PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA(Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

Iga Apriliana Mahardika

ABSTRAK
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS
GAMES TOURNAMENTS (TGT) TERHADAP KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA
(Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Bandarlampung Tahun
Pelajaran 2013/2014)

Oleh
IGA APRILIANA MAHARDIKA

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Desain penelitian ini adalah
pretest-posttest control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 8 Bandarlampung tahun
pelajaran 2012/2013, kecuali siswa kelas unggulan. Sampel penelitian diambil
dengan teknik purposive sampling. Data penelitian diperoleh melalui tes
kemampuan pemecahan masalah matematis. Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan. diperoleh kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran TGT

tidak berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
Kata Kunci : kemampuan pemecahan masalah matematis, pembelajaran
kooperatif, TGT

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS
GAMES TOURNAMENTS (TGT) TERHADAP KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA
(Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Bandarlampung Tahun
Pelajaran 2013/2014)

(Skripsi)

Oleh
IGA APRILIANA MAHARDIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014


RIWAYAT HIDUP

Penulis yang bernama lengkap Iga Apriliana Mahardika atau yang biasa disapa
Iga, dilahirkan di Bandarlampung, Provinsi Lampung pada tanggal 30 April 1992.
Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak Bambang
Hermanto dan Ibu Panca Riawati Hasibuan.

Pendidikan formal yang ditempuh penulis berawal dari taman kanak-kanak di TK
Amartatani HKTI Bandarlampung pada tahun 1997 yang dilanjutkan dengan
pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 3 Labuhan Dalam Kecamatan Tanjung
Senang Bandarlampung pada tahun 1998 dan lulus pada tahun 2004. Kemudian
melanjutkan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 19 Bandarlampung dan
lulus pada tahun 2007. Setelah itu melanjutkan ke sekolah menengah atas di
SMA Negeri 5 Bandarlampung dan lulus pada tahun 2010.
Tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama
menjadi mahasiswa, penulis aktif mengikuti kegiatan intern kampus. Penulis aktif
sebagai anggota UKM Fotografi ZOOM UNILA, menjadi kepala Divisi
Kesekretariatan pada periode kepengurusan 2012/2013 dan Sekretaris Divisi Dana

dan Usaha periode kepengurusan 2013/2014. Pada tahun 2013, penulis

melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Pesisir
Selatan Kabupaten Pesisir Barat dan mengikuti Kuliah Kerja Nyata Kependidikan
Terintegrasi (KKN-KT) Unila di desa Biha, Kecamatan Pesisir Selatan,
Kabupaten Pesisir Barat.

MOTO

“We can’t undo what is done , but we can see it, understand
it, learn from it, and change “
(Jennifer Edwards)

PERSEMBAHAN

Segala Puji Bagi Allah SWT, Dzat Yang Maha Sempurna,
Sholawat serta Salam Selalu Tercurah Kepada Rosululloh Muhammad SAW
, kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada:

Mamak dan Bapak tersayang yang telah membesarkan dan mendidikku,

selalu memberiku semangat dan nasehat, serta mencurahkan doa dan
kasih sayangnya dengan pengorbanan yang tulus ikhlas demi
kebahagiaan dan keberhasilanku.

Kakakku tersayang (Citra Gilang Puspita, S.Pd) yang senantiasa
memberikan dukungannya dalam menyelesaikan studiku.

Seluruh keluargaku yang senantiasa memberikan semangat dan
dukungan.
Seseorang yang kelak akan menjadi Imam dalam hidupku.

Sahabat terbaikku yang selalu memeberikan doa dan semangat,
terimakasih atas kebersamaan selama ini
Seluruh Guru dan Dosen yang telah membimbingku sampai saat ini.

Almamaterku tercinta

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang

yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Siswa (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri
8 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013/2014)”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Budi Koestoro, M.Pd., selaku Pembimbing Utama atas kesediaannya memberikan bimbingan, ilmu yang berharga, saran, motivasi, dan kritik
baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi sehingga skripsi
ini menjadi lebih baik.
2. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku Dosen pembimbing II atas kesediaannya memberikan bimbingan, ilmu yang berharga, saran, motivasi, dan kritik
baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi sehingga skripsi
ini menjadi lebih baik.

ii

3. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku pembahas sekaligus Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Universitas Lampung yang telah memberikan saran kepada
penulis.
4. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika Jurusan Pendidikan MIPA Universitas Lampung.
6. Bapak Drs. Erimson Siregar, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik.
7. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
8. Bapak Sudjasman, S.H., selaku Kepala SMP Negeri 8 Bandarlampung yang
telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian.
9. Ibu Dra. Hj Else Sari, selaku guru mitra atas kesediaannya menjadi mitra
dalam penelitian di SMP Negeri 8 Bandar Lampung, serta murid-muridku
kelas VII B dan VIII C yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini.
10. Keluargaku tercinta: mamak, bapak, mbak dan keponakanku alfath, atas
semangat, kasih sayang, dan doa yang tak pernah berhenti mengalir.
11. Keluarga besar tercinta, uwak-uwakku, tulang-tulangku, sepupu-sepupuku dan
keponakanku tersayang, terimakasih atas doa dan dukungan yang diberikan
selama ini.
12. Keluarga tercinta di rumah kedua ZOOM. Kak Putra yang selalu memberi
semangat dan dukungan, terima kasih buat semuanya. Angkatan 13: lady
Ebta, lady Suang, lady Ceti, dan lady Mbung, juga Rama, Lian, Okto Ableh,
iii

Adi, dan Bima. Kakak senior dari angkatan satu. Juga adik-adik angkatan 14,

15 dan CAZ 16. Terima kasih atas kebersamaan dan pengalaman yang tak
terlupakan, semoga persaudaraan kita tetap terjaga.
13. Sahabat terbaik sepanjang masa Yenny, Tael, Intan, Pipit, Nurmala, Yue,
Dias, Nia, dan Lia. Terima kasih atas persahabatan yang tetap terjaga selama
ini.
14. Teman-teman seperjuangan di Pendidikan Matematika 2010 A : Sueb, Sunu,
En, Suqor, Sumi, Ria, Citut, Hesti, Suli, Asih, Tri, Mae, Sulis, Suim, Janah,
Rini, Novi, Ria A, Dea, Dian, Beni, Tripau, Rusdi, Novrian, Aan dan Arif,
serta teman-teman 2010 B.
15. Kakak tingkat, 2007 dan 2008 serta adik tingkat 2011, 2012 dan 2013 atas
kebersamaannya.
16. Rekan-rekan KKN-K Terintegrasi dan PPL SMAN 1 Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat tahun 2013: Mila, Aini, Dewi, Wanti, Novia, Ali, Tommi,
dan Komang atas persaudaraannya selama ini.
17. Pengurus referensi yang telah melayani dalam peminjaman buku serta skripsi.
18. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala
di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.

Bandarlampung, 13 September 2014
Penulis,


Iga Apriliana Mahardika

iv

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................

ix


I.

PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.

II.

Latar Belakang ..................................................................................
Rumusan Masalah .............................................................................
Tujuan Penelitian ...............................................................................
Manfaat Penelitian .............................................................................
Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................

1
4
5

5
5

TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ....................................................................................... 7
1. Model Pembelajaran Kooperatif .................................................... 7
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ................................... 8
3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ..................... 12
B. Kerangka Pikir ................................................................................... 15
C. Hipotesis ............................................................................................. 16

III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel ..........................................................................
B. Desain Penelitian ...............................................................................
C. Prosedur Penelitian ............................................................................
D. Data Penelitian ....................................................................................
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................
F. Instrumen Penelitian ...........................................................................
1. Validitas .........................................................................................
2. Reliabilitas ......................................................................................

F. Teknik Analisis Data .........................................................................
1. Gain Ternormalisasi ......................................................................
2. Uji Normalitas ..............................................................................
3. Uji Hipotesis ..................................................................................

17
18
19
20
20
21
21
22
23
23
24
25

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................. 28
1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ...................... 28
vi

2. Data Gain Nilai Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa ............................................................................................... 29
3. Uji Hipotesis ................................................................................... 30
B. Pembahasan ....................................................................................... 32
V.

SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................................ 36
B. Saran .................................................................................................. 36

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

Gambar 2.1. Skema Meja Turnamen ………………………………………… 10

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

Tabel 3.1 Distribusi dan Nilai Mid Semester Ganjil Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 8 Bandarlampung ............................................................ 17
Tabel 3.2 Desain penelitian......................................................................... 18
Tabel 3.3 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa ......................................................................... 25
Tabel 4.1 Rekapitulasi Data Pretest dan Posttest ...................................... 28
Tabel 4.2 Rekapitulasi Data Gain Nilai Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa ........................................................................ 30
Tabel 4.3 Rekapitulasi Uji Mann-Whitney Data Gain Nilai Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Siswa ....................................... 31

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

A. Perangkat Pembelajaran
A.1
A.2
A.3
A.4
A.5

RPP TGT ..........................................................................................
RPP Konvensional .............................................................................
Lembar Kerja Kelompok ....................................................................
Soal-soal Games .................................................................................
Soal-soal Turnamen ............................................................................

37
53
64
86
90

B. Instrumen Penelitian
B.1 Kisi-Kisi Soal...................................................................................
B.2 Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ......
B.3 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ......................................................................................
B.4 Kunci Jawaban Soal Tes ................................................................
B.5 Form Validasi Instrumen Tes. .........................................................

96
98
99
100
102

C. Analisis Data
C.1
C.2
C.3
C.4
C.5
C.6
C.7

Analisis Reliabilitas Instrumen ......................................................
Data Nilai Pretest ,Postest serta Gain Kelas TGT ..........................
Data Nilai Pretest ,Postest serta Gain Kelas Konvensional ...........
Data Peringkat Gain Nilai kelas TGT dan Konvensional ..............
Uji Normalitas Data Gain Kelas TGT ...........................................
Uji Normalitas Data Gain Kelas Konvensional .............................
Uji Mann-Whitney Data Gain Kelas TGT dan Konvensional ......

104
105
106
107
108
111
114

D. Lain-lain
D.1 Surat Izin Penelitian Pendahuluan ...................................................
D.2 Surat Izin Penelitian .......................................................................
D.3 Surat Keterangan Penelitian ...........................................................

115
116
117

xii

1

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting. Sedemikian pentingnya, pendidikan menjadi cermin bagi sebuah bangsa.

Bangsa yang maju, pasti memiliki

pendidikan yang baik. Karena dengan pendidikan yang baik, suatu bangsa dapat
memperoleh sumber daya manusia yang baik pula. Pada Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003, disebutkan bahwa:
”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.”
Salah satu proses yang penting dalam pendidikan adalah proses pembelajaran,
Dimyati (2006) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam rangka memperoleh dan
memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Salah satu pembelajaran yang
dilakukan di sekolah adalah pembelajaran matematika. Matematika, sebagai salah satu ilmu yang diajarkan sejak pendidikan dasar, merupakan salah satu sarana
untuk meningkatkan daya nalar siswa dan meningkatkan kemampuan memecahkan masalah di kehidupan sehari-hari. Cornelius (dalam Abdurrahman

2
2003:24) menyatakan bahwa, ada banyak alasan tentang perlunya peserta didik
belajar matematika yaitu:
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

matematika merupakan sarana berpikir yang jelas dan logis.
sarana memecahkan masalah kehidupan sehari-hari.
sarana mengenal pola-pola hubungan generalisasi pengalaman.
sarana mengembangkan kreativitas.
sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.

Pada kenyataannya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di Indonesia masih rendah. Rendahnya kualitas kemampuan matematis siswa di Indonesia dapat dilihat berdasarkan hasil survei Trends in International Mathematics
and Science Study (TIMSS). Survey yang dilakukan TIMSS (Mullis et al, 2012)
mengukur kemampuan matematis siswa yang meliputi pengetahuan (knowing),
penerapan (applying), dan penalaran (reasoning). Pengetahuan

(knowing):

mencakup fakta, konsep, dan prosedur yang perlu diketahui oleh siswa.
Penerapan (applying) berfokus pada kemampuan siswa untuk menerapkan
pengetahuan dan pemahaman konsep untuk memecahkan masalah atau menjawab
pertanyaan. Penalaran (reasoning) tidak hanya menemukan solusi dari masalah
rutin tetapi juga mencakup situasi asing, konteks yang kompleks, dan multistep
problem
Berdasarkan hasil survei TIMSS tahun 2011 persentase kelulusan kemampuan
matematis siswa di Indonesia untuk pengetahuan (knowing), penerapan
(applying), dan penalaran (reasoning) berturut-turut sebesar 31%, 23%, dan 17%.
Presentase tersebut jauh dibawah rata-rata persentase kelulusan international
yaitu: knowing (49%), applying (39%), dan reasoning (30%). Persentase ini
menunjukan bahwa pengetahuan, penerapan dan penalaran matematis siswa di

3
Indonesia masih rendah. Rendahnya pengetahuan dan penalaran ini membuat
siswa mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah matematis.
Rendahnya kemampuan pemecahan masalah juga terjadi di SMPN 8 Bandarlampung. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika SMPN 8
Bandarlampung, diketahui bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa kelas VIII masih tergolong rendah. Berdasarkan data nilai ujian mid
semester ganjil yang diperoleh dari SMP Negeri 8 Bandarlampung pada siswa
kelas VIII tahun pelajaran 2013/2014, dari 228 siswa hanya 107 siswa yang
nilainya mencapai KKM 65. Presentasi kelulusan siswa dalam tes yang memuat
kemampuan pemahaman konsep dan pemecahan masalah matematis ini hanya
46,9%. Berdasarkan observasi, pembelajaran di SMP Negeri 8 Bandar Lampung
sudah menerapkan pembelajaran dengan metode diskusi dan tutor teman sebaya.
Namun, penggunaan kelompok diskusi masih belum optimal, guru cenderung
menjelaskan dengan metode ceramah. Hal ini membuat siswa kurang aktif dalam
pembelajaran sehingga kemampuan siswa dalam pemecahkan masalah matematis
tidak berkembang secara optimal.
pemecahan

masalah

matematis

Untuk mengembangkan kemampuan

siswa,

diperlukan

suatu

kondisi

yang

memungkinkan siswa aktif, lebih bebas mengemukakan pendapat, saling membantu dan berbagi pendapat dengan teman, serta bersama-sama menyelesaikan
masalah untuk memperoleh pengetahuan baru.

Kondisi yang memungkinkan

munculnya hal-hal tersebut yaitu belajar dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang disebut pembelajaran kooperatif.

Eggen and Kauchack (dalam Trianto, 2007: 42) mengemukakan pembelajaran
kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan

4
siswa bekerja secara kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran
kooperatif disusun sebagai sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa,
memfasilitasi siswa dengan pengalaman kepemimpinan dan membuat keputusan
dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi
dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya.

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
mengutamakan adanya kelompok-kelompok.

Model pembelajaran Kooperatif

yang diterapkan dalam penelitian ini adalah Model Pembelajaran Kooperatif tipe
Teams Games Tournaments (TGT). Yang membedakan TGT dengan model
pembelajaran kooperatif tipe lain yaitu adanya turnamen diakhir pembelajaran.
Turnamen memotivasi siswa untuk dapat bersaing dan terpacu untuk menjadi
yang terbaik diantara siswa lainnya sehingga secara tidak langsung menyebabkan
siswa menguasai kemampuan pemecahan masalah matematis.

Berdasarkan penjelasan tersebut, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri
8 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013/2014.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Apakah model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments
(TGT) berpengaruh terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
kelas VIII semester genap SMP Negeri 8 Bandarlampung ?”.

5
C. Tujuan Peneitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
TGT terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.

Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan
bagi perkembangan pembelajaran matematika yang terkait dengan model
TGT dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

2.

Manfaat Praktis
Bagi praktisi pendidikan, diharapkan penelitian ini berguna sebagai bahan
sumbangan pemikiran tentang model pembelajaran TGT dan hubungannya
dengan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa demi meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut :
1) Model pembelajaran kooperatif tipe TGT
Pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan salah satu tipe dari model
pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil
dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen.
Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi,

6
kegiatan kelompok, permainan (games), pertandingan (tournament), dan
penghargaan kelompok.
2) Pemecahan Masalah
Kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan kemampuan untuk
menyelesaikan masalah matematika terkait dunia nyata melalui kegiatan
memahami, menemukan strategi, menerapkan strategi, dan mengevaluasi
kembali strategi yang ditemukan. Indikator kemampuan pemecahan masalah
matematis yang digunakan dalam penelitian terdiri dari (1) memahami
masalah, (2) merancang model matematika, (3) menyelesaikan masalah,
(4) menafsirkan solusinya. ( BNSP, 2006 : 140)
3) Materi pokok dalam penelitian ini adalah kubus dan balok.

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Model Pembelajaran Kooperatif

Pada masa sekarang banyak model pembelajaran yang sering digunakan, salah
satunya model pembelajaran kooperatif. Secara bahasa kooperatif berasal dari
kata cooperative yang berarti bekerja sama. Menurut Nurhadi (2004: 112) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang terfokus pada penggunaan
kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar
untuk mencapai tujuan belajar.

Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah
menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi
dengan temannya. Jadi, menurutnya hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif (Trianto 2007: 41).
Selanjutnya menurut Arends (dalam Trianto 2007: 47), pembelajaran kooperatif
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi belajar.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi,
sedang, dan rendah

8
3. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku,
jenis kelamin yang beragam
4. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu.
Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar kelompok.
Menurut Roger dan Johnson (dalam Lie, 2002: 30) ada lima unsur dasar yang
membedakannya dengan belajar kelompok yang biasa diterapkan, yaitu:.
1. Saling ketergantungan positif
Keberhasilan anggota kelompok dan kelompoknya sendiri sangat
tergantung pada usaha setiap anggotanya, sehingga ada rasa saling
ketergantungan antar anggota kelompok yang sifatnya positif.
2. Tanggung jawab perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama, siswa
yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas dan
mudah.
3. Tatap muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu tatap muka
dan berdiskusi, sehingga mereka saling mengenal dan menerima satu
sama lain.
4. Komunikasi antar anggota
Keberhasilan suatu kelompok dipengaruhi oleh keterampilan
berkomunikasi setiap anggotanya dalam kelompok.
5. Evaluasi proses kelompok
Evaluasi proses kelompok bertujuan untuk mengevaluasi proses kerja
kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja
sama dengan lebih efektif.
Berdasarkan uraian diatas, model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil saling membantu
satu sama lain dalam mempelajari materi yang diberikan guru dalam rangka
memperoleh hasil yang optimal dalam belajar. Keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Menurut Slavin (2005: 163) pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5
langkah tahapan yaitu : tahap penyajian kelas (class presentations), belajar dalam

9
kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan perhargaan kelompok ( team recognition). Dapat dijabarkan sebagai berikut
a. Penyajian kelas
Mempersentasikan atau menyajikan materi, menyampaikan tujuan, tugas, atau
kegiatan yang harus dilakukan siswa, dan memberikan motivasi. Pada saat
penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami
materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih
baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan
menentukan skor kelompok.
b. Kelompok (team)
Dalam model kooperatif tipe TGT satu kelompok terdiri dari lima sampai
enam siswa dengan memperhatikan perbedaan kemampuan, jenis kelamin, ras
atau suku. Fungsi utama dari kelompok adalah untuk membuat semua anggota kelompok benar-benar belajar dan untuk mempersiapkan setiap anggota
untuk mengerjakan tes dengan baik. Siswa belajar dalam kelompok untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Setiap anggota kelompok harus saling membantu dan bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya.
Dengan demikian, akan muncul proses belajar dalam kelompok kecil yang
dapat meningkatkan aktivitas belajar, dan menciptakan suasana belajar kooperatif.
c. Permainan (game)
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji
pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok.
Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor.

10
Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang
sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan
mendapat skor. Jika memungkinkan, skor ini yang nantinya dikumpulkan
siswa untuk turnamen mingguan.
d. Turnamen (tournament)
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah
guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar
kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja
turnamen. Setiap meja turnamen diisi oleh siswa-siswa dengan kemampuan
yang sama, tinggi sama tinggi, sedang sama sedang, dan rendah sama rendah.
Penggambaran penempatan anggota kelompok di meja turnamen dapat dilihat
pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Skema Meja Turnamen
e. Penghargaan kelompok (team recognition)
Pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada rerata poin yang diperoleh oleh kelompok dari permainan. Langkah pertama sebelum memberikan
penghargaan kelompok adalah menghitung rerata skor kelompok. Untuk

11
memilih rerata skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan skor
yang diperoleh oleh masing-masing anggota kelompok dibagi dengan
banyaknya anggota kelompok. Pemberian penghargaan didasarkan atas ratarata poin yang didapat oleh kelompok tersebut.

Turnamen dalam TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada
kartu-kartu yang diberi angka. Tiap siswa, akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka tadi dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan
angka tersebut. Turnamen harus memungkinkan semua siswa dari semua tingkat
kemampuan untuk menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Prinsip dalam
pembelajaran TGT, soal sulit untuk anak pintar, dan soal yang lebih mudah untuk
anak yang kurang pintar. Hal ini dimaksudkan agar semua anak mempunyai
kemungkinan memberi skor bagi kelompoknya. Permainan yang dikemas dalam
bentuk turnamen ini dapat berperan sebagai penilaian alternatif atau dapat pula
sebagai review materi pembelajaran.

Berdasarkan uraian diatas, turnamen dalam TGT adalah sebuah struktur dimana
turnamen berlangsung dengan penempatan siswa yang homogen, siswa pintar
berada dalam satu meja begitu pula sebaliknya. Hal yang tak kalah pentingnya,
dengan adanya turnamen tercipta suasana yang menyenangkan. Hal ini sejalan
dengan yang diungkapkan oleh Johnson (dalam Galib, 2003: 5), untuk mengetahui
kualitas model pembelajaran harus dilihat dari dua aspek, yaitu proses dan produk.
Aspek proses mengacu apakah pembelajaran mampu menciptakan situasi belajar
yang menyenangkan (joyful learning).

12
Sebuah catatan yang harus diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran TGT
adalah bahwa nilai kelompok tidaklah mencerminkan nilai individual siswa.
Dengan demikian, guru harus merancang alat penilaian khusus untuk mengevaluasi tingkat pencapaian belajar siswa secara individual.

3.

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Pada sebuah pembelajaran di sekolah, matematika sebagai mata pelajaran berupa
penerapan konsep simbol dan notasi sehingga dalam pemecahan masalah dalam
kehidupan sehari-hari mampu diterapkan. Soedjadi (2000: 11) mengungkapkan
bahwa terdapat beberapa definisi matematika yaitu:
”(1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir
secara sistematik, (2) Matematika adalah pengetahun tentang bilangan dan
kalkulasi, (3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan
berhubungan dengan bilangan, (4) Matematika adalah pengetahuan tentang
fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk, (5)
Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik, (6)
Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat”.
Menurut Polya dalam Hudojo (2003: 150), terdapat dua macam masalah yaitu :
a. Masalah untuk menemukan, dapat teoritis atau praktis, abstrak atau konkrit,
termasuk teka-teki. Bagian utama dari suatu masalah adalah apa yang dicari,
bagaimana data yang diketahui, dan bagaimana syaratnya. Ketiga bagian utama tersebut merupakan landasan untuk dapat menyelesaikan masalah jenis
ini.
b. Masalah untuk membuktikan adalah menunjukkan bahwa suatu pernyataan
itu benar, salah, atau tidak kedua-duanya. Bagian utama dari masalah ini
adalah hipotesis dan konklusi dari suatu teorema yang harus dibuktikan

13
kebenarannya. Kedua bagian utama tersebut sebagai landasan utama untuk
dapat menyelesaikan masalah jenis ini.

Djamarah (2000: 66) mengungkapkan bahwa guru perlu menciptakan suatu masalah untuk dipecahkan oleh siswa di kelas. Salah satu indikator kepandaian siswa
banyak ditentukan oleh kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Pemecahan masalah dapat mendorong siswa untuk lebih tegar dalam
menghadapi berbagai masalah belajar. Siswa yang terbiasa dihadapkan pada
masalah dan berusaha memecahkannya akan cepat tanggap dan kreatif. Jika
masalah yang diciptakan itu bersentuhan dengan kebutuhannya, siswa akan bersemangat untuk memecahkannya dalam waktu yang relatif singkat.

Polya (dalam Firdaus 2009) mengartikan bahwa pemecahan masalah adalah suatu
usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang
tidak begitu segera dapat dicapai. Sedangkan Ruseffendi (dalam Firdaus 2009: 15)
mengemukakan bahwa suatu soal dikategorikan soal pemecahan masalah bagi
seseorang bila memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menyelesaikannya,
tetapi pada saat ia memperoleh soal itu ia belum tahu cara menyelesaikannya.
Sementara itu, Sumarmo (2000) mendefinisikan pemecahan masalah sebagai
proses untuk mengatasi kesulitan yang ditemui untuk mencapai suatu tujuan yang
diinginkan. Wardhani (2010 : 22) mendefinisikan pengertian pemecahan masalah
dalam matematika sebagai proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh
sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal.
Pentingnya kemampuan penyelesaian masalah oleh siswa dalam matematika
ditegaskan juga oleh Branca (dalam Firdaus 2009) :

14
1. Kemampuan menyelesaikan masalah merupakan tujuan umum pengajaran
matematika.
2. Penyelesaian masalah yang meliputi metode, prosedur dan strategi
merupakan proses inti dan utama dalam kurikulum matematika .
3. Penyelesaian masalah

merupakan kemampuan dasar

dalam belajar

matematika.

Berdasarkan pada dokumen Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor
506/C/Kep/PP/2004 (Armiati dan Febrianti, 2013: 583-584) dimuat beberapa
indikator kemampuan pemecahan masalah matematis yaitu sebagai berikut.
1) Pemahaman masalah, 2) Mengorganisasi data dan memilih informasi yang
relevan, 3) Menyajikan masalah secara tematik dalam segala bentuk, 4) Memilih
pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat, 5) Merencanakan
strategi pemecahan masalah, 6) Membuat dan menafsirkan metode matematika
dari suatu masalah, dan 7) Menyelesaikan masalah yang tidak rutin.

Indikator kemampuan pemecahan masalah juga diungkapkan oleh BNSP (2006:
140) meliputi kemamapuan (1) memahami masalah, (2) merancang model
matematika, (3) menyelesaikan masalah, (4) menafsirkan solusinya. Indikator
kemampuan pemecahan masalah yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
indikator yang diungkapkan oleh BNSP.

Berdasarkan uraian diatas, kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan
kemampuan untuk menyelesaikan masalah matematika terkait dunia nyata melalui
kegiatan memahami, menemukan strategi, menerapkan strategi, dan mengevaluasi
kembali strategi yang ditemukan.

15
B. Kerangka Pikir

Salah satu indikator kepandaian siswa banyak ditentukan oleh kemampuan
memecahkan masalah yang dihadapinya. Siswa yang terbiasa dihadapkan pada
masalah dan berusaha menyelesaikannya akan cepat tanggap dan kreatif. Dalam
pembelajaran matematika, pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum
yang sangat penting, karena kemampuan pemecahan masalah matematis dapat
membantu siswa dalam memecahkan masalah dikehidupan sehari-hari Hal ini
yang membuat pemecahan masalah menjadi tujuan umum pembelajaran matematika.

Pada kenyataannya, kemampuan pemecahan masalah metematis siswa di Indonesia matematis masih rendah. Matematika sering dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit untuk dimengerti. Pembelajaran yang biasa diterapkan menggunakan metode pembelajaran yang berpusat pada guru. Hal ini menyebabkan siswa
mengalami kejenuhan yang mengakibatkan siswa kurang aktif dalam pembeajaran sehingga berpengaruh pada kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa. Siswa menjadi lebih aktif apabila kegiatan belajar mengajar dilaksanakan
secara bervariasi, baik melalui variasi model maupun media pembelajaran.

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan sebuah variasi diskusi
kelompok. Dalam TGT, pembelajaran diawali dengan penjelasan materi oleh
guru. Kemudian setiap siswa bekerja dalam kelompok yang telah ditentukan.
Setiap kelompok diberikan tugas atau latihan dalam bentuk LKK. Masing-masing
anggota kelompok harus dapat memahami tugas yang diberikan. Apabila ada

16
anggota kelompok yang belum paham, maka anggota kelompok lain bertanggung
jawab untuk memberi penjelasan sebelum mengajukan pertanyaan kepada guru.

Guna memastikan semua kelompok telah memahami materi yang diberikan, maka
guru memberikan pertandingan. Dalam pertandingan ini, siswa terbagi dalam
meja-meja pertandingan. Setiap meja pertandingan, terdiri dari enam siswa yang
berasal dari kelompok yang berbeda dengan kemampuan akademik yang homogen. Setiap siswa mengerjakan masing-masing enam soal sesuai dengan jumlah
anggota dalam setiap meja pertandingan.

Hasilnya diperiksa dan dinilai sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap
individu. Di dalam pertandingan setiap anggota kelompok memegang tanggung
jawab yang besar terhadap keberhasilan kelompok. Jumlah skor individu untuk
tiap kelompok akan dihitung setelah waktu yang telah ditentukan dalam turnamen
berakhir. Kelompok yang memperoleh skor tertinggi, mendapat penghargaan kelompok. Untuk itu dalam penelitian ini diterapkan model pembelajaran TGT yang
diasumsikan dapat memberikan pengaruh positif terhadap pemecahan masalah
matematis siswa.

C. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah pembelajaran
kooperatif tipe TGT berpengaruh positif terhadap kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Bandarlampung.

17

III. Metode Penelitian

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandarlampung yang terletak di Jl.
Untung Suropati, Gg Bumimanti II No. 16 , Kampung Baru, kota Bandarlampung.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII, kecuali kelas unggulan VIII A, tahun pelajaran 2013/2014 semester genap sebanyak 228 siswa
yang terdistribusi ke dalam sepuluh kelas yang disajikan Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Distribusi dan Nilai Mid Semester Ganjil Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 8 Bandar-lampung
No

Kelas

Banyak Siswa

Rata-Rata Mid Semester

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

VIII B
24
50.83
VIII C
23
57.17
VIII D
23
42.27
VIII E
22
65.00
VIII F
24
63.75
VIII G
23
63.04
VIII H
22
51.82
VIII I
22
45.68
VIII J
23
67,05
VIII K
22
64,83
Rata-rata nilai pada Populasi
57,24
Sumber : SMP Negeri 8 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014

Kelas VIII A tidak termasuk populasi karena kelas tersebut merupakan kelas
unggulan. Untuk kepentingan penelitian ini, pengambilan sampel menggunakan
teknik purposive sampling yaitu mengambil dua kelas sebagai sampel dengan

18
pertimbangan bahwa kedua kelas selama ini diajar oleh guru yang sama dan
memiliki nilai rata-rata mid semester yang mendekati rata-rata nilai ujian pada
populasi.

Berdasarkan data Tabel 3.1, tampak bahwa kelas VIII B, VIII C, dan VIII H
memiliki rata-rata nilai mid semester yang mendekati rata-rata nilai pada populasi.
Namun yang selama ini diajar oleh guru yang sama adalah kelas VIII B dan VIII
C, sehingga sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII B dan VIII C.
Kelas VIII B sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII C sebagai kelas kontrol.
Pada kelas eksperimen diterapkan pembelajaran dengan model pem-belajaran
kooperatif tipe TGT sedangkan kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Desain yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pretest-postest control group design sebagaimana yang dikemukakan Fraenkel dan Wallen (1993: 248) sebagai berikut:

Tabel 3.2 Desain Penelitian
Kelompok
E
K

Pretest
Y1
Y1

Perlakuan
Pembelajaran
TGT
Konvensional

Posttest
Y2
Y2

Keterangan :
E
K
Y1

= kelas eksperimen
= kelas kontrol
= dilaksanakan pretest instrumen tes pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol

19
Y2

= dilaksanakan posttest instrumen tes pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol

Pada desain ini, kedua kelas yang menjadi sampel diberikan pretest sebelum diberi perlakuan untuk mengetahui kemampuan awal pemecahan masalah matematis siswa. Selanjutnya, kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sedangkan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Setelah diberi perlakuan, kedua kelas sampel
diberi posttest penelitian untuk mengetahui kemampuan akhir pemecahan masalah
matematis
C.

Prosedur Penelitian

Langkah-langkah penelitian yang dilakukan, yaitu
1.

Observasi awal, yaitu melihat kondisi di lapangan seperti jumlah kelas yang
ada, jumlah siswa, dan cara mengajar guru matematika. Observasi awal
dilaksanakan pada bulan Januari.

2.

Menentukan sampel penelitian.

3.

Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas yang
mengikuti pembelajaran TGT dan kelas yang mengikuti pembelajaran
konvensional.

4.

Membuat instrumen tes penelitian berupa tes kemampuan pemecahan
masalah matematis dengan terlebih dahulu membuat kisi-kisi soal pretest
dan posttest sesuai dengan indikator pembelajaran dan indikator kemampuan
pemecahan masalah.

5.

Melakukan validasi instrumen.

20
6.

Melakukan uji coba instrumen pada kelas yang sudah mendapat materi
kubus dan balok, yaitu kelas IX K. Uji coba dilaksanakan pada tanggal 26
Maret 2014.

7.

Mengadakan pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pelaksanaan
pretest kedua kelas dilaksanakan pada tanggal 11 April 2014.

8.

Melaksanakan pembelajaran matematika dengan model TGT pada kelas
eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Pembelajaran dimulai pada tanggal 12 April 2014 dan berakhir pada tanggal 21 Mei
2014.

9.

Mengadakan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol pada tanggal
23 Mei 2014.

10. Menganalisis data.
11. Membuat laporan.
12. Membuat laporan.

D. Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif
tipe TGT dan pembelajaran konvensional data terdiri dari: (1) data awal berupa
nilai yang diperoleh melalui pretest pada awal penelitian, (2) data akhir berupa
nilai yang diperoleh melalui posttest pada akhir penelitian, dan (3) data gain nilai

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes.
Tes diberikan pada awal penelitian (pretest) dan akhir penelitian (posttest) kepada

21
kedua kelas sampel. Tes yang diberikan bertujuan untuk mengetahui pengaruh
model pembelajaran terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes uraian yang terdiri dari
empat soal. Tiap butir soal mengandung indikator kemampuan pemecahan masalah matematis. Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting
yaitu valid dan reliabel.

Sebelum perangkat tes digunakan dalam penelitian,

terlebih dahulu dikonsultasikan dengan dosen dan guru mitra untuk kemudian
dilakukan uji coba pada kelas di luar sampel penelitian, yaitu kelas IX K SMP
Negeri 8 Bandarlampung untuk mengetahui apakah instrumen reliabel.

1. Validitas

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi
merupakan validitas yang diperhitungkan melalui pengujian terhadap isi alat ukur
dengan analisis rasional. Validitas isi berfungsi melihat sejauh mana item-item
pada tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur oleh tes
tersebut. Untuk mendapatkan perangkat tes yang mempunyai validitas isi yang
baik dilakukan langkah-langkah berikut:
a.

Membuat kisi-kisi dengan indikator yang telah ditentukan.

b.

Membuat soal berdasarkan kisi-kisi.

c.

Meminta pertimbangan kepada guru mitra yang dipandang ahli mengenai
kesesuaian antara kisi-kisi dengan soal.

22
Validitas isi instrumen tes didasarkan pada penilaian guru mitra dengan asumsi
guru mata pelajaran matematika kelas VIII SMP Negeri 8 Bandarlampung mengetahui dengan benar kurikulum SMP. Tes yang dikategorikan valid adalah yang
butir-butir tesnya telah dinyatakan sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator
yang diukur berdasarkan penilaian guru mitra.

Penilaian terhadap kesesuaian isi tes dengan isi kisi-kisi tes yang diukur dan
kesesuaian bahasa yang digunakan dalam tes dengan kemampuan bahasa siswa
dilakukan dengan menggunakan daftar check list oleh guru. Hasil penilaian
terhadap instrumen tes menunjukkan bahwa instrumen tes yang digunakan untuk
mengambil data telah memenuhi validitas isi (Lampiran B.4).

2. Reliabilitas

Reliabilitas berhubungan dengan kepercayaan. Suatu instrumen dikatakan mempunyai reliabilitas tinggi apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten
dalam mengukur apa yang hendak dituju. Menurut Arikunto (2001: 100), perhitungan koefisien reliabilitas dilakukan menggunakan rumus Alpha, yaitu :
r11 =

Keterangan :
r 11
= Koefisien reliabilitas alat evaluasi
= Banyaknya butir soal
= Jumlah varians skor tiap soal
= Varians total

23
Nilai koefisien reliabiltas ( r11 )yang didapat, dibandingkan dengan kriteria sebagai
berikut:
1. antara 0,801 sampai dengan 1,000 : sangat tinggi
2. antara 0,601 sampai dengan 0,800 : tinggi
3. antara 0,401 sampai dengan 0,600: sedang
4. antara 0,201 sampai dengan 0,400 : rendah
5. antara 0,000 sampai dengan 0,200: sangat rendah
(Arikunto, 2001:75)

Setelah dilakukan perhitungan reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha
terhadap instrumen tes, diperoleh nilai r11 = 0,71 (Lampiran C.1). Berdasarkan
pendapat Arikunto di atas, nilai r11 memenuhi kriteria tinggi. Sehingga instrumen
tes ini telah memenuhi kriteria instrumen yang reliabel. Karena instrumen valid
dan reliabel, maka instrumen dapat digunakan untuk mengukur kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa.

G. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest pada kedua kelas dianalisis
untuk melihat perbedaan antara kedua kelas tersebut.

Data yang diperoleh

diterjemahkan dalam gain ternormalisasi, kemudian dilakukan uji prasyarat
analisis, yaitu uji normalitas. Setelah uji prasyarat dilakukan, maka tahap berikutnya adalah untuk menguji hipotesis

1.

Gain Ternormalisasi

Menurut Hake (1999: 1) besarnya peningkatan dihitung dengan rumus gain
ternormalisasi (normalized gain) = g, yaitu :

24
posttest score pretest score
max imum possible score pretest score
Hal ini dilakukan agar diperoleh skor peningkatan yang lebih valid dan reliabel
g

dibandingkan hanya menggunakan gain mutlak (posttest – pretest).
2. Uji Normalitas

Untuk mengetahui apakah data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
dari sampel yang diteliti berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau
sebaliknya dilakukan uji normalitas terhadap data tersebut. Uji Normalitas dalam
penelitian ini dengan menggunakan uji Chi Kuadrat. Hipotesis yang digunakan
untuk menguji normalitas gain nilai yaitu :
H0 : sampel data gain nilai berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
H1 : sampel data gain nilai berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
Uji Chi Kuadrat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

k

=
=
=
=

uji Chi Kuadrat
frekuensi pengamatan
frekuensi yang diharapkan
banyaknya kategori/pengamatan
Sudjana (2005: 273)

Kriteria pengujian adalah terima H0 jika

dengan

didapat dari distribusi Chi Kuadrat dengan dk = (k – 3) dan

0,05. Hasil

perhitungan uji normalitas terhadap data gain nilai disajikan pada Tabel 3.3.

25
Tabel 3.3 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Siswa
Kelas
TGT

29,74

7,81

Keputusan
Uji
H1 diterima

Konvensional

0,99

7,81

H0 diterima

Keterangan
Tidak normal
Normal

Dari Tabel 3.3 di atas, terlihat bahwa pada kelas yang mengikuti pembelajaran
TGT

yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti kelas

TGT berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Pada kelas yang
mengikutii pembelajaran konvensional

, maka. H0 diterima,

yang berarti bahawa kelas konvensional berasal dari populasi yang berdistribusi
normal. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.5-C.6.
Berdasarkan analisis tersebut, salah satu sampel berasal dari populasi yang tidak
berdistribusi normal, maka uji hipotesis yang dilakukan adalah uji non parametrik.

3.

Uji Hipotesis

Setelah melakukan uji normalitas data, ternyata

didapatkan data gain nilai

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional berasal dari populasi yang berdistribusi normal, sedangkan data gain
nilai kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti
pembelajaran kooperatif tipe TGT berasal dari populasi yang tidak berdistribusi
normal. Karena salah satu sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi
normal, maka uji hipotesis yang digunakan adalaah uji nonparametrik , yaitu uji
Mann-Whitney. Uji Mann-Whitney (Djarwanto, 1996: 226-228) dilakukan dengan
langkah-langkah berikut:

26

a.

Hipotesis
:

peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TGT tidak berbeda secara
signifikan dengan pembelajaran konvensional

peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
mengikuti pendekatan pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi dari
pembelajaran konvensional
b.

Mengurutkan data tanpa memperhatikan kategori sampelnya.

c.

Menjumlahkan peringkat masing-masing sampel.

d.

Menghitung statistik U
 U = n1n2
 U = n1n2

n1 (n1 1)
R1
2
n2 (n2 1)
R2
2

Keterangan:
n1 = banyaknya siswa dari kelas pembelajaran kooperatif tipe TGT.
n2 = banyaknya siswa dari kelas pembelajaran konvensional.
R1 = jumlah peringkat yang diberikan pada sampel dengan jumlah n1.
R2 = jumlah peringkat yang diberikan pada sampel dengan jumlah n2.
Karena n ≥ 20, maka uji Mann-Whitney dilakukan berdasarkan pendekatan
kurva normal.

-

Mean (μU) =

27
Standar Deviasi (σU) =
e.

Kriteria Uji
Tolak H0 jika

-

, pada taraf kepercayaan

.

35

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe TGT tidak memberi pengaruh terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa, karena tidak ada perbedaan yang signifikan
antara peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif tipe TGT dengan siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, disarankan kepada guru sebagai
mediator dan fasilitator untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dengan cara
meningkatkan penguasaan pengelolaan kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Armiati, M. dan Febrianti, H. 2013. Efekt

Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 10 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 8 31

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 21 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

1 10 42

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 12 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

1 42 56

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 13 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

1 8 47

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA(Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 3 48

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Baradatu Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 10 50

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Paramarta 1 Seputih Banyak Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 8 59

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 5 54

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISW (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 25 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 3 59

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 28 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 5 54