lainnya bakteri dan protozoa. Fungi merupakan mikroba rumen yang paling pertama menyerang dan mencerna komponen tanaman Akin et al., 1983 dalam
Susiadi, 1999 Abomasum adalah tempat pertama terjadinya pencernaan pakan secara
kimiawi karena adanya sekresi getah lambung yang juga berperan dalam mengatur aliran ingesta. Usus halus terdiri atas duodenum, yejenum, dan ilenum. Usus halus
berfungsi dalam mengatur aliran ingesta ke dalam usus besar dengan gerakan peristaltik. Dalam lumen, getah pankreas, getah usus dan empedu mengubah zat
makanan dari hasil akhir dari fermentasi mikroba menjadi substrat yang cocok untuk diabsorbsi secara aktif ataupun secara difusi pasif atau keduanya. Selain itu,
dalam saluran pencernaan juga terdapat sejumlah enzim protease yang menghidrolisis protein, enzim lipase yang menghidrolisis lemak lipid, enzim
amilase dan enzim disakarida lainnya yang bekerja pada gula. Enzim nukleotidase bekerja pada asam nukleat. Enzim entorokinase dan gastrin merupakan enzim yang
berperan untuk mengaktifkan enzim inaktif atau proses sekresi Arora, 1995.
2.3. Metabolisme Energi Ternak Ruminansia
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam kehidupan mikroorganisme rumen pada ternak ruminansia. Pada ransum ternak ruminansia,
fraksi karbohidrat adalah dominan berkisar 60-75 dari bahan kering ransum Sutardi, 1980. Jaringan tanaman merupakan bahan makanan utama bagi hewan
ruminansia yang rata-rata mengandung 75 karbohidrat Arora, 1995. Parakkasi 1999 menyatakan bahwa sifat karbohidrat utama dalam bentuk karbohidrat
kompleks selulosa dan hemiselulosa dan karbohidrat yang mudah larut gula dan pati. Selulosa dan hemiselulosa tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim yang
dihasilkan oleh ternak, tetapi dapat dicerna oleh enzim-enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme rumen Tillman et al., 1989. Ternak ruminansia mampu
memanfaatkan selulosa dan hemiselulosa karena sistem pencernaannya dilengkapi retikulorumen dimana tempat berlangsungnya proses fermentasi oleh mikroba
rumen. Fermentasi karbohidrat di dalam rumen terjadi melalui 2 tahap. Tahap
pertama adalah hidrolisis karbohidrat kompleks menjadi gula sederhana, selanjutnya tahap kedua adalah proses fermentasi gula sederhana oleh mikroba
rumen menjadi asam piruvat yang akan segera dimetabolisme menjadi produk- produk utama pencernaan fermentasi karbohidrat yaitu asam lemak atsiri atau VFA
Volatile Fatty Acid. VFA terdiri dari asetat, propionat dan butirat akan langsung diserap melalui dinding rumen dan dimetabolisasikan oleh ternak. Hasil lain dari
fermentasi karbohidrat adalah CH4 dan CO2 Preston dan Leng, 1987. Menurut Arora 1989 setelah penyerapan di dalam rumen, asam asetat dan
asam propionat melalui sistem portal akan dibawa ke hati, sedangkan sejumlah besar asam butirat di dalam jaringan rumen dirubah menjadi badan keton yang
kemudian diangkut melalui sistem portal ke hati. Asam asetat adalah asam utama yang terbentuk dari degradasi makanan yang kaya serat kasar oleh mikroba rumen
dan merupakan sumber energi utama ruminansia. Di dalam mitokondria, glukosa dibentuk dari asetat melalui modifikasi siklus asam trikarboksilat.
Asam propionat banyak dihasilkan dari perombakan karbohidrat di rumen melalui siklus pentose-fosfat. Asam propionat, melalui sistem portal diubah
menjadi glikogen, NADPH
+ ,
dan tetap berupa glukosa sebagai sumber energi dalam sirkulasi darah. Asam propionat hasil fermentasi dalam rumen dan proses
glukoneogenesis sangat penting artinya bagi ruminansia sebagai sumber energi. Jumlah asam propionat dapat ditingkatkan dalam protek dengan meningkatkan
rasio konsentrat dari hijauan dalam ransum. Propionat dalam darah dapat mensuplai lebih dari 30 glukosa untuk energi ruminansia Parakkasi, 1995.
Asam butirat yang dihasilkan dalam rumen akan diubah menjadi Beta Hidroksi Asam Butirat β-HBA, lalu dibawa ke hati melalui sistem portal, dan
didalam hati diubah menjadi NADPH
+
, sebagai sumber energi dan sintesis asam lemak darah dalam sirkulasi darah sistemik.
Perbandingan VFA yang dihasilkan dalam rumen secara umum berkisar 70 asetat, 20 propionat dan 10 butirat dengan kandungan energi masing-
masing 209,4: 367,2: dan 524,3 kkalg molekul jika proporsi serat dalam ransum lebih tinggi Sutardi, 1980. Preston dan Leng 1987 menyatakan bahwa
perbandingan tersebut akan berubah menjadi 60 : 30 : 10 jika proporsi konsentrat dalam rumen lebih tinggi. Gas CO
2
, CH
4
, dan H
2
merupakan bentuk energi yang tidak dapat dimanfaatkan oleh ternak yang akan dikeluarkan dari
rumen melalui proses eruktasi Arora, 1995. Laju pertumbuhan mikroba rumen tergantung dari ketersediaan
karbohidrat, sedangkan laju pencernaan karbohidrat adalah salah satu faktor penentuan proses sintesis protein mikroba rumen Sutardi, 1976 dalam
Rukmantari, 2004. Lebih lanjut dinyatakan bahwa pencernaan karbohidrat dari bahan-bahan yang mudah terdegradasi akan menghasilkan VFA yang digunakan
oleh mikroba rumen pada awal fermentasi dalam membentuk kerangka karbon yang diperlukan untuk sintesis protein tubuhnya dan pada akhir fermentasi
digunakan sebagai sumber energi. Kisaran produksi VFA cairan rumen yang
mendukung pertumbuhan mikroba yaitu 80 mM sampai 160 mM Sutardi, 1977 dalam Kurniawati, 2009.
2.3. Kecernaan Nutrien