Problematika Penyampaian Materi Praktik Pembelajaran Vokal

61 pemahaman yang salah terhadap pembelajaran tersebut, tanpa disadari oleh pihak yang melakukan pengajaran maupun pihak yang menerima pengajaran.

f. Problematika Penyampaian Materi Praktik Pembelajaran Vokal

Pada materi pembelajan vokal, Ibu Endang mengungkapkan bahwa beliau menggunakan metode pemberian contoh dan siswa menirukan.Peneliti tidak menemui adanya hambatan dalam penyampaian materi vokal oleh Ibu Endang melalui wawancara yang dilakukan.Namun saat peneliti melakukan observasi di kelas pada tanggal 26 April 2016, dalam praktiknya terdapat beberapa hal yang menurut peneliti tidak sesuai dengan jawaban yang informan lontarkan. Ketika Ibu Endang memberikan contoh menyanyikan notasi lagu „Paman Datang‟ kepada siswa, Ibu Endang tidak menyanyikan lagu tersebut sesuai dengan notasi yang ada didalam partitur, namun Ibu Endang menyanyikan notasi tersebut dengan menambahkan legato pada beberapa bagian lagu. Hal ini membuat siswa menirukan apa yang dilakukan oleh Ibu Endang. Hasil observasi tersebut peneliti lampirkan ke dalam video. Informasi selanjutnya mengenai pembelajaran vokal diperoleh dari informan kedua yaitu Bapak Joni. Pada wawancara yang dilakukan peneliti, Bapak Joni menjawab sebagai berikut, 62 “…biasanya yang pertama pemanasan vokal itu menirukan nada kemudian artikulasi, kemudian latihan untuk pemenggalan syair kal imat, baru masuk ke intonasi…” Wawancara dengan Bapak Joni, guru pengampu mata pelajaran seni musik di SMP Negeri 1 Muntilan, 12 Mei 2016 Seperti yang telah diketahui pada rambu-rambu sebelumnya, Bapak Joni mengungkapkan bahwa beliau merasa memiliki kekurangan dalam hal materi vokal.Beliau merasa tidak percaya diri terhadap materi vokal yang dimiliki, untuk itu ketika pembelajaran vokal beliau menggunakan bantuan piano untuk membidik nada dan juga bantuan audio visual sebagai pengganti demonstrasi langsung kepada siswa. Dari hasil wawancara peneliti terhadap Bapak Joni diatas, dapat dilihat bahwa kekurangan atau hambatan terbesar beliau adalah pada pembelajaran vokal, dimana Pak Joni tidak memiliki kepercayaan diri terhadap materi vokal yang dimilikinya. Namun jika dilihat dari cara Pak Joni dalam menghadapi hambatan tersebut dapat dikatakan bahwa Pak Joni dapat mengatasinya dengan baik. Sehingga ketika satu metode dirasa tidak efektif atau tidak dapat berjalan dengan baik, maka guru dapat menggunakan metode yang lain. Dalam hal ini Bapak Joni mengganti metode demonstrasi dengan metode simulasi. 63

g. Problematika pada Demonstrasi Permainan Instrumen