1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan  Undang-Undang  Republik  Indonesia  Nomor  10  Tahun  2009 tentang  Kepariwisataan  Lembaran  Negara  Republik  Indonesia  Tahun  2009
Nomor  11,  Tambahan  Lembaran  Negara  Republik  Indonesia  Nomor  4966, selanjutnya  disebut  sebagai  UU  Kepariwisataan,  Pariwisata  adalah  berbagai
macam  kegiatan  wisata  dan  didukung  berbagai  fasilitas  serta  layanan  yang disediakan  oleh  masyarakat,  pengusaha,  Pemerintah,  dan  Pemerintah  Daerah.
Apabila dilihat dari Pasal 12 ayat 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23  Tahun  2014  tentang  Pemerintahan  Daerah  Lembaran  Negara  Republik
Indonesia  Tahun  2014  Nomor  244,  Tambahan  Lembaran  Negara  Republik Indonesia  Nomor  5587,  selanjutnya  disebut  UU  Pemerintahan  Daerah,  urusan
pariwisata  dikualifikasikan  sebagai  urusan  pemerintahan  konkuren  sub  urusan pemerintahan pilihan.
Berkaitan  dengan  urusan  pemerintahan,  sesuai  dengan  UU  Pemerintahan Daerah  disebutkan  bahwa  urusan  pemerintahan  terdiri  atas  urusan  pemerintahan
absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan umum. Urusan pemerintahan  absolut  adalah  urusan  pemerintahan  yang  sepenuhnya  menjadi
kewenangan  pemerintah  pusat.  Urusan  pemerintahan  konkuren  adalah  urusan pemerintahan yang dibagi antara pemerintah pusat dan daerah provinsi dan daerah
kabupatenkota.  Urusan  pemerintahan  konkuren  tersebut  diserahkan  kepada daerah  dan  menjadi  dasar  pelaksanaan  otonomi  daerah.  Urusan  pemerintahan
2 konkuren  yang  menjadi  kewenangan  daerah  terdiri  atas  urusan  pemerintahan
wajib  dan  urusan  pemerintahan  pilihan.  Urusan  pemerintahan  wajib  terdiri  atas urusan  pemerintahan  yang  berkaitan  dengan  pelayanan  dasar  dan  urusan
pemerintahan  yang  tidak  berkaitan  dengan  pelayanan  dasar.  Pemetaan  urusan pemerintahan  pilihan  dilakukan  untuk  menentukan  daerah  yang  mempunyai
urusan pemerintahan berdasarkan potensi, proyeksi penyerapan tenaga kerja, dan pemanfaatan  lahan.  Sedangkan  urusan  pemerintahan  umum  adalah  urusan
pemerintahan  yang  menjadi  kewenangan  Presiden  sebagai  kepala  pemerintahan. Adapun urusan pemerintahan secara lengkap dapat disampaikan sebagai berikut :
Salah satu urusan pemerintahan pilihan yang dipilih Pemerintah Daerah di
Provinsi  Bali  mendasarkan  pada  pembagian  diatas  adalah  urusan  bidang URUSAN PEMERINTAHAN
ABSOLUT KONKUREN
UMUM
WAJIB
Berkaitan dengan
Pelayanan Dasar
Tidak Berkaitan
dengan Pelayanan
Dasar PILIHAN
a. Kelautan dan
perikanan; b.Pariwisata;
c. Pertanian;
d.Kehutanan; e.
Energi dan sumber daya mineral;
f. Perdagangan;
g.Perindustrian; dan h.Transmigrasi.
3 pariwisata.  Hal  ini  berkaitan  dengan  potensi  yang  berkembang  pesat  di  Bali,
khususnya  Kabupaten  Badung.  Potensi  utama  sektor  pariwisata  Bali  termasuk yang  ada di  Kabupaten  Badung adalah keindahan alam dan keunikan budayanya
sebagai daya tarik wisata. Sementara itu, salah satu daya tarik wisata yang sedang berkembang saat ini adalah wisata bahari marine tourism.
Dalam  UU  Kepariwisataan  tidak  ditemukan  definisi  mengenai  wisata bahari.  Konsep  wisata  bahari  dapat  ditemukan  dalam  Peraturan  Menteri
Kebudayaan  dan  Pariwisata  Nomor  :  PM.96HK.501MKP2010  tentang  Tata Cara  Pendaftaran  Usaha  Wisata  Tirta  selanjutnya  disebut  Permenbudpar  yang
merupakan  tindak  lanjut  dari  UU    Kepariwisataan.  Wisata  bahari  dikemukakan sebagai  bagian  dari  wisata  tirta.  Hal  ini  dapat  disimak  pada  Pasal  1  angka  3
Permenbudpar  yang  menyatakan  bahwa, “Wisata bahari adalah penyelenggaraan
wisata  dan  olahraga  air,  termasuk  penyediaan  sarana  dan  prasarana  serta  jasa lainnya  yang  dikelola  secara  komersial  di  perairan  laut
”.    Jenis  usaha  wisata bahari meliputi :
a. Wisata selam;
b. Wisata perahu layar;
c. Wisata memancing;
d. Wisata selancar;
e. Dermaga bahari, dan sub jenis lainnya.
Agar  usaha  wisata  bahari  ini  dapat  beroperasional,  pengusaha  pariwisata diwajibkan untuk mendaftarkan usahanya terlebih dahulu kepada Pemerintah atau
Pemerintah  Daerah.  Hal  ini  telah  diatur  dalam  Pasal  15  UU  Kepariwisataan, dimana    ketentuan  lebih  lanjut  mengenai  tata  cara  pendaftaran  usaha  pariwisata
4 diatur  dengan  Permenbudpar.  Selanjutnya  Pasal  3  Permenbudpar  menyatakan
sebagai berikut : 1
Pendaftaran  usaha  pariwisata,  kecuali  untuk  sub-jenis  usaha  dermaga bahari, ditujukan kepada Bupati atau Walikota tempat kedudukan kantor.
2 Pendaftaran usaha pariwisata khusus untuk sub-jenis usaha dermaga bahari,
ditujukan kepada Bupati atau Walikota tempat dermaga bahari berlokasi. 3
Pendaftaran  usaha  pariwisata  untuk  Daerah  Khusus  Ibukota  Jakarta ditujukan kepada Gubernur.
Sebagai  tindak  lanjut  dari  Permenbudpar  tersebut,  maka  Bupati  Badung menetapkan  Peraturan  Bupati  Badung  Nomor  13  Tahun  2012  tentang  Tata  Cara
Pendaftaran  Usaha  Pariwisata  Berita  Daerah  Kabupaten  Badung  Tahun  2012 Nomor 13, selanjutnya disebut sebagai Perbup Badung.
Sebagaimana  telah  disampaikan  diatas  bahwa  wisata  bahari  tersebut dilakukan  di  kawasan  perairan  laut,  sedangkan  sesuai  dengan  UU  Pemerintahan
Daerah,  laut  merupakan  kewenangan  Pemerintah  Provinsi.  Pasal  27  UU Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa :
1 Daerah Provinsi diberi kewenangan untuk mengelola sumber daya alam di
laut yang ada diwilayahnya. 2
Kewenangan  Daerah  Provinsi  untuk  mengelola  sumber  daya  alam  di  laut sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi :
a. Eksplorasi,  eksploitasi,  konservasi,  dan  pengelolaan  kekayaan  laut  di
luar minyak dan gas bumi; b.
Pengaturan administratif; c.
Pengaturan tata ruang; d.
Ikut serta dalam memelihara keamanan di laut; dan e.
Ikut serta dalam mempertahankan kedaulatan negara. 3
Kewenangan  Daerah  provinsi  untuk  mengelola  sumber  daya  alam  di  laut sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  1  paling  jauh  12  dua  belas  mil  laut
diukur  dari  garis  pantai  ke  arah  laut  lepas  danatau  ke  arah  perairan kepulauan.
4 Apabila wilayah laut antardua Daerah provinsi kurang dari 24 dua puluh
empat mil, kewenangan untuk mengelola sumber daya alam di laut dibagi sama  jarak  atau  diukur  sesuai  dengan  prinsip  garis  tengah  dari  wilayah
antardua Daerah provinsi tersebut.
5 5
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dan ayat 4 tidak berlaku terhadap penangkapan ikan oleh nelayan kecil.
Dari  uraian  tersebut  diatas  dapat  dijelaskan  bahwa  yang  dimaksud  dengan pengaturan  administratif  antara  lain  berkaitan  dengan  aspek  perizinan,  kelaikan,
dan  keselamatan  pelayaran.  Dengan  demikian  maka  pengelolaan  ruang  laut sampai  dengan  12  dua  belas  mil  di  luar  minyak  dan  gas  bumi  merupakan
kewenangan  Pemerintah  Provinsi  termasuk  penerbitan  izin  dan  pemanfaatan ruang laut.
Dengan  demikian,  dari  uraian  tersebut  diatas  dapat  disampaikan  bahwa berdasarkan  Permenbudpar  dan  Perbup  Badung  untuk  Usaha  Wisata  Selam
pendaftarannya merupakan kewenangan Bupati, sedangkan wilayah beroperasinya dan  pemanfaatan  ruang  laut  merupakan  kewenangan  Pemerintah  Provinsi.
Dampak dari pengaturan tersebut, Bupati Badung menyerahkan Penerbitan Tanda Daftar Usaha Wisata Selam kepada Pemerintah Daerah Provinsi Bali melalui surat
Nomor : 556776Adm.Eko, tanggal 5 Maret 2015, perihal : Kepastian Pelayanan Tanda  Daftar  Usaha  Pariwisata  TDUP.  Persoalan  lebih  lanjut  adalah  terjadi
ketidakjelasan  dalam  penerbitan  Tanda  Daftar  Usaha  Wisata  Selam  akibat  dari Pemerintah Daerah  Provinsi Bali tidak memiliki kewenangan untuk  menerbitkan
Tanda  Daftar  Usaha  Wisata  Selam,  oleh  karena  itu  penelitian  tentang  :
“PENERBITAN  TANDA  DAFTAR  USAHA  WISATA  SELAM  DI KABUPATEN  BADUNG  DENGAN  BERLAKUNYA  UNDANG-UNDANG
NOMOR 23 TAHUN 2014 ” menjadi aktual dan menarik untuk dilakukan.
6
1.2. Rumusan Masalah