Variabel Penelitian METODE PENELITIAN

c. Temperatur air keluar dari condensate pump. c. b Variabel bebas Variabel bebas sering disebut juga variabel predictor, stimulus, input, antencendent atau variabel yang mempengaruhi. Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Sehingga variabel bebas dapat dikatakan sebagai variabel yang mempengaruhi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah temperatur lingkungan sekitar mesin PLTGU.

3.3. Pengambilan Data

Keperluan pengambilan data pada sistem mesin pembangkit listrik dapat diperoleh dengan mencatat data pada logsheet mesin pembangkit listrik yang digunakan untuk menganalisis mesin pembangkit listrik. Setelah data-data yang diperlukan sudah lengkap, data tersebut dapat dihitung kemudian dianalisis.

3.5. Analisis Data

Analisis data akan dilakukan dengan cara menghitung nilai laju kerusakan exergy dan nilai efisiensi exergy serta dihubungkan terhadap temperatur lingkungan dari sistem. Analisis tersebut akan menjabarkan pada komponen apa yang nilai laju kerusakan exergy terbesar dan pada komponen apa yang nilai efisiensi exergy terendah. Hubungan nilai laju kerusakan exergy dan nilai efisiensi exergy terhadap temperatur lingkungan untuk mengetahui pengaruh parameter lingkungan terhadap nilai laju kerusakan exergy dan nilai efisiensi exergy komponen mesin PLTGU.

3.6. Tempat dan Jadwal Penelitian a Tempat Penelitian

Penelitian mesin PLTGU akan dilakukan di PT. INDONESIA POWER UNIT PEMBANGKITAN SEMARANG yang beralamat di Jalan Ronggowarsito Komplek Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah. b Jadwal Penelitian Waktu dan pelaksanaan penelitian dilakukan pada tanggal 7 Oktober hingga 23 Oktober 2015. 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis akan dibahas dalam bentuk diagram dan grafik. Hasil penelitian yang akan dibahas adalah hubungan hubungan performa kerja compressor, combustion chamber, turbin terhadap temperatur lingkungannya dan nilai laju kerusakan exergy dan nilai efisiensi exergy mesin PLTGU. Penelitian unit GTG dilakukan pada kondisi beban output 90MW, unit HRSG dan STG dialkukan pada kondisi beban output 114MW.

4.1. Pengaruh Temperatur Lingkungan terhadap Performa Compressor

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa nilai laju kerusakan exergy Compressor I terus meningkat dari nilai 10003,456kW pada temperatur lingkungan 25 o C sampai sebesar 10387,425kW pada temperatur lingkungan 35 o C, laju kerusakan exergy Compressor II meningkat nilainya dari 10089,469kW pada temperatur lingkungan 25 o C sampai sebesar 10585,002kW pada temperatur lingkungan 35 o C, dan laju kerusakan exergy Compressor III meningkat nilainya dari 9564,145kW pada temperatur lingkungan 25 o C sampai sebesar 10132,389kW pada temperatur lingkungan 35 o C. Meningkatnya laju kerusakan compressor disebabkan oleh meningkatnya temperatur discharge compressor ketika temperatur lingkungan meningkat Gambar 4.7. Entropi akan meningkat ketika temperatur meningkat, sehingga nilai Δ S system 0. Semakin besar nilai Δ S system maka tingkat irreversibilitas semakin besar. Gambar 4.2 menunjukkan nilai efisiensi exergy compressor meningkat ketika temperatur lingkungan meningkat. Meningkatnya efisiensi compressor di setiap kenaikan temperatur lingkungan disebabkan oleh menurunya nilai laju exergy yang rusak di setiap kenaikan temperatur lingkungan. Gambar 4.2 menunjukkan nilai efisiensi Compressor I menurun nilainya dari 88,9 pada temperatur lingkungan 25 o C sampai sebesar 88,5 pada temperatur lingkungan 35 o C, nilai efisiensi exergy Compressor II menurun nilainya dari 88,8 pada temperatur lingkungan 25 o C sampai sebesar 88,2 pada temperatur lingkungan 35 o C, dan nilai efisiensi exergy Compressor III menurun nilainya dari 89,4 pada temperatur lingkungan 25 o C sampai sebesar 88,7 pada temperatur lingkungan 35 o C.

4.2. Pengaruh Temperatur Lingkungan terhadap Performa Combustion Chamber

Gambar 4.3 menunjukkan bahwa nilai laju kerusakan exergy Combustion Chamber I terus meningkat dari nilai 155885,760kW pada temperatur lingkungan 25 o C sampai sebesar 164698,192kW pada temperatur lingkungan 35 o C, laju kerusakan exergy Combustion Chamber II meningkat nilainya dari 164108,331kW pada temperatur lingkungan 25 o C sampai sebesar 176058,347kW pada temperatur lingkungan 35 o C, dan laju kerusakan exergy Combustion Chamber III meningkat nilainya dari 55893,420kW pada temperatur lingkungan 25 o C sampai sebesar 74154,912kW pada temperatur lingkungan 35 o C. Meningkatnya nilai nilai kerusakan exergy pada combustion chamber disebabkan oleh menurunnya nilai AFR Gambar 4.9. Meningkatnya temperatur produk pembakaran Gambar 4.8 juga menjadi faktor meningkatnya laju kerusakan exergy combustion chamber. Semakin besar nilai Δ S system perubahan entropi sistem terhadap Δ S surround perubahan entropi lingkungan, maka akan semakin besar tingkat irreversibilitas. Gambar 4.4 menunjukkan nilai efisiensi exergy combustion chamber menurun ketika temperatur lingkungan meningkat. Menurunnya efisiensi combustion chamber di setiap kenaikan temperatur lingkungan disebabkan oleh meningkatnya nilai laju exergy yang rusak di setiap kenaikan temperatur lingkungan. Gambar 4.4 menunjukkan nilai efisiensi Combustion chamber I menurun nilainya dari 62,8 pada temperatur lingkungan 25 o C sampai sebesar 60,4 pada temperatur lingkungan 35 o C, nilai efisiensi exergy Combustion chamber II menurun nilainya dari 61,3 pada temperatur lingkungan 25 o C sampai sebesar 58,5 pada temperatur lingkungan 35 o C, dan nilai efisiensi exergy Combustion chamber III menurun nilainya dari 82,6 pada temperatur lingkungan 25 o C sampai sebesar 77,3 pada temperatur lingkungan 35 o C.

4.3. Pengaruh Temperatur Lingkungan terhadap Performa Gas turbine

Gambar 4.5 menunjukkan bahwa nilai laju kerusakan exergy Gas turbine I terus menurun dari nilai 105901,948kW pada temperatur lingkungan 25 o C sampai sebesar 99646,979kW pada temperatur lingkungan 35 o C, laju kerusakan exergy Gas turbine II menurun nilainya dari 105199,426kW pada temperatur lingkungan 25 o C sampai sebesar 98967,361kW pada temperatur lingkungan 35 o C, dan laju kerusakan exergy Gas turbine III menurun nilainya dari 108111,274kW pada temperatur lingkungan 25 o C sampai sebesar 100877,356kW pada temperatur lingkungan 35 o C. Menurunnya laju kerusakan exergy gas turbine disebabkan oleh meningkatnya temperatur inlet gas turbine Gambar 4.8. Hal tersebut meneyebabkan nilai perubahan entropi pada sistem terhadap nilai perubahan entropi lingkungan semakin kecil. Gambar 4.6 menunjukkan nilai efisiensi exergy gas turbin meningkat ketika temperatur lingkungan meningkat. Meningkatnya efisiensi gas turbine disebabkan oleh berkurangnya nilai laju exergy pada gas turbine. Gambar 4.6 menunjukkan nilai efisiensi Gas turbine I meningkat nilainya dari 59,7 pada temperatur lingkungan 25 o C sampai sebesar 60,3 pada temperatur lingkungan 35 o C, nilai efisiensi exergy Gas turbine II menurun nilainya dari 59,6 pada temperatur lingkungan 25 o C sampai sebesar 60,1 pada temperatur lingkungan 35 o C, dan nilai efisiensi exergy Gas turbine III menurun nilainya dari 59,2 pada temperatur lingkungan 25 o C sampai sebesar 59,9 pada temperatur lingkungan 35 o C.