bahwa aspek reward moneter yang diterima, penghindaran hukuman, dan pembangunan reputasi telah digunakan secara umum untuk menampakkan motivasi
ekstrinsik Deci dan Ryan, 1985;1987; Ryan dan Connell, 1989. Pengukuran variabel ini, dengan menggunakan tiga item yang diadopsi dari Kwok dan Gao 2006. Tiap
item diberi kode dengan skala Likert 5 poin dengan tingkatan nilai dari 1 sangat tidak setuju hingga 5 sangat setuju.
b. Absorptive capacity
Theory of Absorptive Capacity Cohen dan Levinthal, 1990, mendefinisikan bahwa absorptive capacity seseorang adalah kemampuan yang bukan hanya ditujukan untuk
memperoleh dan mengasimilasi tapi juga untuk menggunakan knowledge. Variabel absorptive capacity diukur dengan tiga item yang seperti yang digunakan Kwok dan
Gao 2006. Pengukuran dilakukan dengan mengunakan skala Likert 5 poin, dimana 1 adalah sangat tidak setuju hingga 5 sangat setuju.
c. Channel richness
Channel richness dapat didefinisikan sebagai luasnya media komunikasi yang dipakai sebagai sarana penghubung dari informasi baik secara verbal maupun non verbal.
Pengukuran channel richness dilakukan pada konteks fleksibilitas dan kemudahan yang dirasakan partisipan selama proses sharing knowledge. Variabel ini diukur
dengan tiga item yang dikembangkan oleh Kwok dan Gao 2006, semua item diberi kode dengan skala Likert 5 poin, dimana 1 sangat tidak setuju dan 5 sangat setuju.
d. Sharing Knowledge
Sharing knowledge dalam suatu organisasi dimaksudkan sebagai suatu jenis perilaku extra-role dan jarang diasosiasikan dengan kompensasi dari karyawan atau evaluasi
kinerja Huber, 2001. Pengukuran sikap terhadap sharing knowledge diadopsi dari studi yang Ajzen dan Fishbein 1980 seperti yang dilakukan dalam Kwok dan Gao
2006, yang disesuaikan dengan pemilihan kata untuk mencocokkan konteks dari sharing knowledge, yang terdiri dari tiga item. Semua item diberi kode dengan skala
Likert 5 poin, dimana 1 menunjukkan sangat tidak setuju dan 5 sangat setuju.
3.3. Teknik Analisis Data Pengujian Reliabilitas dan Validitas
Hasil pengukuran akan dapat dipercaya bila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek diperoleh hasil yang relatif sama, selama
aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Uji reliabilitas ditujukan untuk mengukur sejauh mana suatu alat dapat diandalkan atau dipercaya
untuk mengukur suatu obyek yang akan diukur, secara umum reliabilitas dapat ditunjukkan dengan nilai Cronbach alpha, adapun nilai Cronbach alpha yang
biasanya diterima adalah 0,6 hingga 0,7 Hair et al., 1998. Pengukuran terhadap instrumen akan mempunyai ketepatan dan kecermatan
yang tinggi bila alat ukur tersebut memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dari dilakukannya pengukuran tersebut. Penilaian validitas untuk mengukur sah
tidaknya suatu kuesioner pada penelitian ini dilakukan dengan korelasi bivariate antara masing-masing skor indikator dengan total skor konstruk Ghozali, 2005.
Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik yang dilakukan pada penelitian ini meliputi uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji heterokedastisitas, dan uji normalitas data. Uji
multikolinearitas dilakukan dengan menganalisis matrik korelasi antar variabel independen dan perhitungan nilai Tolerance dan VIF. Uji autokorelasi dilakukan
dengan Durbin-Watson. Uji heterokedastisitas dilakukan dengan Uji Glejser. Uji normalitas dilakukan dengan Kolmogorov-Smirnov Test.
Uji Regresi Linier Berganda
Pengujian hipotesis akan dilakukan dengan analisis regresi berganda, dengan persamaan sebagai berikut:
Y = + β1X1 + β2X2+ β3X3 + Ɛ
Keterangan: Y = sharing knowledge
X1= extrinsic motivation X2= absorptive capacity
X3= channel richness
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Statistik Deskriptif