33 Salah satu teori belajar yang berkaitan dengan hubungan pola asuh
demokratis dengan keterampilan berbicara anak adalah teori belajar oleh Vygotsky yaitu scaffolding. Scaffolding yaitu perubahan tingkat dukungan
Santrock, 2007: 265. Setelah melewati beberapa pendampingan, orangtua dapat menyesuaikan jumlah pendampingan untuk menetapkan kemampuan anak saat
itu. Apabila kemampuan anak meningkat, maka pendampingan dikurangi. Dalam scaffolding digunakan dialog, dimana dialog memegang peran pentig dalam
perkembangan bahasa anak Santrock, 2007: 265. Dialog ini dapat diperoleh dari pola asuh demokratis yang menekankan interaksi antara orangtua dan anak.
C. Penelitian yang Relevan
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Askren 2009: 3 menyatakan bahwa adanya kesenjangan yang signifikan antara pengasuhan yang bermasalah
dengan gangguan berbahasa pada anak-anak. Penelitian yang melibatkan guru, orangtua serta anak-anak berusia empat tahun tersebut menunjukkan adanya
gangguan dalam ketrampilan komunikasi, efek frustasi, rasa percaya diri yang rendah, serta disiplin yang tidak konsisten pada anak-anak yang diakibatkan oleh
pengasuhan yang bermasalah dari orangtua. Pengasuhan yang bermasalah dari orangtua ini dilatarbelakangi oleh perubahan sosial usia orangtua, tingkat
pendidikan, jumlah anak, ras etnis, dan keadaan ekonomi keluarga. Sementara itu, penelitian lain yang dilakukan oleh Lemonda dan
Rodrigues 2009: 4 menyatakan bahwa anak-anak yang mengalami sensifitas interaksi
dan rangsangan
kognitif di
lingkungan rumah
dalam masa
perkembangannya akan memiliki keuntungan pada proses pembelajaran berbicara
34 awal. Penelitian yang melibatkan orangtua dari kelompok minoritas dan populasi
imigran di Amerika Serikat dan Kanada menyatakan bahwa adanya perbedaan yang mencolok dalam kesiapan anak-anak untuk bersekolah di seluruh kelompok
etnis, ras dan sosial ekonomi, karena kesenjangan kelompok sosial ekonomi orang tua. Hal ini didasari oleh peran awal lingkungan rumah khususnya keluarga dan
orangtua bagi anak-anak dalam proses belajar. Sebuah penelitian dalam negeri yang dilakukan oleh Restiyani 2013: 9
juga menyatakan
bahwa terdapat
hubungan antara
pola asuh
dengan perkembangan berbicara anak. Penelitian yang di TK Al-Falah Mempawah
dengan melibatkan sebanyak 45 responden. Dari 45 responden orangtua anak yang diwawancarai, sebanyak 34 orangtua menerapkan pola asuh demokratis.
Berdasarkan pola asuh yang diterima anak-anak usia 4-5 tahun di TK Al-Falah Mempawah, perkembangan kemampuan berbicara anak berada pada rentang
cukup baik dari tahap perkembangannya. Anak-anak melafalkan kata dengan jelas dan mampu memahami maksud dari kata-kata yang diberikan. Meskipun
demikian masih ada sebagian anak yang perkembangan berbicaranya belum berkembang secara optimal.
D. Kerangka Pikir
Keterampilan berbicara
adalah kemampuan
seseorang dalam
menyampaikan ide
gagasan, pikiran,
dan perasaan
kepada orang
lain menggunakan bahasa lisan dengan jelas dan tepat serta sikap moral sopan santun
saat berbicara kepada orang lain khususnya orang yang lebih dewasa. Dengan keterampilan berbicara yang baik anak akan memiliki lebih banyak kosakata, saat
35 berbicara kepada orang lain khususnya orang yang lebih dewasa. Dengan
keterampilan berbicara yang baik anak akan memiliki lebih banyak kosakata, mampu menyusun kalimat dan kata yang baik dalam menyampaikan keinginannya
kepada orang lain, dan dapat mengetahui cara berbicara yang sopan kepada orang lain, khususnya orangtua.
Keterampilan berbicara terdiri dari dua aspek yaitu aspek kebahasaan dan aspek non kebahasaan. Aspek kebahasaan meliputi ketepatan ucapan, penempatan
tekanan dan nada, pilihan kata, dan ketepatan sasaran pembicaraan, sedangkan aspek non kebahsaan terdiri atas sikap tubuh dan mimik yang tepat, kenyaringan
suara dan
kelancaran, dan
penalaran serta
penguasaan terhadap
topik pembicaraan.
Dua aspek yang melatarbelakangi keterampilan berbicara yaitu aspek biologis dan aspek lingkungan. Aspek biologis meliputi kesehatan, kecerdasan,
jenis kelamin, dan kelahiran kembar, sedangkan aspek lingkungan terdiri atas keadaan sosial ekonomi orangtua, keinginan berkomunikasi, dorongan, ukuran
keluarga, metode pelatihan, hubungan dengan teman sebaya, dan kepribadian. Selanjutnya aspek lingkungan merujuk pada pola asuh orangtua, dimana keluarga
khususnya orangtua merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi anak. Pola asuh demokratis adalah sikap orangtua dalam berinteraksi dengan
anak-anaknya dimana menciptakan komunikasi yang baik, menyamakan persepsi, dan mencapai kesepakatan bersama. Aspek-aspek yang dapat dijadikan acuan
dalam menerapkan pola asuh terdiri dari empat aspek yaitu peraturan, hukuman, penghargaan, dan konsistensi.