yang terjadi pada masing-masing limbah diatas dapat menjadi data primer maupun acuan terhadap kombinasi pencampuran limbah kepala udang dan limbah cair kelapa sawit. Sehingga diharapkan dapat memperoleh hasil yang sama pada peningkatan pH dan kandungan unsur hara di dalam limbah cair kelapa sawit.


(27)

9

1.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran maka hipotesis dari penelitian ini adalah : 1. Terdapat konsentrasi pencampuran limbah cair kelapa sawit dan limbah kepala

udang terbaik dalam memperbaiki pH serta kandungan unsur N, P dan K pada limbah cair kelapa sawit.

2. Terdapat ukuran butir limbah kepala udang terbaik dalam memperbaiki pH dan ketersediaan unsur N, P dan K pada limbah cair kelapa sawit.

3. Terdapat interaksi antara konsentrasi dan ukuran butir limbah kepala udang terbaik dalam memperbaiki pH serta kandungan N, P dan K pada limbah cair kelapa sawit.


(28)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1Limbah Organik Cair

Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab pencemaran berupa zat atau bahan yang dianggap tidak memiliki manfaat bagi masyarakat. Limbah terdiri dari limbah organik dan limbah anorganik. Limbah organik merupakan limbah yang memiliki unsur hidrokarbon (hidrogen dan karbon) yang mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Sedangkan limbah anorganik

merupakan limbah yang tidak memiliki unsur hidrokarbon dan sulit diuraikan oleh mikroorganisme (Doraja, Shovitri, dan Kuswytasari., 2012).

Limbah biasanya diproduksi dalam bentuk padatan dan cairan. Limbah padatan merupakan kotoran atau buangan yang berbentuk padatan seperti kotoran sampah organik (sisa dapur, sisa makanan, sampah sayuran dll.), sedangkan limbah cairan merupakan kotoran atau buangan yang berbentuk cairan seperti sisa air sabun, air tinja, limbah produksi makanan dan minuman, dan limbah agroindustri. Sebagian besar pabrik industri yang ada membuang limbahnya ke perairan terbuka, sehingga


(29)

11

dalam waktu yang relatif singkat akan terjadi bau busuk sebagai akibat terjadinya fermentasi limbah (Doraja, dkk., 2012).

Limbah tersebut selain merugikan ternyata memiliki manfaat apabila kita olah menjadi bahan baku pembuatan pupuk organik. Salah satu limbah agroindustri yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik cair adalah limbah cair kelapa sawit. Limbah cair kelapa sawit menghasilkan unsur hara makro yang diperlukan oleh tanaman, seperti nitrogen, fosfor, kalium, magnesium dan kalsium. Menurut Widyatmoko (2013), limbah cair kelapa sawit memiliki manfaat sebagai pupuk organik cair. Tandan kosong kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik yang memiliki kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman. Tandan kosong kelapa sawit mencapai 23% dari jumlah pemanfaatan limbah kelapa sawit tersebut sebagai alternatif pupuk organik cair yang dapat dimanfaatkan oleh petani maupun masyarakat.

Limbah cair kelapa sawit memiliki kandungan unsur hara yang cukup baik, namun disisi lain limbah cair kelapa sawit memiliki beberapa kekurangan diantaranya rendahnya pH, tingginya kandungan BOD, COD, minyak dan lemak, dan padatan tersuspensi (TSS). Sehingga kualitas limbah cair kelapa sawit belum memenuhi standar nilai baku mutu dalam pembuatan pupuk organik cair (Departemen Pertanian, 2006). Kekurangan limbah cair kelapa sawit ini akan terpenuhi apabila kita berikan bahan campuran lain yang dapat memperbaiki kualitas limbah cair kelapa sawit (ex; limbah kepala udang, asam, dan mikroorganisme tertentu). Berikut adalah data


(30)

12

penyajian kualitas limbah cair kelapa sawit segar (inlet) yang disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Kualitas Limbah Cair (Inlet) Pabrik Kelapa Sawit.

No. Parameter Lingkungan

Satuan

Limbah Cair

Nilai Baku Mutu Kisaran Rata-rata

1. BOD g l-1 8,2-35 21,29 0,25 2. COD g l-1 15,1-65,1 34,73 0,5 3. TSS (Padatan

Tersuspensi)

g l-1 1,3-50,7 31,78 0,3

4. N - Total g l-1 0,01-0,12 0,04 0,02 5. Minyak dan Lemak g l-1 0,19-14,72 3,07 0,03

6. pH 3,3-4,6 4,0 6-9

Sumber : Departemen Pertanian (2006)

Tabel 2. Kandungan Unsur Hara Limbah Cair Kelapa Sawit. Variabel Kandungan hara (%)

Nitrogen (%) 4,64

Rasio C/N 12,45

P2O5 (%) 3,09

K2O 16,20

Sumber: Loekito (2011).

2.2 Pupuk Organik Cair

Menurut Pulung (2005), pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman. Penggolongan pupuk umumnya didasarkan pada sumber bahan yang digunakan, cara aplikasi, bentuk dan


(31)

13

kandungan unsur hara. Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau

seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk menyuplai bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.

Pupuk cair adalah larutan yang mudah larut, berisi satu atau lebih pembawa unsur yang dibutuhkan tanaman. Ciri fisik pupuk cair yang baik adalah berwarna kuning kecoklatan, pH netral, tidak berbau, dan memiliki kandungan unsur hara tinggi

(Sundari dan Rinaldo., 2012). Pupuk organik cair mengandung unsur hara makro dan mikro esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik) yang diaplikasikan melalui daun sebagai pupuk cair foliar. Pupuk organik cair dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, selain itu juga dapat membantu untuk meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan sebagai alternatif pengganti pupuk (Widyatmoko, 2013).

Pupuk organik cair merupakan pupuk berbentuk cair yang dibuat dari bahan-bahan organik melalui proses pengomposan dengan kandungan unsur hara makro yang cukup tinggi. Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis proses fermentasi. Pupuk organik cair selain dapat menghemat penggunaan pupuk anorganik juga mudah membuatnya, murah harganya, tidak menimbulkan efek samping terhadap lingkungan dan tanaman, dapat digunakan sebagai pengendalian hama pada daun (bio kontrol), dan aman karena tidak meninggalkan residu (Sundari dan Rinaldo, 2012).


(32)

14

Untuk membuat pupuk organik cair diperlukan bahan yang memiliki pH, kandungan C-organik, C/N rasio, unsur hara makro berupa N, P dan K yang cukup atau

memenuhi standar pembuatan pupuk organik cair. Berikut ini adalah persyaratan teknis minimal pupuk orgnaik cair menurut Peraturan Menteri No.

70/Pert./SR.140/10/2011 yang disajikan pada Tabel 3.

Tabel. 3. Persyaratan teknis minimal pupuk organik cair menurut (Permentan, 2011).

No Satuan Pupuk Organik

Cair

1 C- Organik % min 6

- 4-9 - - - 2,5 0,25 12,5 0,5 6 < 5 < 5 250 - 5.000 250 - 5.000 250 - 500 5 - 20

125 - 2.500 2 - 10

90 – 900

2 C/N ratio %

3 pH

4 Bahan ikutan (Kerikil, beling, plastik)

% 5 Kadar air

Granule Curah

% 6 Kadar logam berat

As Ag Pb Cd ppm ppm ppm ppm 7 Kadar Total

N P2O5 K2O

%

6 Kadar unsur mikro Zn Cu Mn Co B Mo Fe Ppm


(33)

15

2.3 Limbah Kepala Udang

Udang merupakan salah satu komoditi eksport Indonesia dibidang perairan dan perikanan. Limbah kepala udang yang dihasilkan dalam pengolahan dalam industri dari mulai panen hingga proses pengolahan memiliki jumlah yang cukup besar. Hal ini terlihat dari 40 – 80% proporsi bagian tubuh udang yang dibuang, tergantung mekanisme penyiangannya maupun bentuk olahannya. Protein, kitin, serta kalsium karbonat merupakan komponen utama limbah udang (Ariani, 2003).

Udang merupakan hasil perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Dalam pengolahannya menghasilkan limbah berupa kulit, kepala, ekor yang dapat

didayagunakan sebagai bahan baku penghasil kitin, khitosan dan turunannya yang bernilai tinggi (Purwanti, 2014).

Berdasarkan hasil survei secara nasional pada tahun 2001 potensi udang nasional mencapai 633.681 ton dengan asumsi laju peningkatan tersebut maka tahun 2004 potensi limbah udang diperkirakan sebesar 785.025 ton.

Menurut Badan Pusat Statistik (2003), jumlah bagian tubuh udang yang terbuang dari usaha pengolahan cukup tinggi dan jumlahnya terus meningkat seiring dengan

peningkatan ekspor udang mulai tahun 1999 sampai 2003 dari 106.307 ton menjadi 134.214 ton. Keuntungan dari tepung kepala udang adalah kepala udang merupakan produk limbah, ketersediaanya cukup berkesinambungan, harganya yang cukup stabil


(34)

16

dan kandungan nutrisinya mampu bersaing dengan bahan konvensional (Purwanti, 2014).

Menurut Suptijah et al. (2006) limbah udang dapat dikategorikan dalam beberapa macam, sesuai dengan pengolahan udangnya, diantaranya :

a. Limbah kepala udang, biasanya merupakan hasil samping industri pembekuan udang segar tanpa kepala.

b. Limbah berupa kulit udang tanpa kepala, merupakan hasil samping industri udang beku yang berkualitas kedua atau industri pengalengan udang.

c. Limbah campuran, merupakan hasil sampingan industri pengalengan udang, yang berupa campuran kulit dan kepala udang.

Menurut Manjang (2004) limbah udang dalam industri dapat mencemari dan berdampak buruk terhadap lingkungan terutama masalah bau yang dikeluarkan dan menurunkan estetika lingkungan. Hal ini perlu dicarikan upaya pemanfaatannya, sehingga dapat memberikan nilai tambah pada usaha pengolahan udang.


(35)

17

Tabel 4. Komposisi Kimia Limbah Kepala Udang.

Komponen Kandungan (%)

Air1) Abu1)

Lemak Kasar1) Protein Kasar 1) Karbohidrat1) Ca 2)

P 2) Kitin2) 9,34 30,83 8,29 31,58 19,97 4,37 2,32 20-30 1). Laboratorium Pusat Studi Ilmu Hayati PAU, IPB (2004)

2). Suptijah et al. (2003)

2.4 Kandungan Nutrisi Tepung Limbah Udang

Tepung limbah udang mengandung semua asam amino essensial, juga sebagai sumber asam amino aromatik seperti fenilalanin dan tirosin yang kandungannya lebih tinggi daripada tepung ikan, lisin cukup tinggi yaitu 4,58% serta sumber asam amino bersulfur (S) dengan kandungan metionin sebesar 1,26 %

(Purwatiningsih,1990). Perbandingan kandungan nutrisi antara tepung limbah udang dan tepung ikan terdapat pada Tabel 4.


(36)

18

Tabel 5. Kandungan Nutrisi antara Tepung Limbah Udang (TLU) dan Tepung Ikan. Nutrien TLU tanpa

diolah

TLU olahan Tepung Ikan

Air (%) 8,96 14,60 8,21 Bahan kering (%) 91,04 86,40 91,79 Protein kasar (%) 39,62 39,48 49,81 Lemak (%) 5,43 4,09 4,85 Serat kasar (%) 21,29 18,71 1,78

Abu (%) 30,82 30,94 16,29

Kalsium (%) 15,88 14,63 3,17 Fosfor (%) 1,90 1,75 0,37 Khitin (%) 15,24 9,48 - Lisin (%) 2,02 1,15 3,51 Triptopan (%) 0,53 0,35 0,59 Energi metabolis (kkal/kg) 1.984 2.204 3.080 Kecernaan protein (in vitro) 52,00 70,47 80,62 Sumber : Mirzah (2006).

Khitin merupakan polimer terbanyak didunia setelah selulosa. Senyawa ini banyak dijumpai pada cangkang udang dan kepiting, molusca, serangga dan beberapa dinding sel jamur atau alga. Meskipun khitin memiliki sumber yang melimpah, namun secara komersial khitin dieksplorasi dari cangkang udang-udangan dan Crustaceae.

Sebanyak 50-60% dari limbah udang, dihasilkan 25% khitin dari 32% berat kering limbah tersebut (Yurnaliza, 2009).


(37)

19

Khitin memiliki struktur berbentuk padat dan bersifat tidak larut pada air atau pelarut organik biasa, tetapi khitin dapat larut dalam flouroalkohol dan asam mineral pekat. Khitin dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk bahan-bahan kimia dalam bidang obat-obatan, industri kertas, dan pangan. Khitin juga sebagai sumber

N-asetilglukosamin yang dipakai sebagai pengawet dan antibiotik. Khitosan sebagai sumber khitin dipakai dalam pengolahan limbah dan pengikatan logam (Muzareli 1985 dalam Purwanti 2014).


(38)

19

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Tanah, dan Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan bulan Desember 2013.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan yaitu berupa limbah cair kelapa sawit dari PTPN VII Rejosari, Natar, Lampung Selatan dan limbah kepala udang yang diambil dari pusat

pengolahan udang di PT Bumi Menara Nusa Indah, aquades, label, dan bahan – bahan kimia untuk kebutuhan analisis.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah wadah limbah, gayung, sendok pengaduk, erlenmayer 500 ml, oven, ayakan dengan ukuran 0,5 mm dan 1 mm, gelas ukur 1000 ml, timbangan, pH meter, spektrophotometer, flame photometer, labu

Kjeldahl, alat tulis, dan alat-alat laboratorium lainnya yang akan digunakan untuk analisis.


(39)

20

3.3 Metode Penelitian

Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang disusun secara faktorial (4x3) dan diulang sebanyak dua kali.

Faktor pertama adalah pencampuran limbah cair kelapa sawit dan limbah kepala udang (D) :

D0 = Limbah cair kelapa sawit tanpa limbah kepala udang

D1 = Limbah cair kelapa sawit + 15 % (w/v) limbah kepala udang D2 = Limbah cair kelapa sawit + 30 % (w/v) limbah kepala udang D3 = Limbah cair kelapa sawit + 45 % (w/v) limbah kepala udang Faktor kedua adalah ukuran butir limbah kepala udang (B) : B1 = Limbah kepala udang lolos ayakan <0,5 mm

B2 = Limbah kepala udang lolos ayakan 0,5-1 mm B3= Limbah kepala udang lolos ayakan > 1 mm


(40)

21

Tata letak percobaan RAK Faktorial ditampilkan pada Gambar 1 di bawah ini : Kelompok 1 Kelompok II

Gambar 1. Tata letak percobaan RAK Faktorial yang disusun berdasarkan kelompok dosis dan ukuran butiran limbah kepala udang dengan waktu ulangan per minggu.

Dari perlakuan tersebut diperoleh 12 kombinasi limbah kepala udang dan limbah cair kelapa sawit yang diulang sebanyak 2 kali sehingga didapat 24 satuan percobaan. Data yang diperoleh dari hasil percobaan selanjutnya dianalisis homogenitas ragamnya dengan Uji Bartlett dan aditifitasnya dengan uji Tukey. Data diolah dengan analisis ragam pada taraf nyata 1% dan 5% dan dilanjutkan dengan Uji BNJ pada taraf 5%.

D3B3

D2B1

D0B3

D2B3

D3B1

D3B3

D0B2

D1B2

D2B1

D3B2

D0B3

D1B3

D2B3

D3B1

D0B2

D1B3

D3B2


(41)

22

3.4Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Pengambilan Limbah Kepala Udang

Limbah kepala udang diambil dalam kondisi sudah kering dari pusat pengolahan udang PT Bumi Menara Nusa Indah, Tanjung Bintang, Lampung Selatan. Limbah kepala udang yang telah kering selanjutnya dihaluskan dengan cara digiling dengan mesin giling dan diayak sesuai perlakuan dengan ayakan <0, 5 mm, 0, 5-1 mm dan >1 mm. Limbah kepala udang yang telah dihaluskan dianalisis kandungan N, P, K, Ca dan pH, selanjutnya limbah tersebut digunakan untuk kebutuhan penelitian.

3.4.2 Pengambilan Limbah Cair Kelapa Sawit

Limbah cair kelapa sawit yang digunakan adalah limbah cair segar inlet hasil dari proses pengambilan minyak kelapa sawit. Limbah cair kelapa sawit diambil dari PTPN VII Rejosari, Natar, Lampung Selatan, kemudian dianalisis awal kandungan N, P, K, BOD, COD, dan pH.

3.4.3 Pencampuran Limbah Cair Kelapa Sawit dan Limbah Kepala Udang

Limbah kepala udang dengan tiga macam ukuran butir (B1, B2 dan B3) ditimbang masing-masing sebanyak 0 %, 15%, 30%, dan 45%. Setelah itu, masing-masing limbah kepala udang dimasukkan ke dalam erlenmayer yang berisi limbah cair kelapa


(42)

23

sawit sebanyak 500 ml. Kemudian diaduk dengan alat shaker dengan kecepatan 160 rpm selama 24 jam, selanjutnya disentrifuge dengan kecepatan 6000 rpm selama 30 menit agar terpisah antara padatan cairan limbah kelapa sawit dan limbah kepala udang. Kemudian disaring menggunakan kertas saring whatman No 42. Setelah itu filtratnya dianalisis kandungan N-total (dengan metode Kjeldhal), P-Larut (diukur dengan spektrofotometer), K-Larut (di ukur dengan flamefotometer), dan pH (dengan metode elektrometrik).

3.5 Variabel Pengamatan

3.5.1 Analisis Awal

Analisis awal dilakukan untuk mengetahui kandungan pH, N-total, P-total, K-total, pada limbah cair kelapa sawit dan kandungan Ca, N, P, dan K pada limbah kepala udang.

3.5.2 Analisis Akhir

Analisis akhir dilakukan terhadap filtrat hasil pencampuran limbah cair kelapa sawit dan limbah kepala udang, untuk mengetahui apakah terjadi perubahan kandungan pH, N-total, P-larut dan K-larut pada limbah cair kelapa sawit.


(43)

24

3.4 Prosedur Analisis

3.5.1 Analisis pH (Elektrometrik)

Ekstrak campuran limbah cair kelapa sawit dan limbah kepala udang diambil sebanyak 10 ml, kemudian dimasukkan ke dalam botol film dan diukur dengan alat pH meter.

3.5.2 Analisis Kadar Air Limbah Kepala Udang

Cawan ditimbang terlebih dahulu sebagai parameter kalibrasi, lalu ditimbang kembali limbah kepala udang diatas cawan tersebut sebanyak 10 g pada timbangan digital. Setelah itu limbah kepala udang dioven selama 24 jam dengan suhu 70° C. Setelah di oven ditimbang kembali bobot kering limbah kepala udang dengan menggunakan alat timbangan digital. Lalu kadar air di ukur dengan menggunakan rumus (Tim DDIT, 2013) :

Bobot Basah – Bobot Kering x 100 Bobot Kering


(44)

25

3.5.3 Analisis N-total ( Kjeldahl)

1. Dekstruksi Sampel

Sebanyak 5 ml ekstrak campuran dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl yang bersih, kemudian ditambahkan 3 ml H2SO4 dan 1 g campuran selenium secara hati - hati. Setelah itu campuran dipanaskan dengan alat dekstruksi, mula-mula dengan nyala kecil selama 15 menit, kemudian nyala dibesarkan hingga larutan jernih. Setelah larutan terlihat jernih, labu Kjeldahl diangkat dan didinginkan, setelah dingin ditambahkan air suling sebanyak 50 ml.

2. Tahap Destilasi

Sampel hasil destruksi dimasukkan ke dalam labu didih, kemudian ditambahkan NaOH 40 % sebanyak 20 ml dan dimasukkan serbuk batu didih. Setelah itu larutan di destilasi dengan alat destilasi. Hasil destilasi ditampung pada gelas beaker yang berisi 25 ml asam borat 2% yang ditambahkan 3 tetes indikator Conway (berwarna Merah). Lalu hasil destilasi didiamkan sampai warna larutan berwarna hijau sampai dengan volume 50 ml.


(45)

26

3. Tahap Penentuan Kadar N dalam Sampel

Destilasi sebanyak 50 ml dengan HCl 0,1 N hingga warna merah muda, dan dihitung banyaknya HCl yang digunakan. Penentuan kadar N larutan ditentukan dengan menggunakan rumus :

N = (Hasil Titrasi – 0,2) x N HCl x 14 x 200

3.5.3 Analisis P-larut (Spektrofotometrik)

Sebanyak 5 ml filtrat campuran limbah kepala udang dan limbah cair kelapa sawit yang telah disaring dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 10 ml pereaksi P yang terdiri dari asam askorbat, asam sulfat yang ditambahkan amonium molibdate dan kalium antimonil tartrat. Setelah itu di diamkan selama beberapa menit, dan diukur absorbanya pada alat spektofotometer spektronik 20.

3.5.4 Analisis K-larut (Flame photometer)

Sebanyak 10 ml larutan sampel dituang ke dalam tabung reaksi, kemudian diukur absorbannya dengan menggunakan flamphotometer.


(46)

43

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis, pembahasan dan penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pencampuran limbah kepala udang dari berbagai konsentrasi, ukuran butiran dan campuran limbah kepala udang dan limbah cair kelapa sawit terbukti mampu memperbaiki pH limbah cair kelapa sawit, nilai pH pada pencampuran limbah kepala udang dan limbah cair kelapa sawit tertinggi diperoleh pada konsentrasi 45% (D3) dan ukuran butiran lolos ayakan < 5 mm (B1).

2. Pada pemberian berbagai konsentrasi, ukuran butiran limbah kepala udang dan campuran limbah kepala udang dan limbah cair kelapa sawit terbukti dapat memperbaiki kandungan unsur P-larut (P2O5) limbah cair kelapa sawit.

Kandungan unsur P-larut (P2O5) limbah cair kelapa sawit tertinggi diperoleh pada pencampuran konsentrasi 15% (D1) dan ukuran butiran limbah kepala udang lolos ayakan > 1 mm (B3).

3. Pemberian dari berbagai konsentrasi dan ukuran butiran limbah kepala udang terbukti mampu memperbaiki kandungan K-larut (K+) limbah cair kelapa sawit. Kandungan K-larut (K+) limbah cair kelapa sawit tertinggi diperoleh pada dosis


(47)

44

15% (D1) sedangkan kandungan K-larut (K+) tertinggi diperoleh pada ukuran butiran limbah kepala udang lolos ayakan > 1 mm (B).

5.2 Saran

Disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut pada pencampuran limbah kepala udang dan limbah cair kelapa sawit dengan memerhatikan beberapa aspek tertentu seperti lama waktu pengadukan dan pemberian mikroorganisme tertentu

(Trichoderma sp., Penicillum sp., dan Aspergillus sp.) guna mendegradasi khitin di dalam limbah kepala udang.


(48)

PUSTAKA ACUAN

Abun. 2009. Pengolahan Limbah Udang Windu Segar Secara Kimiawi dengan NaOH dan H2SO4 terhadap Protein dan Mineral Terlarut. Makalah Ilmiah. Universitas Padjajaran. Bandung. 33 hlm.

Anonim. 2013. Limbah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Sumatra Utara. Medan.

Apriyantono. A., D. Fardias., N. L. Puspitasari., Sedarnawati, dan S. Budianto. 1989.

Petunjuk Laboratorium Analisis Pangan. Institut Pertanian Bogor. Bogor Ariani, S. 2003. Kandungan Senyawa Kimia Pada Limbah Cair Kulit Udang.

Universitas Sriwijaya. Palembang.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2003. Data Pengolahan Limbah Kelapa Udang.

Http://www.Blogspot.com. Diakses pada 12 Desember 2013.

Departemen Pertanian. 2006. Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit.

Departemen Pertanian.

Dita, P. dan Renee. 2011. Peningkatan Kualitas Pupuk Organik Cair dari Limbah Cair Produksi Biogas. ITS. Surabaya. 75 hlm.

Doraja, P.H, M. Shovitri, dan N.D Kuswytasari. 2012. Biodegradasi Limbah Domestik dengan Menggunakan Inokulum Alami dari Tangki Septik.

Jurnal Sains dan Seni ITS, 1 : 1-29.

Igunsyah, T. R. 2014. Pengaruh Pemberian Limbah Kepala Udang Terhadap Peningkatan pH dan Kualitas Limbah Cair Tahu. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Indrasti, N.S., Suprihatin, dan F.Silvia. 2013. Karakterisasi Membran Filtrasi dari Khitosan Dengan Berbagai Jenis Pelarut. Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 13 : 92-96.


(49)

Tim DDIT. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Tanah (DDIT). Program Studi Agroteknologi Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Loekito, H. 2011. Teknologi Pengelolaan Industri Limbah Kelapa Sawit. Jurnal Teknologi Lingkungan, 3 :242-250.

Kasnawati. 2011. Penggunaan Limbah Sabut Kelapa Sawit sebagai Bahan untuk mengolah Limbah Cair, Jurnal ILTEK. 6 (12) : 1-12.

Manjang, Y. 1993. Analisa Ekstrak Berbagai Jenis Kulit Udang Terhadap Mutu Khitosan. J. Penelitian Andalas, 12 : 138-143

Mirzah, 2007. Penggunaan Tepung Limbah Udang yang Diolah dengan Filtrat Air Abu Sekam dalam Ransum Ayam Broiler. Jurnal Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Andalas, 3 : 189-197. Permentan (Peraturan Menteri Pertanian Pertanian) nomor :

70/Permentan/SR.130/11/2012. Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah Tanah. 65 hlm.

Purba. R. 2013. Pengaruh Penambahan Limbah Udang Pada Pupuk Cair Dari Fermentasi Urin Sapi Terhadap Kualitas Unsur Hara Makro. Skripsi. Universitas Diponegoro. 5 hlm.

Purwanti. 2014. Evaluasi Proses Pengolahan Limbah Kulit Udang untuk

Meningkatkan Mutu Khitosan yang Dihasilkan. Jurnal Teknologi, 1 : 83-90.

Purwatiningsih. 1990. Isolasi Khitin dan Komposisi Kimia dari Limbah Udang Windu. ITB. Bandung.

Republika Online. 2013. Harga Pupuk di Padang Masih Normal. http:

//www.republika.co.id/berita/nasional/nusantara-nasional/12/03/30m1 nyij-harga-pupuk-di-padang-masih-normal. Diakses Tanggal 7 April 2013 Sundari E, E. Sari dan Rinaldo R. 2012. Pembuatan Pupuk Organik Cair

Menggunakan Bioaktivator Biosca dan EM4. Jurnal Fakultas Teknologi Industri, Universitas Bung Hatta. 5 hlm.

Suptijah. 2006. Data Kandungan Limbah Kepala Udang. ITB. Bandung.

Syailendra, D. 2009. Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit untuk Land Application. http://www.Syailendra.Donny.Konsultan.CV.Palm.Indonesia. Diakses pada 12 Januari 2013


(50)

Widyatmoko, K.A. 2013. Penanganan Limbah Kelapa Sawit.

http://www.Widyatmoko.Kurnia.A. Diakses pada 12 Januari 2013. Yurnaliza. 2002. Senyawa Khitin dan Kajian Aktivitas Enzim Mikrobial

Pendegradasinya. Thesis Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Biologi Universitas Sumatera Utara. Medan.


(1)

26

3. Tahap Penentuan Kadar N dalam Sampel

Destilasi sebanyak 50 ml dengan HCl 0,1 N hingga warna merah muda, dan dihitung banyaknya HCl yang digunakan. Penentuan kadar N larutan ditentukan dengan menggunakan rumus :

N = (Hasil Titrasi – 0,2) x N HCl x 14 x 200

3.5.3 Analisis P-larut (Spektrofotometrik)

Sebanyak 5 ml filtrat campuran limbah kepala udang dan limbah cair kelapa sawit yang telah disaring dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 10 ml pereaksi P yang terdiri dari asam askorbat, asam sulfat yang ditambahkan amonium molibdate dan kalium antimonil tartrat. Setelah itu di diamkan selama beberapa menit, dan diukur absorbanya pada alat spektofotometer spektronik 20.

3.5.4 Analisis K-larut (Flame photometer)

Sebanyak 10 ml larutan sampel dituang ke dalam tabung reaksi, kemudian diukur absorbannya dengan menggunakan flamphotometer.


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis, pembahasan dan penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pencampuran limbah kepala udang dari berbagai konsentrasi, ukuran butiran dan campuran limbah kepala udang dan limbah cair kelapa sawit terbukti mampu memperbaiki pH limbah cair kelapa sawit, nilai pH pada pencampuran limbah kepala udang dan limbah cair kelapa sawit tertinggi diperoleh pada konsentrasi 45% (D3) dan ukuran butiran lolos ayakan < 5 mm (B1).

2. Pada pemberian berbagai konsentrasi, ukuran butiran limbah kepala udang dan campuran limbah kepala udang dan limbah cair kelapa sawit terbukti dapat memperbaiki kandungan unsur P-larut (P2O5) limbah cair kelapa sawit.

Kandungan unsur P-larut (P2O5) limbah cair kelapa sawit tertinggi diperoleh pada pencampuran konsentrasi 15% (D1) dan ukuran butiran limbah kepala udang lolos ayakan > 1 mm (B3).

3. Pemberian dari berbagai konsentrasi dan ukuran butiran limbah kepala udang terbukti mampu memperbaiki kandungan K-larut (K+) limbah cair kelapa sawit. Kandungan K-larut (K+) limbah cair kelapa sawit tertinggi diperoleh pada dosis


(3)

44

15% (D1) sedangkan kandungan K-larut (K+) tertinggi diperoleh pada ukuran butiran limbah kepala udang lolos ayakan > 1 mm (B).

5.2 Saran

Disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut pada pencampuran limbah kepala udang dan limbah cair kelapa sawit dengan memerhatikan beberapa aspek tertentu seperti lama waktu pengadukan dan pemberian mikroorganisme tertentu

(Trichoderma sp., Penicillum sp., dan Aspergillus sp.) guna mendegradasi khitin di dalam limbah kepala udang.


(4)

PUSTAKA ACUAN

Abun. 2009. Pengolahan Limbah Udang Windu Segar Secara Kimiawi dengan NaOH dan H2SO4 terhadap Protein dan Mineral Terlarut. Makalah Ilmiah. Universitas Padjajaran. Bandung. 33 hlm.

Anonim. 2013. Limbah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Sumatra Utara. Medan.

Apriyantono. A., D. Fardias., N. L. Puspitasari., Sedarnawati, dan S. Budianto. 1989.

Petunjuk Laboratorium Analisis Pangan. Institut Pertanian Bogor. Bogor Ariani, S. 2003. Kandungan Senyawa Kimia Pada Limbah Cair Kulit Udang.

Universitas Sriwijaya. Palembang.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2003. Data Pengolahan Limbah Kelapa Udang.

Http://www.Blogspot.com. Diakses pada 12 Desember 2013.

Departemen Pertanian. 2006. Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit.

Departemen Pertanian.

Dita, P. dan Renee. 2011. Peningkatan Kualitas Pupuk Organik Cair dari Limbah Cair Produksi Biogas. ITS. Surabaya. 75 hlm.

Doraja, P.H, M. Shovitri, dan N.D Kuswytasari. 2012. Biodegradasi Limbah Domestik dengan Menggunakan Inokulum Alami dari Tangki Septik.

Jurnal Sains dan Seni ITS, 1 : 1-29.

Igunsyah, T. R. 2014. Pengaruh Pemberian Limbah Kepala Udang Terhadap Peningkatan pH dan Kualitas Limbah Cair Tahu. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Indrasti, N.S., Suprihatin, dan F.Silvia. 2013. Karakterisasi Membran Filtrasi dari Khitosan Dengan Berbagai Jenis Pelarut. Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 13 : 92-96.


(5)

Tim DDIT. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Tanah (DDIT). Program Studi Agroteknologi Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Loekito, H. 2011. Teknologi Pengelolaan Industri Limbah Kelapa Sawit. Jurnal Teknologi Lingkungan, 3 :242-250.

Kasnawati. 2011. Penggunaan Limbah Sabut Kelapa Sawit sebagai Bahan untuk mengolah Limbah Cair, Jurnal ILTEK. 6 (12) : 1-12.

Manjang, Y. 1993. Analisa Ekstrak Berbagai Jenis Kulit Udang Terhadap Mutu Khitosan. J. Penelitian Andalas, 12 : 138-143

Mirzah, 2007. Penggunaan Tepung Limbah Udang yang Diolah dengan Filtrat Air Abu Sekam dalam Ransum Ayam Broiler. Jurnal Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Andalas, 3 : 189-197. Permentan (Peraturan Menteri Pertanian Pertanian) nomor :

70/Permentan/SR.130/11/2012. Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah Tanah. 65 hlm.

Purba. R. 2013. Pengaruh Penambahan Limbah Udang Pada Pupuk Cair Dari Fermentasi Urin Sapi Terhadap Kualitas Unsur Hara Makro. Skripsi. Universitas Diponegoro. 5 hlm.

Purwanti. 2014. Evaluasi Proses Pengolahan Limbah Kulit Udang untuk

Meningkatkan Mutu Khitosan yang Dihasilkan. Jurnal Teknologi, 1 : 83-90.

Purwatiningsih. 1990. Isolasi Khitin dan Komposisi Kimia dari Limbah Udang Windu. ITB. Bandung.

Republika Online. 2013. Harga Pupuk di Padang Masih Normal. http:

//www.republika.co.id/berita/nasional/nusantara-nasional/12/03/30m1 nyij-harga-pupuk-di-padang-masih-normal. Diakses Tanggal 7 April 2013 Sundari E, E. Sari dan Rinaldo R. 2012. Pembuatan Pupuk Organik Cair

Menggunakan Bioaktivator Biosca dan EM4. Jurnal Fakultas Teknologi Industri, Universitas Bung Hatta. 5 hlm.

Suptijah. 2006. Data Kandungan Limbah Kepala Udang. ITB. Bandung.

Syailendra, D. 2009. Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit untuk Land Application. http://www.Syailendra.Donny.Konsultan.CV.Palm.Indonesia. Diakses pada 12 Januari 2013


(6)

http://www.Widyatmoko.Kurnia.A. Diakses pada 12 Januari 2013. Yurnaliza. 2002. Senyawa Khitin dan Kajian Aktivitas Enzim Mikrobial

Pendegradasinya. Thesis Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Biologi Universitas Sumatera Utara. Medan.