PENGARUH KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS X SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK LAMPUNG TENGAH TP 2012/2013

(1)

ABSTRAK

PENGARUH KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA

PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS X SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK

LAMPUNG TENGAH TP 2012/2013

Oleh

Evvi Ari Widyawati

Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan bagaimana pengaruh kriteria ketuntasan minimal terhadap motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas X SMA N 1 Seputih Banyak Lampung Tengah tahun pelajaran 2012/2013. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 50 orang. Analisis data menggunakan Chi Kuadrat. Teknik pokok pengumpulan data menggunakan angket.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) pengaruh kriteria ketuntasan minimal terhadap motivasi belajar peserta didik (X) dominan pada kategori cukup baik dengan persentase 50%, (2) motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Y) dominan pada kategori kuat dengan persentase 36%, (3) terdapat hubungan yang positif, signifikan, dan kategori keeratan tinggi antara pengaruh kriteria ketuntasan minimal terhadap motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, artinya semakin baik pengetahuan tentang kriteria ketuntasan minimal dimungkinkan semakin meningkatkan motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan pada akhirnya akan mencapai prestasi yang baik.

Kata Kunci: Kriteria Ketuntasan Minimal, Motivasi Belajar, Pendidikan Kewarganegaraan


(2)

PENGARUH KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL TERHADAP

MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA

PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DI KELAS X SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK

LAMPUNG TENGAH TP 2012/2013

Oleh:

EVVI ARI WIDYAWATI Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi PPKn

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(3)

PENGARUH KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL TERHADAP

MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA

PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DI KELAS X SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK

LAMPUNG TENGAH TP 2012/2013

(Skripsi)

Oleh:

EVVI ARI WIDYAWATI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2013


(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

SURAT PERNYATAAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

MOTTO ... viii

SANWACANA ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN A.Latar BelakangMasalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 8

C.Pembatasan Masalah... 8

D.Rumusan Masalah... 9

E. Tujuan dan Kegunaan... 9

1. Tujuan Penelitian... 9

2. Kegunaan Penelitian... 9

a. Kegunaan Teoritis... 9

b. Kegunaan Praktis... 10

F. Ruang Lingkup Penelitian... 10

1. Ruang Lingkup Ilmu... 11

2. Ruang Lingkup Objek... 11

3. Ruang Lingkup Subjek... 11

4. Ruang Lingkup Waktu... 11

5. Ruang Lingkup Wilayah... 12

II.TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori... 13

1. Tinjauan Umum Tentang Motivasi Belajar... 13

a. Pengertian Motivasi Belajar... 13

b. Fungsi Motivasi... 19

c. Macam-macam Motivasi... 21


(5)

c. Prinsip Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)... 32

d. Perumusan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)... 34

3. Tinjauan Tentang Pendidikan Kewarganegaraan... 36

a.Konsep Pendidikan Kewarganegaraan... 36

b.Visi Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan... 38

c.Misi Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan... 39

d.Fungsi Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan... 39

e.Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan... 40

f. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan... 41

B. Kerangka Pikir... 43

C. Hipotesis... 44

III. METODOLOGI PENELITIAN A.Metode Penelitian... 47

B.Populasi dan Sampel... 48

1. Populasi... 48

2. Sampel... 48

C.Variabel Penelitian... 49

1. Variabel Bebas... 49

2. Variabel Terikat... 49

D. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional Variabel... 50

1. Definisi Konseptual... 50

2. Definisi Operasional Variabel... 50

E. Rencana Pengukuran Variabel... 51

F. Teknik Pengumpulan Data... 52

1. Angket/Kuesioner... 52

2. Teknik Penunjang... 53

a. Wawancara... 53

b. Dokumentasi... 53

G. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 53

1. Uji Validitas... 53

2. Uji Reliabilitas Angket... 53

H. Teknik Analisis Data... 55

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Langkah-langkah Penelitian... 55

1. Persiapan Pengajuan Judul... 59

2. Penelitian Pendahuluan... 60

3. Pengajuan Rencana Penelitian... 61

4. Pelaksanaan Penelitian... 61

a. Persiapan Administrasi... 61

b. Penyusunan Alat Pengumpulan Data... 61


(6)

B. Pelaksanaan Uji Coba Angket... 63

1. Analisis Validitas Angket... 63

2. Analisis Reliabilitas Angket... 63

C. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 68

1. Sejarah SMA Negeri 1 Seputih Banyak... 68

2. Visi dan Misi SMA Negeri 1 Seputih Banyak... 69

a. Visi SMA Negeri 1 Seputih Banyak... 69

b. Misi SMA Negeri 1 Seputih Banyak... 69

3. Keadaan Guru Di SMA Negeri 1 Seputih Banyak... 71

D. Deskripsi Data... 71

1. Pengumpulan Data... 71

2. Penyajian Data... 72

a. Penyajian Data Tentang Pengaruh Kriteria Ketuntasan Minimal Terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik... 72

b. Penyajian Data Tentang Motivasi Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran PKn... 85

3. Pengujian... 99

a. Pengujian Pengaruh... 99

b. Pengujian Tingkat Keeratan Pengaruh... 101

E. Pembahasan... 104

1. Pengaruh Kriteria Ketuntasan Minimal Terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik... 104

a. Indikator Kebutuhan... 104

b. Indikator Minat... 109

c. Indikator Sikap... 112

2. Motivasi Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran PKn... 116

a. Indikator Perhatian... 116

b. Indikator Disiplin... 121

c. Indikator Tekun Menghadapi Tugas... 124

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 129

B. Saran... 130

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah siswa yang sudah dan belum mencapai KKM pada mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan... 5

2. Jumlah populasi peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Seputih Banyak Lampung Tengah TP 2012/2013... 48

3. Data Jumlah peserta didik yang menjadi sampel di SMA Negeri 1 Seputih Banyak Lampung Tengah TP 2012/2013... 49

4. Distribusi Hasil Uji Coba Angket Dari 10 Orang Responden Di Luar Sampel Untuk Item Soal Kelompok Ganjil (X)... 64

5. Distribusi Hasil Uji Coba Angket Dari 10 Orang Responden Di Luar Sampel Untuk Item Soal Kelompok Genap (Y) ... ... 65

6. Distribusi Antara Item Soal Kelompok Ganjil (X) dan Item Soal Kelompok Genap (Y)... 66

7. Distribusi Skor Angket Indikator Kebutuhan... 72

8. Distribusi Frekuensi Indikator Kebutuhan... ... 74

9. Distribusi Skor Angket Indikator Minat... 76

10.Distribusi Frekuensi Indikator Minat... 78

11.Distribusi Skor Angket Indikator Sikap... 79

12.Distribusi Frekuensi Indikator Sikap... 81

13.Hasil Sebaran Angket Penelitian Pengaruh Kriteri Ketuntasan Minimal Terhadap Motivasi Belajar... 82

14.Distribusi Frekuensi tentang Pengaruh Kriteri Ketuntasan Minimal Terhadap Motivasi Belajar... 84


(8)

16.Distribusi Frekuensi Indikator Perhatian... 88

17.Distribusi Skor Angket Indikator Disiplin... 89

18.Distribusi Frekuensi Indikator Disiplin... 91

19.Distribusi Skor Angket Indikator Tekun Menghadapi Tugas... 92

20.Distribusi Frekuensi Tekun Menghadapi Tugas... 94

21.Hasil Sebaran Angket Penelitian Motivasi Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran PKn... 96

22.Distribusi Frekuensi Tentang Motivasi Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran PKn... 98

23.Daftar jumlah responden mengenai pengaruh kriteria ketuntasan minimal terhadap motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas X SMA Negeri 1 Seputih Banyak Lampung Tengah tahun pelajaran 2012/2013... 99

24.Daftar kontungensi jumlah responden mengenai pengaruh kriteria ketuntasan tahun pelajaran minimal terhadap motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas X SMA Negeri 1 Seputih Banyak Lampung Tengah 2012/2013... 100


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Skema Perumusan Kriteria Ketuntasan Minimal... 34 2. Kerangka Pikir... 46


(10)

Judul Skripsi : PENGARUH KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS X SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Nama Mahasiswa : Evvi Ari Widyawati No. Pokok Mahasiswa : 0913032041

Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan : Pendidikan IPS

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Berchah Pitoewas, M.H. Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd. NIP 19611214 199303 1 001 NIP 19820727 200604 1 002

2. Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan IPS Ketua Program Studi PPKn

Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si. Drs. Holilulloh, M.Si. NIP 19560108 198503 1 002 NIP 19610711 198703 1 003


(11)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Berchah Pitoewas, M.H. .……….

Sekretaris : Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd. …………....……..

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Holilulloh, M.Si. ………..

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(12)

MOTTO

Seseorang yang cemerlang hari ini datangnya bukan dari orang yang

luar biasa, yang menjadikannya cemerlang adalah

karena perjuangannya yang luar biasa.

(Drs. Berchah Pitoewas, M.H.)

Kesuksesan itu sejalan dengan kesabaran dan pengorbanan.

(Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd.)

Orang yang berhasil adalah orang yang dapat bertahan ketika masalah datang

padanya, sabar, dan usahakan yang terbaik.


(13)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap Syukur kepada Allah Swt

dan dengan segala kutulusan serta kerendahan hati,

kupersembahkan karya sederhana ini sebagai

Ungkapan bakti dan setiaku kepada:

Abah dan Ibuku tercinta yang dengan kesabaran dan kasih sayangnya

yang selalu menerangi hidupku dan senantiasa

Mendoakanku dalam setiap sujudnya.

Adik-adikku tersayang M. Ari Effendi dan M. Ari Jaelani yang

selalu memberi senyuman, semangat, dukungan dan Doa.

Seluruh Keluarga besarku yang telah menantikan dan mendoakan

keberhasilanku.

Seluruh dosen-dosen yang telah mengarahkan dan membimbingku

dengan baik.


(14)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 03 Mei 1991 yang merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Mukari dan Ibu Siti Kumaidah.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh, Sekolah Dasar di SD Negeri 3 Tanjung Harapan Kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah yang diselesaikan pada tahun 2003 berijazah, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di MTs Darussalam Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah diselesaikan pada tahun 2006 berijazah, Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah yang di selesaikan pada tahun 2009 berijazah.

Pada tahun 2009, diterima di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan melalui jalur SNMPTN, dan dengan skripsi ini peneliti akan segera menamatkan pendidikannya pada jenjang S1.


(15)

SANWACANA

Bismillaahirrahmanirrahim,

Puji syukur kehadirat Allah Swt, karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Kriteria Ketuntasan Minimal Terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Kelas X SMA Negeri 1 Seputih Banyak Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Di dalam penulisan ini, penulis banyak menghadapi kesulitan hingga menuju tahap penyelesaian. Berkat bimbingan, saran serta bantuan baik moral maupun spiritual serta arahan dan motivasi dari berbagai pihak, segala kesulitan dapat terlewati dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. Berchah Pitoewas, M.H. selaku Pembimbing I sekaligus sebagai Pembimbing Akademik, Bapak Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd. selaku Pembimbing II, terima kasih atas pengarahan dan bimbingan kepada penulis.


(16)

Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Dr. Hi Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si. selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Hi Iskandar Syah, M.H. selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Hi Buchori Asyik, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Bapak Drs. Holilluloh, M.Si. selaku Ketua Program Studi PPKn Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan sekaligus sebagai Pembahas I yang telah memberikan saran dan masukannya demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Bapak M. Mona Adha, S.Pd., M.Pd. selaku Pembahas II yang telah memberikan saran dan masukan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini. 8. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Program Studi PPKn Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

9. Bapak Drs. Maksum Yusuf selaku kepala SMA Negeri 1 Seputih Banyak Lampung Tengah yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian.


(17)

11.Seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Seputih Banyak, khususnya yang bersedia untuk menjadi responden.

12.Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta, Bapak Mukari dan Ibu Siti Kumaidah yang selalu bekerja keras untuk keberhasilanku, senantiasa memberikan semangat dan selalu mendoakan yang terbaik untukku di setiap sujudnya,

13.Adik-adikku tersayang, M. Ari Effendi dan M. Ari Jaelani yang selalu memberikan semangat, terima kasih untuk keceriaan dan doa yang kalian berikan.

14.Keluarga besarku yang selalu menantikan keberhasilanku.

15.Sahabat-sahabat terbaikku Meirindi, Cudo Ranti Febriani, Mb Reni Setiawati, Azkiya Maisari, yang telah memberikan warna dalam keseharianku, semangat, serta kebersamaan kita selama ini. Semoga kita menjadi orang yang sukses, amiin.

16.Teman-teman seperjuanganku, Dwi, Novita, Umi, Gita, Tri, Lady, Heni, Vina, Lida, Roma, Redy, Eko, Adit, Edwin yang telah memberikan dukungan dan semangat selama ini.

17.Sahabat-sahabat kost’an (Asrama Diana) Rora, Mb Lina, Dian, Lele, Nia, Nida, Gina, Dek Olen yang selalu memberikan semangat serta canda tawa dalam kebersamaan selama ini untuk bersama-sama meraih kesuksesan.


(18)

18.Seluruh Teman-teman seperjuangan PPKn angkatan 2009, terimakasih atas kebersamaaan, canda tawa, suka cita, dan perjuangan yang telah dilalui bersama.

19.Sahabat-sahabat PPL dan KKN ku di SMPN 2 Batanghari Nuban Desa Negara Ratu Lampung Timur Mb siti, Dita, Ratu, Jeni, Bima, Ibam, Kak Pebi, dan Heri terima kasih untuk setiap peristiwa, perjuangan dan kebersamaan yang telah kita lewati selama PPL dan KKN.

20.Serta semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung terima kasih atas segala kebaikannya dan semoga Allah SWT selalu memberikan balasan atas kebaikan itu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, April 2013 Penulis


(19)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, adalah:

Nama : Evvi Ari Widyawati

NPM : 0913032041

Prodi/ Jurusan : PPKn/ Pendidikan IPS

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, 29 April 2013

Evvi Ari Widyawati NPM 0913032041


(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang mempunyai peranan sebagai penyelenggara kegiatan belajar mengajar, dimana kepala sekolah, guru, dan para pendidik lainnya secara bersama-sama melaksanakan fungsi dan tujuan pendidikan nasional Indonesia.

Fungsi dan tujuan pendidikan nasional Indonesia pada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) Bab II Pasal 3 yang berbunyi:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Penyelenggaraan pendidikan nasional di Indonesia telah mengalami banyak perubahan, mulai dari paradigma, kurikulum, dan lain sebagainya. Kebijakan pemerintah yang baru dibidang pendidikan ialah dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). SNP merupakan kriteria minimal tentang sistem


(21)

pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Indonesia. UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS BAB I pasal 1 ayat 19 dalam E. Mulyasa (2007: 13) mengemukakan bahwa “kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Dalam peraturan tersebut pemerintah juga mengamanatkan kepada satuan pendidikan dasar dan menengah untuk mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15) dikemukakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan dan pengembangan KTSP berpedoman pada Standar Nasional Pendidikan (SNP), karena SNP merupakan kriteria minimal dalam sistem pendidikan di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ruang lingkup SNP meliputi, isi, proses, kompetensi lulusan, pendidikan dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menekankan pada kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan. Kemampuan lulusan yang harus dicapai dinyatakan dengan standar kompetensi, yaitu kemampuan minimal yang harus dicapai lulusan. Standar kompetensi lulusan merupakan modal utama untuk bersaing di tingkat regional maupun global, karena persaingan yang terjadi pada era globalisasi sekarang ini adalah


(22)

3

persaingan sumber daya manusia. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu panduan dalam pelaksanaan KTSP agar di dalam pelaksanaannya dapat sesuai dengan standar kompetensi lulusan yang diharapkan.

Panduan sebagai dasar pelaksanaan KTSP yang memenuhi aturan dan berkualitas perlu disiapkan agar sekolah dan satuan pendidikan, baik pendidikan dasar maupun pendidikan menengah dapat melaksanakan dan menerapkan KTSP dengan benar. Salah satu panduan pelaksanaan KTSP adalah untuk merancang penilaian yang berkualitas guna mendukung, penjamin, dan pengendali mutu kelulusan.

Salah satu prinsip penilaian pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah dengan menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria dalam menentukan ketuntasan dan kelulusan belajar peserta didik. Kriteria ini dimasukkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai salah satu kebijakan baru di dalam memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia. Dengan demikian, setiap satuan pendidikan harus memberlakukan suatu kriteria penilaian yang disebut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

KKM ditetapkan pada awal tahun pelajaran, KKM ditetapkan oleh forum Kelompok kerja guru (KKG) sekolah. Nilai KKM ditentukan berdasarkan ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0–100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator adalah 75%. Sekolah dan satuan pendidikan harus menentukan KKM dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas materi serta kemampuan sumber daya pendukung


(23)

dalam penyelenggaraan pembelajaran. Sekolah dapat menetapkan KKM dibawah kriteria ideal tergantung kebijakan sekolah masing-masing.

SMA Negeri 1 Seputih Banyak telah menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) atau tingkat pencapaian kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik per-mata pelajaran. Hal ini digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan peserta didik. Dari penelitian pendahuluan yang dilakukan, diketahui bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 1 Seputih Banyak adalah 70. Jika peserta didik telah mencapai KKM maka peserta didik dikatakan tuntas, sebaliknya jika peserta didik belum mencapai kriteria yang ditetapkan maka peserta didik tersebut harus mengikuti remedial.

Menurut guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas X SMA Negeri 1 Seputih Banyak masih banyak peserta didik yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada mid semester ganjil TP 2012/2013. Di bawah ini, disajikan tabel jumlah siswa yang sudah mencapai KKM dan siswa yang belum mencapai KKM pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan data hasil mid semester ganjil 2012/2013 sebagai berikut.


(24)

5

Tabel 1. Jumlah siswa yang sudah mencapai KKM dan siswa yang belum mencapai KKM mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. No Kelas Jumlah siswa

yang sudah mencapai KKM Jumlah siswa yang belum mencapai KKM Jumlah siswa 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 28 22 21 28 19 6 17 9 14 17 10 13 29 20 37 36 38 38 32 35 37

Jumlah 141 112 253

Sumber : Guru PKn Kelas X SMA Negeri 1 Seputih Banyak

Berdasarkan Tabel 1. diketahui bahwa setiap kelas terdapat siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM), dan dapat dilihat dari 253 peserta didik, yang mencapai KKM sebanyak 141 peserta didik atau sebanyak 55,73%, sedangkan yang belum mencapai KKM atau yang mendapat nilai kurang dari 70 sebanyak 112 peserta didik atau sebesar 44,27% sehingga dapat dikategorikan bahwa prestasi belajar peserta didik yang menguasai mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tergolong rendah. Diduga banyaknya peserta didik yang belum mencapai KKM tersebut dipengaruhi oleh motivasi belajarnya.

Winkel (1983) mengemukakan bahwa “motivasi belajar adalah keseluruhan

daya penggerak dalam diri siswa untuk menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arahan pada kegiatan belajar itu, sehingga tujuan yang dikehendaki siswa dapat tercapai”. Motivasi belajar merupakan faktor yang sangat penting di dalam diri peserta didik. Dalam kerangka pendidikan formal


(25)

seperti proses belajar mengajar di sekolah, motivasi belajar sangat dibutuhkan peserta didik untuk menumbuhkan dorongan dan kekuatan dalam belajar agar mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam hal ini, tujuan peserta didik adalah memiliki motivasi belajar yang kuat agar dapat mencapai nilai KKM yang telah ditetapkan, dan mencapai prestasi yang optimal.

Beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah cita-cita atau aspirasi peserta didik, kemampuan peserta didik, kondisi peserta didik yang termasuk kedalam motivasi internal dari dalam diri peserta didik, sedangkan untuk kondisi lingkungan peserta didik, dan upaya guru dalam proses belajar mengajar merupakan motivasi ekternal dari peserta didik. Selain motivasi internal seperti, keinginan belajar yang timbul dari dalam diri peserta didik yang penting untuk diperhatikan adalah kondisi ekternalnya, seperti teman, lingkungan, dan strategi mengajar guru. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan peneliti terhadap beberapa peserta didik kelas X, diketahui bahwa selain peserta didik kurang memiliki motivasi di dalam proses pembelajaran PKn, guru mata pelajaran PKn kurang memiliki inovasi di dalam pembelajaran, diketahui bahwa guru lebih banyak menggunakan motode ceramah dengan berpedoman pada LKS sebagai panduan belajar yang membuat peserta didik menjadi pasif dan cenderung tidak memperhatikan pelajaran, karena peserta didik menganggap bahwa pelajaran yang dijelaskan sudah ada di dalam LKS yang mereka miliki.

Menumbuhkan motivasi belajar peserta didik memang bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, seperti yang terjadi pada peserta didik kelas X SMA


(26)

7

Negeri 1 Seputih Banyak, seringkali dijumpai pemasalahan pada saat proses pembelajaran, dari hasil pengamatan yang telah dilakukan peneliti diketahui bahwa dalam proses belajar mengajar masih terdapat peserta didik yang memiliki motivasi dan minat belajar rendah khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, seperti; kurang konsentrasi pada saat guru menjelaskan, mengobrol di kelas, mengantuk saat jam pelajaran sedang berlangsung, tidak mengerjakan tugas, dan diketahui bahwa ada peserta didik yang mencontek saat ulangan harian atau ujian semester.

Selain beberapa faktor yang telah disebutkan di atas masih banyak lagi kendala yang dihadapi peserta didik dalam menumbuhkan motivasi belajarnya. Kondisi sekolah dan iklim kelas yang tidak mendukung juga menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan lemahnya motivasi belajar peserta didik.

SMA Negeri 1 Seputih Banyak merupakan salah satu SMA di Kecamatan Seputih Banyak yang memiliki peserta didik dengan motivasi belajar yang bervariasi. Hal ini diketahui berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti tentang motivasi belajar peserta didik kelas X pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Ada peserta didik yang memiliki motivasi belajar kuat, sedang, dan lemah.

Berkaitan dengan proses belajar mengajar khususnya mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan diduga ketercapaian kriteria ketuntasan minimal (KKM) dipengaruhi oleh motivasi belajar peserta didik, karena semakin kuat


(27)

motivasi yang dimiliki peserta didik semakin besar pula kemungkinan keberhasilannya dalam pencapaian KKM yang telah ditetapkan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, untuk mengetahui apakah ada pengaruh kriteria ketuntasan minimal (KKM) terhadap motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul: “Pengaruh Kriteria Ketuntasan Minimal Terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Kelas X SMA Negeri 1 Seputih Banyak

Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013”.

B. Identifikasi Masalah

1. Kriteria ketuntasan minimal yang diperoleh peserta didik. 2. Motivasi dan perhatian peserta didik pada mata pelajaran Pkn. 3. Prestasi peserta didik pada mata pelajaran PKn tergolong rendah. 4. Strategi pembelajaran yang digunakan guru di kelas.

5. Kendala yang dihadapi peserta didik dalam mencapai KKM.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah agar permasalahan yang akan diteliti tidak terlalu luas, maka peneliti membatasi permasalahan pada masalah pengaruh kriteria ketuntasan minimal (KKM) terhadap motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan


(28)

9

Kewarganegaraan kelas X SMA Negeri 1 Seputih Banyak Lampung Tengah TP 2012/2013.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah pengaruh kriteria ketuntasan minimal terhadap motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas X SMA Negeri 1 Seputih Banyak Lampung Tengah TP 2012/2013.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Segala sesuatu yang dikerjakan oleh setiap manusia sudah barang tentu memiliki suatu tujuan, begitupun halnya dengan penelitian ini. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh kriteria ketuntasan minimal terhadap motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas X SMA Negeri 1 Seputih Banyak Lampung Tengah TP 2012/2013.

2. Kegunaan Penelitian

Pada dasarnya penelitian yang dilakukan oleh seseorang diharapkan memiliki manfaat tertentu. Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


(29)

a. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini berguna secara teoritik mengembangkan atau menerapkan konsep-konsep pendidikan khususnya Pendidikan Kewarganegaraan, karena membahas tentang kriteria ketuntasan minimal terhadap motivasi belajar peserta didik mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas X SMA Negeri 1 Seputih Banyak.

b. Kegunaan Praktis

a. Bagi peserta didik

Diharapkan peserta didik meningkatkan motivasi belajarnya agar dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan. b. Bagi Guru

Mendorong guru untuk menciptakan proses belajar mengajar yang bisa menumbuhkan ketertarikan peserta didik, dan guru diharapkan dapat mengarahkan peserta didik agar dapat menguasai kompetensi yang telah ditetapkan agar kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan mencapai keberhasilan.

c. Bagi Sekolah

Sekolah dapat lebih meningkatkan kualitas proses pembelajaran untuk keseluruhan mata pelajaran pada umumnya dan khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.


(30)

11

F. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mencakup:

1. Ruang Lingkup Ilmu

Ruang lingkup penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu pendidikan khususnya Pendidikan Kewarganegaraan karena membahas tentang pengaruh kriteria ketuntasan minimal (KKM) terhadap motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

2. Ruang Lingkup Subjek Penelitian

Ruang lingkup subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Seputih Banyak Lampung Tengah TP 2012/2013.

3. Ruang Lingkup Objek Penelitian

Ruang lingkup objek penelitian ini adalah pengaruh kriteria ketuntasan minimal terhadap motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas X SMA Negeri 1 Seputih Banyak Lampung Tengah TP 2012/2013.

4. Ruang Lingkup Tempat Penelitian

Ruang lingkup tempat penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Seputih Banyak Lampung Tengah.


(31)

5. Ruang Lingkup Waktu Penelitian

Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini adalah sejak dikeluarkannya surat Izin Penelitian Pendahuluan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada tanggal 28 November 2012 sampai dengan selesainya penelitian ini pada tanggal 22 Maret 2013.


(32)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Tinjauan Umum Tentang Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar

Seseorang akan berhasil dalam belajar, apabila dari dalam dirinya ada keinginan untuk belajar. Keinginan merupakan kekuatan mental yang dapat mendorong seseorang untuk mencapai tujuan. Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu. Keinginan atau dorongan dalam belajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan inilah yang disebut dengan motivasi belajar.

Pengertian motivasi diungkapkan Mc. Donald dalam Sardiman A.M.

(2011: 73) bahwa “motivasi adalah perubahan energi dalam diri

(pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan

reaksi untuk mencapai tujuan”. Dari pengertian ini, motivasi

mengandung tiga unsur penting. Pertama, motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa perubahan pada energi manusia (meskipun motivasi muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia. Kedua, motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/feeling, afeksi seseorang.


(33)

Dalam hal ini, motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang pada akhirnya dapat menentukan tingkah laku manusia. Ketiga, motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi, motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon yang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang atau terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Berdasarkan pengertian dan tiga unsur di atas, dapat dikatakan bahwa motivasi merupakan suatu kesatuan yang sistematis, yang dapat menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi dalam diri individu atau seseorang, sehingga menimbulkan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu tindakan untuk melakukan sesuatu.

Pendapat lain dari Eysenck dalam Slameto (2010: 170) yang merumuskan “motivasi sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia”. Pendapat ini berarti bahwa motivasi adalah hal yang berpengaruh pada sikap dan perilaku seseorang dalam suatu kegiatan yang memiliki intensitas dan konsistensi dalam kehidupan, baik dalam hal belajar maupun pekerjaan.

Hamzah B. Uno (2011: 23) menyatakan bahwa “motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan


(34)

15

pengaruh utama yang dapat membentuk motivasi bagi seseorang adalah dorongan dari dalam dan dari luar diri pribadi individu itu sendiri agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Senada dengan pendapat dari Hamzah B. Uno tentang pengertian motivasi, Oemar Hamalik (2011: 159) menjelaskan bahwa, motivasi memiliki dua komponen, yakni komponen dalam (inner component), dan komponen luar (outer component). Komponen dalam ialah perubahan dalam diri seseorang, keadaan merasa tidak puas, dan ketegangan psikologi. Sedangkan komponen luar ialah apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakuannya. Jadi, komponen dalam adalah kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipuaskan, sedangkan komponen luar merupakan tujuan yang ingin dicapai.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang motivasi yang dimiliki oleh setiap individu, dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu kesatuan yang kompleks, yang dapat menyebabkan terjadinya suatu perubahan tingkah laku baik dari dalam (inner component) maupun dari luar (outer component) individu yang memiliki intensitas dan konsistensi yang akhirnya akan menghasilkan suatu tindakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Sedangkan motivasi menurut peneliti adalah suatu perubahan dalam diri individu yang dimulai dengan adanya dorongan maupun keinginan yang ada dalam dirinya untuk mencapai suatu tujuan tertentu, yang dengan adanya tujuan itu individu akan bekerja keras agar berhasil mencapainya.


(35)

Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan tujuan dapat menyerap ilmu pengetahuan agar terjadi proses perubahan tingkah laku. Pendapat yang sesuai dikemukakan oleh Sardiman A.M. (2011: 18), “Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan

membaca, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya”. Sedangkan Oemar Hamalik (2011: 27) berpendapat bahwa “belajar merupakan

suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan”.

Menurut Hamzah B. Uno (2011: 23), “belajar adalah perubahan

tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Salah seorang pendiri aliran teori belajar tingkah laku, mengemukakan teorinya bahwa

“belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respons (yang juga bisa berupa pikiran, perasaan, dan gerakan)” Thorndike dalam Hamzah B. Uno (2011: 11).

Berdasarkan beberapa pendapat dan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang sifatnya relatif menetap dan dapat diwujudkan baik konkret (dapat diamati) maupun nonkonkret (tidak dapat diamati) yang di dalam prosesnya tidak hanya mengingat tetapi juga mengalami. Sedangkan belajar menurut pendapat peneliti adalah proses mendapatkan suatu


(36)

17

pengalaman baru oleh seseorang yang berdampak pada perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik.

Secara umum, pada diri seorang peserta didik terdapat kekuatan mental yang menjadi penggerak dalam belajar. Kekuatan mental ini berupa keinginan, dorongan, perhatian, dan kemauan yang berasal dari berbagai sumber. Pendapat yang sesuai dikemukakan oleh Biggs & Telfer dalam Dimyati dan Mudjiono (2009: 80) “Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan,

menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan prilaku individu belajar”.

Oleh karena itu, motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan perilaku seseorang, termasuk perilaku belajar pada peserta didik.

Dimyati dan Mudjiono (2009: 81) menyatakan bahwa ”Salah satu komponen utama dalam motivasi adalah kebutuhan”. Memang benar

apa yang dikatakan Dimyati dan Mudjiono, kebutuhan sangat berpengaruh pada motivasi belajar seorang peserta didik, kebutuhan terjadi bila seseorang merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dengan apa yang ia harapkan, misalnya peserta didik merasa bahwa hasil belajarnya rendah, padahal ia memiliki buku pelajaran yang lengkap. Ia merasa memiliki cukup waktu, tetapi ia kurang baik dalam mengatur waktu belajar sehingga ia memperoleh hasil belajar yang kurang. Oleh karena itu, peserta didik ini mengubah cara-cara belajarnya agar memperoleh hasil belajar yang optimal.


(37)

Hamzah B. Uno (2011: 23) menyatakan bahwa “hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada

umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung”.

Berdasarkan pengertian ini, dapat dipahami bahwa pengaruh utama yang dapat membentuk motivasi belajar bagi seorang peserta didik adalah dorongan dari dalam dan dari luar diri pribadi peserta didik dengan unsur-unsur yang mendukung kegiatan belajar tersebut.

Pendapat lain tentang motivasi belajar dikemukakan oleh Winkel dalam Juniman Silalahi (2008: Vol 30, No 02) bahwa “motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa untuk menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arahan pada kegiatan belajar itu, sehingga tujuan yang dikehendaki siswa dapat tercapai.

Kuat atau lemahnya motivasi belajar dalam diri seorang peserta didik dapat terlihat dari aktivitas dan rutinitas di sekolah yang ia lakukan sehari-hari. Sardiman A.M. (2011: 83) mengemukakan beberapa ciri-ciri motivasi yang ada pada diri seseorang, yaitu;

1. Tekun menghadapi tugas.

2. Ulet dalam menghadapi kesulitan.

3. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah. 4. Lebih senang bekerja mandiri.

5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin. 6. Dapat mempertahankan pendapatnya.

7. Tidak mudah melepaskan hal-hal yang diyakini. 8. Senang mencari dan memecahkan soal-soal.


(38)

19

Berdasarkan pendapat di atas tentang motivasi belajar, dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri peserta didik yang merupakan dorongan internal maupun eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk melakukan perubahan tingkah laku dengan berbagai cirinya agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

b. Fungsi Motivasi

Kegiatan yang dilakukan dan didasari dengan motivasi yang kuat dapat dipastikan hasil yang akan diperolehpun akan optimal. Begitu pula di dalam belajar, seorang peserta didik harus memiliki motivasi dalam dirinya. Pemberian motivasi yang tepat kepada peserta didik akan berdampak baik pada hasil belajarnya. Karena seorang peserta didik yang memiliki motivasi dalam belajar akan mencapai tujuan yang ia inginkan. Dengan demikian, motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para peserta didik untuk mencapai tujuan dari suatu kegiatan atau pekerjaan.

Menurut Sardiman A.M. (2011: 85) fungsi motivasi adalah sebagai berikut:

1. Mendorong manusia untuk berbuat, sebagai penggerak dari setiap kegiatan yang akan dilakukan.

2. Menentukan arah perbuatan, memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

3. Menyelaksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan.


(39)

Dengan adanya usaha dan motivasi yang baik, maka seorang peserta didik yang belajar akan menghasilkan prestasi yang baik pula. Hal tersebut senada dengan pendapat di atas, bahwa motivasi berfungsi untuk mendorong perbuatan manusia, mengarahkan, dan memilih perbuatan mana yang dapat mengantarkannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu, intensitas motivasi seorang peserta didik akan sangat berpengaruh pada tingkat pencapaian hasil dan prestasi belajarnya.

Motivasi tidak hanya mempunyai arti penting bagi peserta didik, tetapi juga penting untuk diketahui dan dipahami oleh guru. Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada peserta didik bermanfaat bagi guru, sesuai dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono (2009: 85) manfaat guru mengetahui motivasi belajar peserta didik ialah;

1). Membangkitkan, meningkatkan dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil. 2). Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas bermacam-ragam. 3). Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam peran, seperti sebagai penasihat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah, atau

pendidik. 4). Memberi peluang guru untuk “unjuk kerja” rekayasa

pedagogis.

Telah dijelaskan sebelumnya tentang pentingnya guru mengetahui manfaat dari motivasi belajar, selain dari manfaat guru juga harus dapat menekankan kepada peserta didik agar peserta didik mengetahui nilai-nilai yang terkandung di dalam motivasi. Sesuai dengan pendapat Oemar Hamalik (2011: 161) yang menjelaskan nilai-nilai yang terkandung di dalam motivasi sebagai berikut;


(40)

21

a) Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya perbuatan belajar murid.

b) Pengajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada pada murid.

c) Pengajaran yang bermotivasi menuntut kreativitas dan imajinasi guru untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan sesuai guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa.

d) Berhasil atau gagalnya dalma membangkitkan dan menggunakan motivasi dalam pengajaran erat pertaliannya dengan disiplin kelas.

e) Asas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral daripada asas-asas mengajar.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa di dalam proses belajar mengajar guru memiliki peranan yang sangat penting dalam rangka menumbuhkan motivasi belajar peserta didik. Oleh karena itu, diharapkan adanya seorang pendidik yang memiliki kompetensi di dalam membimbing dan mengarahkan peserta didik agar dapat mencapai tujuan belajar yang diharapkan.

c. Macam-macam Motivasi

Motivasi dapat dibagi menjadi dua seperti yang dikemukakan oleh Oemar Hamalik (2011: 162) sebagai berikut:

1. Motivasi instrinsik

Yaitu motivasi yang hidup dalam diri peserta didik dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional. Jadi, motivasi ini timbul tanpa pengaruh dari luar.

2. Motivasi Ekstrinsik

Yaitu motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar. Motivasi ini tetap diperlukan di sekolah, sebab pengajaran di sekolah tidak semuanya sesuai dengan kebutuhan siswa.


(41)

Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, karena motivasi atau motif-motif yang aktif itu sangat bervariasi.

1. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya

a) Motif-motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi ini ada tanpa dipelajari.

b) Motif-motif yang dipelajari.

2. Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis

a) Motif atau kebutuhan organis, seperti makan, minum, seksual, dan lain sebagainya.

b) Motif-motif darurat, yang termasuk didalamnya ialah dorongan untuk menyelamatkan diri, untuk berusaha dan lain-lain. Motivasi yang timbul karena adanya rangsangan dari luar.

3. Motivasi jasmaniah dan rohaniah, yang termasuk motivasi jasmaniah misalnya refleks, insting otomatis, nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah adalah kemauan.

4. Motivasi instrinsik dan ekstrinsik, Sardiman A.M. (2011: 86)

Berbagai macam motif dan motivasi ini merupakan faktor yang ada dalam diri peserta didik di dalam belajar, baik faktor dari dalam maupun dari luar peserta didik yang semuanya berfungsi untuk menumbuhkan motivasi belajarnya, seperti kebutuhan akan prestasi belajar yang baik merupakan motivasi intrinsik atau tumbuh dari dalam diri individu peserta didik, tetapi ketika peserta didik tersebut mendapatkan prestasi yang memuaskan kemudian dia mendapatkan pujian dari orang tua ataupun guru, hal itu merupakan dorongan ekstrinsik atau dari luar diri pribadi peserta didik yang juga dapat meningkatkan prestasi dan motivasi belajarnya.


(42)

23

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar

Motivasi belajar merupakan faktor yang sangat penting di dalam diri peserta didik. Dalam kerangka pendidikan formal seperti proses belajar mengajar di sekolah motivasi belajar sangat dibutuhkan peserta didik untuk menumbuhkan dorongan dan kekuatan dalam belajar agar mencapai tujuan yang diinginkan.

Motivasi sangat erat hubungannya dengan aktualisasi diri, yang diharapkan dapat membawa peserta didik ke arah hal-hal yang positif dan mampu menghadapi segala tuntutan, serta kesulitan dalam belajar. Motivasi belajar di sini banyak dipengaruhi oleh cita-cita atau aspirasi siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan siswa, unsur dinamis dalam belajar, serta upaya guru dalam membelajarkan siswa. (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 97).

Pendapat lain dikemukakan oleh Hamzah B. Uno (2011: 34) bahwa teknik-teknik motivasi yang dapat dilakukan di dalam pembelajaran sebagai berikut;

1. Pernyataan penghargaan secara verbal.

2. Menggunakan nilai ulangan sebagi pemacu keberhasilan. 3. Menimbulkan rasa ingin tahu.

4. Memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh siswa. 5. Menggunakan tahap dinidalam belajar mudah bagi siswa.

6. Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam belajar.

7. Gunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu konsep dan prinsip yang telah dipelajari.

8. Menuntut siswa untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya.


(43)

10.Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannya di depan umum.

11.Mengurangi akibat yang kurang menyenangkan dan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar.

12.Memahami iklim sosial dalam sekolah.

13.Memanfaatkan kewibawaan guru secara tepat. 14.Memperpadukan motif-motif yang kuat.

15.Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai. 16.Merumuskan tujuan-tujuan sementara.

17.Memberitahukan hasil kerja yang telah dicapai

18.Membuat suasana persaingan yang sehat diantara para siswa. 19.Mengembangkan persaingan dalam diri sendiri.

20.Memberikan contoh yang positif.

Di dalam kegiatan belajar-mengajar peranan guru sebagai motivator sangat diperlukan. Dengan motivasi, peserta didik dapat mengembangkan inisiatif dan dapat mengarahkan serta memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Ada bermacam-macam cara yang dapat digunakan untuk menumbuhkan motivasi peserta didik.

Menurut Sardiman A.M. (2011: 92) macam-macam cara yang dapat digunakan untuk memotivasi peserta didik adalah sebagai berikut :

1. Memberikan angka (simbol dari kegiatan belajarnya) 2. Memberi Hadiah

3. Persaingan atau kompetisi 4. Ego-involvement

5. Memberi ulangan 6. Mengetahui hasil 7. Pujian

8. Hukuman

9. Hasrat untuk belajar 10.Minat


(44)

25

Pendapat lain menyatakan ada empat hal yang dapat dilakukan guru dalam memberikan motivasi yaitu:

1. Membangkitkan dorongan kepada siswa untuk belajar. 2. Menjelaskan secara konkret kepada siswa apa yang dapat

dilakukan pada akhi pelajaran.

3. Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai.

4. Membentuk kebiasaan belajar yang baik. ( Slameto, 2010: 99).

Beberapa faktor di atas, merupakan cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Di sini guru berada pada peranan penting untuk membantu menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, dan dari perlakuan tersebut diharapkan peserta didik dapat meningkatkan prestasi dan hasil belajarnya di kelas. Tetapi perlu dipahami oleh para guru sebagai pendidik bahwa pemberian motivasi pada peserta didik harus sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik. Pemberian motivasi yang tidak tepat kepada peserta didik akan mengakibatkan hasil yang tidak baik pada perkembangan belajar peserta didik itu sendiri.

Berdasarkan pendapat dan uraian tentang motivasi belajar, peneliti menyimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan dorongan yang lahir dari dalam diri individu peserta didik yang dapat mempengaruhi perubahan tingkah laku dengan tujuan memperoleh pengetahuan baru agar peserta didik mendapatkan hasil dan prestasi belajar yang lebih baik dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya.


(45)

Menumbuhkan motivasi belajar peserta didik memang bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, seperti yang terjadi pada peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Seputih Banyak, seringkali dijumpai pemasalahan pada saat proses pembelajaran, diketahui bahwa dalam proses belajar mengajar masih terdapat peserta didik yang memiliki motivasi dan minat belajar rendah khususnya pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Rendahnya motivasi belajar peserta didik dapat diketahui dari aktivitas dan sikap peserta didik di kelas, seperti, kurang konsentrasi pada saat guru menjelaskan, mengobrol di kelas, mengantuk saat jam pelajaran sedang berlangsung, tidak mengerjakan tugas, dan diketahui bahwa peserta didik jarang belajar, baik pada saat proses pembelajaran biasa maupun pada saat ulangan atau ujian semester.

Selain berbagai faktor yang telah disebutkan di atas masih banyak lagi kendala yang dihadapi peserta didik dalam menumbuhkan motivasi belajarnya. Kondisi sekolah dan iklim kelas yang tidak mendukung juga menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan rendahnya motivasi belajar peserta didik. Kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas juga sangat berpengaruh pada motivasi belajar dan pencapaian prestasi belajarnya. Karena pihak yang paling bertanggung jawab atas berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar di sekolah atau khususnya di kelas adalah guru. Oleh karena itu, guru diharapkan memiliki dan dapat memperhatikan aspek-aspek berikut ini, 1) kemampuan membuka pelajaran, usaha awal guru untuk menciptakan kondisi awal agar perhatian peserta didik dapat terpusat pada pelajaran. 2) menyampaikan


(46)

27

materi pelajaran, guru perlu memperhatikan dan menetapkan bahan pelajaran yang sesuai, tidak bisa sesuai kehendak guru masing-masing. 3) menggunakan metode mengajar, hal ini biasanya jarang sekali dilakukan oleh guru karena yang sering kita jumpai adalah guru dengan metode ceramah. Padahal dengan penggunaan metode yang tepat dalam pembelajaran dapat menumbuhkan motivasi belajar dan menciptakan proses belajar mengajar yang menyenangkan. 4) menggunakan alat peraga dan media, alat peraga digunakan dengan tujuan dapat membantu proses penyampaian informasi kepada peserta didik dapat lebih jelas dan tentunya dapat menarik perhatian peserta didik dalam pembelajaran. 5) pengelolaan kelas, agar proses belajar mengajar di kelas dapat berjalan dengan baik dan kondusif. 6) menutup pelajaran, guru dapat memberikan motivasi, penguatan, serta tugas yang dapat menarik minat belajar peserta didik di rumah.

Dengan demikian, motivasi belajar dapat ditingkatkan dengan cara memotivasi diri pribadi dengan kesadaran bahwa belajar merupakan suatu hal yang penting. Kemudian pengaruh dari luar individu seperti kondisi lingkungan sekolah, iklim kelas, kemampuan guru dan orang tua juga harus diperhatikan agar prestasi peserta didik di kelas X SMA Negeri 1 Seputih Banyak Lampung Tengah TP 2012/2013 ini dapat meningkat.


(47)

2. Tinjauan Tentang Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) a. Konsep Kriteria Ketuntasan Minimal

Salah satu prinsip penilaian pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah dengan menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria dalam menentukan ketuntasan dan kelulusan belajar peserta didik.

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah “kriteria paling rendah

untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan” dalam Sarjanaku (2011: 01). KKM harus ditetapkan diawal tahun ajaran oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama. Pertimbangan pendidik atau forum musyawarah guru mata pelajaran secara akademis menjadi pertimbangan utama penetapan KKM. Sedangakan menurut Kunandar (2007: 149) Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah “Ukuran yang menjadi dasar atau cara penetapan sesuatu yang digunakan untuk menentukan ketuntasan siswa”.

Menurut musyawarah guru mata pelajaran (MGMP), kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh persentasi tingkat pencapaian kompentensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100. Angka 75-100 merupakan kriteria ketuntasan ideal. Target ketuntasan secara nasional diharapkan mencapai minimal 75, Satuan pendidikan dapat


(48)

29

memulai dari kriteria ketuntasan minimal dibawah target nasional kemudian ditingkatkan secara bertahap.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah kriteria paling rendah yang menjadi dasar dalam menentukan ketuntasan peserta didik. Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator adalah 75%.

Satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan minimal secara terus-menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal.

Menurut Kunandar (2007: 138) karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah:

1. Hasil belajar dinyatakan dengan kemampuan atau kompetensi yang dapat direkomendasikan atau ditampilkan;

2. Semua peserta didik harus mencapai ketuntasan belajar, yaitu menguasai semua kompetensi dasar;

3. Kecepatan belajar peserta didik tidak sama; 4. Penilaian menggunakan acuan kriteria;

5. Ada program remedial, pengayaan, dan percepatan;

6. Tenaga pengajar atau pendidik merancang pengalaman belajar peserta didik;

7. Tenaga pengajar sebagai fasilitator; dan

8. Pembelajaran mencakup aspek afektif yang terintegrasi dalam semua bidang studi.


(49)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menekankan pada kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan. Kemampuan lulusan yang harus dicapai dinyatakan dengan standar kompetensi, yaitu kemampuan minimal yang harus dicapai lulusan. Standar kompetensi lulusan merupakan model utama untuk bersaing di tingkat nasional maupun internasional, karena persaingan yang terjadi dalam era globalisasi ini adalah persaingan sumber daya manusia.

b. Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal

DEPDIKNAS (2008: 52) Fungsi kriteria ketuntasan minimal adalah:

1. Sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti. Setiap kompetensi dasar dapat diketahui ketercapaiannya berdasarkan KKM yang ditetapkan pendidik harus memberikan respon yang tetap terhadap pencapaian kompetensi dasar dalam bentuk pemberian layanan remedial atau layanan pengayaan.

2. Sebagai acuan bagi peserta didik dalam menyiapkan diri untuk mengikuti penilaian mata pelajaran. Setiap KD dan indikator ditetapkan KKM yang harus dicapai dan harus dikuasai oleh peserta didik. Peserta didik diharapkan dapat mempersiapkan diri dalam mengikuti penilaian agar mencapai nilai melebihi KKM. Apabila peserta didik tidak dapat mencapai nilai KKM, maka peserta didik harus mengetahui SK-KD yang belum tuntas dan perlu perbaikan.


(50)

31

3. Dapat digunakan sebagai bagian komponen dalam melakukan evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. Evaluasi keterlaksanaan dan hasil program kurikulum dapat dilihat dari keberhasilan pencapaian sebagai tolak ukur. Oleh karena itu, hasil pencapaian berdasarkan KKM yang ditetapkan perlu dianalisis untuk mendapatkan informasi tentang peta SK-KD tiap mata pelajaran yang mudah atau sulit dan cara perbaikan dalam proses pembelajaran maupun pemenuhan sarana prasarana belajar di sekolah.

4. Merupakan kontrak pedagogik antara pendidik dengan peserta didik dan antara pendidik dengan masyarakat. Keberhasilan pencapaian KKM merupakan upaya yang harus dilakukan bersama antara pendidik, peserta didik, pimpinan satuan pendidikan dan orang tua. Pendidik melakukan upaya pencapaian KKM dengan memaksimalkan proses pembelajaran dan penilaian. Peserta didik melakukan upaya pencapaian KKM dengan proaktif mengikuti kegiatan pembelajaran serta mengerjakan tugas-tugas yang telah didesain pendidik. Orang tua dapat membantu dengan memberikan motivasi dan dukungan penuh bagi putra-putri dalam mengikuti pembelajaran sedangkan pimpinan satuan pendidikan berupaya memaksimalkan pemenuhan kebutuhan untuk mendukung terlaksananya proses pembelajaran dan penilaian di sekolah.

5. Merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetisi tiap mata pelajaran. Satuan pendidikan harus berupaya


(51)

memaksimalkan mungkin untuk melampaui KKM yang ditetapkan. Keberhasilan pencapaian KKM merupakan salah satu tolak ukur kriteria satauan pendidikan dalam menyelenggarakan program pendidikan. Satuan pendidikan dengan KKM yang tinggi dan dilaksanakan secara bertanggung jawab dapat menjadi tolak ukur kualitas mutu pendidikan bagi masyarakat.

c. Prinsip Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal perlu mempertimbangkan beberapa ketentuan (Depdiknas: 2008) sebagai berikut:

1. Penetapan KKM merupakan kegiatan pengambilan keputusan yang dapat dilakukan melalui metode kualitatif dan atau kuantitatif. Metode kualitatif dapat dilakukan melalui profesional judgement oleh pendidik dengan mempertimbangkan kemampuan akademik dan pengalaman pendidik mengajarkan mata pelajaran di sekolah. Sedangkan metode kuantitatif dilakukan dengan rentang angka yang disepakati sesuai dengan penetapan kriteria yang ditentukan. 2. Penetapan nilai kriteria ketuntasan minimal dilakukan melalui

analisis ketuntasan belajar minimal pada setiap indikator dengan memperhatikan kompleksitas, daya dukung dan intake peseta didik untuk mencapai ketuntasan kompetensi dasar dan standar kompetensi.

3. Kriteria ketuntasan minimal setiap kompetensi dasar (KD) merupakan rata-rata dari indikator yang terdapat dalam kompetensi


(52)

33

dasar tersebut. Peserta didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan belajar untuk KD tertentu apabila yang bersangkutan telah mencapai ketuntasan belajar minimal yang telah ditetapkan untuk seluruh indikator pada KD tersebut.

4. Kriteria ketuntasan minimal setiap standar kompetensi (SK) merupakan rata-rata KKM kompetensi dasar (KD) yang terdapat dalam SK tersebut.

5. Kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran merupakan rata-rata dari semua KKM-SK yang terdapat dalam satu semester atau satu tahun pembelajaran dan dicantumkan dalam laporan hasil belajar (LBH atau rapor).

6. Indikator merupakan acuan/tujuan bagi pendidik untuk membuat soal-soal ulangan, baik ulangan harian (UH), ulangan tengah semester (UTS) maupun ulangan akhir semester (UAS). Soal ulangan maupun tugas-tugas harus mampu mencerminkan atau menampilkan pencapaian indikator yang diujikan. Dengan demikian pendidik tidak perlu melakukan pembobotan seluruh hasil ulangan karena semunya memiliki hasil yang setara.

7. Pada setiap indikator atau kompetensi dasar dimungkinkan adanya perbedaan nilai ketuntasan minimal

d. Perumusan Kriteria Ketuntasan Minimal

1) Langkah-Langkah Perumusan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)


(53)

Penetapan KKM dilakukan oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran, langkah penetapan KKM adalah sebagai berikut:

a) Guru atau kelompok guru menetapkan KKM mata pelajaran dengan mempertimbangkan tiga aspek kriteria, yaitu kompleksitas, daya dukung dan Intake peserta didik dengan skema sebagai berikut:

Gambar 1. Skema perumusan Kriteria Ketuntasan Minimal

b) Hasil penetapan KKM indikator berlanjut pada KD, SK hingga KKM mata pelajaran.

c) Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran disahkan oleh kepala sekolah untuk dijadikan patokan guru dalam melakukan penilaian.

d) KKM yang ditetapkan disosialisasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu peserta didik, orang tua dan dinas pendidikan.

e) KKM dicantumkan dalam LBH pada saat hasil penilaian dilaporkan kepada orang tua atau wali peserta didik.

KKM Indikator

KKM KD

KKM MP

KKM SK


(54)

35

2) Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penentuan kriteria ketuntasan minimal adalah:

a) Tingkat kompleksitas, kesulitan setiap indikator, kompetensi dasar, dan standar kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik.

b) Kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran pada masing-masing sekolah.

c) Tingkat kemampuan (Intake) rata-rata peserta didik di sekolah yang bersangkutan (Depdiknas, 2008)

Jadi yang menjadi pertimbangan dalam menentukan KKM adalah kompleksitas, daya dukung, dan intake. Kompleksitas mengacu pada tingkat kesulitan Kompetensi Dasar yang bersangkutan. Daya dukung meliputi kelengkapan mengajar seperti buku, ruang belajar, laboratorium (jika diperlukan) dan lain-lain. Sedangkan Intake merupakan kemampuan penalaran dan daya pikir peserta didik.

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti, diketahui bahwa perumusan kriteria ketuntasan minimal di SMA Negeri 1 Seputih Banyak sudah sesuai dengan ketentuan yang ada yaitu dengan mempertimbangkan daya dukung, kompleksitas, dan intake khususnya mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Untuk pelaksanaan dan penerapannya di sekolah sudah berjalan sesuai dengan prosedur, kriteria ideal nasional antara 75-100%. Meskipun demikian, masing-masing sekolah berhak untuk menentukan kriteria ketuntasan minimal masing-masing pelajaran, dengan harapan dapat berangsur-angsur naik.


(55)

Demikian pula Di SMA Negeri 1 Seputih Banyak, di sekolah ini kelompok guru masing-masing mata pelajaran sudah merumuskan KKM, khususnya pendidikan kewarganegaraan kelas X Di SMA Negeri 1 Seputih Banyak ini adalah 70. Kemudian terus meningkat pada tingkat kelas berikutnya. Hal ini dilakukan dengan harapan terjadi peningkatan prestasi dan hasil belajar peserta didik dari kelas X sampai dengan kelas XII.

3. Tinjauan Tentang Pendidikan Kewarganegaraan a. Konsep Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang fokus penerapannya pada pembentukan karakter, pengetahuan dan sikap serta perilaku peserta didik agar menjadi warga negara yang baik.

Zamroni dalam Subhan Shopian (2011: 9) berpendapat bahwa:

Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi muda bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Tim Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Pendidikan kewarganegaraan merupakan bidang kajian ilmiah dan program pendidikan di sekolah dan diterima sebagai wahana utama serta esensi pendidikan demokrasi di Indonesia yang dilaksanakan melalui:


(56)

37

1.Civic Intellegence

Yaitu kecerdasan dan daya nalar warga negara baik dalam dimensi spiritual, rasional, emosional, mupun sosial.

2.Civic Responsibility

Yaitu kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warg negara yang bertanggung jawab.

3.Civic Particiption

Yaitu kemampuan berpartisipasi warga negara atas dasar tanggung jawabnya, baik secara individual, sosial, maupun sebagai pemimpin hari depan.

Menurut Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kewarganegaraan SMA, SMK dan MA (Depdiknas, 2003: 2) dan sesuai dengan paradigma baru pendidikan kewarganegaraan, dimana anak didik (siswa) diarahkan juga agar memiliki kompetensi pengetahuan kewarganegaraan (civics knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civics skill) dan watak atau nilai-nilai kewarganegaraan (civics value) serta juga memiliki kecakapan-kecakapan hidup nantinya, khususnya kecakapan hidup dibidang personal, sosial dan intelektual.

Adapun substansi kajian Pendidikan Kewarganegaraan terdiri dari:

1. Dimensi pengetahuan kewarganegaraan (civics knowledge)

Mencakup bidang politik, hukum, dan moral. Secara rinci materi pendidikan kewarganegaraan meliputi pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan proses demokrasi, lembaga pemerintah dan non pemerintah, identitas nasional, pemerintah berdasar hokum (rule of law) dan peradilan yang bebas dan tidak memihak, konstitusi, sejarah nasional, hak asasi manusia, hak sipil, dan hak politik.


(57)

2. Dimensi keterampilan kewarganegaraan (civics skills)

Meliputi keterampilan berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, misalnya: berperan serta dan aktif mewujudkan masyarakat madani, proses pengambilan keputusan politik, keterampilan mengadakan koalisi, kerja sama, mengelola konflik, keterampilan hidup dan sebagainya.

3. Dimensi nilai-nilai kewarganegaraan (civics values)

Mencakup percaya diri, komitmen, penguasaan atas nilai religius, norma, dan nilai luhur, nilai keadilan, demokratis, toleransi, kebebasan individual, kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan berserikat dan berkumpul, perlindungan terhadap minoritas dan sebagainya.

Dimensi-dimensi tersebut tidak dapat berdiri sendiri dan merupakan suatu kesatuan yang utuh, karena Pendidikan Pewarganegaraan dipandang sebagai mata pelajaran yang memegang peranan penting dalam membentuk warga negara yang baik, berakhlak, dan bertanggung jawab sesuai dengan Falsafah dan Konstitusi Negara Kesatuan Repubik Indonesia.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat didefinisikan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memberikan pengetahuan mengenai hubungan antarwarga negara dengan berbagai latar belakang kebudayaan yang berbeda, suku, agama, dan bahasa, pemenuhan hak dan kewajiban warga negara, kesadaran terhadap


(58)

39

hukum dan politik sehingga diharapkan dapat terselenggara kehidupan yang demokratis.

b. Visi Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Tim Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah menyatakan visi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah mewujudkan proses pendidikan yang integral di sekolah untuk pengembangan kemampuan dan kepribadian warga negara yang cerdas, partisipasif, dan bertanggung jawab yang pada gilirannya akan menjadi landasan untuk berkembangnya masyarakat Indonesia yang demokratis.

c. Misi Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Berdasarkan kepada visi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, maka dapat dikembangkan misi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai berikut:

1) Mengembangkan kerangka berpikir baru yang dapat dijadikan landasan yang rasional untuk menyusun pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan intelektual kearah pembentukan warga negara yang demokratis.

2) Menyusun substansi pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan demokratis yang berlandaskan pada latar belakang sosial budaya serta dalamkonteks politik, kenegaraan, dan landasan konstitusi yang dituangkan dalam pilar-pilar demokrasi Indonesia.


(59)

d. Fungsi Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Tindak lanjut visi dan misi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Tim Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah juga mengajukan fungsi Pendidikan Kewarganegaraan yaitu sebagai wahana untuk membentuk warga negara cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

M. Numan Sumantri (2001: 166), fungsi Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber pengetahuan lainnya, yang kesemuanya itu diproses guna melatih peserta didik untuk berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup yang berdemokratis yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

e. Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Tim Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah, tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah sebagai berikut:

1) Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.


(60)

41

2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, serta bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam pencaturan dunia secara langsung atau tidak langsung degan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

f. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan

Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1) Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan, dan jaminan keadilan.

2) Norma, hukum dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.


(61)

3) Hak asasi manusia, meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan, dan perlindungan HAM.

4) Kebutuhan warga negara, meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, dan persamaan kedudukan warga negara.

5) Konstitusi negara, meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dan konstitusi.

6) Kekuasaan dan politik, meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, dan pers dalam masyarakat demokrasi.

7) Pancasila, meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.

8) Globalisasi, meliputi: globalisasi dilingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan


(62)

43

internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.

Berdasarkan berbagai keunggulan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang telah diuraikan di atas, diharapkan guru sebagai pendidik yang profesional khususnya guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat terus meningkatkan kompetensi mengajarnya dengan berbagai aspek yang ada didalamnya. Dengan peningkatan kompetensi tersebut, diharapkan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat menjadi mata pelajaran yang digemari dan menarik perhatian peserta didik agar motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat terus ditingkatakan dan peserta didik dapat mencapai hasil dan prestasi belajar sesuai dengan KKM yang telah ditetapkan.

B. Kerangka Pikir

Motivasi adalah keseluruhan gaya penggerak dalam diri peserta didik yang menimbulkan, menjamin kelangsungan, dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Salah satu perilaku yang penting bagi manusia adalah belajar. Belajar menimbulkan perubahan mental dalam diri peserta didik yang dapat mendorongan dan memberi kekuatan kepada seseorang untuk dapat mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Tujuan pembelajaran bagi seorang peserta didik yaitu untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal dari proses kegiatan belajar. Kegiatan belajar peserta didik dapat berjalan dengan baik apabila seorang peserta didik memiliki kesadaran dan


(63)

kebutuhan akan pentingnya kegiatan belajar dalam pencapaian hasil yang optimal serta memiliki dorongan yang kuat dari dalam dirinya untuk belajar dengan lebih baik. Motivasi yang tumbuh dalam diri peserta didik ini, akan mampu mebangkitkan hasrat atau gairah belajar peserta didik. Beberapa indikator motivasi belajar peserta didik yaitu memperhatikan saat guru sedang menjelaskan materi, disiplin ketika jam pelajaran dimulai, mengerjakan tugas dengan baik, tidak mengobrol, tidak mengantuk saat jam pelajaran sedang berlangsung, dan mendapatkan prestasi yang optimal, yang kemudian di ukur dengan skala kuat, sedang, dan lemah.

Dorongan dan kekuatan yang menjadikan peserta didik memiliki energi di dalam belajar ini tidak terlepas dari peran guru sebagai motivator penggerak dalam kegiatan belajar peserta didik. Guru berperan untuk membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat peserta didik untuk belajar sampai berhasil. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar peserta didik yaitu, cita-cita atau aspirasi siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan siswa, unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran, dan upaya guru dalam proses pembelajaran. Suatu hal yang baik apabila guru dapat mengolah dan memanfaatkan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar peserta didik ini menjadi dorongan yang positif di dalam pembelajaran. Dorongan dan kekuatan untuk belajar mencerminkan adanya motivasi belajar dalam diri peserta didik. Apabila motivasi ini sudah terbentuk dalam diri peserta didik, maka akan mudah bagi peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran guna mendapatkan hasil belajar yang memuaskan. Motivasi merupakan salah satu faktor yang


(1)

56

K = Kategori

Penentuan tingkat persentase digunakan rumus yang dikemukakan oleh Ali (1984: 184) sebagai berikut :

% 100 X N F P Keterangan

P = Besarnya Presentase

F = Jumlah Skor Yang Diperoleh Diseluruh Item N = Jumlah Berkalian Seluruh Item Dengan Responden

Untuk menafsirkan banyaknya presentase yang diperoleh digunakan kriteria Suharsimi Arikunto (1986: 196) sebagai berikut:

76%-100% = Baik 56%-75% = Cukup 40%-55% = Kurang Baik 0-39% = Tidak Baik

Adapaun pengolongan data adalah menggunakan uji Chi Kuadrat asosiasi dua faktor (Sudjana, 2005: 280), dengan rumus sebagai berikut:

X2 =



 

B j i k i j

Eij

Eij

Oij

2 Keterangan: X2

: Chi Kuadrat


(2)

k i j

: Jumlah kolom

Eij : Banyaknya data hasil pengamatan

b j i

: Jumlah baris

Kriteria uji sebagai berikut: a. Jika X2

hitung lebih besar atau sama dengan X2

tabel dengan tarif signifikan 5 % maka hipotesis diterima

b. Jika X2

hitung lebih kecil atau sama dengan X2

tabel dengan tarif signifikan 5% maka hipotesis ditolak.

Selanjutnya data akan diuji dengan menggunakan rumus koefesien kontingen

(Sudjana, 2005:282), yaitu :

C= n

x

x

 2 2 Keterangan :

C : Koefesien kontingensi

X2

: Chi Kuadrat

N : Jumlah sampel

Agar harga C yang diperoleh dapat digunakan untuk menilai derajat asosiasi faktor-faktor, maka harga C dibandingkan dengan koefesien kontingensi maksimum. Harga C maksimum dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :


(3)

58

Cmaks =

m

m

1

Keterangan:

Cmaks : Koefesien kontingen maksimum

M : Harga minimum antara banyak baris dan kolom dengan kriteria I : Bilangan konstan

Uji pengaruh makin dekat dengan harga Cmaks makin besar derajat asosiasi

antar faktor. Dengan kata lain, faktor yang satu makin berkaitan dengan faktor yang lain (Sudjana, 2005:282).


(4)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan tentang pengaruh kriteria ketuntasan minimal terhadap motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas X SMA Negeri 1 Seputih Banyak Lampung Tengah TP 2012/2013, maka peneliti dapat menyimpulkan:

1. Pengaruh kriteria ketuntasan minimal terhadap motivasi belajar peserta didik berada pada kategori cukup baik, karena peserta didik memiliki pemahaman yang kurang akan pentingnya mengetahui KKM, peserta didik menganggap bahwa apabila mereka memiliki pengetahuan yang baik tentang KKM maka cara belajar mereka belum maksimal dan tidak menjamin untuk selalu fokus dalam pembelajaran, peserta didik tidak memiliki kemauan dan keinginan untuk bertanya langsung kepada guru atau pihak sekolah mengenai penetapan KKM.

2. Motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berada pada kategori kuat. Hal tersebut dapat diketahui dari perhatian peserta didik terhadap penjelasan guru, tingkat kedisiplinan peserta didik ketika mengikuti pembelajaran PKn baik, dan peserta didik


(5)

130

selalu bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru mata pelajaran. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif, signifikan, dan kategori keeratan tinggi antara pengaruh kriteria ketuntasan minimal terhadap motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, artinya semakin baik pengetahuan peserta didik tentang kriteria ketuntasan minimal maka semakin meningkatkan motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan pada akhirnya akan mencapai prestasi yang baik.

B. Saran

Setelah peneliti melakukan penelitian, menganalisis, dan mengambil kesimpulan dari hasil penelitian, maka peneliti dapat mengajukan saran sebagai berikut:

1. Kepada siswa diharapkan agar dapat meningkatkan motivasi belajarnya, khususnya pada mata pelajaran PKn. Diharapkan peserta didik mengetahui dengan baik proses penetapan KKM, dapat memahami pentingnya mata pelajaran PKn, dan diharapkan lebih aktif, kritis, kreatif, dan produktif dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik dapat lebih mengembangkan pengetahuannya agar dapat mencapai prestasi yang baik. 2. Kepada guru mata pelajaran PKn diharapkan dapat meningkatkan

kreativitas dalam mengajar, memperhatikan kebutuhan-kebutuhan pendidikan peserta didik, seperti melakukan optimalisasi sosialisasi tentang KKM kepada peserta didik, dan dapat menggunakan strategi


(6)

pembelajaran yang inovatif agar dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran PKn.

3. Kepada Kepala Sekolah diharapkan dapat memberikan sosialisasi dan pemahaman yang baik tentang pentingnya mengetahui penetapan KKM kepada peserta didik. Proses sosialisasi tentang KKM dapat dilakukan pada saat pelaksanaan upacara bendera setiap hari Senin yang disosialisasikan langsung oleh Kepala Sekolah atau guru yang berkompeten dibidangnya, agar peserta didik dapat termotivasi dalam belajar dan memperoleh prestasi yang baik.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN MOVING CLASS TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS X DI SMK NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG T.P. 2012/2013

4 75 81

PENGARUH KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS X SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK LAMPUNG TENGAH TP 2012/2013

1 11 80

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN SIKAP SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn TERHADAP KESIAPAN BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG

1 21 108

HUBUNGAN PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG URGENSI PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA NEGERI 10 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 10 75

PENGARUH SIKAP DAN PERILAKU GURUPADA SAAT MENGAJAR DI KELAS TERHADAP MINAT PESERTA DIDIK DALAM MENGIKUTI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA KELAS X DI SMK MUHAMMADIYAH 3 METRO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 20 74

PENGARUH PEMBERIAN PENGUATAN OLEH GURU TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TP 2012/2013

0 8 56

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL MATA PELAJARAN KIMIA

0 0 7

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL MATA PELAJARAN KIMIA

0 0 8

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL MATA PELAJARAN KIMIA

0 0 6