BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Telepon selular atau yang lebih dikenal dengan sebutan handphone sudah menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat modern saat ini.kecanggihan teknologi yang semakin hari
semakin meningkat menjadikan fungsi telepon selular bukan lagi sekedar alat komunikasi. Kemunculan smartphone yang merupakan telepon selular yang tidak hanya digunakan sebagai alat
komukasi tapi juga dapat digunakan untuk mengakses internet sebagai media hiburan, media untuk mendapatkan informasi, bahkan digunakan untuk menjalankan bisnis.
Melihat kecanggihan smartphone tidak heran jika harga jualnya tinggi sehingga pada awal kemunculannya hanya menjadi konsumsi kalangan menengah ke atas. Namun, keadaannya
berbeda saat ini karena fungsinya, smartphone menjadi sebuah kebutuhan utama masyarakat dalam bertukar informasi. Harga bukan lagi menjadi masalah utama bagi peminat smartphone
ditambah lagi dengan adanya lembaga pembiayaan konsumen yang menawarkan pembiayaan konsumen untuk barang-barang elektronik termasuk smartphone.
Dengan memanfaatkan lembaga pembiayaan ini, masyarakat yang tadinya sulit untuk membeli barang kebutuhannya secara tunai, kini dengan bantuan pembiayaan konsumen
kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi. Konsumen yang berkepentingan hanya perlu menghubungi Perusahaan Pembiayaan Konsumen agar dapat membayar secara tunai harga barang kebutuhan
yang dibelinya dari pemasok Supplier dengan ketentuan pembayaran kembali harga barang itu
kepada Perusahaan Pembiayaan Konsumen dilakukan secara angsuran. Dengan cara demikian, kebutuhan masyarakat konsumen dapat terpenuhi secara wajar.
1
Pasal 1 angka 1 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Lembaga Pembiayaan disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Lembaga Pembiayaan adalah
badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal. Berdasarkan pengertian lembaga pembiayaan sebagaimana dimaksud diatas, maka dalam
lembaga pembiayaan terdapat unsur-unsurnya yaitu badan usaha yang merupakan perusahaan pembiayaan yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha
lembaga pembiayaan, Kegiatan pembiayaan, yaitu melakukan pekerjaan atau aktivitas dengan cara membiayai pihak-pihak atau sektor usaha yang dibutuhkan, Penyediaan dana, yaitu perbuatan
penyediaan uang untuk suatu keperluan. Barang Modal, yaitu barang yang dipakai untuk menghasilkan sesuatu atau barang lain, seperti mesin-mesin, peralatan pabrik, dan sebagainya.
Tidak menarik dana secara langsung non deposit taking.
2
Perjanjian pembiayaan konsumen consumer finance agreement merupakan dokumen hukum utama yang dibuat secara sah dengan memenuhi syarat-syarat sebagamana ditetapkan
dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata selanjutnya disebut KUHPerdata dan perjanjian pembiayaan konsumen ini berfungsi sebagai dokumen atau bukti yang sah bagi
perusahaan pembiayaan dan konsumen. Akibat hukum perjanjian yang dibuat secara sah, maka akan berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang melakukan perjanjian yaitu perusahaan
pembiayaan dan konsumen sesuai ketentuan Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata. Serta, perjanjian
1
Abdul Kadir Muhammad dan Rida Murniati, 2000, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 250.
2
Richard Burton Simatupang, 2003, Aspek Hukum Dalam Bisnis, Rineka Cipta, Jakarta, h.126.
harus dilaksanakn dengan itikad baik in good faith dan tidak dapat dibatalkan secara sepihak unilateral unavoidable.
3
PT Adira Quantum adalah salah satu brand pembiayaan dari PT Adira Finace yang melayani pembiayaan multi produk antara lain produk elektronik seperti laptop, telepon selular, kulkas, AC,
mesin cuci, TV, serta perabotan rumah tangga seperti furniture, lemari, maupun tempat tidur, dan juga peralatan pertanian, dan lain-lain. PT Adira Quantum juga memiliki puluhan cabang di
seluruh Indonesia, salah satunya yaitu PT Adira Quantum Cabang Denpasar. Perusahaan pembiayaan harus berhati-hati dalam menilai sebelum memberikan pembiayaan
konsumen.Terdapat berbagai persyaratan serta prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan pembiayaan dan wajib diikuti atau dipenuhi oleh para konsumen.
Di dalam prakteknya pembiayan konsumen menggunakan perjanjian pembiayaan yang pada umumnya dibuat dalam bentuk perjanjian baku atau disebut juga perjanjian standar.
Perjanjian standart, sebagai perjanjian tertulis yang bentuk dan isinya telah dipersiapkan terlebih dahulu, yang mengandung syarat-syarat baku, yang oleh salah satu pihak yaitu pihak perusahaan
pembiayaan yang kemudian diberikan kepada pihak konsumen untuk disetujui. Ciri dari perjanjian standar adanya sifat uniform atau keseragaman dari syarat-syarat perjanjian untuk semua
perjanjian untuk sifat yang sama. Syarat-syarat baku dalam perjanjian adalah syarat konsep tulis yang dimuat dalam beberapa perjanjian yang akan masih dibuat yang jumlahnya tidak tertentu,
tanpa merundingkan terlebih dahulu isinya.
4
Seringkali perjanjian yang sudah disepakati kedua belah pihak dalam prakteknya tidak terpenuhi sesuai dengan isi perjanjian, karena kesengajaan atau kelalaian baik yang dilakukan oleh
pihak perusahaan pembiayaan atau oleh pihak debitur. Terlebih karena bentuk perjanjiannya
3
Abdul Kadir Muhammad dan Rida Murniati,Op.Cit, h. 256.
4
Purwahid Patrik, 1994, Dasar-Dasar Hukum Perikatan, Mandar Maju, Bandung, h. 2.