Al-Qur’an KAJIAN PUSTAKA

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 1 Masalah ibadah yang berkaitan dengan hukum islam, nadzar, sumpah, dan ibadah-ibadah lain yang mengatur hubungan antara manusia dan Allah SWT. 2 Masalah muamalah, seperti akad, pembelajaran, hukuman, jinayat, dan sebagainya yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lain, baik perseorangan maupun kelompok. 3. Al-Quran dan ilmu pengetahuan Eksistensi pandangan Al-Quran mengacu pada dunia ini yang porsinya sama dengan kehidupan akhwat kelak yang memang tidak mungkin akan dapat diingkari keberadaannya. Sementara itu banyak manusia yang meragukan adanya aspek edukatif dalam Al-Quran. Mereka mungkin meragukan kaitan antara Al-Quran dan pendidikan, dengan dasar bahwa siapapun akan gagal memperoleh sebagian besar terma-terma kependidikan yang lazim untuk didapatkan. Dalam menanggulangi kritisme ini, maka banyak istilah-istilah yang diciptakan. Bentuk-bentuk kata jadian dari “Ilm” pengetahuan atau ilmu pengetahuan yang demikian banyak menyatakan, bahwa Al-Quran tidak mengabaikan terma- terma atau konsep-konsep yang menunjuk pada pendidikan. Sebagaimana fakta menyatakan, bahwa nama-nama yang telah dikenal yang diberikan pada pesan wahyu yang disebut dengan Al-Quran dan kitab. Al-Quran berasal dari kata qara’a yang berarti membaca, maka Al-Quran berarti bacaan. Sementara kitab berasal dari kata kataba yang berarti tulisan. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Maka kedua kata Al-Quran dan kitab dikaitkan dengan konsep pendidikan yakni membaca dan menulis dengan pengertian seluas-luasnya. 21 Sebagaimana yang kita saksikan, bahwa ternyata Al-Quran menyadarkan akan tugas dan tanggung jawab kita yang menonjol dalam proses persepsi. Namun demikian, persepsi ini bukan hanya berarti pencarian ilmu pengetahuan belaka. Secara nyata, Al-Quran merupakan sebuah buku kitab yang secara tidak langsung diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW menunjukkan ferifikasi-ferifikasi ilmiah yang telah menggugurkan pengujian sederhana terhadap isi kandungan Al-Quran. Q.S.Al-Baqarah 2: 3 menyatakan bahwa beriman kepada yang gaib merupakan bagian dari Iman yang mendahului petunjuk tingkah laku yang dapat diamati secara nyata. Teori pendidikan Islam terutama sekali harus berasal dari Al- Quran, apabila teori ini mempunyai ketepatan-ketepatannya sendiri. Al- Quran tidak dimaksudkan untuk dibawa kepada waktu terbatas yang dewasa ini dianggap sebagai pendidikan agama. Pendidikan agama ini memang secara nyata membentuk dasar dari keseluruhan sistem pendidikan, sebaliknya bukannya berarti mengesampingkan subjek-subjek lainnya. Al-Quran menetapkan apa saja yang ada di alam ini sama halnya dengan manusia itu sendiri dianggap sebagai ayat-ayat Allah yang harus dipelajari maknanya. Jika kita katakana bahwa dasar-dasar teori Islam berasal dari Al-Quran, maka implikasinya tidak dapat berubah-ubah. 21 Abdur Rahman Shaleh Abdullah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Quran, Jakarta:Rineka Cipta,2007, 19 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Sekalipun demikian, penelitian-penelitian para ahli dalam bidang ilmu pengetahuan yang berbeda-beda, masing-masing mengikhtiarkan teori yang boleh jadi berubah-ubah bagi pemikiran sederhana, karena itu ternyata hasilnya adalah manusia sendiri yang membuatnya. Apabila hal ini diperhatikan, maka teori pendidikan Islam dapat dikatakan bisa berubah-ubah secara kondisional dan situasional. Tidak diragukan lagi, kalau para pendidik harus kembali kepada Al-Quran untuk membentuk asas-asas pendidikan yang akan berbeda-beda diantara para pendidik tersebut. Al-Quran yang dikatakan sebagai kalam Allah yang dialamatkan kepada manusia yang dianugerahi akal yang mampu mengambil makna-maknanya. Berkenaan dengan pola umum teori pendidikan Islam, telah diberikan tekanan disini bahwa sebuah teori itu harus dapat menggabung-gabungkan unsur-unsur dari bidang-bidang ilmu pengetahuan lain dan mempergunakannya secara tepat dan terpadu. Tekanan-tekanan Al-Quran mengenai ajaran persaudaraan, sebagai contoh dapat memadukan para ahli sosiologi yang berguna bagi tercapainya suatu tujuan pendidikan yang diharapkan. Al-Quran telah menyodorkan tujuan- tujuan pendidikan yang luas dan umum. Klasifikasi-klasifikasi tujuan yang dimaksudkan akan menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai, dan masing-masing tingkat dan isi kandungan pendidikan yang lebih tepat tidak bisa mengambil peranan tanpa adanya manfaat atas hasil-hasil penelitian di bidang psikologi ataupun pengetahuan lainnya. 22 22 Ibid,,28 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Disamping itu dalam Al-Quran terdapat isyarat-isyarat ilmiah yang diungkapkan dalam konteks hidayah. Berikut contoh beberapa isyarat ilmiah yang ada di dalam Al-Quran: a. Perkawinan antara tumbuh-tumbuhan itu ada yang dzati dan ada yang khalthi. Yang pertama dzati ialah tumbuh-tumbuhan yang bunganya telah mengandung organ jantan dan betina, yang kedua khalthi ialah tumbuh-tumbuhan yang organ jantannya terpisah dari organ betina, seperti pohon kurma sehingga perkawinannya dilakukan melalui perpindahan dan diantara cara perpindahannya adalah angin. Penjelasan tentang hal itu terdapat dalam Q.S Al-Hijr: 22. 23 b. Oksigen sangat penting bagi pernafasan manusia, dan ia berkurang pada lapisan-lapisan udara yang tinggi. Semakin tinggi manusia berada dilapisan udara, ia akan merasakan sesak dada dan sulit bernafas, sebagimana firmanNya dalam Q.S Al-An’am: 125. c. Cahaya matahari bersumber dari dirinya sendiri, sedangkan cahaya bulan adalah pantulan dari cahaya matahari sebagaimana firmanNya dalam Q.S. Yunus: 55 d. Teori Bigbang dan teori ilmiah lainnya menyataakan bahwa alam semesta langit dan bumi itu dulunya satu. Kemudian akhirnya pecah menjadi seperti sekarang ini. Dahulu Al-Quran itu sudah menyatakan hal tersebut disaat manusia pada waktu itu meyakini bahwa bumi ini rata. Telah dibuktikan pula bahwa setiap yang bernyawa, termasuk 23 Rosihan Anwar, dkk, Op.Cit, 180 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id tumbuhan bersel satu pasti mengandung air dan juga membutuhkan air. Keberadaan air adalah satu indikasi adanya kehidupan di suatu planet. Tanpa adanya air mustahil ada kehidupan, sebagaimana firmanNya dalam Q.S. Al-Anbiya’: 30. 24 24 Adam Cholil, Dahsyatnya Al-Quran……..44 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 41

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Menurut peneliti, penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dan jenis penelitian yang digunakan adalah kepustakaan library research, yaitu mengumpulkan data atau karya tulis ilmiah yang berkaitan dengan obyek penelitian atau pengumulan data yang bersifat kepustakaan. Atau telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya tertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan- bahan pustaka yang relevan Menurut M. Nazir studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan 1 . Selanjutnya M Nazir menambahkan bahwa studi kepustakaan merupakan langkah yang penting, dimana setelah seorang peneliti menetapkan topik penelitian, langkah selanjutnya adalah melakukan kajian yang berkaitan dengan teori topic penelitian. Dalam pencaran teori, peneliti akan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari kepustakaan yang berhubungan. Sumber-sumber kepustakaan dapat diperoleh dari buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian dan sumber-sumber lainnya yang sesuai. Bila telah memperoleh kepustakaan yang relevan, maka segera disusun secara 1 M. Nazir, “Metode Penelitian” Jakarta: Ghalia Indonesia 27 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id teratur untuk dipergunakan dalam penelitian. Oleh karena itu studi kepustakaan meliputi proses umum sperti mengidentifikasi teori secara sistematis, penemuan pustaka dan analisis dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan topik penelitian.

B. Ciri Utama Penelitian Kepustakaan

Setidaknya ada empat cirri utama penelitian kepustakaan yang perlu diperhatikan oleh peneliti, dan empat cirri itu akan mempengaruhi sifat dan cara kerja penelitiannya 2 , yaitu: 1. Peneliti berhadapan langsung dengan teks atau data angka dan bukan pengetahuan langsung dari lapangan atau saksi mata berupa kejadian, orang atau lainnya. Teks memiliki sifat-sifatnya sendiri dan memerlukan pendekatan tersendiri pula. Kritik teks merupakan metoe yang biasa dikembangkan dalam studi fisiologi, dll. Jadi perpustakaan adalah laborat peneliti kepustakaan dan karena itu, teknik membaca teks menjadi bagian fundamental dakam penelitian kepustakaan. 2. Data pustaka bersifat siap pakai ready mode, artinya peneliti tidak kemana-mana kecuali hanya berhadapan langsung dengan bahan sumber yang sudah tersedia di perpustakaan. Ibarat orang belajar naik sepeda, orang tidak perlu membaca buku artikel atau buku tentang bagaimana teori naik sepeda, begitu pula halnya dengan riset pustaka. Satu-satunya cara untuk belajar menggunkan perpustkaan dengan tepat ialah langsung menggunakannya. Meskipun demikian, peneliti yang ingin memenfaatkan 2 Zed Mestika, Metodo Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia 4-5 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id jasa perpustkaan, tentu masih perlu mengenal seluk-beluk studi perpustkaan untuk kepentingan penelitian atau pembuatan makalah. 3. Data perpustakaan umumnya sumber sekunder, artinya bahwa peneliti memperoleh bahan dari tangan kedua dan bukan data orisinil dari tangan pertama di lapangan. 4. Bahwa kondisi data pustaka tidak dibatasi ruang dan waktu. Peneliti berhadapan dengan info statis atau tetap, arinya kapanpun ia datang dan pergi data tersebut tidak akan berubah karena ia sudah merupakan data mati yang tersimpan dalam rekaman tertulis teks, angka, gambar, rekan tape atau film.

C. Langkah –langkah dalam Studi Kepustakaan

Ada delapan langkah yang harus ditempuh oleh seorang peneliti dalam melakukan penelitian studi pustaka, yaitu: 3 1. Mendaftar semua variable yang perlu diteliti. 2. Mencari setiap variable pada subjek encyclopedia. 3. Memilih deskripsi bahan-bahan yang diperlukan dari sumber-sumber yang tersedia. 4. Memeriksa indeks yang memuat variable-variable dan topik masalah yang diteliti. 5. Selanjutnya yang menjadi lebih khusu adalah mencari artikel-artikel, buku-buku, dan biografi yang sangat membantu untuk mendapatkan bahan-bahan yang relevan dengan masalah yang diteliti. 3 Ibid,,16-23 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 6. Setelah informasi yang relevan ditemukan, peneliti kemudian mereview dan menyusun bahan pustaka sesuai dengan urusan kepentingan dan relevansinya dengan masalah yang diteliti. 7. Bahan-bahan informasi yang diperoleh kemudian dibaca, dicatat, diatur, dan ditulis kembali. Untuk keperluan ini biasanya peneliti dapat menggunakan dua macam kartu, yaitu kartu bibliografi dan kartu catatan. Agar dapat dibedakan, kedua kartu tersebut dapat berbeda namanya. Kartu bibliografi dibuat untuk mencatat keterangan dengan judul buku, majalah, surat kabar, dan jurnal. Catatan pada kartu bibliografi berisikan nama pengarang, judul buku, penerbit, dan tahun penerbitannya. Sedangkan pada kartu catatan, peneliti dapat menulis kutipan quotation dari tulisan tertentu, saduran, ringkasan, tanggapan atau komentar peneliti terhadap apa yang telah dibaca. 8. Dalam langkah terakhir, yaitu proses penulisan penelitian dari bahan- bahan yang telah terkumpul dijadikan satu dalam sebuah konsep penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan, oleh karena itu teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah pengumpulan data literer yaitu bahan-bahan yang koheren dengan objek-objek pembahasan yang digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id dimaksud 4 . Data yang ada dalam kepustakaan tersebut dikumpulkan dan diolah dengan cara: 1. Editing, yaitu pemeriksaan kembali data yang diperoleh terutama dari segi kelengkapan, kejelasan makna dan keselarasan makna antara yang satu dengan yang lain 2. Organizing, yaitu mengorganisir data yang diperoleh dengan kerangka yang sudah diperlukan 3. Penemuan hasil penelitian, yaitu melakukan analisis lanjutan terhadap hasil pengorganisasian data dengan menggunakan kaidah-kaidah, teori dan metode yang telah ditentukan sehingga diperoleh kesimpulan tertentu yang merupakan hasil jawaban dari rumusan masalah.

E. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian pustaka ini adalah analisis isi content analysis yaitu penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak. Atau analisis isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat infrensi-infrensi yang dapat ditiru dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya 5 . Adapun tahapan analisis isi yang ditempuh pleh peneliti adalah dengan langkah-langkah 1. Menentukan permasalahan 2. Menyusun kerangka pemikiran 4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1990, 24 5 Krippendrof Klaus, “Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi, terj Farid Wajidi”, Jakarta: Citra Niaga Rajawali Press, 1993, 15