Cabai Bawang Merah LAKIP DITJEN HORTIKULTURA 2014

66

3. Produksi Sayuran

Pencapaian target produksi sayuran didukung oleh pengembangan kawasan sayuran, pelaksanaan registrasi lahan, SLGAP, SLGHP, dukungan sarana budidaya dan pascapanen dan pembinaan ke lokasi kawasan sayuran. Secara umum capaian produksi sayuran tahun 2014 belum sesuai dengan target yang telah ditetapkan yaitu sebesar 91,70 . Hal ini disebabkan oleh terjadinya bencana banjir, pergeseran musim tanam, pengalihan komoditas dan erupsi Gunung Sinabung yang berdampak pada penurunan produksi sayuran.

a. Cabai

Nilai capaian produksi cabai telah melebihi target dengan nilai sebesar 122,4. Target produksi 1.524.700 ton dan tercapai 1.866.621 ton. Keberhasilan ini tidak terlepas dari peran serta masyarakat tani hortikultura dan pelaku usaha cabai dalam mendukung program Direktorat Jenderal Hortikultura dalam perluasan kawasan dan areal tanam maupun pengembangan serta penguatan dari Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat LM3 dan Gerakan Optimalisasi Pekarangan di Kota Bekasi dalam pengembangan cabai. 67 Selain itu, karena adanya penggunaan benih bersertifikat dan pabrikan, pendampingan GAPSOP secara intensif, penurunan luas serangan OPT. Beberapa sentra pengembangan cabai diantaranya: Provinsi Jawa Barat Kabupaten Bandung, Ciamis, Sumedang, Tasikmalaya, Provinsi Jawa Tengah Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Timur Kabupaten Banyuwangi, Gresik, Jember, Provinsi Sumatera Utara Kabupaten Tapanuli Utara dan Deli Serdang, Provinsi Sumatera Barat Kabupaten Tanah Datar, Pesisir Selatan dan Limapuluh Kota, Provinsi Sumatera Selatan Kabupaten Ogan Komering Ulu, Provinsi Jambi Kota Jambi, Provinsi Sulawesi Selatan Kabupaten Bantaeng, Maros dan Sinjai, Provinsi Bengkulu Kabupaten Lebong. Meskipun demikian Direktorat Jenderal Hortikultura terus melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah dalam melakukan pengaturan pola produksi terutama pada daerah sentra produksi sehingga kontinuitas produksi tidak terputus di bulan-bulan tertentu. 68 Gambar 27. Panen Raya Cabai Merah di Kecamatan Pasuruan, Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur 69

b. Bawang Merah

Nilai capaian produksi bawang merah sedikit di bawah target yang ditetapkan yaitu sebesar 1.200.000 ton dari target yang ditetapkan sebesar 1.201.900 ton atau 99,8. Realisasi produksi yang belum dapat mencapai target disebabkan oleh kelangkaan benih, serangan OPT dan penggunaan benih berlabel bersertifikat belum sepenuhnya diterapkan oleh petani. Selain itu, terjadinya anomali iklim menyebabkan sebagian petani tidak melakukan penanaman akibat adanya pergeseran musim tanam, kurang tersedianya benih unggul dan tertundanya penanaman bawang merah di Bantul seluas 19 ha. Intensitas curah hujan yang tinggi memicu munculnya beberapa penyakit. Kelembaban udara yang meningkat memicu penyakit cendawan busuk umbi Fusarium oxysporus dan penyakit mati pucuk Phythopthora porii dan Trotol Alternaria porii bahkan ada yang mengalami puso 90 gagal panen di beberapa daerah sentra bawang merah. 70 Pada kwartal pertama tahun 2014 terjadi kenaikan harga bawang merah yang sangat tinggi mencapai Rp. 80.000kg karena keterlambatan keluarnya RIPH dan KIPH. Kondisi ini mendorong petani menjual semua produksi bawang merah, termasuk benih yang seharusnya untuk pertanaman Bulan Mei-Juni. Hal ini menyebabkan kelangkaan dan tingginya harga benih di musim tanam tersebut termasuk kelangkaan benih berlabelbersertifikat. Hal ini berdampak pada berkurangnya areal tanam dan produksi yang cukup signifikan. Gambar 28. Panen Bawang Merah di Lahan Gambut Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah 71 Sentra-sentra produksi di NTT, NTB, Jawa Tengah dan Jawa Timur serta Sulawesi Tengah telah difasilitasi secara memadai oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Fluktuasi harga dan agroinput yang tinggi membuat realisasi kegiatan bergeser atau tidak sesuai target. Untuk mendukung peningkatan produksi dilakukan pengembangan kawasan baru di Sumatera Utara, Sumatera Barat Agam dan Kalimantan Barat Kubu Raya.

c. Kentang