PENGARUH PENERAPAN MOVING CLASS TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS X DI SMK NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG T.P. 2012/2013

(1)

BANDAR LAMPUNG T.P. 2012/2013

(Skripsi)

Oleh

Citra Abdi Negari

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN MOVING CLASS TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN KELAS X DI SMK NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG T.P. 2012/2013

Oleh

Citra Abdi Negari

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh penerapan moving class

terhadap efektivitas pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegarraan kelas X di SMK Negeri 5 Bandar lampung T.P. 2012/2013. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif bersifat kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 32 orang. Analisis data menggunakan Chi Kuadrat.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara penerapan moving class terhadap efektivitas pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas X di SMK Negeri 5 Bandar lampung T.P. 2012/2013. Ini dibuktikan dengan hasil perhitungan yang menggunakan rumus Chi Kuadrat, sehingga untuk penerapan moving class

terhadap efektivitas pembelajaran pada mata pelajaran PKn diperoleh koefisien kontingensi C = 0,62 dan koefisien kontingensi maksimum = 0,812. Berdasarkan perhitungan tersebut maka koefisien kontingensi C = 0,62, berada pada kategori Kuat. Hal ini menunjukkan bahwa Penerapan Moving Class

Terhadap Efektivitas Pembelajaran Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas X Di SMK Negeri 5 Bandar Lampung T.P. 2012/2013 memiliki tingkat keeratan pengaruh yang kuat. Oleh sebab itu kepada guru diharapkan dapat meningkatkan dan mengoptimalkan kemampuannya dalam menyajikan pelajaran sehingga siswa mudah untuk memahami pelajaran dan kepada sekolah diharapkan dapat melengkapi fasilitas dan sarana sekolah yang menunjang kegiatan pembelajaran sehingga penerapan moving class dapat diterapakan dengan maksimal.


(3)

PENGARUH PENERAPAN MOVING CLASS TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN KELAS X DI SMK NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG T.P. 2012/2013

Oleh

CITRA ABDI NEGARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2013


(4)

Judul Skripsi : PENGARUH PENERAPAN MOVING CLASS TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGRAAN KELAS X DI SMK NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG T.P.2012/2013

Nama Mahasiswa : Citra Abdi Negari Nomor Pokok Mahasiswa : 0913032034

Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Berchah Pitoewas, M.H. Yunisca Nurmalisa, S.Pd., M.Pd. NIP 19611214 199303 1 001 NIP 19870602 200812 2 001 2. Mengetahui

Ketua Jurusan Ketua Program Studi

Pendidikan IPS Pendidikan PKn

Drs. Buchori Asyik, M.Si. Drs. Holilulloh, M.Si.


(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Berchah Pitoewas, M.H. ...

Sekretaris : Yunisca Nurmalisa, S.Pd., M.Pd. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Holilulloh, M.Si. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si.

NIP 19600315 198503 1 003


(6)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, adalah : Nama : Citra Abdi Negari

NPM : 0913032034

Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan/Fakultas : Pendidikan IPS/KIP Unila

Alamat : Jl. Pulau Bacan No. 01 Kedamaian, T.Karang Timur Bandar Lampung

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, April 2013

Citra Abdi Negari NPM 0913032034


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Citra Abdi Negari, dilahirkan di Bandar Lampung pada 24 Oktober 1990 yang merupakan putri ke-2 dari 2 bersaudara dari pasangan Bapak Suryoto dan Ibu Mastura.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis antara lain: 1. Taman Kanak-Kanak Pratama yang diselesaikan pada tahun 1996

2. Sekolah Dasar Negeri 1 Kampung Sawah Lama yang diselesaikan pada tahun 2002.

3. SMP Negeri 5 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2005. 4. SMA Negeri 3 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2008.

Pada tahun 2009 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN.


(8)

PERSEMBAHAN

Kedua orangtuaku tercinta Almarhum Ayahanda Suryoto dan Ibunda Mastura yang selama ini telah memberikan doa, cinta, kasih sayang, dukungan tiada

henti dan selalu memberikan yang terbaik untuk ku serta menanti keberhasilanku.

Kakakku Indah Tutur Wincari yang dengan cinta dan kasih sayangnya selalu mendukung dan

mendoakan keberhasilanku.

Dan seluruh keluarga besarku yang selalu memberikan semangat dan perhatian .


(9)

MOTTO

Ketahuilah bersama kesabaran ada kemenangan bersama

Kesusahan ada jalan keluar dan bersama kesulitan ada

kemudahan

(H.R.Tarmidzi)

Ketika kehidupan memaksamu untuk memilih maka pilihlah

sesuai kata hatimu dengan begitu kau akan ikhlas menerima

kemungkinan buruk yang terjadi

(Citra Abdi Negari)

Berikan stimulus positif pada otak dan yakinkan diri kita

bahwa kita pasti bisa !!!

(Civic Education 09)


(10)

SANWACANA

Bismillaahirrahmaanirrahim,

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Hidayahnya-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Penerapan Moving Class Terhadap Efektivitas Pembelajaran Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas X Di SMK Negeri 5 Bandar Lampung T.P.2012/2013. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan yang datang baik dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari bimbingan dosen Pembimbing I Bpk. Drs. Berchah Pitoewas, M.H. dan dosen Pembimbing II Ibu Yunisca Nurmalisa, S.Pd., M.Pd. dan bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak, oleh karena itu Penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Dr. Arwin Achmad, M.Si. selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(11)

5. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Bapak Drs. Holilulloh, M.Si. selaku Ketua Program Studi PPKn Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sekaligus selaku Pembahas I, terima kasih atas masukan, saran dan kritikannya.

7. Bapak M.Mona Adha, S.Pd., M.Pd. selaku Pembahas II, terimakasih atas masukan, saran dan kritikannya kepada penulis.

8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi PPKn Universitas Lampung. 9. Bapak dan Ibu staf tata usaha dan karyawan Universitas Lampung.

10.Bapak Drs. Komar Ranudipura selaku Kepala SMK Negeri 5 Bandar Lampung yang telah memberi izin penelitian dan atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis.

11.Ibu Coni Puspita Sari, S.Pd. selaku guru mata pelajaran PKn di SMK Negeri 5 Bandar Lampung yang telah memberikan bantuannya kepada penulis selama penulis mengadakan penelitian

12.Bapak dan Ibu guru, staf tata usaha serta siswa SMK Negeri 5 Bandar Lampung yang telah membantu penulis selama penelitian.

13.Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta, Almarhum Bapak Suryoto dan Ibu Mastura terimakasih atas keikhlasan, cinta dan kasih sayang, do’a, motivasi, moral serta finansial yang tidak akan pernah terbayarkan. Dan untuk Kakakku Indah Tutur Wincari terimakasih atas do’a, dukungan, bantuan, perhatian dan cinta kasih yang diberikan


(12)

bantuan dan setia mendengar keluh kesahku Agus Firdaus,

15.Sahabat-sahabatku di Civic Education 09 (TOP10) Evi Novia Ikasari, Heni Lestiawati, Ajeng Angelia D, Yuafiyaka, Kartika Sari S, Yunia Rahma Utami, Novita Barla, Septilia dan Tri Suci Bintari. Terimakasih untuk kebersamaan canda dan tawa.

16.Teman-teman seperjuangan masa bimbingan Adit, Novita, Eta, Reni, Cici, Muly, Tina, Om Jon, Bli ketut, Nyi ayu, Aya, Alan, Menik, Vina, Edwin. 17.Teman-teman PKn angkatan 2009 genap ganjil semuanya tanpa terkecuali

untuk kekompakan dalam suka maupun duka semoga kita semua sukses ! 18.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

Semoga amal baik yang telah Bapak/Ibu/Saudara/I serta teman-teman berikan akan selalu mendapatkan pahala dan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan baik dari penyampaian maupun kelengkapannya. Segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan sebagai tolak ukur penulis dimasa yang akan datang. Penulis juga berharap semoga karya sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, April 2013 Penulis,


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

SURAT PERNYATAAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

MOTTO ... viii

SANWACANA ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Batasan Masalah ... 12

D. Perumusan Masalah ... 12

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 12

1. Tujuan Penelitian ... 12

2. Kegunaan Penelitian ... 13

2.1. Kegunaan Teoritis ... 13

2.2. Kegunaan Praktis ... 13

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 14

1. Ruang Lingkup Ilmu ... 14

2. Ruang Lingkup Subjek ... 14

3. Ruang Lingkup Objek ... 14

4. Ruang Lingkup Tempat ... 14

5. Ruang Lingkup Waktu ... 14

II. TINJUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori ... 15

1. Tinjauan Tentang Efektivitas Pembelajaran ... 15

1.1 Definisi Efektivitas ... 15

1.2 Ukuran Efektivitas ... 16


(14)

1.5 Pembelajaran Efektif ... 26

2.Tinjauan Tentang Moving Class ... 29

2.1. Definisi Moving Class ... 29

2.2. Alasan dan Tujuan Penerapan Moving Class ... 31

2.3 Kelemahan dan Kelebihan Moving Class ... 33

3.Tinjauan Tentang Pendidikan Kewarganegaraan ... 34

3.1 Definisi Pendidikan Kewarganegaraan ... 34

3.2 Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ... 37

3.3 Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan ... 40

B. Kerangka Pikir ... 43

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 46

B. Populasi dan Sampel ... 47

1. Populasi ... 47

2. Sampel ... 48

2.1 Teknik Sampling ... 48

C. Variabel Penelitian,dan Rencana Pengukuran Variabel ... 48

1. Variabel Penelitian ... 48

1.1. Variabel Bebas ... 48

1.2. Variabel Terikat ... 49

2. Rencana Pengukuran Variabel ... 49

D. Defini Konseptual dan Definisi Operasioanl ... 49

1. Definisi Konseptual ... 49

2. Definisi Operasional ... 51

E. Teknik Pengumpulan Data ... 52

1. Teknik Pokok ... 52

2. Teknik Penunjang ... 53

F. Validitas dan Uji Reliabilitas ... 54

1. Validitas ... 54

2. Uji Reliabilitas ... 55

G. Teknik Analisis Data ... 56

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Langkah-Langkah Penelitian ... 60

1. Persispan Pengajuan Judul ... 60

2. Penelitian Pendahuluan ... 61

3. Pengajuan Rencana Penelitian ... 61

4. Penyusunan Alat Pengumpulan Data ... 62

5. Pelaksanaan Uji Coba Angket ... 63

a. Analisa Validitas Angket ... 63

b. Analisa Reliabilitas Angket ... 63

B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 68

1. Sejarah Singkat SMK Negeri 5 Bandar Lampung ... 68


(15)

3. Situasi dan Kondisi SMK N 5 Bandar Lampung ... 70

4. Tenaga Pendidik SMK N 5 Bandar Lampung ... 71

5. Tenaga Kependidikan SMK N 5 Bandar Lampung ... 72

6. Perabot Ruang Pembelajaran ... 72

7. Data Ekonomi Orang Tua Siswa ... 72

C. Deskripsi Data ... 73

1. Pengumpulan Data ... 73

2. Penyajian Data ... 73

a. Penerapan Moving Class ... 73

1) Perpindahan Kelas ... 73

2) Keterampilan Guru Menyajikan Pelajaran ... 78

3) Ketersediaan Fasilitas dan Sumber Belajar ... 83

b. Efektivitas Pembelajaran ... 92

1) Penguasaan Konsep (Hasil Belajar) ... 92

2) Partisipasi Siswa Dalam Kegiatan Pembelajaran ... 97

3) Pemanfaatan Fasilitas dan Sumber Belajar ... 102

D. Pengujian ... 112

1. Pengujian Pengaruh ... 112

2. Pengujian Tingkat Keeratan Pengaruh ... 115

E. Pembahasan ... 116

1. Variabel X Penerapan Moving Class ... 117

2. Variabel Y Efektivitas Pembelajaran ... 119

3. Pengujian Pengaruh ... 120

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 122

B. Saran ... 122 DAFTAR PUSTAKA


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Nilai UJI KD 1 mata pelajaran PKn peserta didik kelas X Semester 1 SMK

Negeri 5 Bandar Lampung T.P. 2012/2013 ... 6

3.1 Data Jumlah Siswa Kelas X Semester Genap di SMK N 5 Bandar Lampung T.P,2012/2013 ... 46

4.1 Hasil Skor Uji coba angket kepada 10 siswa SMK Negeri 5 Bandar Lampung di Luar Responden untuk Item Ganjil X ... 64

4.2 Hasil Skor Uji coba angket kepada 10 siswa SMK Negeri 5 Bandar Lampung di Luar Responden untuk Item Genap Y ... 65

4.3 Distribusi Antara Item Ganjil X dengan Item Genap Y ... 66

4.4 Distribusi Skor Angket Indikator Perpindahan Kelas ... 73

4.5 Distribusi Skor Angket Indikator Perpindahan Kelas ... 75

4.6 Distribusi Frekuensi Indikator Perpindahan Kelas ... 76

4.7 Distribusi Skor Angket Indikator Keterampilan Guru Menyajikan Pelajaran . 78 4.8 Distribusi Skor Angket Indikator Keterampilan Guru Menyajikan Pelajaran . 80 4.9 Distribusi Frekuensi Indikator Keterampilan Guru Menyajikan Pelajaran ... 81

4.10 Distribusi Skor Angket Indikator Ketersediaan Fasilitas dan Sumber Belajar 83 4.11 Distribusi Skor Angket Indikator Ketersediaan Fasilitas dan Sumber Belajar . 85 4.12 Distribusi Frekuensi Indikator Ketersediaan Fasilitas dan Sumber Belajar ... 87

4.13 Distribusi Hasil Angket Penerapan Moving Class ... 89

4.14 Distribusi Frekuensi Penerapan Moving Class ... 90

4.15 Distribusi Skor Angket Indikator Penguasaan Konsep (Hasil Belajar) ... 92

4.16 Distribusi Skor Angket Indikator Penguasaan Konsep (Hasil Belajar) ... 94

4.17 Distribusi Frekuensi Indikator Penguasaan Konsep (Hasil Belajar) ... 96

4.18 Distribusi Skor Angket Indikator Partisipasi Siswa Dalam Kegiatan Pembelajaran ... 97

4.19 Distribusi Skor Angket Indikator Partisipasi Siswa Dalam Kegiatan Pembelajaran ... 99

4.20 Distribusi Frekuensi Indikator Partisipasi Siswa Dalam Kegiatan Pembelajaran ... 101

4.21 Distribusi Skor Angket Indikator Pemanfaatan Fasilitas dan Sumber Belajar 102 4.22 Distribusi Skor Angket Indikator Pemanfaatan Fasilitas dan Sumber Belajar 104 4.23 Distribusi Frekuensi Indikator Pemanfaatan Fasilitas dan Sumber Belajar ... 105

4.24 Distribusi Hasil Angket Efektivitas Pembelajaran ... 108

4.25 Distribusi Frekuensi Efektivitas Pembelajaran ... 109

4.26 Daftar Distribusi Kontigensi Mengenai Pengaruh Penerapan Moving Class Terhadap Efektivitas Pembelajaran Pada Mata pelajaran PKn Kelas X di SMK N 5 Bandar Lampung ... 112

4.27 Daftar Kontigensi Perolehan Data Mengenai Pengaruh Penerapan Moving Class Terhadap Efektivitas Pembelajaran Pada Mata pelajaran PKn Kelas X di SMK N 5 Bandar Lampung ... 113


(17)

DAFTAR GAMBAR


(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan wahana dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan diharapkan dapat menjadikan diri seseorang untuk memiliki kompetensi yang nanti nya mampu bersaing dengan kehidupan global demi tercapainya pembangunan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan memiliki posisi yang sangat penting dalam mewujudkan hal tersebut dengan sistem yang relevan dengan pembangunan dan kualitas yang tinggi baik dari segi proses dan hasilnya.

Mengingat begitu pentingnya pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia maka pemerintah terus melakukan pembaharuan terutama dalam bidang kurikulum atau pun dalam sistem pembelajaran yang diterapkan di sekolah dimana sekolah yang kita diketahui sebagai pendidikan formal.

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang didalamnya terjadi proses belajar mengajar untuk menghasilkan manusia yang cerdas, terampil, dan beradab. Oleh karena itu setiap sekolah akan mengupayakan segala sistem yang digunakan agar proses belajar mengajar dapat berjalan efektif dan maksimal. Pemerintah juga telah memberikan kebijakan kepada


(19)

masing-masing sekolah untuk menerapkan suatu sistem pembelajaran yang mampu membuat peserta didik bersemangat dan termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.

Sumber daya manusia yang diharapkan dihasilkan oleh sekolah adalah peningkatan kompetensi kecerdasan secara terpadu, baik kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, maupun kecerdasan spiritual. Guna mewujudkan harapan tersebut, maka proses pembelajaran di sekolah harus dirancang sedemikian rupa sehingga kondusif bagi telaksananya pembelajaran yang efektif dan efisien.

Sekolah hendaknya selalu melakukan berbagai inovasi pembelajaran untuk mendasari dan mencetak sumber daya manusia yang berkualitas. Pembelajaran yang dilakukan guru hendaknya dapat memberikan situasi dimana peserta didik dapat secara optimal mengembangkan kompetensi dirinya sesuai perkembangan umur dan intelektual masing-masing peserta didik.

Proses belajar yang berlangsung diharapkan dapat memberikan perubahan pada diri peserta didik baik dari segi kognitif, afektif maupun psikomotorik nya. Proses belajar yang baik adalah proses belajar dimana peserta didik ikut terlibat dalam kegiatan pembelajaran dan posisi guru sebagai fasilitator. Untuk mengupayakan hal tersebut maka sistem belajar konvensional dirasa tidak cukup efektif dalam pencapaian tujuan pembelajaran seperti yang diharapakan.

Berdasarkan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pemerintah telah menetapkan kebijakan tentang pengkategorian sekolah berdasarkan tingkat keterlaksanaan standar nasional


(20)

pendidikan yaitu sekolah formal standar, sekolah formal mandiri dan sekolah bertaraf internasional. Pasal 11 dan pasal 16 ayat 2 dan ayat 3 Peraturan Pemerintah tersebut menyebutkan bahwa dengan diberlakukannya Standar Nasional Pendidikan, maka Pemerintah memiliki kepentingan untuk memetakan sekolah menjadi sekolah yang sudah atau hampir memenuhi Standar Nasional Pendidikan dan sekolah yang belum memenuhi Standar Nasional Pendidikan.

Terkait dengan hal tersebut, pemerintah mengkategorikan sekolah yang telah memenuhi atau hampir memenuhi Standar Nasional Pendidikan digolongkan ke dalam kategori sekolah formal mandiri, dan sekolah yang belum memenuhi Standar Nasional Pendidikan digolongkan ke dalam kategori sekolah formal standar. Penjelasan tersebut memberikan gambaran bahwa kategori sekolah formal standar dan mandiri didasarkan pada terpenuhinya delapan Standar Nasional Pendidikan (standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan). Pemerintah telah menetapkan bahwa satuan pendidikan wajib menyesuaikan diri dengan ketentuan tersebut paling lambat 7 (tujuh) tahun sejak diterbitkannya Peraturan Pemerintah tersebut. Hal tersebut berarti bahwa paling lambat pada tahun 2013 semua sekolah jalur pendidikan formal sudah/hampir memenuhi Standar Nasional Pendidikan yang berarti berada pada kategori sekolah mandiri.


(21)

Berdasar pada rambu-rambu yang telah ditetapkan, maka perlu disusun suatu acuan dasar dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, salah satunya adalah kegiatan pembelajaran dengan menggunakan sistem kelas berpindah (moving class).

Sistem pembelajaran moving class atau kelas berpindah merupakan suatu sistem pembelajaran dimana setiap mata pelajaran memiliki ruang kelas yang berbeda-beda. Jadi dalam sistem ini peserta didik yang mendatangi guru bukan guru yang mendatangi peserta didik. Setiap jam pelajaran berganti maka peserta didik bergerak mendatangi ruang kelas mata pelajaran selanjutnya sehingga peserta didik selalu merasa segar untuk menerima pelajaran. Perpindahan kelas diberi waktu < 5 menit untuk berpindah dan siap mengikuti pelajaran selanjutnya. Kelas yang yang dijadikan ruang belajar sekaligus digunakan sebagai ruang labolatorium pelajaran sehingga membutuhkan sarana dan prasarana yang menunjang agar pembelajaran dapat diterima dengan mudah oleh peserta didik. Posisi tempat duduk dapat diatur atau dibentuk sedemikian rupa agar proses pembelajaran terasa nyaman dan kondusif.

Moving class dapat disamakan dengan pembelajaran aktif, dimana segala bentuk pembelajarannya memungkinkan para peserta didik berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri, baik dalam bentuk interaksi antar peserta didik maupun antara peserta didik dengan guru. Pembelajaran ini sangat efektif dalam memberikan suasana pembelajaran yang interaktif, menarik dan menyenangkan, sehingga para peserta didik mampu menyerap


(22)

ilmu dan pengetahuan baru, serta menggunakannya untuk kepentingan diri sendiri maupun lingkungannya.

Manfaat penerapan pembelajaran moving class ini, dimaksudkan agar memperoleh waktu belajar yang optimal, memupuk kedisiplinan peserta didik, dan kemandirian pada diri peserta didik, memastikan peserta didik berada pada lingkungan yang aman dari pengaruh-pengaruh buruk yang ada dilingkungan sekolah.

Namun, pada kenyataannya seperti yang terjadi di SMK N 5 Bandar Lampung

moving class dijadikan sasaran empuk dan menjadi peluang besar bagi peserta didik yang malas untuk bolos dan tidak mengikuti pelajaran. Selain itu masih ada peserta didik yang terlambat sampai di kelas yang tidak sesuai dengan aturan sekolah dengan berbagai macam alasan.

Penerapan moving class menuntut seorang guru untuk memiliki keterampilan dalam pengelolaan kelas dan penyampaian materi. Keterampilan guru dalam mengelola kelas memililiki pengaruh yang sangat besar untuk membuat peserta didik lebih termotivasi mengikuti pembelajaran. Namun, tidak semua guru dapat melakukan ini dengan baik alhasil masih ada sebagian peserta didik yang tidak bersemangat untuk mengikuti pelajaran.

Kurangnya semangat yang terjadi pada diri peserta didik dan kurangnya keterampilan guru dalam mengelola kelas dan menyajikan pelajaran hal ini yang akan berakibat pada rendah nya hasil belajar peserta didik di kelas yang dapat dilihat dari hasil ujiannya yaitu berupa nilai yang dicapai pada ulangan harian KD 1.


(23)

Tabel 1.1 Nilai Uji KD 1 Mata Pelajaran PKn Peserta didik Kelas X Semester 1 SMK N 5 B.Lampung T.P. 2012/2013

Kelas

Nilai Persentase (%)

Jumlah (Peserta didik) > 70 < 70 > 70 < 70

X KK1 9 20 31,03 % 68,97 % 29

X KK2 8 18 30,76 % 69,24 % 26

X KT 1 19 15 55,88% 44,12% 34

X KT 2 16 20 44,44% 55,56% 36

X KL1 14 18 43,75% 56,25% 32

X KL2 12 21 36,36 % 63,64 % 33

X TKR 15 24 38,46 % 61,54 % 39

X TSM 13 19 40,6 % 59,4 % 32

X TKRD 13 10 56,52% 43,48% 23

X TKRP 10 17 37,03% 62,97% 27

X TKA 19 14 57,57% 42,43% 33

X TKM1 20 14 58,82% 41,18% 34

X TKM2 16 20 44,4 % 55,6 % 36

Sumber : Data primer guru PKn SMK N 5 Bandar Lampung

Keterangan Tabel :

X KK1 = Kelas X jurusan Kriya Kayu 1 X KK2 = Kelas X jurusan Kriya Kayu 2 X KT 1 = Kelas X jurusan Kriya Tekstil 1 X KT2 = Kelas X jurusan Kriya Tekstil 2 X KL1 = Kelas X jurusan Kriya Logam 1 X KL2 = Kelas X jurusan Kriya Logam 2


(24)

X TKR = Kelas X jurusan Teknik Kendaraan Ringan X TSM = Kelas X jurusan Teknik Sepeda Motor

X TKRD = Kelas X jurusan Teknik Kendaraan Ringan Daihatsu X TKRP = Kelas X jurusan Teknik Kendaraan Ringan Perempuan X TKA = Kelas X jurusan Teknik Komputer Animasi

X TKM1 = Kelas X jurusan Teknik Komputer Multi Media 1 X TKM2 = Kelas X jurusan Teknik Komputer Multi Media 2

> 70 = Peserta didik yang mendapat nilai lebih dari sama dengan 70 < 70 = Peserta didik yang mendapat nilai kurang dari 70

Berdasarkan Tabel 1.1 di atas maka dapat diketahui bahwa nilai uji KD 1 peserta didik kelas X jurusan kria kayu1 yang mencapai KKM yaitu hanya 9 (31,03%) dan yang belum mencapai KKM berjumlah 20 (68,97%) peserta didik. Di kelas kria kayu2 peserta didik yang mencapai KKM berjumlah 8 (30,76%) dan sisanya 18 (69,24%) peserta didik belum mencapai KKM. Kelas kria tekstil1 peserta didik yang mencapai KKM sudah lebih banyak yang mencapai KKM yaitu 19 (55,88%) sedangkan yang belum mencapai ada 15 (44,12%). Di kelas kria tekstil2 peserta didik yang mencapai KKM yaitu berjumlah 16 (44,44%) dan yang belum mencapai KKM berjumlah 20 (55,56%). Di kelas kria logam1 peserta didik yang mencapai KKM berjumlah 14 (43,75%) dan yang belum mencapai berjumlah 18 (56,25%). Kelas kria logam2 peserta didik yang belum mencapai KKM berjumlah 12 (36,36%) sedangkan yang belum mencapai berjumlah 21 (63,64%). Kelas teknik kendaraan ringan peserta didik yang mencapai KKM berjumlah 15 (38,46%) dan yang belum mencapai KKM berjumlah 24 peserta didik atau 61,54%. Kelas teknik sepeda motor peserta didik yang mencapai KKM berjumlah 13


(25)

(38,46%) dan yang belum mencapai KKM berjumlah 19 peserta didik atau 59,4%. Kelas teknik kendaraan ringan daihatsu jumlah peserta didik yang mencapai KKM yaitu 13 atau 56,52% dan jumlah yang belum mencapai KKM yaitu 10 atau 43,48%. Kelas teknik kendaraan ringan perempuan jumlah peserta didik yang mencapai KKM yaitu 10 (37,03%) sedangkan jumlah yang belum mencapai KKM yaitu 17 (62,97%). Kelas teknik komputer animasi jumlah peserta didik yang mencapai KKM lebih banyak yaitu 19 (57,57%) sedangakan yang belum mencapai ada 14 (42,43%). Kelas teknik komputer multimedia1 jumlah peserta didik yang mencapai KKM yaitu 20 (58,82%) dan yang belum mencapai KKM berjumlah 14 (41,28%). Kelas teknik komputer multimedia2 jumlah peserta didik yang menacapai KKM yaitu 16 (44,4%) dan yang belum mencapai KKM berjumlah 20 (55,6%).

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu peserta didik kelas X SMK N 5 Bandar Lampung alasan yang membuat mereka tidak bersemangat untuk masuk kelas dan mengikuti pelajaran yaitu terutama pada jam pelajaran yang terletak mendekati jam akhir pada siang hari sehingga peserta didik merasa ngantuk dan tidak bersemangat ditambah lagi mereka harus melakukan moving class.

Belajar merupakan penyampaian informasi kepada peserta didik. Sebab, pada dasarnya belajar membutuhkan keterlibatan mental sekaligus tindakan. Pada saat aktif belajar, peserta didik melakukan sebagian besar pekerjaan belajar. Ia mempelajari gagasan, memecahkan masalah dan menerapkan apa yang ia pelajari. Belajar juga akan lebih efektif jika dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan dan kondusif.


(26)

Hasil observasi menunjukkan bahwa peserta didik belum mampu untuk mengoptimalkan kemampuannya untuk lebih kritis dan berani dalam melakukan pembelajaran aktif seperti menyampaikan pendapat, memberikan solusi dan menerapakan ilmu yang telah didapatnya.

Poses pembelajaran akan berhasil jika ada kerjasama yang baik antara guru dan peserta didik. Sebagai seorang peserta didik maka wajib mengikuti pelajaran yang disuguhkan oleh seorang guru dan sebagai seorang guru harus mampu membuat peserta didik bersemangat dan aktif dalam mengikuti pelajaran.

Berdasarkan hasil observasi di SMK N 5 Bandar Lampung metode pembelajaran yang digunakan sebagian guru masih sebatas metode ceramah dan tanya jawab selain itu guru hanya memanfaatkan informasi dari buku cetak dan tidak menggunakan media dalam menyampaikan materi pelajaran. Seorang guru di tuntut untuk kreatif dan terampil dalam menyajikan pelajaran melalui berbagai media dan model pembelajaran yang bertujuan agar apa yang di pelajari dapat dipahami peserta didik sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil wawancara dengan salah satu guru PKn di SMK N 5 Bandar Lampung mengatakan bahwa masih ada sebagian peserta didik yang terlambat sampai di kelas bahkan ada peserta didik yang membolos tidak mengikuti pelajaran. Waktu yang diberikan untuk berpindah dari satu kelas ke kelas berikutnya yaitu < 5 menit tetapi sebagian peserta didik belum menggunakan waktu sebaik mungkin untuk pindah. Peserta didik belum mempunyai kesadaran dan kedisiplinan yang cukup sehingga tidak bertanggungjawab atas waktu yang


(27)

diberikan untuk berpindah kelas. Media pembelajaran belum memadai sepenuhnya contohnya seperti LCD dimana pemakaiannya harus bergantian. Media dan sarana pembelajaran harus tersedia di dalam kelas apabila tidak tersedia maka yang terjadi peserta didik hanya pindah kelas saja. Selain itu, karena peserta didik tidak memilki kelas yang tetap maka sulit untuk menentukan jadwal piket sehingga kebersihan kelas kurang terjaga yang akan menimbulkan suasana kelas yang kurang nyaman.

Penerapan sistem moving class menaruh harapan besar bagi sekolah untuk meningkatakan proses pembelajaran yang ideal, meningkatkan kualitas pendidikan sekolah , menghasilkan output yang memiliki potensi yang tinggi dan menyandang gelar sebagai Sekolah Kategori Mandiri (SKM). Oleh karena untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan kerjasama yang baik antara peserta didik, guru, kepala sekolah beserta jajarannya dan juga seluruh warga sekolah yang bertugas dengan cara meminimalisir masalah-masalah yang ada . Apabila tidak ada kerjasama antara pihak-pihak tersebut maka tujuan akan jauh dari harapan.

Pembelajaran yang efektif dapat dicapai melalui penerapan moving class

apabila dalam proses pembelajaran setiap elemen berfungsi secara keseluruhan, peserta merasa senang, puas dengan hasil pembelajaran, membawa kesan, sarana/fasilitas memadai, materi dan metode yang digunakan sesuai, guru profesional karena tinjauan utama efektivitas pembelajaran adalah outputnya, yaitu kompetensi peserta didik.


(28)

Upaya sekolah untuk melaksanakan sistem pembelajaran yang efektif dan menyenangkan merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam pembentukan diri warganegara yang memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai serta perilaku nyata dalam kehidupan masyarakat dan negara. Maka penelitian ini masuk kedalam wilayah kajian pendidikan kewarganegaraan.

Berdasarkan latar belakang, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

dengan judul : “Pengaruh penerapan moving class terhadap efektivitas

pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas X di SMK N 5 Bandar Lampung T.P. 2012/2013”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka peneliti mengidentifikasikan masalah-masalah yang timbul sebagai berikut :

1. Penerapan moving class yang belum berjalan dengan maksimal

2. Perpindahan kelas menjadi peluang besar peserta didik untuk bolos dan tidak mengikuti pelajaran.

3. Hasil belajar yang kurang memuaskan/tidak sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan oleh sekolah.

4. Sebagian peserta didik terlambat tiba di kelas pada saat pergantian jam pelajaran.


(29)

6. Kreativitas dalam aplikasi teknologi pembelajaran masih kurang digunakan sebagaian guru.

7. Kurangnya kemampuan peserta didik untuk menjadi pengkaji yang aktif dalam proses pembelajaran.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka masalah penelitian ini dibatasi

pada kajian “Pengaruh Penerapan Moving Class Terhadap Efektivitas

Pembelajaran Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas X Di SMK N 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah, dalam penelitian ini maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : “ Apakah ada pengaruh yang signifikan penerapan moving class terhadap efektivitas pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas X di SMK N 5 Bandar Lampung T.P. 2012/2013 ?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh penerapan moving class terhadap efektivitas pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMK N 5 Bandar Lampung T.P. 2012/2013.


(30)

2. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis

Kegunaan teoritis dalam penelitian ini adalah menerapkan konsep, teori,. prinsip, prosedur ilmu pendidikan khususnya PKn, pada kajian Pendidikan Kewarganegaraan karena penerapan moving class merupakan salah satu upaya sekolah dalam melakukan pembaharuan terhadap sistem pembelajaran konvensional dan dalam pembentukan diri warga negara yang memiliki pengetahuan, sikap dan nilai serta perilaku nyata dalam kehidupan sekolah dan masyarakat.

2. Kegunaan Praktis

Kegunaan secara praktis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat : 1. Bagi guru penelitian ini berguna untuk mengoptimalkan proses

pembelajaran di dalam kelas agar tercapainya tujuan pembelajaran dengan maksimal dan memberikan masukan kepada guru untuk dapat mengoptimalkan kemampuan nya dalam pengelolaan kelas dan memperbaiki proses pembelajaran.

2. Bagi peserta didik penelitian ini berguna untuk mendorong peserta didik untuk lebih termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran demi tercapainya efektivitas pembelajaran dengan maksimal.

3. Bagi sekolah penelitian ini berguna untuk menginformasikan kepada sekolah untuk melengakapi sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan pembelajaran baik secara fisik dan non fisik agar penerapan

moving class dapat berjalan dengan efektif serta memperbaiki proses pembelajaran untuk menghasilkan output yang berkompeten.


(31)

F. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Ilmu

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini mencakup Ilmu Pendidikan Kewarganegaraan dalam wilayah kajian Pendidikan Kewarganegaraan.

2. Ruang Lingkup Subjek Penelitian

Ruang lingkup subjek dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X di SMK N 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.

3. Ruang Lingkup Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah penerapan moving class dan efektivitas pembelajaran di SMK N 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.

4. Ruang Lingkup Wilayah Penelitian

Wilayah penelitian ini di SMK N 5 Bandar Lampung.

5. Ruang Lingkup Waktu Penelitian

Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini adalah sejak dikeluarkannya surat izin penelitian pendahuluan pada tanggal 10 Desember 2012 sampai dengan dikeluarkan surat keterangan telah melakukan penelitian pada tanggal 22 Februari 2013.


(32)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritis

1. Tinjauan Tentang Efektivitas Pembelajaran 1.1 Definisi Efektivitas

Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang telah dicapai. Efektivitas dapat dilihat dari berbagai sudut pandang dan dapat dinilai dengan berbagai cara dan mempunyai kaitan yang erat dengan efisiensi.

“Efektifitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil, berhasil guna, ada efeknya, pengaruhnya, akibatnya, atau kesannya” (Depdiknas 2002).

Wina Sanjaya (2010) mengungkapkan “prinsip efektivitas berkenaan dengan rencana dalam suatu kurikulum dapat dilaksanakan dan dapat dicapai dalam kegiatan belajar mengajar”. Sedangkan menurut Warsita (2008:51) “efektivitas lebih menekankan pada perbandingan antara rencana dan tujuan yang dicapainya”.


(33)

Said (Erik 2009:9) mengungkapkan bahwa :

Efektivitas berarti berusaha untuk dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, sesuai pula dengan rencana, baik dalam penggunaan data, sarana, maupun waktunya atau berusaha melalui aktivitas tertentu baik secara fisik maupun non fisik untuk memperoleh hasil yang maksimal baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

Mahmudi (2005: 92) mengungkapkan “Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas efektivitas adalah tingkat keberhasilan yang didapat antara rencana dan hasil yang telah diperoleh dengan berusaha untuk mencapai sasaran yang ditetapkan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan melalui aktivitas tertentu baik secara fisik maupun non fisik dengan biaya yang dianggarkan, waktu yang ditetapkan dan jumlah personil yang ditentukan untuk memperoleh hasil yang maksimal baik secara kuantitatif mapun kualitatif dan dengan melihat perbandingan antara rencana dan hasil yang dicapai.

1.2 Ukuran Efektivitas

Tingkat efektivitas dapat diukur dengan membandingkan antara rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan. Namun, jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat sehingga menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran yang diharapkan, maka hal itu dikatakan tidak efektif.


(34)

Duncan yang dikutip Richard M. Steers (1985:53) dalam bukunya “Efektivitas Organisasi” mengatakan mengenai ukuran efektivitas, sebagai berikut:

1. Pencapaian Tujuan

Pencapaian adalah keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus dipandang sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian tujuan akhir semakin terjamin, diperlukan pentahapan, baik dalam arti pentahapan pencapaian bagian-bagiannya maupun pentahapan dalam arti periodisasinya. Pencapaian tujuan terdiri dari beberapa faktor, yaitu: Kurun waktu dan sasaran yang merupakan target kongkrit. 2. Integrasi

Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus dan komunikasi dengan berbagai macam organisasi lainnya. Integrasi menyangkut proses sosialisasi.

3. Adaptasi

Adaptasi adalah kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Untuk itu digunakan tolak ukur proses pengadaan dan pengisian tenaga kerja.

Gibson dalam Tangkilisan (2005:65) mengatakan hal yang berbeda bahwa efektivitas organisasi dapat pula diukur melalui :

1.Kejelasan tujuan yang hendak dicapai


(35)

3.Proses analisis dan perumusan kebijaksanaan yang mantap

4.Perencanaan yang matang

5.Penyusunan program yang tepat

6.Tersedianya sarana dan prasarana

7.Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik

1.3 Definisi Pembelajaran

Pembelajaran dapat dilakukan dimana saja kapan saja dan oleh siapa saja. Pembelajaran dalam hal ini adalah pembelajaran di sekolah yang pada dasarnya pembelajaran merupakan suatu proses belajar yang dilakukan baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa dalam interaksi edukatif guna mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri.

Kokom Komalasari (2012:3) mengungkapkan bahwa :

Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subyek didik pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksakan dan dievaluasi secara sistematis agar subyek didik pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pemebelajaran secara efektif dan efisien.

Lebih lanjut Kokom komalasari (2012:3-4) mengungkapkan pembelajaran dipandang dari dua sudut, pertama pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, pembelajaran terdiri dari sejulah alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran dan pembelajaran remedial dan pengayaan.


(36)

Kedua, pembelajaran dipandang sebgai suatu proses maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar. Rangakaian tersebut meliputi :

a. Persiapan, dimulai dari merencanakan program pengajaran tahunan, semester, dan penyusunan persiapan mengajar.

b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada persipan pembelajaran yang telah dibuat.

c. Menindaklanjuti pembelajaran yang telah dikelolanya dapat berupa envichmen (pengayaan) dan remedial teaching bagi yang berkesulitan belajar.

Menurut Yusuf Hadi Miarso (2004:545) yang dikutip oleh Yamin Martinis (2012) mengungkapkan bahwa :

Pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang lain, usaha tersebut dapat dilakukan oleh orang atau kelompok orang yang memilki kemampuan atau kompetensi dalam merancang dan atau mengembangkan sumber belajar yang diperlukan dapat pula dikatakan bahwa pembelajaran adalah usaha yang dilakukan oleh pendidik atau orang dewasa lainnya untuk membuat pebelajar dapat belajar dan mencapai hasil belajar yang maksimal.

Berdasarkan dua pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu proses usaha yang disengaja untuk membelajarkan siswa dengan terlebih dahulu merencanakan, melaksanakan dan melakukan evaluasi secara sistematis agar terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri siswa dan memilki kemampuan serta kompetensi dalam


(37)

mengembangkan sumber belajar yang diperlukan guna mencapai hasil belajar yang maksimal.

Syaiful Sagala (2009: 61) , mengungkapkan pembelajaran adalah :

Membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.

Menurut Corey dalam Sagala (2009: 61) adalah sebagai berikut: “Suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan”.

Pendapat di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran hendaknya menjadikan kondisi lingkungan belajar yang memungkinkan siswa untuk ikut serta dalam proses pembelajaran dalam kondisi tertentu dan memberikan respon atas kondisi tersebut , pembelajaran merupakan subset khusus pendidikan. Hal ini dapat terjadi apabila lingkungan belajar dapat dikelola dengan sebaik mungkin sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Tercantum didalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa pembelajaran ialah “proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.


(38)

Berdasarkan pada uraian di atas maka pembelajaran pada hakikat nya adalah suatu proses yang disengaja untuk membuat diri pembelajar atau siswa untuk ikut serta dalam proses belajar agar terjadi perubahan pada diri pembelajar dari aspek kognitif, afektif dan psikomotriknya dimana dalam proses tersebut terjadi interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada lingkungan belajar yang telah dikondisikan guna mencapai tujuan pembelajaran dengan maksimal.

1.4 Efektivitas Pembelajaran

Suatu pengajaran yang baik adalah apabila proses pembelajaran itu menggunakan waktu cukup sekaligus dapat memberikan hasil (pencapaian tujuan instruksional) secara lebih tepat dan cermat serta optimal. Waktu pengajaran yang sudah ditentukan instruksionalnya diharapkan dapat memberikan sesuatu yang berharga dan berhasil guna bagi peserta didik. (Ahmad Rohani, 2010:33)

Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas juga berhubungan dengan masalah bagaimana pencapaian tujuan atau hasil yang diperoleh, kegunaan atau manfaat dari hasil yang diperoleh, tingkat daya fungsi unsur atau komponen, serta masalah tingkat kepuasaan pengguna/client.

Efektivitas merupakan faktor penting dalam pembelajaran. Pembelajaran yang efektif merupakan kesesuaian antara siswa yang melaksanakan


(39)

pembelajaran dengan sasaran atau tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Efektivitas adalah bagaimana seseorang berhasil mendapatkan dan memanfaatkan metode belajar untuk memperoleh hasil yang baik. Chong dan Maginson (Slameto, 2003: 81) mengartikan “Efektifitas merupakan kesesuaian antara siswa dengan hasil belajar”.

Berdasarkan pada uraian di atas dapat dikatakan bahwa efektivitas pembelajaran adalah proses yang harus di lalui siswa untuk mencapai hasil belajar, efektivitas dapat dicapai apabila semua unsur dan komponen yang terdapat pada sistem pembelajaran berfungsi sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Efektivitas pembelajaran dapat dicapai apabila rancangan pada persiapan, implementasi, dan evaluasi dapat dijalankan sesuai prosedur serta sesuai dengan fungsinya masing-masing.

Steers (dalam Muhibbin Syach, 2003: 27) dalam ranah kajian perilaku organisasi mengemukakan tiga pendekatan dalam memahami efektivitas. Pendekatan-pendekatan tersebut antara lain pendekatan tujuan (the goal optimization approach), pendekatan sistem (sistem theory approach), dan pendekatan kepuasan partisipasi (participant satisfaction model).

1. Pendekatan Tujuan. Suatu organisasi berlangsung dalam upaya mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu, dalam pendekatan ini efektivitas dipandang sebagai goal attainment/goal optimization atau pencapaian sasaran dari upaya bersama.


(40)

2. Pendekatan Sistem. Pendekatan ini memandang efektivitas sebagai kemampuan organisasi dalam mendayagunakan segenap potensi lingkungan serta memfungsikan semua unsur yang terlibat. Efektivitas diukur dengan meninjau sejauh mana berfungsinya unsur-unsur dalam sistem untuk mencapai tujuan.

3. Pendekatan Kepuasan Partisipasi. Dalam pendekatan ini, individu partisipan ditempatkan sebagai acuan utama dalam menilai efektivitas. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa keberadaan organisasi ditentukan oleh kualitas partisipasi kerja individu. Selain itu, motif individu dalam suatu organisasi merupakan faktor yang sangat menentukan kualitas partisipasi. Sehingga, kepuasan individu menjadi hal yang penting dalam mengukurefektivitas organisasi.

Berdasar pada tinjauan teori di atas dapat dinyatakan bahwa efektivitas pembelajaran adalah suatu program pembelajaran berkenaan dengan masalah pencapaian tujuan pembelajaran, fungsi dari unsur-unsur pembelajaran, serta tingkat kepuasan dari individu-individu yang terlibat dalam pembelajaran untuk mencapai hasil dan tujuan yang telah ditetapkan.

1.4.1 Ciri Efektivitas Pembelajaran

Menurut Harry Firman (1987:24) dalam Arif Harianto (2012:7) keefektifan program pembelajaran ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :


(41)

a. Berhasil menghantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan.

b. Memberikan pengalaman belajar yang atraktif, melibatkan siswa secara aktif sehingga menunjang pencapaian tujuan instruksional.

c. Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar mengajar.

Berdasarkan ciri program pembelajaran efektif seperti yang digambarkan di atas, keefektifan program pembelajaran tidak hanya ditinjau dari segi tingkat prestasi belajar saja, melainkan harus pula ditinjau dari segi proses dan sarana penunjang.

Aspek hasil meliputi tinjauan terhadap hasil belajar siswa setelah mengikuti program pembelajaran yang mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek proses meliputi pengamatan terhadap keterampilan siswa, motivasi, respon, kerjasama, partisipasi aktif, waktu serta teknik pemecahan masalah yang ditempuh siswa dalam menghadapi kesulitan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Aspek sarana penunjang meliputi tinjauan-tinjauan terhadap fasilitas fisik dan bahan serta sumber yang diperlukan siswa dalam proses belajar mengajar seperti ruang kelas, laboratorium, media pembelajaran dan buku-buku teks.


(42)

1.4.2 Pencapaian Efektivitas Pembelajaran

Beberapa aspek yang menjadi orientasi ke arah pencapaian efektivitas pembelajaran dalam perspektif guru dipaparkan oleh

Djam’an Satori, et al. (2003:44-52) dikutip oleh Dharma

Andinandra Noor (2012) sebagai berikut :.

1. Apresiasi guru terhadap pengembangan kurikulum dan Implikasinya. Guru dituntut mempunyai kemampuan dalam pengembangan kurikulum secara dinamik sesuai dengan potensi sekolah dengan berdasarkan pada prinsip-prinsip di bawah ini. (a) Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestika. (b) Kesamaan memperoleh kesempatan bagi semua siswa.(c) Kesiapan menghadapi abad pengetahuan dan tantangan teknologi informasi. (d) Pengembangan keterampilan hidup. (e) Berpusat pada anak sebagai pembangun pengetahuan. (f) Penilaian berkelanjutan dan komprehensif.

2. Kreativitas guru dalam aplikasi teknologi pembelajaran. Guru dituntut mempunyai pemahaman konsep teoretis dan praktis berkenaan dengan desain, pengembangan, pemakaian, manajemen, dan evaluasi pembelajaran serta pengelolaan sumber belajar. Pembelajaran yang memiliki efektivitas tinggi ditunjukkan oleh sifatnya yang menekankan pada pemberdayaan peserta didik. Pembelajaran bukan sekadar transformasi dan mengingat, juga bukan sekadar penekanan


(43)

pada penguasaan pengetahuan tentang apa yang diajarkan, akan tetapi lebih menekankan pada internalisasi tentang apa yang diajarkan sehingga tertanam dalam jiwa anak dan berfungsi sebagai muatan nurani dan hayati serta dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari oleh peserta didik. Bahkan pembelajaran lebih menekankan pada peserta didik agar mau belajar bagaimana cara belajar yang produktif.

Selain faktor guru, keberhasilan proses pembelajaran banyak bertumpu pada sikap dan cara belajar siswa, baik perorangan maupun kelompok. Selain itu, tersedianya sumber belajar dengan memanfaatkan media pembelajaran secara tepat merupakan faktor pendorong dan pemelihara kegiatan belajar siswa yang produktif, efektif, dan efisien. Memelihara suasana pembelajaran yang dinamis dan menyenangkan merupakan kondisi esensial dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, perlu ditanamkan persepsi positif pada setiap diri siswa, bahwa kegiatan pembelajaran merupakan peluang bagi mereka untuk menggali potensi diri sehingga mampu menguasai kompetensi yang diperlukan untuk kehidupannya kelak.

1.5 Pembelajaran Efektif

Menurut Miarso (dalam Bambang Warsita, 2008: 287), “Pembelajaran yang efektif adalah belajar yang bermanfaat dan bertujuan bagi peserta didik, melalui pemakaian prosedur yang tepat”. Pengertian ini


(44)

mengandung dua indikator, yaitu terjadinya belajar pada siswa dan apa yang dilakukan guru.

Menurut Dick dan Reiser (dalam Bambang Warsita, 2008: 288), “pembelajaran efektif adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk belajar keterampilan spesifik, ilmu pengetahuan, dan sikap serta yang membuat peserta didik senang”. Jadi ketika siswa senang dalam belajar, mereka akan mudah menerima ilmu yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah suatu pembelajaran yang mampu membuat siswa untuk ikut serta dalam kegiatan pembelajaran , membuat siswa merasa senang mengikuti kegiatan pembelajaran dan mampu menghantarkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Ada pun ciri-ciri yang dapat dilihat apabila suatu pembelajaran dikatakan efektif diungkapkan oleh Eggen dan Kauchak (dalam Bambang Triwarsita, 2008: 289) yaitu :

1. Peserta didik menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan.

2. Guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran.


(45)

3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian.

4. Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada peserta didik dalam menganalisis informasi.

5. Orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir.

6. Guru menggunakan teknik pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya pembelajaran guru.

Memperhatikan ciri dari pembelajaran yang efektif di atas, maka guru harus membuat suasana pembelajaran yang menyenangkan dan membuat siswa merasa nyaman dalam belajar

Sudjarwo dan Basrowi (2008:173) menyampaikan bahwa ciri pembelajaran efektif dapat dilihat dari dua aspek pembaharuan penting, yaitu :

1. Pembaharuan dalam pendekatan pembelajaran, yaang menyangkut esensi, materi dan metode pembelajaran. Ini terjadi karena temuan konsep baru yang berkembang mengenai otak dan kecerdasan, serta dipicu oleh dinamika perubahan multidimensional dan lingkungan hidup dan kehidupan yang menuntut komitmen dan kemampuan yang makin tinggi dari sumber daya manusia.

2. Pemanfaatan tekhnologi informasi/komunikasi yang sudah berkembang demikian canggih untuk menunjang tercapainya pembaharuan strategi dan teknik pembelajaran.


(46)

Berdasarkan pada pendapat di atas pembelajaran efektif terlihat dari dua aspek yaitu dari segi pendekatan pembelajaran yang mencakup materi dan metode yang digunakan dan pemanfaatan tekhnologi informasi/komunikasi yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran dan dapat pula sebagai sumber pengetahuan.

2. Tinjauan Tentang Moving Class 2.1 Definisi Moving Class

Moving class terdiri dari dua kata, yaitu moving dan class. Moving berarti pindah. Class dapat diartikan sebagai kelas atau tempat belajar. Jadi moving class adalah pergerakan dari satu kelas ke kelas yang lain sesuai dengan pelajarannya.

Moving class merupakan sistem belajar mengajar yang bercirikan siswa yang mendatangi guru/pendamping di kelas. Konsep moving class

mengacu pada pembelajaran kelas yang berpusat pada anak untuk memberikan lingkungan yang dinamis sesuai dengan pelajaran yang dipelajarinya. Dengan moving class, pada saat subjek mata pelajaran berganti maka siswa akan meninggalkan kelas menuju ruang kelas lain sesuai mata pelajaran yang dijadwalkan, jadi siswa yang mendatangi guru/pendamping, bukan sebaliknya. Sementara para guru, dapat menyiapkan materi pelajaran terlebih dahulu. (Tercantum dalam Juknis Pelaksanaan moving class)


(47)

Menurut Ronny Preslysia (2007) dalam http://indonesianschcol.org mengungkapkan bahwa :

Sistem pembelajaran moving class (kelas berpindah) merupakan sistem belajar mengajar bercirikan siswa yang mendatangi guru di kelas, bukan sebaliknya dimana setiap kali subjek pelajaran diganti maka siswa akan meninggalkan kelas dan mendatangi kelas lainnya sesuai dengan bidang studi yang dijadwalkan sehingga seluruh bidang studi memiliki kelas tersendiri dengan segala kelengkapannya.

Menurut Khaerudin (2009) dalam http://www.alkausar.org sistem moving class yaitu :

Siswa berpindah dari satu kelas ke kelas yang lainnya sesuai bidang studi yang dipelajarinya. Tiap-tiap ruang kelas maupun laboratorium yang digunakan dilengkapi dengan sarana yang lengkap. Tujuannya agar siswa tidak mengalami kejenuhan dan memudahkan siswa dalam belajar menggunakan sarana penunjang mata pelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa moving class

adalah sutau sistem belajar mengajar dimana setiap pergantian pelajaran siswa yang bergerak ke ruang kelas sesuai mata pelajaran yang dijadwalkan, siswa bergerak mendatangi guru menuju ruang kelas bukan sebaliknya guru yang mendatangi siswa dan setiap mata pelajaran memilki ruang kelas masing-masing disertai sarana yang menunjang sehingga memudahkan siswa untuk melakukan proses pembelajaran dan konsep moving class mengacu pada pembelajaran kelas yang berpusat pada siswa.


(48)

2.2 Alasan dan Tujuan Penerapan Moving Class

Alasan penerapan moving class yang dilaksanakan oleh SMK N 5 Bandar Lampung adalah karena “SMK N 5 Bandar Lampung banyak memilki ruangan kelas sehingga mencoba untuk menerapkan sistem moving class”. (Waka kurikulum SMK N 5 Bandar Lampung)

Adapun tujuan penerapan moving class disampaikan oleh Hery John Setiawan (2010) dalam (http://esdikimia.wordpress.com/ssn/panduan-moving-class/comment-page-1/#comment-893) yaitu :

1) Memfasilitasi siswa yang memiliki beraneka macam gaya belajar baik visual, auditori, dan khususnya kinestetik untuk mengembangkan dirinya.

2) Menyediakan sumber belajar, alat peraga, dan sarana belajar yang sesuai dengan karakter mata pelajaran.

3) Melatih kemandirian, kerjasama, dan kepedulian sosial siswa. Karena dalam moving class mereka akan bertemu dengan siswa lain bahkan dari jenjang yang berbeda setiap ada perpindahan kelas atau pergantian mata pelajaran.

4) Merangsang seluruh aspek perkembangan dan kecerdasan siswa (multiple intelegent)

5) Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran:

a) Proses pembelajaran melalui moving class akan lebih bermakna karena setiap ruang/laboratorium mata pelajaran dilengkapi dengan perangkatperangkat pembelajaran sesuai dengan


(49)

karakteristik mata pelajaran. Jadi setiap siswa yang akan masuk suatu ruang/laboratorium mata pelajaran sudah dikondisikan pemikirannya pada mata pelajaran tersebut.

b) Pendamping mata pelajaran dapat mengkondisikan ruang/laboratoriumnya sesuai dengan kebutuhan setiap pertemuan tanpa harus terganggu oleh mata pelajaran lain.

6) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi waktu pembelajaran. Pendamping mata pelajaran (guru) tetap berada di ruang/laboratorium mata pelajarannya, sehingga waktu mengajar tidak terganggu dengan hal-hal lain.

7) Meningkatkan disiplin siswa dan pendamping (guru)

a) Pendamping (guru) akan dituntut datang tepat waktu, karena kunci setiap ruang/laboratorium dipegang oleh masing-masing pendamping mata pelajaran (guru).

b) Siswa ditekankan oleh setiap pendamping mata pelajaran untuk masuk tepat waktu pada pada saat pelajarannya.

8) Meningkatkan keterampilan pendamping (guru) dalam memvariasikan metode dan media pembelajaran yang diaplikasikan dalam kehidupan siswa sehari-hari

9) Meningkatkan keberanian siswa untuk bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat dan bersikap terbuka pada setiap mata pelajaran.


(50)

Moving class juga dapat berdampak buruk bagi siswa, misalnya siswa akan tiba di kelas terlambat disesuaikan dengan alasan yang sangat riil apabila itu juga dilakukan oleh pendamping (guru) sendiri.

2.3 Kelemahan dan Kelebihan Moving Class

Kelemahan dari sistem pembelajaran moving class disampaikan oleh Purwanto(2008) http://purwanto65.wordpress.com/2008/07/21/moving-class/yaitu :

1) Perpindahan dari satu kelas ke kelas lain mengurangi waktu belajar. 2) Perubahan jadwal mempengaruhi kelancaran pelaksanaan

pembelajaran.

3) Ketidakhadiran guru menyebabkan kesulitan penanganan kelas

4) Siswa tidak memiliki ruang privasi untuk menempatkan benda-benda atau barang milik kelas, misalnya piala atau piagam yang diraih dalam perlombaan antar kelas. Karena prinsip moving kelas tidak mengenal kelas permanen.

5) Tanggung jawab terhadap kebersihan dan penataan kelas sering mengalami benturan, karena banyaknya kelas yang menggunakan ruang tersebut pada hari yang sama.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan moving class : 1) Menekankan agar guru lebih disiplin.

2) Menjaga agar jadwal tidak berubah-ubah. 3) Selalu memonitoring kehadiran guru di sekolah.


(51)

4) Mengupayakan sendiri media-media yang dapat diusahakan oleh guru dan sekolah (misal : bahan ajar, alat peraga, bahan praktikum dan lain-lain).

5) Menentukan hari untuk kegiatan kebersihan yang dilakukan secara bergotong-royong.

Rony Preslysia (2007) dalam http://indonesianschcol.org mengungkapkan kelebihan sistem pembelajaran moving class adalah : 1) Guru memiliki ruang mengajar sendiri yang memungkinkan untuk

melakukan penataan sesuai karakteristik mata pelajaran.

2) Guru memungkinkan untuk mengoptimalkan sumber-sumber belajar dan media pembelajaran yang dimiliki karena penggunaannya tidak terikat oleh keterbatasan sirkulasi.

3) Guru berperan secara aktif dalam mengontrol prilaku peserta didik dalam belajar.

4) Penilaian terhadap hasil belajar peserta didik lebih obyektif dan optimal.

5) Siswa memiliki waktu bergerak setiap perpindahan kelas sehingga mengurangi kejenuhan dan segar untuk menerima pelajaran.

3. Tinjauan Tentang Pendidikan Kewarganegaraan 3.1 Definisi Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran yang diwajibkan ada disetiap jenjang pendidikan baik dari


(52)

tingkat SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi karena mata pelajaran ini memilki kedudukan yang sangat penting untuk diberikan kepada siswa.

Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. (KBK 2004)

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) diartikan oleh Cogan dalam Dasim

Budimasyah (2008:5) sebagai “……..the fundational course work in

school designed to prepare young citizens for an active role in their

communities in their adult lives”, maksudnya adalah suatu mata pelajaran dasar di sekolah yang dirancang untuk mempersipakan warga negara muda, agar kelak setelah dewasa dapat berperan aktif dalam masyarakat.

Menurut Carter Van Good dalam Sri wuryan (2008:2), Civics itu diartikan “The elements of political science or that branch of political science dealing withthe rights and duties of citizens”. Berdasarkan definisi tersebut civics merupakan bagian atau elemen dari ilmu politik atau cabang dari ilmu politik yang berisi tentang hak dan kewajiban warga negara.


(53)

Tercantum di dalam Pasal 39 UU No. 20 tahun 2003 menegaskan bahwa PKn merupakan “usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara”.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, bisa dinyatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu mata pelajaran dasar di sekolah yang merupakan cabang dari ilmu politik yang berisi tentang hak dan kewajiban warga negara dengan ruang lingkup seluruh kegiatan sekolah yang dapat berupa kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler, kegiatan di dalam dan di luar kelas, diskusi dan organisasi kegiatan siswa yang bertujuan untuk mempersiapkan warga negara muda dapat berperan aktif dalam masyrakat dan menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.

Menurut Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi di jelaskan bahwa :

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Sementara menurut Nu’man Somantri dalam (Komala Nurmalina dan


(54)

Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua, yang kesemuanya itu di proses guna melatih siswa berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Berdasarkan pengertian Pendidikan Kewarganegaraan yang dikemukakan di atas dapat dicermati bahwa Pendidikan Kewarganegaraan memiliki tujuan yaitu memfokuskan pada pembentukan diri warga negara yang mampu memahami dan melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter, melatih siswa berpikir kritis,analitis, bersikap dan bertindak demokratis sebagaimana telah diamanatkan dan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

3.2 Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Tujuan pendidikan kewarganegaraan haruslah berdasar, mengacu dan sesuai pada tujuan pendidikan nasional sebagaimana telah tertuang didalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, yaitu :

Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya yakni manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian masyarakat mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.


(55)

Menurut Muhamad Erwin (2012) dalam buku nya Pendidikan Kewarganegaraan RI mengungkapkan bahwa tujuan Pendidikan Kewarganegraan adalah “untuk membentuk manusia indonesia yang seutuhnya yang religius, berkemanusiaan dan berkeadaban, yang nasionalis, yang demokratis, yang adil, sebagai manusia indonesia yang cerdas dan bertanggungjawab”.

Sementara itu menurut National Council for the Social Studies/NCSS dalam (Wuryan dan Syaifullah, 2008:76) menjelaskan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai berikut:

a. Pengetahuan dan keterampilan guna membantu memecahkan masalah dewasa ini;

b. Kesadaran terhadap pengaruh sains dan teknologi pada peradaban serta manfaatnya untuk memperbaiki nilai kehidupan;

c. Kesiapan guna kehidupan ekonomi yang efektif;

d. Kemampuan untuk menyusun berbagai pertimbangan terhadap nilai-nilai untuk kehidupan yang efektif dalam dunia yang selalu mengalami perubahan;

e. Menyadari bahwa kita hidup dalam dunia yang terus berkembang yang membutuhkan kesediaan untuk menerima fakta baru, gagasan baru, serta tata cara hidup yang baru;

f. Peran serta dalam proses pembuatan keputusan melalui pernyataan pendapat kepada wakil-wakil rakyat, para pakar, dan spesialis;

g. Keyakinan terhadap kebebasan individu serta persamaan hak bagi setiap orang yang dijamin oleh konstitusi;


(56)

h. Kebanggaan terhadap prestasi bangsa, penghargaan terhadap sumbangan yang diberikan bangsa lain serta dukungan untuk perdamaian dan kerjasama;

i. Menggunakan seni yang kreatif untuk mensensitifkan dirinya sendiri terhadap pengalaman manusia yang universal serta pada keunikan individu;

j. Mengasihani serta peka terhadap kebutuhan, perasaan, dan cita-cita umat manusia lainnya;

k. Pengembangan prinsip-prinsip demokrasi serta pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sementara itu dalam Depdiknas (2006:271) dijelaskan pula tentang tujuan dan fokus mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan , yaitu :

Bidang studi PKn juga merupakan bidang studi yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Tercantum di dalam Standar Isi Pendidikan Kewarganegaran bahwa tujuan pendidikan kewarganegaraan yaitu :

a. Beripikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan

b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta anti-korupsi.


(57)

c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan tekhnologi komunikasi dan informasi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat dinyatakan bahwa tujuan pendidikan kewarganegaraan pada intinya adalah upaya yang dilakukan untuk membentuk karakter pribadi warga negara yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME , menjadi pribadi yang mampu menghadapi tantangan global di masa mendatang dengan kemampuan berfikir kritis, analitis , jiwa nasionalime yang tetap tertanam didalam diri dan dapat melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sebagai warga negara yang mencintai bangsa dan negara nya sendiri.

3.3 Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan

Materi pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan interdisipliner, artinya bahwa materi yang diajarakan oleh PKn menyangkut berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti : politik, hukum, ilmu negara, ilmu tata negara , sejarah dan lain sebagainya.

Dalam Standar isi (BSNP, 2006) dijelaskan mengenai ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan, yakni meliputi aspek-aspek sebagai berikut:


(58)

a. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi : Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan Negara, Keterbukaan dan jaminan keadilan.

b. Norma, hukum dan peraturan, meliputi : Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistem hhukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional.

c. Hak asasi manusia meliputi : Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan Internasional HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.

d. Kebutuhan warga Negara meliputi : Hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warga Negara.

e. Konstitusi Negara meliputi : Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar Negara dengan konstitusi.

f. Kekuasaan Politik, meliputi : Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintahan pusat, Demikrasi dan sistem politik, Budaya Politik, Budaya Demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem Pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.

g. Pancasila meliputi : Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, Proses perumusan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.

h. Globalisasi meliputi : Globalisasi di Lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional, dan Mengevaluasi globalisasi.

Uraian di atas menegaskan bahwa materi PKn dapat diperoleh dari berbagai sumber untuk dijadikan bahan ajar dan tentunya tidak menyimpang dari kurikulum yang telah ditetapkan. Materi Pkn selain mempelajari kehidupan berbangsa dan bernegara juga mempelajari tentang kehidupan nyata. Oleh karena itu, seorang guru dituntut untuk memilki pengetahuan atau informasi peristiwa-peristiwa nyata yang terjadi di tanah air sehingga dapat disampaikan kepada siswa atau dihubungkan dengan materi PKn yang sesuai dengan kajiannya.


(59)

Menurut Depdiknas (2007:2), aspek-aspek kompetensi dalam Pendidikan Kewarganegaraan adalah :

1. Pengetahuan Kewarganegaraan (civic knowledge)

Menyangkut kemampuan akademik-keilmuan yang dikembangkan dari berbagai teori atau konsep politik, hokum dan moral. Dengan demikian, mata pelajaran PKn merupakan bidang kajian multidisipliner. Secara terperinci, materi pengetahuan kewarganegaraan meliputi pengetahuan tentang hak dan tanggung jawab warga Negara, hak asasi manusia, prinsip-prinsip dan proses demokrasi, lembaga pemerintah dan non pemerinta, identitas nasional, pemerintah berdasar hukum dan peradilan yang bebas dan tidak memihak, konstitusi, serta nilai-nilai dan normanorma dalam masyarakat.

2. Keterampilan Kewarganegaraan (civic skills)

Meliputi keterampilan intelektual (intellectual skills) dan keterampilan berpartisipasi (participatory skills) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Contoh keterampilan intelektual adalah keterampilan dalam merespon berbagai persoalan politik, misalnya merancang dialog dengan DPRD. Contoh keterampilan berpartisipasi adalah keterampilan menggunakan hak dan kewajibannya di bidang hukum, misalnya melapor kepada polisi atas terjadinya kejahatan yang diketahui.

3. Watak kepribadian Kewarganegaraan (civic disposition)

Watak kepribadian kewarganegaraan sesungguhnya merupakan dimensi yang paling substansif dan essensial dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Dimensi watak atau karakter kewarganegaraan dapat dipandang sebagai “muara” dari pengembangan kedua dimensi sebelumnya. Dengan memperhatikan visi, misi dan tujuan mata pelajaran iniditandai dengan penekanan pada dimensi watak, karakter, sikap dan potensi lain yang bersifat afektif.

Memperhatikan uraian di atas maka seorang warga negara setelah mempelajari PKn diharapkan dapat memliki pengetahuan Pendidikan Kewarganegaraan seperti dibidang hukum moral dan sebagainya. Selanjutnya seorang warga negara dituntut memiliki keterampilan secara intelektual yang dapat diaplikasikan dengan ikut berpartisispasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada akhirnya pengetahuan dan keterampilan itu akan membentuk suatu karakter, sikap atau kebiasaan


(60)

hidup sehari-hari yang mencerimkan sebagai warga negara yang baik misalnya sikap religius, jujur, adil, demokratis, menghargai perbedaan, menghormati hak orang lain, memiliki semangat kebangsaan yang kuat, dan lain-lain.

B. Kerangka Pikir

Moving class merupakan suatu sistem pembelajaran yang menjadi ciri dari sekolah kategori mandiri (SKM). Moving class mempunyai tiga karakteristik yang membedakan dengan sekolah konvensional yaitu : 1) Pada waktu pergantian pelajaran siswa pindah kelas, 2) Guru dituntut untuk lebih memilki keterampilan dalam mengajar dan menyampaikan materi, 3) Ketersedian fasilitas dan sumber belajar yang menunjang proses pembelajaran. Ketiga hal tersebut sangat mendukung dalam penerapan moving class.

Guru dan siswa harus dapat mengelola waktu dengan sebaik-baiknya, karena untuk mencapai kelas berikutnya akan tepotong dengan berbagai hal, misalnya pada pelajaran sebelumnya selesai melebihi waktu yang telah ditentukan maka akan mengurangi jam pelajaran berikutnya, berjalan dari kelas satu ke kelas berikutnya terkendala oleh kelas yang berjauhan membutuhkan waktu yang lebih untuk sampai di kelas, pada saat sampai dikelas , siswa ribut dilluar kelas karena kelas yang akan dipakai masih terpakai kelas lain.

Proses pembelajaran akan berhasil jika adanya kerjasama yang baik antara guru dan siswa. Guru dituntut untuk dapat mengelola kelas dengan sebaik mungkin guna meningkatkan semangat belajar siswa , membuat siswa tidak cepat jenuh


(1)

59

Keterangan:

C = Koefisien kontingen x2 = Chi kuadrat

n = Jumlah sampel (Sudjana, 1996:280)

Agar harga c yang diperoleh dapat digunakan untuk menilai derajat asosiasi factor-faktor, maka harga C dibandingkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

Cmaks = koefisien kontingen maksimum

M = harga minimum antara banyak baris dan kolom dengan kriteria uji pengaruh makin dekat dengan harga Cmaks makin besar derajat asosiasi antar faktor. (Sutrisno Hadi, 1989:317)

Untuk mengetahui derajat keeratan hubungan dapat dilihat pada kriteria keeratan hubungan sebagai berikut :

0,00 – 0,19 : Kategori Sangat Rendah 0,20 – 0,39 : Kategori Rendah

0,40 – 0,59 : Kategori Sedang 0,60 – 0,79 : Kategori Kuat


(2)

122

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data, pembahasan hasil penelitian, khususnya analisis data seperti yang telah diuraikan dalam pembahasan mengenai pengaruh penerapan moving class terhadap efektivitas pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegraan kelas X di SMK Negeri 5 Bandar Lampung T.P.2012/2013 maka penulis dapat menyimpulkan:

Bahwa ada pengaruh yang signifikan antara penerapan moving class terhadap efektivitas pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas X di SMK Negeri 5 Bandar Lampung T.P.2012/2013. Namun realita di SMK N 5 Bandar Lampung penerapan moving class belum berjalan dengan maksimal sehingga efektivitas pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan belum tercapai.

B. Saran

Setelah penulis menyelesaikan penelitian, membahas, menganalisis data dan mengambil kesimpulan dari hasil penelitian maka penulis ingin memberikan saran bahwa:

1. Kepada para siswa diharapkan dapat lebih mendukung penerapan moving class yaitu dengan cara memanfaatkan dengan baik waktu yang telah diberikan untuk pindah kelas serta dapat memanfaatkan sumber belajar lain


(3)

123

selain buku milik pribadi serta memanfaatkan fasilitas yang telah disediakan oleh sekolah untuk menambah pengetahuan dan wawasan khususnya di dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

2. Kepada guru diharapkan dapat mengembangkan keterampilannya dalam melakukan proses pembelajaran di kelas yaitu dengan cara menggunakan berbagai model, media dan metode pembelajaran seperti permainan, diskusi, presentasi agar peserta didik dapat memahami pelajaran dengan mudah dan akan menciptakan susasana pembelajaran yang menyenangkan. Serta guru juga lebih memanfaatkan berbagai sumber untuk menambah informasi pelajaran yang akan disampaikan sehingga akan bertambah pula pengetahuan dan wawasan peserta didik.

3. Kepada sekolah diharapkan dapat menunjang penerapan moving class yaitu dengan cara mencukupi fasilitas dan sumber belajar yang ada agar siswa dapat memanfaatkannya dan guru memiliki kesempatan mengembangkan keterampilan dalam melaksanakan proses pembelajaran dan untuk memaksimalkan penerapan moving class sekolah dapat menggunakan sitem kredit atau SKS untuk pengambilan mata pelajaran yang akan ditempuh oleh peserta didik. Serta pihak sekolah juga perlu mengawasi peserta didik untuk menghindari penyimpangan yang terjadi pada saat moving class dan sekolah perlu mengirimkan guru mengikuti workshop, diklat, dan seminar dalam rangka meningkatkan keterampilan guru agar efektivitas pembelajaran tercapai.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad. 1984. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa: Bandung

---.1985. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa: Bandung

Arikunto, Suharsimi. 1986. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Bina Aksara: Jakarta

---. 2001. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta: Jakarta ---. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Rineka Cipta: Jakarta

Budimansyah, Dasim dan Suryadi, Karim. 2008. PKN dan Masyarakat Multi Kultural. Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung

BSNP. 2006. Standar Isi Pendidikan Kewarganegaraan SMA/MA Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual. Depdiknas: Jakarta

---. 2006. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPS Terpadu. Depdiknas: Jakarata

---. 2007. Standar Penilaian Pendidikan. Depdiknas: Jakarta

Erik, Ade. 2009. “ Efektivitas Peningkatan Hasil Belajar dengan Menggunakan

Multimedia Interaktif Model Drill And Practice Dalam Pembelajaran TIK”. Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Komputer FPMIPA UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Erwin, Muhamad. 2012. Pendidikan Kewaraganegaraan Republik Indonesia. Refika Adiatama: Bandung

Hadi, Sutrisno. 1981. Metodologi Research. Yayasan Penelitian Fakultas Ilmu Psikologi UGM: Yogyakarta


(5)

---. 1986. Metodologi Research. Yayasan Penelitian Fakultas Ilmu Psikologi UGM: Yogyakarta

Harianto,Arif. 2012. www.scribd.com/doc/97768847/Proposal-Ptk-Dasar-Elektronika [ 25 November 2012 Pukul 11:00]

Juknis Pelaksanaan Sistem Belajar Moving Class di SMA.2010

Khaerudin. 2009. http://www.alkausar.org [ 27 September 2012 Pukul 09:00 ] Komalasari, kokom. 2012. Pembelajaran Kontekstual. Refika Aditama: Bandung Mahmudi. 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. UPP AMP YKPN:

Yogyakarta

Martinis Yamin. 2012. Desain Baru Pembelajaran Konstruktivistik. Referensi : Jakarta

Muhammad Ali. 1994. Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa: Bandung. Nurmalina, Komala dan Syaifullah. 2008. Memahami Pendidikan

Kewarganegaraan. Labolatoruim Pendidikan

Kewarganegaraan.FPIPS.Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung Noor, Dharma Andinandra. 2012. Konsep Efektivitas dalam Pembelajaran.

http://dharmabelimbing.blogspot.com/2012/03/konsep-efektivitas-dalam-pembelajaran.html [25 November 2012 Pukul 11:50]

Peraturan Menteri Pendidikan Nasioal No 22 tahun 2006 Tentang Standar Isi Purwanto. 2008. http://purwanto65.wordpress.com/2008/07/21/moving-class/ [ 27

September 2012 Pukul 10:10]

Rohani, Ahamad. 2010. Pengelolaan Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta Ronny Prelysia. 2007. http:// Indonesiaschol.org [ 27 September 2012 Pukul

09:10]

Sanjaya, Wina. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group: Jakarata

Segala, Syaiful. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Alfabeta: Bandung

Setiawan, Hery John. 2010 dalam http://esdikimia.wordpress.com/ssn/panduan-moving-class/comment-page-1/#comment-893 [ 27 September 2012 Pukul 10:00]


(6)

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta: Jakarta

Steers, M.Richard. 1985. Efektivitas Organisasi. Erlangga:Jakarta Sudjana. 1996. Metode Statistika. Trasito: Bandung

Sudjarwo dan Basrowi. 2008. Pranata dan Sistem Pendidikan. Jenggala Pustaka Utama: Jawa Timur

---. 2009. Manajemen Penelitian Sosial. Mandar Maju: Bandung

Syach, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. PT Raja Garfindo: Jakarta

Tangkilisan. 2005. Manajemen Publik. PT Gramedia Widiasarana Indonesia: Jakarta

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Warsita, Bambang. 2008. Tekhnologi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya. Rineka Cipta: Jakarta

Wuryan, Sri dan Syaifullah. 2008. Ilmu Kewarganegaraan (Civics). Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI: Bandung


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN GERAK DASARLEMPAR LEMBINGDENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS VIII.2 DI SMP NEGERI 14 BANDAR LAMPUNG T.P. 2011/2012

0 6 53

PENGARUH PENERAPAN MOVING CLASS TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS X DI SMK NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG T.P. 2012/2013

4 75 81

PENGARUH KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS X SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK LAMPUNG TENGAH TP 2012/2013

1 11 80

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VII SMP NEGERI 1 PENENGAHAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 9 67

PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN FUNGSI MEDIA MASSA TERHADAP WAWASAN KEBANGSAAN PADA SISWA KELAS XI DI SMA KEMALA BHAYANGKARI KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 81

PERANAN PEMANFAATAN BLOG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMP NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 25 87

PENGARUH SIKAP DAN PERILAKU GURUPADA SAAT MENGAJAR DI KELAS TERHADAP MINAT PESERTA DIDIK DALAM MENGIKUTI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA KELAS X DI SMK MUHAMMADIYAH 3 METRO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 20 74

PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENUMBUHKAN SIKAP KEBANGSAAN PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 32 77

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X DI SMA NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG

0 11 87

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X SMA NEGERI 7 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 8 58