PENGARUH SIKAP DAN PERILAKU GURUPADA SAAT MENGAJAR DI KELAS TERHADAP MINAT PESERTA DIDIK DALAM MENGIKUTI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA KELAS X DI SMK MUHAMMADIYAH 3 METRO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(1)

ABSTRAK

PENGARUH SIKAP DAN PERILAKU GURUPADA SAAT MENGAJAR DI KELAS TERHADAP MINAT PESERTA DIDIK DALAM MENGIKUTI

MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA KELAS X DI SMK MUHAMMADIYAH 3 METRO

TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh

Kesuma Wardani

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh sikap dan perilaku guru pada saat mengajar di kelas terhadap minat peserta didik dalam mengikuti mata pelajaran PKn pada kelas X di SMK Muhammadiyah 3 Metro Tahun 2013/2014. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 78 peserta didik. Analisis data menggunakan Chi Kuadrat.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan dari sisi sikap guru dari indicator pemahamman, perasaan dan kesiapan guru masuk ke kategori cukup berpengaruh dan dari sisi perilaku guru yakni indicator perilaku tertutup dan prilaku terbuka masuk ke kategori cukup berpengaruh. Hal ini menunjukkan bahwa sikap dan perilaku guru pada saat mengajar di kelas terhadap minat belajar peserta didik cukup berpengaruh di SMK Muhammadiyah 3 Metro. Oleh sebab itu kepada guru diharapkan dapat meningkatkan dan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan pendidikan peserta didik. Disamping itu juga guru hendaknya lebih terbuka dan bersedia bekerja sama demi kemajuan peserta didik.

Kata Kunci : Sikap Dan Prilaku Guru, Minat Belajar, Pendidikan Kewarganegaraan


(2)

DI KELAS TERHADAP MINAT PESERTA DIDIK DALAM MENGIKUTI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN (PKn) PADA KELAS X DI SMK MUHAMMADIYAH 3 METRO

T.P 2013/2014 (Skripsi)

Oleh

Kesuma wardani

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Kesuma Wardani, dilahirkan di Metro Kelurahan Mulyojati 16B Kecamatan. Metro Barat, Kota Metro, pada tanggal 27 November 1991 yang merupakan putra kedua dari 3 bersaudara dari pasangan Bapak Drs.Isbet Peko,M.M dan Ibu Ratna Suri.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis antara lain: 1. Sekolah Dasar Negeri 3 Metro yang diselesaikan pada tahun 2004. 2. SMP Negeri 2 Metro yang diselesaikan pada tahun 2007.

3. SMA Muhammadiyah 1 Metro yang diselesaikan pada tahun 2010.

Pada tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).


(7)

Moto

“ Kein

dahan Perjuangan adalah ketika kita menyadari akan

beratnya perjuangan tersebut dan menorehkan dengan pena

kesabaran dalam lembar-lembar ke ikhlasan, maka keletihan

kita akan bermakna

(Kesuma Wardani)

“Setiap Perhimpunnan dan

Pertemuan akan hilang

kenikmattannya bagi Ruh, jika terhenti mengingat Allah,

membincang akherat dan membagi ilmu’’


(8)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap Syukur Alhamdullilah kehadirat Allah SWT atas berkah dan

hidayah-Nya Skripsi ini telah diselsaikan.Tidak terlupa shalawat serta salam

tercurahkan kepada Rosulluloh Muhammad SAW atas petunjuk jalan kebenaran di

muka bumi ini.

Sebentuk karya sederhana ku ini kupersembahkan sebagai bakti cintaku dan

sayangku kepada :

“Kedua orangtuaku tercinta Buyah (Isbet Peko) dan Umi (Ratna Suri) yang selama ini telah memberikan cinta, kasih sayang, dukungan, dan tetesan air mata do’a yang tak usai di sela Tahajudnya. Agar aku menapaki jalan keberhasilanku kini maupun

yang akan datang.”

“Kakakku tercinta Vera Yolanda sari (Mahkota) yang dengan cinta dan kasih

sayangnya selalu mendukung, dan memberikan arahan yang baik demi jalan

keberhasilanku dimasa depan serta menjadi inspirator terbaik dalam

kehidupanku.”

“Adikku tercinta Kesuma Yudha yang selalu menyemangati dan mendukung serta mendo’akan Kakakmu (Tengku) ketika sedang berjuang.”

“Dan keluarga besarku yang berada di Gunung sugih, Yayik (Alm) dan Nyaik. Maupun yang berada di Krui, Datuk (Alm) dan Andung yang selalu memberikan

semangat dan perhatian serta Do’a kepadaku.” “Almamaterku tercinta Universitas Lampung”


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

SURAT PERNYATAAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

MOTTO ... viii

SANWACANA ... ix

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 9

I.3 Pembatasan Masalah ... 9

I.4 Perumusan Masalah ... 9

I.5 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 10

1.5.1 Tujuan Penelitian ... 10

1.5.2 Kegunaan Penelitian ... 10

1.5.2.1 Kegunaan Teoritis ... 10

1.5.2.2 Kegunaan Praktis. ... 10

I.6 Ruang Lingkup Penelitian ... 11

1.6.1 Ruang Lingkup Ilmu ... 11

1.6.2 Ruang Lingkup Obyek ... 11

1.6.3 Ruang Lingkup Subyek ... 11

1.6.4 Ruang Lingkup Wilayah ... 11

I.6.5 Ruang Lingkup Waktu ... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teoretis ... 13

2.1.1 Pengertian Sikap... 13


(10)

c. Unobstrusive Measures ... 18

d. Multidimensional Scaling ... 18

2.1.4 Pengertian Prilaku ... 18

2.1.5 Antara Sikap dan Prilaku ... 20

2.1.6 Minat ... 21

2.1.7 Fungsi Minat ... 23

2.1.8 Usaha-usaha dalam meningkatkan minat ... 24

2.1.9 Pengertian Belajar dan Pembelajaran ... 27

a. Pengertian Belajar ... 27

b. Pengertian Pembelajaran ... 32

2.1.10 Aktivitas-Aktivitas Belajar ... 33

2.1.11 Tipe Hasil Belajar ... 34

2.1.12 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 35

2.2. Kerangka Pikir ... 41

III.METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian... 42

3.2. Populasi dan Sampel ... 42

3.2.1 Populasi ... 42

3.2.2 Sampel ... 43

3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 44

3.3.1 Variabel Penelitian ... 44

3.3.2 Definisi Operasional Variabel ... 45

3.3.2.1 Sikap dan Perilaku Guru ... 45

3.3.2.2 Minat Belajar ... 45

3.4. Rencana Pengukuran Variabel ... 46

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 46

3.5.1Teknik Pokok ... 46

a. Angket ... 46

3.5.2 Teknik penunjang ... 47

a. Wawancara ... 47

b. Dokumentasi ... 47

c. Studi Kepustakaan ... 47

3.5.3 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 48

a. Uji Validitas ... 48

b. Uji Reliabilitas. ... 48

3.6. Tekink Analisis Data ... 49

VI. HASIL PENELITIAN 4.1. Langkah-Langkah Penelitian ... 53


(11)

4.2.1 Uji Coba Angket ... 55

4.3. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 59

4.3.1 Sejarah Singkat SMK Muhammadiyah 3 Metro ... 59

4.4. Visi,Misi,Tujuan SMK Muhammadiyah 3 Metro... ... 64

4.5. Keadaan Guru dan Karyawan ... 66

4.6. Deskripsi Data ... 67

4.6.1 Pengumpulan Data ... 67

4.7. Penyajian Data ... 67

4.8. Pengujian Data ... 87

4.8.1 Pengujian Pengaruh Sikap Guru ... 87

4.8.2 Pengujian Tingkat Keeratan ... 90

4.8.3 Pengujian Pengaruh Perilaku Guru ... 91

4.8.4 Pengujian Tingkat Keeratan ... 94

4.9. Pembahasan. ... 95

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 105

5.2 Saran ... 106 DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Tabel Minat Peserta didik dalam mengikuti Pembelajaran Pkn dikelas……….3 Tabel 3.2 Jumlah peserta didik kelas X dari 5 jurusan di SMK Muhammadiyah 3 metro tahun

pelajaran 2013/2014………..………38

Tabel 3.3 Jumlah dan sebaran Sampel murid kelas X otomotif 1 dan 2, murid kelas X keperawattan 1 dan 2, murid kelas X elektro 1 dan 2, murid kelas X elektro industri 1 dan 2, murid kelas X Farmasi 1 dan 2………..…39


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Rencana Kaji Tindak Judul. 2. Surat Keterangan Penelitian. 3. Surat Penelitian Pendahuluan.

4. Lembar Pengesahan Seminar Proposal.

5. Lembar Perbaikkan Seminar Proposal Pembahas.1 6. Lembar Perbaikkan Seminar Proposal Pembahas.2

7. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Seminar Proposal 8. Surat Izin Penelitian.

9. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian 10. Surat Keterangan Persetujuan Seminar Hasil 11. Lembar Perbaikkan Seminar Hasil Pembahas.1 12. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Seminar Hasil 13. Kisi-ki Angket

14. Angket penelitian.

15. Distribusi Hasil Angket Indikator Perasaan Guru. 16. Distribusi Hasil Angket Indikator Pemahaman Guru 17. Distribusi Hasil Angket Indikator Kesiapan Guru.

18. Distribusi Hasil Angket Indikator Prilaku Tertutup Guru. 19. Distribusi Hasil Angket Indikator Prilaku Terbuka Guru. 20. Distribusi Hasil Angket Indikator Berminat Peserta Didik.

21. Distribusi Hasil Angket Indikator Kurang Berminat Peserta Didik. 22. Distribusi Hasil Angket Indikator Tidak Berminat Peserta Didik.

23. Distribusi Perbandingan Hasil Angket Pengaruh Sikap Guru (X1) terhadap

Minat Siswa (Y)

24. Distribusi Perbandingan Hasil Angket Pengaruh Prilaku Guru (X2) terhadap

Minat Siswa (Y)

25. Kartu Konsultasi Pembimbing. 1 26. Kartu Konsultasi Pembimbing. 2


(15)

(16)

I. PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia baik fisik maupun moril, sehingga pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia khususnya menjadikan manusia yang lebih bermanfaat dan berkualitas. Pendidikan juga dapat memajukan bangsa dan berguna untuk mengubah bangsa agar mampu bersaing diranah internasional. Melalui pendidikan maka suatu bangsa dapat berdiri kokoh di tengah-tengah globalisasi dunia. Dalam pasal 2 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 20 TH. 2003) dijelaskan bahwa :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Menurut pendapat Jhon Dewey (2008:125) “pendidikan itu persoalan proses dan sosialisai. Proses dimaksud adalah peroses pertumbuhan dan proses dimana peserta didik diharapkan mampu menghayati kejadian-kejadian dari pengalaman sekitar.”


(17)

Maka pada dasarnya pendidikan itu merupakan kegiatan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh seorang dan memiliki tujuan untuk menjadikan manusia dewasa yang berkualitas serta dapat mengabdikan dirinya kepada masyarakat sehingga berguna bagi bangsa dan negara. Kegiatan untuk mengembangkan potensi tersebut harus dilakukan secara berencana, terarah, dan sistematis agar dapat mencapai suatu tujuan dan menghasilkan perubahan-perubahan positif dalam diri anak didik. Oleh karena itu, pelaksanaannya haruslah dapat berjalan dengan baik dan lancar agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan maksimal, demi tercapainya peserta didik yang berkualitas dan berdaya saing tinggi dengan Negara lain serta pendidik atau guru yang berkompeten dalam bidangnya. Maka guru haruslah memahami dan mengahayati para peserta didik yang dibinanya, karena wujud peserta didik pada setiap saat tidak akan sama, ini disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar dapat diketahui dari hasil belajar mengajar tersebut.

Guru juga merupakan faktor yang sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan disetiap satuan pendidikan. Seperti yang telah tercantum dalam Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, pada Bab 1 pasal 1 ayat (1) yang berbunyi : “ Guru adalah pendidik yang professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.”


(18)

Guru memiliki peranan dan andil yang sangat besar demi terciptanya peserta didik yang berprestasi, bermanfaat dan berkualitas serta berkarakter. Karakter merupakan tabiat seseorang untuk bertingkah laku dan bersikap yang dilakukan dalam kehidupan sehari-harinya sehingga menjadi sebuah kebiasaan. Karakter yang dibangun dalam kebiasaan-kebiasaan ini ada yang bersifat baik dan ada yang bersifat buruk. Hal ini tergantung pada pembentukan karakter yang dipengaruhi oleh lingkungannya.

Guru sebagai unsur manusiawi dalam pendidikan dan sebagai orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik harus betul-betul memahami kebijakan-kebijakan pendidikan tersebut. Tanpa didukung oleh mutu guru yang baik upaya peningkatan mutu pendidikan akan menjadi hampa, sekalipun di dukung oleh komponen lainnya yang memadai. Karena itu sangatlah beralasan apabila pemerintah saat ini lebih memfokuskan peningkatan mutu guru sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Apalagi kondisi saat ini di era serba digital ini sangat menuntut perlunya keseriusan untuk meningkatkan mutu guru.

Pada pelaksanaan pendidikan terkadang tidak berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal itu terbukti dengan masih adanya sebagian besar peserta didik yang memiliki minat belajar terhadap mata pelajaran tertentu kurang berminat. Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap suatu gairah keinginan. sedangkan menurut Crow dan Crow dalam Sri Rukmini, (2011: 18), mengungkapkan “minat sangat erat hubungannya dengan dorongan, motif, dan reaksi emosi.”


(19)

Berdasarkan uraian tersebut, minat belajar peserta didik terhadap suatu mata pelajaran dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Penyebab utama kurangnya minat belajar peserta didik yang berasal dari faktor internal, yaitu perhatian, untuk mencapai hasil belajar yang baik, peserta didik harus mempunyai perhatian terhadap materi yang dipelajarinya. Hal tersebut akan menimbulkan minat dalam diri peserta didik dan memiliki semangat dalam belajar sehingga mencapai prestasi yang bagus, sedangkan yang berasal dari faktor eksternal yaitu lingkungan. Guru yang kurang memberikan perhatian kepada peserta didik bahkan kurang terbuka terhadap peserta didik akan membuat peserta didik merasa takut bahkan acuh terhadap guru dan mata pelajaran yang diajarkannya, sehingga minat belajar peserta didik tersebut kurang. Pada guru, sikap dan perilaku guru pada saat mengajar dikelas juga mempengaruhi minat belajar peserta didik. Minat, bakat, kemampuan, dan potensi peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individual. Tugas guru tidak hanya mengajar, namun juga mendidik, mengasuh, membimbing, dan membentuk kepribadian peserta didik guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM).

Guru sebagai pendidik harus memberikan layanan yang terbaik kepada anak didik dalam aspek pembelajaran di kelas maupun keterampilan dasar mengajar, namun pada kenyataannya masih ditemui kekurangan guru dalam mengelola kelas maupun keterampilan mengajar. Dalam aspek pembelajaran kelas guru masih bertindak ragu-ragu dalam mengatasi keadaan kelas yang kurang


(20)

kondusif, Sementara pada keterampilan mengajar guru sering kali menggunakan metode yang selalu sama dalam proses pembelajaran seperti ceramah terus , sehingga tidak adanya variasi dalam metode pembelajaran dan menyebabkan kejenuh han dari peserta didik, dan sudah barang tentunya mempengaruhi minat dari peserta didik dalam mengikuti mata pelajaran tersebut. Pengelolaan kelas dan keterampilan guru dalam mengajar tersebut mampu membentuk sikap dan perilaku guru yang professional, dengan sikap dan perilaku guru yang menyenangkan dan menggairahkan minat belajar peserta didik. Sikap dan perilaku guru pada saat mengajar dikelas tersebut haruslah profesional. Konsep dasar sikap dan perilaku yang bersumber dari pendapat Thursthoen dalam Walgito (2003:108) mendefinisikan “sikap adalah gambaran kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan pikiran terhadap suatu keadaan atau suatu objek”. Juga kutipan dari pendapat Berkowitz, dalam Azwar (2000:5)

“ sikap seseorang pada suatu objek adalah perasaan atau emosi, dan faktor kedua adalah reaksi/respon atau kecenderungan untuk bereaksi. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif, yaitu senang (like) atau tidak senang (dislike), menurut dan melaksanakan atau menjauhi/menghindari.sesuatu.”

Banyaknya peserta didik yang mengeluhkan terhadap sikap dan perilaku guru pada saat mengajar dikelas membuat minat belajar peserta didik rendah. Peserta didik beranggapan, perlukah ia untuk mengikuti pelajaran dan memahami pelajaran dan kerap mengalami remedial. Kurangnya minat dan gairah peserta didik dari hasil pra survey dibuktikan dengan peserta didik yang tidak berperan aktif, ribut, tugas terlambat. Hal ini dapat kita lihat dari


(21)

hasil pengamatan bagaimana perilaku peserta didik yang mengikuti pelajaran terutama pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada kelas X Keperawatan 1, kelas X Keperawatan.2, kelas X Farmasi.1, kelas X Farmasi.2, kelas X Elektro Industri.1, kelas X Elektro Industri.2, kelas X Otomotif 1, kelas X Otomotif.2, kelas X Elektro.1 dan kelas Elektro.2 pada Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah 3 Metro tahun pelajaran 2013/2014.

Maka bisa disebabkan oleh dampak dari tenaga pengajar yakni guru dari sikap dan prilaku pada saat mengajar di kelas, itu semua bisa mempengaruhi minat peserta didik dalam mengikuti mata pelajaran Pkn dan pastinya mempengaruhi kemampuan akademiknya, maka bisa dikaitkan dengan tinggi rendahnya nilai yang dicapai peserta didik pada kelas X di SMK Muhammadiyah 3 Metro Tahun Pelajarran 2013/2014.


(22)

Tabel 1. Minat Peserta didik dalam mengikuti Pembelajaran Pkn dikelas No. ASPEK

PEMBELAJARAN DIKELAS

MINAT PESERTA DIDIK

PADA PROSES

PEMBELAJARAN 1. Menyimak a. Tidak Fokus terhadap

Pelajaran Pkn

b. Tidak pernah berkomentar terhadap apa yang

didengarnya

2. Berbicara a. Merasa sungkan bila disuruh bertanya. b. Ketika proses

pembelajaran, lebih cenderung berbicara dengan teman-teman yang lain.

c. Tidak berani berperan aktif dalam diskusi. 3. Menulis a. Kurang bertanggung

jawab terhadap penyelesaian tugas menulis

b. Tidak antusias dalam tugas menulis

(makalah/paper/resume).

Sumber : Hasil Survei Peneliti

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa adanya minat yang rendah dari peserta didik dilihat dari aspek pembelajaran dikelas dalam proses belajar mengajar. Pada point pertama menyimak dapat dilihat bahwa peserta didik lebih cenderung tidak fokus pada pelajaran dan tidak pernah berkomentar atau memberikan jawaban pada saat diberikan sebuah pertanyaan di luar kontek materi kompetensi dasar. Sehingga peserta didik tidak bisa menjawab pertanyaan dan kemudian mendapatkan hukuman atau teguran yang membuat peserta didik kehilangan minat belajar pada saat itu.


(23)

Dalam point kedua berbicara, peserta didik lebih cenderung gaduh di dalam kelas dan tidak berani berperan aktif dalam diskusi. Sedangkan dalam aspek penugasan, peserta didik sering kurang bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Sehingga peserta didik tersebut cenderung lebih sering mendapatkan hukuman dibandingkan mendapatkan nilai dari guru. Sementara itu, guru ragu-ragu dalam menyikapi keadaan peserta didik yang demikian. Seharusnya guru menyikapi dengan tegas dan bertanggung jawab pada keadaan seperti di atas.

Minat bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh seorang begitu saja melainkan merupakan kesatuan yang dapat dikembangkan. Banyak upaya yang dapat dilakukan oleh guru di sekolah untuk menumbuhkan minat peserta didik dalam belajar. Selain adanya variasi mengajar dengan media dan metode yang dipakai sikap dan perilaku guru terhadap peserta didik baik di dalam ruang kelas maupun di luar kelas juga turut andil dalam hal menumbuhkan minat belajar peserta didik.

Berdasarkan paparan di atas maka peneliti ingin mencoba melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh sikap dan prilaku guru pada saat mengajar dikelas terhadap minat peserta didik dalam mengikuti mata pelajaran PKn pada kelas X di SMK Muhammadiyah 3 Metro Tahun Pelajaran 2013/2014."


(24)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah yang akan diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Sikap dan prilaku guru pada saat memberikan materi pembelajaran Pkn di kelas.

2. Guru kurang memberikan penguatan dalam pembelajaran. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat peserta didik.

4. Etika mengajar pada guru terhadap minat peserta didik di kelas X.

1.3Pembatasan masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar penelitian ini tidak terlalu luas jangkauannya, mengingat keterbatasan kemampuan, waktu dan dana yang ada, maka peneliti membatasi masalah yang diteliti, yaitu : Pengaruh sikap dan perilaku guru pada saat mengajar di kelas terhadap minat peserta didik dalam mengikuti mata pelajaran PKn pada kelas X di SMK Muhammadiyah 3 Metro Tahun Pelajaran 2013/2014.

I.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah bagaimanakah pengaruh sikap dan perilaku guru pada saat mengajar dikelas terhadap minat peserta didik dalam mengikuti mata pelajaran PKn pada kelas X di SMK Muhammadiyah 3 Metro Tahun pelajaran 2013/2014.


(25)

I.5 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh sikap dan perilaku guru terhadap minat peserta didik dalam mengikuti pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada kelas X di SMK Muhammadiyah 3 Metro Tahun Pelajaran 2013/2014.

1.5.2 Kegunaan Penelitian 1.5.2.1 Kegunaan Teoretis

Secara teoritis kegunaan penelitian tentang pengaruh sikap dan perilaku guru terhadap minat peserta didik dalam mengikuti pelajaran pendidikan kewarganegaraan pada kelas X di SMK Muhammadiyah 3 Metro adalah untuk mengembangkan konsep-konsep ilmu pendidikan yang termasuk kedalam ruang lingkup pendidikan kewarganegaraan yang mengkaji tentang upaya pembentukan diri warganegara agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap, dan nilai, serta perilaku nyata dalam masyarakat baik di sekolah maupun keluarga.

1.5.2.2 Kegunaan Praktis

Secara praktis, kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai motivasi bagi peneliti pada khususnya dan bagi guru untuk meningkatkan potensi/kemampuannya dalam dunia pendidikan.


(26)

2. Mengetahui sikap dan perilaku guru seperti apa yang profesional yang mampu menumbuhkan minat belajar peserta didik pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan.

3. Memberikan masukan kepada guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian 1.6.1 Ruang Lingkup Ilmu

Ruang lingkup ilmu ini adalah ilmu pendidikan khususnya pendidikan kewarganegaraan, dengan tujuan membentuk warga negara yang memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

1.6.2 Ruang lingkup Obyek

Ruang lingkup objek penelitian ini adalah peserta didik kelas X di SMK Muhammadiyah 3 Metro Tahun pelajaran 2013/2014.

1.6.3 Ruang lingkup Subjek

Ruang lingkup subjek dalam penelitian ini adalah pengaruh sikap dan perilaku Guru pada saat mengajar di kelas.

1.6.4 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah SMK Muhammadiyah 3 Metro.


(27)

1.6.5 Ruang Lingkup waktu

Waktu dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sejak dikeluarkannya surat izin penelitian pendahuluan pada tanggal 07 Desember 2013. No Surat. 7144/UN.26/3/PL/2013 oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sampai dengan 28 Maret 2014


(28)

II. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Teoretis 2.1.1 Pengertian Sikap

Sikap merupakan gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi dengan cara relatif tetap terhadap objek, baik secara positif maupun negatif. Sikap yang positif pada guru terutama pada mata pelajaran yang diterima peserta didik merupakan tanda yang baik bagi proses belajar peserta didik. Sebaliknya, sikap negatif yang diiringi dengan kebencian terhadap guru dan mata pelajarannya menimbulkan kesulitan belajar peserta didik sehingga prestasi belajar yang dicapai siswa akan kurang memuaskan, konsep tentang sikap telah berkembang dan melahirkan berbagai macam pengertian diantara ahli psikologi Widiyanta, (2002:127). “Sikap, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai kesiapan untuk bertindak”. Sedangkan menurut (Ramdhani,2008:7), “sikap merupakan cara menempatkan atau membawa diri, merasakan, jalan pikiran”.

Sikap dinyatakan dengan istilah "attitude" yang berasal dari kata latin "aptus" yang berarti keadaan sikap secara mental yang bersifat subjektif untuk melakukan kegiatan. Sikap seseorang terbentuk karena ada objek


(29)

tertentu yang memberikan rangsang kepada dirinya. Sikap adalah bagian yang penting di dalam kehidupan sosial, karena kehidupan manusia selalu dalam berinteraksi dengan orang lain. Sikap dapat bersikap positif, dan negatif. Sikap positif memunculkan kecenderungan untuk menyenangi, mendekati, menerima, atau bahkan mengharapkan kehadiran kehadiran objek tertentu. Sedangkan sikap negatif memunculkan kecenderungan untuk menjauhi, membenci, menghindari, menghindari ataupun tidak menyukai keberadaan suatu objek. Menurut pendapat Masri, dan Widiyanta (2002:34), mendefinisikan “sikap sebagai suatu kesediaan dalam menanggapi atau bertindak terhadap sesuatu’’.Azwar, dalam Ananda (2009:45), menggolongkan definisi sikap ke dalam tiga kerangka pemikiran. Pertama, sikap merupakan suatu bentuk reaksi atau evaluasi perasaan. Dalam hal ini, sikap seseorang terhadap suatu objek tertentu adalah memihak maupun tidak memihak. Kedua, sikap merupakan kesiapan bereaksi terhadap objek tertentu. Ketiga, sikap merupakan konstelasi komponen kognitif, afektif, dan konasi yang saling berinteraksi satu sama lain.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap merupakan kecenderungan seorang individu terhadap suatu objek tertentu, situasi atau orang lain yang kemudian dideskripsikan dalam bentuk sebuah respon. Serta kesiapan seseorang bertindak, berpersepsi, berfikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai untuk menentukan apakah orang harus setuju atau tidak terhadap sesuatu.


(30)

2.1.2 Komponen Sikap

Mengenai komponen sikap, ada tiga macam komponen yaitu kognitif, afektif dan konasi, ketiga ranah tersebut dijabarkan sebagai berikut :

1. Komponen kognitif berhubungan dengan keyakinan (beliefs), ide dan

konsep.

2. Komponen afektif yang menyangkut emosional seseorang

3. Komponen konasi yang merupakan kecenderungan bertingkah laku

Banaji dan Heiphetz, dalam Bernstein (2008:27), menjelaskan tiga komponen sikap yang saling menunjang satu sama lain. Pertama, komponen kognitif. Komponen kognitif mencakup penerimaan informasi yang ditangkap oleh panca indera, yang kemudian diproses dan dipersepsikan, dibandingkan dengan data / informasi yang telah dimiliki, diklasifikasikan, lalu disimpan dalam ingatan dan digunakan dalam merespon rangsangan.

Komponen afektif yang menyangkut emosional banyak ditentukan oleh kepercayaan. Bila seseorang telah memandang negatif terhadap orang lain, maka akan merasa malas dan hasilnya pun sangat tidak sesuai dengan yang harapan. Komponen konasi dalam sikap menunjukkan kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang yang berkaitan


(31)

dengan sikapnya terhadap orang lain. Bila seseorang merasa tidak suka terhadap orang lain, maka wajar bila orang tersebut enggan menyapa dan berkomunikasi dengan orang tersebut.

Sarwono dan Allport (2009:13) menambahkan bahwa komponen kognitif berisi pemikiran, ide-ide, maupun pendapat yang berkenaan dengan objek sikap. Pemikiran tersebut meliputi hal-hal yang diketahui individu mengenai objek sikap, dapat berupa keyakinan atau tanggapan, kesan, atribusi, dan penilaian terhadap objek sikap. Kedua, komponen afektif berhubungan dengan perasaan atau emosi individu yang berupa senang atau tidak senang terhadap objek sikap.

Ketiga, komponen konatif atau konasi yang merujuk kepada kecenderungan tindakan atau respon individu terhadap objek sikap yang berasal dari masa lalu. Respon yang dimaksud dapat berupa tindakan yang dapat diamati dan dapat berupa niat atau intensi untuk melakukan perbuatan tertentu sehubungan dengan objek sikap

2.1.3 Skala Sikap

Salah satu problem metodologi dasar dalam psikologi sosial adalah bagaimana mengukur sikap seseorang. Beberapa teknik pengukuran sikap: antara lain: Skala Thrustone, Likert, Unobstrusive Measures, Analisis Skalogram dan Skala Kumulatif, dan Multidimensional Scaling.


(32)

a. Skala Thurstone (Method of Equel-Appearing Intervals)

Metode ini mencoba menempatkan sikap seseorang pada rentangan kontinum dari yang sangat unfavorabel hingga sangat favorabel terhadap suatu objek sikap. Caranya dengan memberikan orang tersebut sejumlah item sikap yang telah ditentukan derajad favorabilitasnya. Tahap yang paling kritis dalam menyusun alat ini seleksi awal terhadap pernyataan sikap dan penghitungan ukuran yang mencerminkan derajad favorabilitas dari masing-masing pernyataan. Derajat (ukuran) favorabilitas ini disebut nilai skala.

b. Skala Likert (Method of Summateds Ratings)

Likert (2007:102) mengajukan metodenya sebagai alternatif yang lebih sederhana dibandingkan dengan skala Thurstone. Skala Thurstone yang terdiri dari 11 point disederhanakan menjadi dua kelompok, yaitu yang

favorable dan yang unfavorable. Sedangkan item yang netral tidak disertakan. Untuk mengatasi hilangnya netral tersebut, Likert menggunakan teknik konstruksi tes yang lain. Masing-masing responden diminta melakukan agreement atau disagreemenn-nya untuk masing-masing item dalam skala yang terdiri dari 5 poin ( sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju). Semua item yang favorabel kemudian diubah nilainya dalam angka, yaitu untuk sangat setuju nilainya 5 sedangkan untuk yang sangat tidak setuju nilainya 1. Sebaliknya, untuk item yang unfavorable nilai skala sangat setuju adalah 1 sedangkan untuk yang sangat tidak setuju nilainya 5. Seperti


(33)

halnya skala Thurstone, skala Likert disusun dan diberi skor sesuai dengan skala interval sama (equal-interval scale).

c. Unobstrusive Measures.

Metode ini berakar dari suatu situasi dimana seseorang dapat mencatat aspek-aspek perilakunya sendiri atau yang berhubungan sikapnya dalam pertanyaan.

d. Multidimensional Scaling.

Teknik ini memberikan deskripsi seseorang lebih kaya bila dibandingkan dengan pengukuran sikap yang bersifat unidimensional. Namun demikian, pengukuran ini kadangkala menyebabkan asumsi-asumsi mengenai stabilitas struktur dimensinal kurang valid terutama apabila diterapkan pada lain orang, lain isu, dan lain skala item.Pada penelitian ini peneliti menggunakan Skala Likert (Method of Summateds Ratings)

2.1.4 Pengertian Perilaku

Perilaku manusia merupakan sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika. Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia yang sangat mendasar.

Menurut Notoatmodjo (2003:15) “Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak


(34)

dapat diamati pihak luar.”Sedangkan Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003:15), merumuskan bahwa “perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.’’

Sementara perilaku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “tanggapan atau.reaksi.individu yang terwujud di gerakan (sikap) tidak saja badan atau ucapan."

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003 :27) :

1. Perilaku tertutup

Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk


(35)

tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

2.1.5 Antara Sikap dan Perilaku

Sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif. Respon hanya akan timbul, apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang dikehendaki adanya reaksi individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbul di dasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik buruk, positif negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Azwar, 2000:15).

Sedangkan perilaku merupakan bentuk tindakan nyata seseorang sebagai akibat dari adanya aksi respon dan reaksi. Menurut Mann dalam Azwar (2000:5) sikap merupakan predisposisi evaluatif yang banyak menentukan bagaimana individu bertindak, akan tetapi sikap dan tindakan nyata seringkali jauh berbeda. Hal ini dikarenakan tindakan nyata tidak hanya ditentukan oleh sikap semata namun juga ditentukan faktor eksternal lainnya. Banyak penelitian menunjukkan bahwa antara sikap dan perilaku itu tidak berkorelasi, ataupun bila berkorelasi maka tidak menunjukkan arah yang hubungan kausalitas. Sebagai penyebabnya karena sikap itu memiliki tiga komponen. Menurut pandangan ini, (Rosenberg & Hovland, 1960:23) sikap itu merupakan predisposisi untuk merespon sejumlah stimulus dengan sejumlah


(36)

tertentu. Ketiga respon tersebut antara lain afektif (perasaan evaluatif dan preferensi) kognitif (opini dan belief), dan behavioral atau konatif (over action dan pernyataan tentang kecenderungan).

2.1.6 Minat

Secara bahasa minat berarti “kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu.” Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat besar sekali pengaruhnya terhadap kegiatan seseorang sebab dengan minat ia akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.

Apabila seseorang menaruh perhatian terhadap sesuatu, maka minat akan menjadi motif yang kuat untuk berhubungan secara lebih aktif dengan sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika disalurkan dalam suatu kegiatan. Keterikatan dengan kegiatan tersebut akan semakin menumbuh kembangkan minat. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar, sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Menurut Tomi Darmawan dalam Slameto (2006:15) yang menyatakan “bahwa minat adalah rasa suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh, minat pada hakekatnya adalah penerimaan hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar dirinya, semakin kuat atau semakin dekat hubungan tersebut maka semakin besar minatnya”.


(37)

Sedangkan menurut Nursalam dalam Selo Soemardjan (2000:34) ada beberapa kriteria minat diantaranya:

1. Rendah, jika seseorang tidak menginginkan objek minat

2. Sedang, jika seseorang menginginkan objek minat akan tetapi tidak dalam waktu segera.

3. Tinggi, jika seseorang sangat menginginkan objek minat dalam waktu segera.

Dan berikut ini, beberapa kondisi yang mempengaruhi minat, diantaranya:

a) Status ekonomi apabila status ekonomi membaik, orang cenderung memperluas minat untuk mencakup hal yang semula belum mampu dilaksanakan. Sebaliknya kalau status ekonomi mengalami kemunduran karena tanggung jawab keluarga atau usaha yang kurang maju, maka orang cenderung untuk mempersempit minat mereka.

b) Pendidikan semakin tinggi dan semakin formal tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang maka semakin besar pula kegiatan yang bersifat intelek yang dilakukan.

c) Tempat tinggal di mana seseorang tinggal, banyak dipengaruhi oleh keinginan yang biasa mereka penuhi pada kehidupan sebelumnya masih dapat dilakukan atau tidak.

Sedangkan ada tangapan lain menurut J P Chaplin (2006:25) bahwa minat adalah kecenderungan hati, suatu perasaan yang menyatakan bahwa satu aktivitas, pekerjaan atau objek yang berharga atau berarti bagi individu.


(38)

Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli seperti yang dikutip di atas dapat disimpulkan bahwa, minat adalah kecenderungan seseorang terhadap obyek atau sesuatu kegiatan yang digemari yang disertai dengan perasaan senang, adanya perhatian, dan keaktifan berbuat. Minat merupakan dorongan kuat pada seseorang untuk melakukan sesuatu, sehingga apa yang ia laksanakan menjadi keinginnannya yang kuat.

2.1.7 Fungsi Minat

Berikut ini adalah beberapa fungsi minat, yaitu :

a. Minat sebagai alat pembangkit motivasi dalam belajar.Secara teoritis bahwa semakin kuat minat seseorang semakin besar pula dorongan untuk melakukan sesuatu, seperti dalam halnya belajar. Minat sebagai motivasi dalam belajar dalam arti dapat mendorong seseorang untuk belajar lebih baik. Dalam hal ini sesuai dengan pendapat Omar Hamalik menyatakan bahwa “Belajar dengan minat akan mendorong anak belajar dengan baik”. (Omar Hamalik, 2009:66).

b. Minat sebagai pusat perhatian

Adanya minat, seseorang memungkinkan lebih berkonsentarsi penuh terhadap suatu objek yang diminati. Misalnya seseorang tertarik akan sesuatu benda yang mengandung arti baginya. Dalam situasi yang demikian minat untuk meneliti benda tersebut sehingga perhatian terhadap benda akan lebih terpusatkan selama penyelidikan berlangsung.

c. Minat sebagai sumber hasrat belajar

Salah satu fungsi belajar menurut Sofyan Ahmad yaitu “ mempertinggi derajat hidup dengan meninggalkan kebodohan dan meningkatkan


(39)

kemauan dan kemampuan”. Kelancaran kegiatan belajar sangat tergantung kepada minat yang ada yang menjadi sumber hasrat belajar. (Sofyan ahmad, 1982:91)

d. Minat untuk mengenal kepribadian

Minat salah satu aspek kewajiban yang tidak tampak dari luar untuk mengenal kepribadian seseorang dapat diketahui “arah minat dan pandangan mengenai nilai-nilai”. (Sarwono, 2009:91).Minat bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh seseorang begitu saja melainkan merupakan sesuatu yang dapat dikembangkan minat adalah di sekolah. Banyak upaya yang dilakukan oleh guru di sekolah untuk menumbuhkan minat peserta didik dalam belajar adalah dengan adanya variasi mengajar dengan berbagai media dan metode yang dipakai dalam mengajar

2.1.8 Usaha-usaha dalam meningkatkan minat

Pusat minat itu ialah suatu keseluruhan bahan pelajaran yang luas, yang diambil dari kehidupan dan dibawa ke sekolah-sekolah. Dalam jangka waktu yang lama kepada murid-murid diajarkan pokok-pokok yang diambil dari keseluruhan bahan pelajaran itu.

Upaya meningkatkan minat belajar peserta didik dapat dilakukan berbagai macam cara, ini mengingat tidak semua cara diterapkan pada kelompok peserta didik maupun perorangan secara efektif, hal demikian tampak pada guru yang berhasil membangkitkan minat belajar peserta didik dengan menggunakan suatu cara tertentu, namun cara tersebut gagal diterapkan pada kelompok murid yang lain. Sebagai bahan acuan akan penulis kutip beberapa pendapat yang dikemukakan oleh Abu Ahmadi dalam buku didaktik


(40)

menjelaskan bahwa: Jika anak tidak memiliki minat terhadap mata pelajaran, maka guru harus mencari cara yang menarik perhatian dan menimbulkan dengan jalan negatif maupun positif:

A. Jalan negatif

a) Menjaga agar suasana kelas tidak kacau. b) Menjaga tata tertib sekolah.

c) Antara pelajaran yang satu dengan yang lain harus ada selingan. d) Menjelaskan akan pentingnya pelajaran yang diajarkan.

B. Jalan positif

a) Bahan pelajaran disesuaikan dengan tingkat perkembangan jiwa anak dan sedapat mungkin diambil dari lingkungan anak.

b) Dalam mengajar diusahakan mempraktekan sifat-sifat didaktis, contoh: peragaan, keaktifan dan lain-lain.

c) Bersifat positif terhadap tugasnya.

Usaha lain yang dapat membangkitkan minat belajar peserta didik adalah sebagaimana dikemukakan oleh S. Nasution dalam buku Azas-Azas Mengajar bahwa:

a) Bangkitkan suatu kebutuhan

b) Hubungan dengan pengalaman yang lampau.

c) Bahan pelajaran disesuaikan dengan kesanggupan individu.

Selain pendapat di atas, cara lain yang dapat dilakukan guru agar peserta didik senang dalam mengikuti pelajaran yaitu:


(41)

b) Menyajikan bahan pelajaran yang tidak sulit namun tidak terlalu mudah. c) Menggunakan alat-alat pelajaran yang menunjang proses belajar.

d) Bervariasi dalam mengajarnya.

Cara-cara guru untuk membangkitkan minat belajar terhadap bidang studi yang diajarkan adalah sebagai berikut:

a) Menyajikan bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan peserta didik dan sumber dari masalah-masalah kehidupan peserta didik dalam masyarakat.

b) Menggunakan alat peraga.

c) Menggunakan alat atau metode mengajar yang sesuai dengan bahan yang diajarkan.

d) Berkepribadian muslim dan dapat menjadi suri teladan bagi peserta didik. e) Menciptakan situasi dan kondisi belajar yang efektif.

f) Menjelaskan tujuan dan manfaat pelajaran yang disajikan., g) Mengadakan kompetisi belajar yang sehat.


(42)

2.1.9 Pengertian Belajar dan Pembelajaran a) Pengertian Belajar

Peserta didik merupakan subjek dan objek dari sebuah kegiatan pembelajaran. Oleh karenannya tujuan daripada proses pembelajaran ialah usaha peserta didik dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Belajar adalah proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu.perangsang.tertentu.

Pengertian Belajar secara umum menurut para penulis buku psikologi ialah sebagai suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang relatif menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman ( Imron, 2002 ; 17). Sejalan Menurut Slameto (2003:2) secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi peserta didik dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhannya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: “ belajar ialah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”

Adapun ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Perubahan terjadi secara sadar, ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau


(43)

sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.

2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinue dan fungsional, sebagai hasil belajar perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis.

3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, dalam perbuatan belajar perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.

Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, ini berarti Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku, perubahan yang diperoleh melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. (Slameto, 2003:3) Sejalan dengan pendapat di atas Abu Ahmadi juga mendefinisikan pengertain belajar sebagai berikut : “Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”(Azhar Arsyad, 1991:21). Belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses dan bukan suatu hasil. Oleh karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan yaitu untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, penguasaan nilai-nilai atau sikap dan keterampilan melalui pengalaman-pengalamannya.


(44)

sehingga pada gilirannya membutuhkan sekian macam kondisi belajar (sistem lingkungan belajar) untuk pencapaiannya.

Kelima macam hasil belajar tersebut adalah :

1. Keterampilan intelektual (yang merupakan hasil belajar terpenting dari sistem lingkungan sekolah).

2. Strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berfikir seseorang di dalam arti seluasnya-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah.

3. Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta kemampuan ini umumnya dikenali dan tidak jarang.

4. Keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah, antara lain keterampilan menulis, mengetik, menggunakan jangka dan sebagainya. 5. Sikap dan menilai, berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang dimiliki seseorang, sebagaimana dapat disimpulkan dari kecenderungannya bertingkah laku terhadap orang, barang atau kejadian.

Sedangkan menurut EP Hutabarat (2002:11) menggolongkan hasil belajar sebagai berikut :

a. Pengetahuan, yaitu : dalam bentuk informasi, fakta, gagasan, keyakinan, prosedur hukum, kaidah dan konsep lainnya.

b. Kemampuan, yaitu : dalam bentuk kemampuan untuk menganalisa, memproduksi, mencipta, mengatur, merangkum, membuat generalisasi, berfikiran rasional, dan menyesuaikan diri.

c. Sikap, yaitu : bentuk, apresiasi, minat, pertimbangan, selera.

d. Kebiasaan, yaitu : kebiasaan dan keterampilan dalam menggunakan segala kemampuan.

Melalui penggolongan hasil belajar diatas dapat kita lihat bahwa hasil belajar akan bisa terlihat melalui pengetahuan, sikap, dan kebiasaan seseorang yang melakukan belajar tersebut.


(45)

Dalam mencapai suatu tujan sebagai hasil dari kegitan belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor yang berasal dari dalam diri orang yang belajar dan yang berasal dari luar dirinya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut :

Faktor dari dalam diri :

a. Kesehatan.

b. Intelegensi, faktor intelegensi dan bakat besar sekali pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.

c. Minat dan motivasi, minat yang besar (keinginan yang kuat

terhadap sesuatu) merupakan modal besar untuk mencapai tujuan. Motivasi merupakan dorongan diri sendiri, umumnya karena kesadaran akan pentingnya sesuatu.

d. Cara belajar, perlu diperhatikan teknik belajar, pengaturan waktu belajar, ketersediaan tempat serta fasilitas belajar.

Faktor dari luar :

a. Keluarga, situasi keluarga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak dalam keluarga. Pendidikan orang tua, status ekonomi, rumah kediaman, persentase hubungan orang tua, perkataan, dan bimbingan orang tua, mempengaruhi pencapaian hasil belajar.

b. Sekolah, tempat, gedung sekolah, kualitas guru, perangkat instrument pendidikan, lingkungan sekolah, dan rasio guru dan murid perkelas mempengaruhi kegiatan belajar anak.

c. Masyarakat, apabila disekitar tempat tinggal keadaan masyarakat terdiri atas orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anak yang rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak lebih giat belajar.

d. Lingkungan sekitar, bangunan runah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas, dan iklim dapat mempengaruhi pencapaian tujuan belajar, sebaliknya tempat-tempat dengan iklim yang sejuk dapat menunjang proses belajar.


(46)

Ada beberapa indikator peserta didik yang memiliki minat belajar yang tinggi hal ini dapat dikenali melalui proses belajar di kelas maupun di rumah, yaitu:

1. Perasaan senang

Seorang peserta didik yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap pelajaran PKn misalnya, maka ia harus terus mempelajari ilmu yang berhubungan dengan PKn. Sama sekali tidak ada perasaan terpaksa untuk mempelajari bidang tersebut.

2. Perhatian dalam belajar

Adanya perhatian juga menjadi salah satu indikator minat. Perhatian merupakan konsentrasi atau aktifitas jiwa kita terhadap pengamatan, pengertian, dan sebagainya dengan mengesampingkan yang lain dari pada itu. Seseorang yang memiliki minat pada objek tertentu maka dengan sendirinya dia akan memperhatikan objek tersebut. Misalnya, seorang peserta didik menaruh minat terhadap pelajaran PKn, maka ia berusaha untuk memperhatikan penjelasan dari gurunya.

3. Bahan Pelajaran dan sikap guru yang menarik

Tidak semua peserta didik menyukai suatu bidang studi pelajaran karena faktor minatnya sendiri. Ada yang mengembangkan minatnya terhadap bidang pelajaran tersebut karena pengaruh dari gurunya, teman sekelas, bahan pelajaran yang menarik. Walaupun demikian lambatlaun, jika peserta didik mampu mengembangkan minatnya yang kuat terhadap mata pelajaran niscaya ia bisa memperoleh prestasi yang berhasil sekalipun ia tergolong peserta didik yang berkemampuan rata-rata.

Dari definisi-definisi diatas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah proses atau aktifitas yang dilakukan


(47)

secara sadar oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mengadakan perubahan tingkah laku dan sikap yang lebih baik yang dilihat dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantintas tingkah laku seperti kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya fikir, yang relatif permanen sebagai sebuah hasil pengalaman.

b) Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran ialah membelajarkan peserta didik menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Sering dikatakan mengajar adalah mengorganisasikan aktivitas peserta didik dalam arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi, melainkan juga mengarahkan, dan memberikan fasilitas belajar (directing and facilitating the learning) agar proses belajar lebih memadai. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh peserta didik meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang sosial ekonominya, dan lain sebagainya. Kesiapan guru untuk mengenal karakteristik peserta didik dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran.

Menurut UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran ialah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Kemudian menurut Dimyati dalam Mudjiono


(48)

(2009:97) pembelajaran ialah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat peserta didik belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Sementara Degeng (2006:2) pembelajaran ialah upaya untuk membelajarkan peserta didik.

Dalam pengertian ini secara implisit dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang di inginkan. Sementara menurut Masri Widiyanta (2002:23) pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan sebagai upaya untuk membelajarkan peserta didik.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran ialah proses komunikasi dua arah, yang dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid, secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif serta mencapai tujuan yang diinginkan.

2.1.10 Aktivitas-Aktivitas Belajar

Beberapa aktivitas-aktivitas belajar setiap individu dalam belajar meliputi: (1). Mendengarkan (2). Memandang (3). Meraba, membau dan mencicipi (4). Menulis dan mencatat (5). Membaca (6). Mengingat (7). Berpikir (8). Membuat rangkuman dan menggaris bawahi inti pelajaran (9). Mengamati, membuat tabel, bagan dan diagram (10). Menyusun paper atau kertas kerja (11). Membuat laporan (12). Latihan/praktek. (Tambunan dan Simanjuntak, 2005:4)Aktivitas-aktivitas belajar pada pokok bahasan


(49)

kesetimbangan kimia dalam penelitian ini meliputi: mendengar, memandang, menulis dan mencatat, membaca, mengingat dan berpikir.

2.1.11 Tipe Hasil Belajar

Menurut Mohammad Ali (1993:21), hasil belajar dimasukkan kedalam 5 kategori, yaitu:

1. Informasi Verbal

Informasi verbal adalah tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang yang dapat diungkapkan melalui bahasa lisan maupun tertulis kepada orang lain. Peserta didik harus mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, baik yang bersifat praktis maupun teoritis. Informasi verbal sangat penting dalam pengajaran.

2. Kemahiran intelektual

Kemahiran intelektual (Intelectual skill) menunjuk pada “knowing how”, yaitu bagaimana kemampuan seseorang berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri

3. Pengaturan kegiatan kognitif ( strategi kognitif)

Pengaturan kegiatan kognitif (coknitif strategy), yaitu kemampuan yang dapat menyalurkan dan mengarahkan aktifitas kognitifnya sendiri, khususnya bila sedang berjalan dan berpikir

4. Sikap

Sikap yaitu sikap tertentu seseorang terhadap suatu objek, misalnya peserta didik bersikap positif terhadap sekolah, karena sekolah berguna baginya.Sebaliknya, dia bersikap negatif terhadap pesta-pesta karena merasa tidak ada gunanya, hanya membuang waktu dan uang saja.


(50)

5. Keterampilan Motorik

Keterampilan motorik yaitu seseorang yang mampu melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan secara terpadu.

2.1.12 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Hampir setiap orang mendapatkan pendidikan dan melaksanakan pendidikan. Sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. Mulai dari anak-anak yang memperoleh pendidikan dari orang tuanya dan ketika ia mulai tumbuh dewasa dan memiliki keluarga mereka juga akan mendidik anak-anaknya. Pendidikan adalah khas dan alat manusia, tidak ada mahluk lain yang membutuhkan pendidikan.

Pendidikan secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas “PAIS”, artinya anak, dan “AGAIN” diterjemahkan membimbing jadi pedagogie ialah bimbingan yang diberikan kepada anak . Sedangkan menurut John Dewey dalam A.M. Sardiman pendidikan (2008:69) adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia, berbeda dengan pendapat. Sementara itu Undang-Undang RI Nomor 23 tahun 2003 mendefinisikan Pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,


(51)

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan, masyarakat, bangsa dan negara.

Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat bahwasannya Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan dan menumbuhkan bakat, pribadi, potensi-potensi lainnya secara optimal dalam diri anak kearah yang positif.

Kewarganegaraan berasal dari kata civics yang secara etimologis berasal dari kata “Civicus” (bahasa latin) sedangkan dalam bahasa Inggris “Citizens”yang dapat didefinisikan sebagai warga negara, penduduk dari

sebuah kota, sesama warga negara, penduduk, orang setanah air bawahan atau kaula. Menurut Stanley E. Dimond dan Elmer F.Peliger (1970:5) secara terminologis civics diartikan studi yang berhubungan dengan tugas-tugas pemerintahan dan hak-kewajiban warga negara. Namun dalam salah satu artikel tertua yang merumuskan definisi civics adalah majalah “education“.

Pada tahun 1886 Civics adalah suatu ilmu tentang kewarganegaraan yang berhubugan dengan manusia sebagai individu dalam suatu perkumpulan yang terorganisir dalam hubungannya dengan negara (Somantri, 1976:45). Menurut UU tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia 2006 Pasal 1 ayat (2), Kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara.Setelah menganalisis dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan kewarganegaraan terdiri dari dua istilah yaitu “Civic Education” dan “Citizenship Education” yang keduanya


(52)

memiliki peranan masing-masing yang tetap saling berkaitan. Civic education lebih pada suatu rancangan yang mempersiapkan warga negara muda, agar kelak setelah dewasa dapat berperan aktif dalam masyarakat. Sedangkan citizenship education adalah lebih pada pendidikan baik pendidikan formal maupun non formal yang berupa program penataran/program lainnya yang sengaja dirancang/sebagai dampak pengiring dari program lain yang berfungsi memfasilitasi proses pendewasaan atau pematangan sebagai warga negara Indonesia yang cerdas dan baik. Adapun arti warga negara menurut Aristoteles adalah orang yang secara aktif ikut ambil bagian dalam kegiatan hidup bernegara yaitu mereka yang mampu dan berkehendak mengatur dan diatur dengan suatu pandangan untuk menata kehidupan berdasarkan prinsip-prinsip kebajikan.

Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan-kemampuan (Depdiknas, 2003) sebagai berikut:

1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan,

2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi,

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa.lainnya,


(53)

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Ruang lingkup mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan meliputi aspek – aspek sebagai berikut :

a) Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan.keadilan,

b) Norma, hukum dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa.

c) bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional,

d) Hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan.dan.perlindungan.HAM,

e) Kebutuhan warga negara meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga.negara,


(54)

f) Konstitusi negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar.negara.dengan.konstitusi,

g) Kekuasan dan politik, meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers.dalam.masyarakat.demokrasi,

h) Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka,

i) Globalisasi meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional, dan organisasi ,internasional ,dan mengevaluasi, globalisasi.

Visi pendidikan kewarganegaraan ialah menjadikan sumber nilai dan pedoman bagi penyelenggaraan program studi untuk mengembangkan kepribadian peserta didik sebagai warga negara Indonesia dalam menerapkan ipteks dengan rasa tanggung jawab kemanusian. Misi pendidikan kewarganegaraan yakni membantu siswa agar mampu menanamkan nilai dasar, menjelaskan nilai dasar, mewujudkan nilai dasar kesadaran berbangsa dan bernegara dalam menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang dikuasainya dengan rasa tanggung jawab kemanusiaan. (Sulaiman, kewarganegaraan, 11 Juli 2011)


(55)

Dari beberapa uraian di atas bahwasannya pendidikan kewarganegaraan (civic education) adalah proses pengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang cerdas, terampil, kreatif, dan inovatif serta memiliki karakter yang khas dalam sikap dan moral sebagai bangsa Indonesia yang dilandasi nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.


(56)

2.2 Kerangka Pikir

Rendahnya atau kurangnya minat peserta didik dalam mengikuti mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan dipengaruhi oleh berbagai hal, terutama guru. Hal ini melihat pengaruh antara sikap dan perilaku guru pada saat mengajar dikelas terhadap minat belajar peserta didik dalam mengikuti pelajaran PKn. Berdasarkan uraian di atas, maka bagan kerangka pikir dapat diformulasikan sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Pikir Variabel X

Sikap Guru ( X 1 ) a. Perasaan

b. Pemahaman

c. Kesiapan

Variabel Y: Minat Peserta Didik ( Y)

1. Berminat 2. Cukup berminat 3. Tidak berminat Variabel X

Prilaku Guru (X.2) a. Prilaku Tertutup b. Prilaku Terbuka


(57)

III METODOLOGI PENELITIAN

3.1Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, yaitu prosedur penelitian berdasarkan data, yaitu lisan atau kata tertulis dari seorang subyek yang diamati dan memiliki karakteristik bahwa data yang diberikan merupakan data asli yang tidak diubah ubah serta menggunakan cara yang sistematis dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. oleh karnanya masalah yang mencakup tentang aspek pendidikan dimasa saat ini. Masih banyak sikap dan perilaku guru tertentu dalam proses belajar mengajar di dalam maupun di luar kelas menyebabkan minat belajar peserta didik berkurang. Terutama pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan, sehingga anak-anak lebih cenderung enggan untuk mengikuti dengan baik pelajaran PKn.

3.2Populasi & Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi merupakan salah satu komponen terpenting dalam sebuah penelitian mengingat populasi akan menentukan validitas data dalam penelitian. Populasi dalam penelitian ini ialah peserta didik kelas X SMK Muhammadiyah 3 metro tahun pelajaran 2013/2014, yang berjumlah 310 murid.


(58)

Tabel 2 : Jumlah peserta didik kelas X dari 5 jurusan di SMK Muhammadiyah 3 metro tahun pelajaran 2013/2014.

No. Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1. X. otomotif 1 27 3 30

2. X. otomotif 2 30 4 34

3. X. elektro 1 21 6 28

4. X. elektro 2 25 4 29

5. X. Keperawatan 1 30 2 32

6. X. Keperawatan 2 27 5 32

7. X. Farmasi.1 29 7 36

8. X. Farmasi.2 22 4 26

9. X. elektro Industri..1 27 5 32

10. X.elektro industri.2 27 4 31

jumlah 310

Sumber: Tata Usaha SMK Muhammadiyah 3 Metro Tahun pelajaran 2013/2014.

3.2.2Sampel

Apabila subjeknya kurang dari 100 orang maka penelitian tersebut diambil semua sampelnya, sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Dan jika subjeknya lebih dari 100 orang dapat diambil antara 10-15%, 20-25% ataupun lebih (Suharsini Arikunto, 2006:17). Berdasarkan pendapat di atas maka sampel dalam penelitian ini diambil sebanyak 25% sehingga sampelnya 25% x 310 = 77,50. Dengan demikian jumlah keseluruhan sampel dibulatkan menjadi 78 orang.


(59)

Tabel 3 : Jumlah dan sebaran Sampel murid kelas X otomotif 1 dan 2, murid kelas X keperawattan 1 dan 2, murid kelas X elektro 1 dan 2, murid kelas X elektro industri 1 dan 2, murid kelas X Farmasi 1 dan 2

No Kelas Perhitungan Pembulatan

1. X oto.1 30 murid x 10%= 3 3

2. X oto.2 34 murid x 10%= 3,4 3

3. X elekt.1 28 murid x 10%= 2,8 3

4. X elekt.2 29 murid x10%= 2,9 3

5. X kep.1 32 murid x 10 %=3,2 3

6. X kep.2 32 murid x 10%= 3,2 3

7. X far.1 36 murid x 10%= 3,6 4

8. X far.2 26 murid x 10%=2,6 3

9. X elek

indus.1

32 murid x 10%= 3,2 3

10. X elek

indus.2

31 murid x10%=3,1 3

310muridx25%=77,50 31

Sumber : Hasil perhitungan proposional random sampling

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.3.1Variabel Penelitian

Variabel dalam Penelitian ini ialah:

a. Variabel Bebas yaitu sikap guru (X1) b. Variabel Bebas perilaku guru (X2)


(60)

3.3.2 Definisi Operasional Variabel 3.3.2.1 Sikap dan Perilaku Guru

Sikap adalah perilaku terhadap kecenderungan bertindak seseorang yang berkaitan dengan objek atau situasi yang disertai adanya perasaan tertentu. Sikap dari seorang guru adalah salah satu faktor yang menentukan bagi perkembangan jiwa anak didik selanjutnya. Karena siikap seorang guru tidak hanya dilihat dalam waktu mengajar saja, tetapi juga dilihat tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-sehari oleh anak didiknya. Perilaku mengajar guru yang diwujudkan dalam “interaksi pengajaran” menimbulkan “ perilaku belajar “ peserta didik. Yang pada gilirannya akan menghasilkan “hasil “ para peserta didik. Kualitas perilaku guru itulah mengantarkan guru tersebut

dikategorikan sebagai “guru berkualitas”. Guru berkualitas biasanya menjadi idola masyarakat terlebih khusus peserta didiknya.

3.3.2.2 Minat Belajar

Minat adalah penilaian terhadap kecenderungan hati yang tinggi terhadap suatu gairah keinginan untuk mengikuti pembelajaran PKn. Dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah rasa suka atau ketertarikan peserta didik terhadap pelajaran sehingga mendorong peserta didik untuk menguasai pengetahuan dan pengalaman, hal tersebut dapat ditunjukkan melalui partisipasi


(61)

dan keaktifan dalam mencari pengetahuan dan pengalaman tersebut. Minat mengandung unsur-unsur kognisi (mengenal), emosi (perasaan), dan konasi (kehendak).

3.3 Rencana Pengukuran Variabel

Rencana Pengukuran variabel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan indikator dalam penelitian ini yaitu:

1. Pengaruh sikap dan prilaku guru pada saat mengajar di kelas diukur dengan ( X1 dan X2) :

a. Bagaimana sikap dan prilaku guru dengan peserta didik b. Bentuk sikap dan prilaku guru dalam pembelajaran di kelas c. Penguasaan materi yang akan di sampaikan dalam

pembelajaran

2. Minat belajar dalam hal ini diukur dengan ( Y ): a. Berminat

b. Cukup berminat c. Tidak berminat

3.4 Teknik Pengumpulan Data 3.5.1 Teknik Pokok

a. Angket

Teknik angket atau kuisioner merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara membuat pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan maksud menjaring data dan informasi langsung dari responden yang bersangkutan. sasaran angket adalah peserta


(62)

didik SMK Muhammadiyah 3 Metro Tahun pelajaran 2013/2014. Responden memilih jawaban yang telah disediakan sesuai dengan keadaan subjek. Setiap item memiliki tiga alternatif jawaban yang masing-masing mempunyai skor bobot berbeda-beda,yaitu:

1. Alternatif jawaban yang mendukung diberi skor 3 2. Alternatif jawaban yang cukup mendukung diberi skor 2 3. Alternatif jawaban yang tidak mendukung diberi skor 1

3.5.2 Teknik penunjang a. Wawancara

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data-data langsung dari responden serta untuk melengkapi data yang belum lengkap atau terjawab melalui angket. Wawancara secara langsung kepada responden.

b. Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang sikap dan perilaku guru pada saat mengajar di kelas terhadap minat belajar peserta didik SMK Muhammadiyah 3 Metro.

c. Studi Kepustakaan

Digunakan untuk mengumpulkan data dan teori yang berhubungan dengan masalah.


(63)

3.5.3 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas a. Uji Validitas

Untuk uji Validitas dilihat dari logika validity dengan cara “judgement” yaitu dengan cara mengkonsultasikan kepada

beberapa orang ahli penelitian dan tenaga pengajar. Dalam penelitian ini penulis mengkonsultasikan kepada pembimbing sekripsi yang dianggap penulis sebagai ahli penelitian dan menyatakan angket valid.

b. Uji Reliabilitas

adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut : 1. Menyebarkan angket untuk uji reliabilitas kepada 10 orang

diluar responden

2. Untuk menguji reliabilitas soal angket digunakan teknik belah dua atau ganjil genap.

3. Kemudian mengkorelasikan kelompok ganjil dan genap dengan korelasi Product Moment, yaitu :

rxy



                  

N y y N x N y x xy 2 2 2 2 x Dimana :

rxy = hubungan variabel X dan Y


(64)

Y = Variabel terikat N = Jumlah responden

Kemudian dicari reliabilitasnya dengan menggunakan rumus Spear brown (Sutrisno Hadi, 2008: 37) agar diketahuai koofisien seluruh item yaitu :

rxy =

 

 

rgg rgg  1

2

Dimana :

rxy = Kooefisien reliabilitas seluruh tes rgg = Koofisen korelasi item ganjil genap

Adapun kriteria reliabel (Manase mallo, 1986:139) adalah sebagai berikut:

0,90-1,00 = Reliabilitas tinggi 0,50- 0,89 = Reliabilitas sedang 0,00- 0,49 = Reliabilitas rendah

3.6 Teknik Analisis Data

Tindak lanjut dari pengumpulan data adalah menganalisis data. Dalam peneletian ini menggunakan suatu analisis data kualitatif yaitu dengan menguraikan kata-kata dalam kalimat serta angka secara sistematis, selanjutnya menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi, yaitu:

I =

K NR NT


(65)

Dimana :

I = Interval

NT = Nilai Tertinggi

NR = Nilai Terendah

K = Kategori

Kemudian untuk mengetahui tingkat persentase (Mohammad Ali, 1993:184) digunakan rumus sebagai berikut :

P = x100%

N F

Dimana :

P = bersarnya persentase

F = jumlah alternatif seluruh item

N = jumlah perkalian antar item dan responden

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh maka di pergunakan rumus Chi Kwadrat :

Eij Eij Oij X K i j B j i 2

2

 

Keterangan :

2


(66)

B j i

= Jumlah baris

K i j

= Jumlah kolom

Oij = Banyaknya data yang diharapkan

Eij = Banyaknya data hasil pengamatan (Sudjana, 1986:280)

Selanjutnya data akan diuji dengan menggunakan rumus koefisien kontingensi yaitu :

n X

X C

2 2

Keterangan :

C = Koefisien kontingensi X2 = Chi kwadrat

n = Jumlah sampel

m m Cmaks 1

Keterangan :

m = harga minimum antara banyak baris dan kolom dengan kreteria uji pengaruh makin dekat harga makin besar derajat asosiasi antara faktor. (Sutrisno Hadi, 1989 :317)

untuk mengetahui derajat keeratan pengaruh dapat dilihat pada kriteria pengaruh sebagai berikut :


(67)

0,50 – 0,89 = Hubungan tinggi 0,21 – 0,49 = Hubungan sedang 0,00 – 0,21 = Hubungan rendah (Sudjana, 1982 : 192)

Untuk menafsirkan banyaknya persentase (Suharsini Arikunto, 2006 : 696) yang diperoleh digunakan kriteria sebagai berikut :

76 % - 100 % = Baik 56 % - 75 % = Cukup 40 % - 55 % = tidak baik


(68)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data, pembahasan hasil penelitian, khususnya analisis data seperti yang telah diuraikan dalam pembahasan mengenai pengaruh sikap dan perilaku guru pada saat mengajar di kelas terhadap minat peserta didik dalam mengikuti mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan pada kelas X di SMK Muhammadiyah 3 Metro tahun pelajaran 2013/2014 maka penulis dapat menyimpulkan:

1. Sikap guru sangat berpengaruh terhadap minat belajar PKn pada peserta didik kelas X di SMK Muhammadiyah 3 Metro Tahun 2013/2014. Pada sikap guru indikator pemahaman, perasaan, dan kesiapan guru, masuk kategori cukup berpengaruh.

2. Prilaku guru sangat berpengaruh terhadap minat belajar PKn pada peserta didik kelas X di SMK Muhammadiyah 3 Metro Tahun 2013/2014. Pada prilaku guru indikator prilaku tertutup dan prilaku terbuka, masuk kategori cukup berpengaruh.


(1)

106

B. Saran

Setelah penulis menyelesaikan penelitian, membahas, menganalisis data dan mengambil kesimpulan dari hasil penelitian maka penulis ingin memberikan saran kepada:

1. Kepala Sekolah agar lebih memperhatikan dan mengawasi sikap dan perilaku guru dalam pembelajaran. Pengawasan tersebut baik secara langsung maupun tak langsung oleh seorang Kepala Sekolah. Secara langsung kepala sekolah lebih aktif dalam pengawasan ke lapangan terhadap sikap dan perilaku sehari-hari dalam proses pembelajaran, baik sikap dan perilaku terhadap peserta didik, guru, maupun lingkungan sekitar. Secara tidak langsung kepala sekolah bisa memberikan peraturan terhadap guru dalam hal sikap dan perilaku di lingkungan sekolah maupun luar sekolah guna menunjukan sikap professional sebagai seorang guru.

Guru diharapkan dapat meningkatkan dan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan pendidikan peserta didik. Bentuk-bentuk perhatian tersebut dapat berupa pemenuhan kebutuhan ilmu pengetahuan atau materi pembelajaran untuk belajar ataupun pemberian dorongan atau semangat kepada peserta didik. Disamping itu juga guru hendaknya lebih terbuka dan bersedia bekerja sama demi kemajuan peserta didik.

2. Sekolah agar lebih memperhatikan hal-hal yang membantu kegiatan pembelajaran dengan baik, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif. Peserta didik di SMK Muhammadiyah 3


(2)

107

Metro agar lebih meningkatkan sikap dan moral lebih baik kepada kedua orang tua, guru, teman, sehingga dalam kehidupan sehari-hari mampu menjadi warganegara yang lebih baik serta menumbuhkan minat belajar terhadap mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, dalam Ananda,2009. Psikologi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. 45 halamman

Allport, dalam Widayanta 2002. Psikologi belajar. Rineka cipta. Jakarta 23 Halaman

Arsyad, Azhar 1991. Media Pembelajaran . Raja Grafindo Persada. Jakarta 21 halaman

Ali, Mohammad. 1993. Penelitian Kependidikan dan Strategi. Angkasa. Bandung. 184 halaman

---. Penelitian Kependidikan dan Strategi. Angkasa. Bandung. 21 halaman

Azwar, 2000. Perencanaan Pembelajaran. Sinar grafika. Jakarta. 15 Halaman Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik).

Jakarta: Rineke Cipta. 17 halaman

Banaji dan Heiphetz, dalam Bernstein, 2008. Peranan Guru dalam Mengatasi kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran Pkn Di SMP Negeri 14 Bandar Lampung tahun pelajaran 2007/2008. Lampung. 27 halaman Banaji dan Heiphetz, dalam Bernstein 2002. Sosiologi Education. Kaifa.

Bandung.

Berkowitz dalam Ananda,2009. Psikologi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. 5 halaman

Crow dan Crow dalam Sri Rukmini, 2011.Universitas Lampung. 18 halaman Chaplin J P, 2006. Peranan Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa

Mata Pelajaran Sejarah. Lampung. 25 halaman

Dewey, Jhon dalam A.M. Sadirman, 2008. Interaksi dan Motivas Belajar mengajar. Raja Grafindo, : Jakarta. 125 halaman

Dewey, Jhon dalam A.M. Sadirman, 2008. Interaksi dan Motivas Belajar mengajar. Raja Grafindo, : Jakarta. 69 halaman


(4)

Departemen pendidikan nasional. 2005. Guru dan Dosen (Undang-Undang RI No 14 tahun 2005). Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional, 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Sinar Grafika: Jakarta

Dimyati dalam Mudjiono 2009. Perencanaan Pembelajaran. Sinar grafika. Jakarta. 97 halaman

Depdiknas. 2003. UU No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara

---. 23 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara

Degeng . 2006. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta. Bina Aksara 2 halaman

Darmawan, Tomi dalam Slameto. 2006. Belajar dan Faktor-faktor yang

Mempengaruhinya. Jakarta : Bina Aksara 15 halaman

EP Hutabarat .2002. Perencanaan pembelajaran. Sinargrafika. Jakarta. 11 halaman

Gagne dalam A.M. Sadirman, 2008. Interaksi dan Motivas Belajar mengajar. Raja Grafindo, : Jakarta 21 halaman

Http://chichaphu.blogspot.com/2010/08/sikap-mengajar-guru-serta pengaruhnya.html (11 Juli 2011,20:43)

Hadi, Sutrisno. 1986. Metodologi Research. Fakultas Psikologi UGM. Yogyakarta.

Hamalik, Omar. 2009. Kurikulum Dan Pembelajaran, Jakarta. Bumi Aksara. 66 halaman

Haddock dan Maio, 2002. Psikologi Belajar. Jakarta. Rineka Cipta.. 67 halaman

Hadi, Sutrisno. 1989. Metode Teknik Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif. UNS. Surakarta. 317 halaman

Iman, Slamet Santoso. 2003. Pembinaan Watak Tugas Utama Pendidikan. Jakarta: UI-Press. 35 halaman

Imron, 2002. Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta. 17 halaman Jhon Dewey dalam A.M. Sadirman, 2008. Interaksi dan Motivas Belajar


(5)

Likert dalam Ade Aransyah, 2007. Universitas Lampung

Mann dalam Azwar, 2000. Perencanaan pembelajaran. Sinar grafika. Jakarta. 5 halaman

Notoadmodjo, 2003. Psikologi Pendidikan Sekolah. PT.Renika Cipta. Jakarta. 27 halaman

Nursalam dalam Soemardjan Selo 2000. Perkembangan Peserta Didik. PT.Renika Cipta. Jakarta 34 halaman

Robert M. Gagne dalam Hasibuan dan Moedjiono 2002. Perencanaan pembelajaran. Sinargrafika. Jakarta. 5 halaman

Ramdhani. 2008. Sekolahnya Manusia Sekolah Berbasis Multiple Intelligences Di Indonesia. Kaifa. Bandung. 7 halaman

Skinner dalam Notoadmodjo, 2003. Psikologi Pendidikan Sekolah. PT.Renika Cipta Jakarta. 15 halaman

Sarwono dalam Allport, 2009. Pengaruh kualitas komunikasi guru

dan siswa terhadap minat belajar siswa mengikuti pelajaran pendidikan kewarganegaraan Di SMP Negeri 1 Punggur Kabupaten Lampung Tengah.Tahun ajaran 2009/2010. Lampung. 24 halaman

---. Pengaruh kualitas komunikasi guru

dan siswa terhadap minat belajar siswa mengikuti pelajaran pendidikan kewarganegaraan Di SMP Negeri 1 Punggur Kabupaten Lampung Tengah.Tahun ajaran 2009/2010. Lampung. 13 halaman

Sarwono dalam Zanna dan Rempel,2009. Pengaruh kualitas komunikasi guru dan siswa terhadap minat belajar siswa mengikuti pelajaran pendidikan kewarganegaraan Di SMP Negeri 1 Punggur Kabupaten Lampung Tengah.Tahun ajaran 2009/2010. Lampung. 18 halaman

Sarwono 2009. Pengaruh kualitas komunikasi guru dan siswa terhadap minat belajar siswa mengikuti pelajaran pendidikan kewarganegaraan Di SMP Negeri 1 Punggur Kabupaten Lampung Tengah.Tahun ajaran 2009/2010. Lampung. 91 halaman

Sofyan Ahmad. 1982. Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan. Yogyakarta 91 halaman

Slameto, 2003. Psikologi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. 2 halaman

Slameto. 2006. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Bina Aksara 23 halaman


(6)

Sudjana. 1986. Metode Statistika.. Bandung: 280 halaman

Widiyanta, Masri 2002. Psikologi belajar. Rineka cipta. Jakarta 34 halaman --- Psikologi belajar. Rineka cipta. Jakarta 127 halaman --- Psikologi belajar. Rineka cipta. Jakarta 23 halaman Walgito dalam Slameto, 2003.. Belajar dan Faktor-faktor yang

Mempengaruhinya.Bumi Aksara. Jakarta. 108 halaman


Dokumen yang terkait

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA (PSG) TERHADAP MINAT BERWIRASWASTA SISWA KELAS XI DI SMK 2 MEI BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2009/2010

0 8 11

PENGARUH SIKAP DAN PERILAKU GURU TERHADAP MINAT SISWA MENURUT PERSEPSI SISWA DALAM MENGIKUTI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA BUDAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 9 88

PENGARUH SIKAP DAN PERILAKU GURU TERHADAP MINAT SISWA MENURUT PERSEPSI SISWA DALAM MENGIKUTI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA BUDAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 28 104

PENGARUH PENERAPAN MOVING CLASS TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS X DI SMK NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG T.P. 2012/2013

4 75 81

PENGARUH KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS X SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK LAMPUNG TENGAH TP 2012/2013

1 11 80

PENGARUH CCTV TERHADAP AKTIVITAS PESERTA DIDIK DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PKN DI SMA YP UNILA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

10 91 85

PENGARUH PEMAHAMAN IDEOLOGI PANCASILA TERHADAP SIKAP MORAL DALAM MENGAMALKAN NILAI-NILAI PANCASILA PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 3 NATAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

2 41 63

PENGARUH SIKAP DAN PERILAKU GURUPADA SAAT MENGAJAR DI KELAS TERHADAP MINAT PESERTA DIDIK DALAM MENGIKUTI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA KELAS X DI SMK MUHAMMADIYAH 3 METRO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 20 74

PENGARUH KOMPETENSI GURU PPKN TERHADAP AKTIVITAS DAN MINAT BELAJAR SISWA DALAM MENGIKUTI MATA PELAJARAN PPKN DI MTS MUHAMMADIYAH BANDAR LAMPUNG

5 28 95

PENGARUH QUANTUM TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PESERTA DIDIK DI KELAS V SEKOLAH DASAR

0 0 8