Jumlah Uang Beredar Y Kurs valuta asing X Impor X3 Autokorelasi

50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel adalah pernyataan tentang definisi dan pengukuran variabel “penelitian secara operasional berdasarkan teori yang ada maupun pengalaman empiris.” Sedangkan definisi pengukuran variabel yang digunakan dalam penulisan penelitian ini, antara lain terdiri dari : a. Variabel tidak bebas atau variabel terikat

1. Jumlah Uang Beredar Y

Yang di maksud dengan uang beredar adalah jumlah uang yang ada ditanggan masyarakat yang dapat berupa uang kartal, uang giral, deposito berjangka, saldo tabungan dan uang kuasi”Quasi money” M3 dengan satuan Milyar Rupiah b. Variabel bebas atau variabel tidak terikat

1. Kurs valuta asing X

1 Kurs valuta asing adalah sebagai harga sifatnya sama saja dengan pembentukan harga barang-barang yaitu pembentukannya kekuatan permintaan dan penawaran dan permintaan . 2. Investasi X2 Investasi diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanaman-penanaman modal dan perlengkapan produksi untuk membeli Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. barang-barang modal dan perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian, yang di nyatakan dalam Milyar Rupiah.

3. Impor X3

Impor adalah memasukkan barang-barang dari luar negeri sesuai dengan ketentuan pemerintah kedalam peredaran dalam masyarakat yang di bayar dengan menggunakan valuta asing , dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan barang-barang dengn cara mendatangkan barang yang belum tersedia di dalam negeri dan di luar negeri .

4. Produk Domestik Bruto X4

Produk Domestik Bruto adalah nilai barang dan jasa akhir yang di hasilkan oleh berbagai berbagai produksi di wilayah Indonesia dalam jangka waktu satu tahun yang menurut harga berlaku , variable ini di nyatakan dalam satuan miliar rupiah .

3.2. Teori Penentuan Sampel

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data berkala Times Series Data dalam periode tahunan selama 15 tahun yaitu dari tahun 1994-2008. 3.3. Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang bisa dikumpulkan atau diperoleh dari instansi yang Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. ada hubungannya dengan penelitian ini atau data yang sudah terlampir dan bisa diambil dari instansi yang bersangkutan.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini diperoleh dari : a. Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur b. Bank Indonesia cabang Surabaya c. Departemen yang terkait

3.3.3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang diperlukan pada penelitian ini dilakukan dengan : a. Study kepustakaan Data yang diperoleh berdasarkan buku-buku atau literatur-literatur yang sesuai dengan usaha penelitian ini. b. Study lapangan Yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan, pencatatan terhadap obyek atau masalah yang diteliti. Study lapangan ini dilaksanakan guna menunjang pengumpulan data yang diperoleh untuk diolah dan dianalisis. Dalam hal ini adalah Bank Indonesia cabang Surabaya. Bank Umum dan Badan Pusat Statistik Jawa Timur melalui studi kepustakaan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Teknik Analisis Sesuai dengan tujuan dari usulan penelitian ini, maka digunakan suatu model regresi linier berganda. Analisis regresi merupakan alat analisis yang berfungsi untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Bentuk model tersebut adalah : Y = β + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4 + μ i ............Sudrajat, 1988 : 112 Dimana : Y = Jumlah uang beredar X 1 = Kurs valuta asing X 2 = Investasi X 3 = Impor X 4 = Produk domestik bruto β = Konstanta β 1 , β 2 , β 3 , β 4 = Koefisien regresi μ i = Variabel pengganggu, merupakan wakil dari semua faktor lain yang dapat mempengaruhi penyaluran kredit usaha kecil, namun tidak dimasukkan dalam model karena diasumsikan sama dengan nol. Sedangkan untuk mengetahui model analisis tersebut cukup layak digunakan dalam pembuktian selanjutnya dan untuk mengetahui sejauh mana variabel bebas mampu menjelaskan variabel terikat, Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. maka perlu diketahui nilai-nilai koefisien determinasi dengan menggunakan rumus : JK regresi R 2 = JK total Sudrajad, 1988 : 84 Dimana : R = Koefisien determinasi JK = Jumlah kuadrat JK Regresi = b 1 ∑y i X 1 + b 2 ∑y 2 X 2 + b 3 ∑y i X 3 +.............. b n ∑y n X n JK total = ∑y i 2 atau ∑y i – ∑y 2 n Jadi : b 1 ∑y i X 1 + b 2 ∑y 2 X 2 + b 3 ∑y i X 3 R 2 = ∑y i 2 Sudrajad, 1988 : 84 Karakteristik utama dari R 2 adalah : 1. Tidak mempunyai nilai negatif 2. Nilainya terletak antara 0 dan 1. Dimana kecocokan model dikatakan “lebih baik” jika R 2 semakin dekat dengan 1.

3. Salah satu sifat penting dari R

2 adalah bahwa nilai tadi merupakan fungsi yang tidak pernah menurun noncreasing function dari banyaknya variabel yang menjelaskan yang ada dalam model seiring dengan meningkatnya jumlah variabel yang menjelaskan, R 2 hampir selalu meningkat dan tak pernah menurun. Gujarati, 1995 : 101. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3.4.2. Uji Hipotesis

Selanjutnya untuk menguji hipotesisnya menggunakan cara sebagai berikut :

a. Uji F secara simultan

Untuk menguji hubungan regresi antara variabel bebas X dengan variabel terikat Y, maka digunakan uji F. Pengujian ini ditentukan dengan rumus : KT regresi ............................ Sudrajad, 1988 : 123 F hitung = KT Galat Dengan derajat bebas = k, n-k-1 Keterangan : K = Jumlah variabel bebas n = Jumlah sampel KT = Kuadrat tengah Galat = Error Residual Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Kriteria uji F akan ditunjukkan pada gambar Gambar 8 Daerah Kritis H melalui kurva distribusi F Sumber : Gujarati, Damodar, diterjemahkan oleh Sumarno Zain. 1995, Ekonometrika Dasar , Erlangga, Jakarta hal 80 H = β 1 = β 2 = β 3 = β 4 = 0 tidak ada pengaruh H = β 1 ≠ β 2 ≠ β 3 ≠ β 4 ≠ 0 ada pengaruh Kaidah keputusannya adalah : 1. Jika F hitung ≤ F tabel , maka H diterima 2. Jika F hitung F tabel , maka H ditolak

b. Uji t

Digunakan untuk menguji hubungan regresi secara terpisah dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya dengan persamaan sebagai berikut : β i t hitung = Seβ i ...............................Sudrajad, 1988 : 122 Derajat bebas = n-k-1 Dimana : Daerah tolak H Daerah terima H Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. β i = Koefisien regresi Se = Standar error n = Jumlah sampel k = Jumlah variabel bebas Kriteria uji t akan ditunjukkan pada gambar sebagai berikut : Gambar 9 Daerah kritis H melalui kurva distribusi t -t hitung - t tabel t tabel Sumber : Gujarati, Damodar, diterjemahkan oleh Sumarno Zain. 1999, Ekonometrika Dasar , Erlangga, Jakarta hal 116 H : β i = 0 tidak ada pengaruh nyata H i : β i ≠ 0 ada pengaruh nyata Kaidah keputusannya adalah : 1. H diterima jika -t hitung ≤ t tabel , berarti tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat. 2. H ditolak jika --t tabel t hitung t tabel , berarti ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.

3.5. Uji Asumsi Klasik BLUE

Persamaan regresi yang dipergunakan haruslah bersifat BLUE, yang artinya pengambilan melalui uji F atau uji t tidak boleh bias. Untuk Daerah tolak H Daerah terima H Daerah tolak H Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. melaksanakan operasi linier tersebut diperlukan 3 tiga asumsi dasar yang harus dipenuhi dan tidak boleh dilanggar, yaitu : 1. Tidak terjadi korelasi 2. Tidak terjadi multikolinieritas 3. Tidak terjadi heteroskedastisitas Apabila ada salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE Best Linier Unbiased Estimator . 1. Autokorelasi Istilah autokorelasi dapat didefinisikan sebagai “korelasi antara data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu data time series atau data yang diambil pada waktu tertentu data cross-sectional Gujarati, 1995 : 201. Jadi, dalam model regresi linier diasumsikan tidak terdapat gejala autokorelasi. Artinya, nilai residual Y observasi – Y prediksi pada waktu ke-t e t tidak boleh ada hubungan dengan nilai residual periode sebelumnya e t-1 . Identifikasi ada atau tidaknya gejala autokorelasi dapat ditest dengan menghitung nilai Durbin Watson d tes dengan persamaan : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. t=N ∑ e t – e t-1 2 t=2 d = t=N ∑ e t 2 t=1 Keterangan : d = Nilai Durbin Watson e t = Residual pada waktu ke -t e t-1 = Residual pada waktu ke t-1 satu periode sebelumnya N = Banyaknya data Gambar 10 Identifikasi gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan kurva dibawah ini : dL dU 4-dU 4-dL 4 2. Multikolinieritas Persamaan regresi linier berganda diatas diasumsikan tidak terjadi pengaruh antar variabel bebas. Apabila ternyata ada pengaruh linier antar variabel bebas, maka asumsi tersebut tidak berlaku lagi terjadi bias. Untuk mendeteksi adanya multikolieritas dapat dilihat ciri-cirinya sebagai berikut : Tidak ada autokorelasi positif dan tidak ada autokorelasi negatif Daerah keragu- raguan Ada autoko relasi negatif Ada autoko relasi positif Daerah keragu- raguan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. a. Koefisien determinasi berganda R square tinggi b. Koefisien korelasi sederhanya tinggi c. Nilai F hitung tinggi signifikan d. Tapi tak satupun atau sedikit sekali diantara variabel bebas yang signifikan. Akibat adanya multikolinieritas adalah : 1. Nilai standar error galat baku tinggi, sehingga taraf kepercayaan confidence intervalnya akan semakin melebar. Dengan demikian, pengujian terhadap koefisien regresi secara individu menjadi tidak signifikan.

2. Probabilitas untuk menerima hipotesa H

diterima tidak ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat akan semakin besar. Awat, J, Napa, 1995 : 367-375. Identifikasi secara statistik atau tidaknya gejala multikolinier dapat dilakukan dengan menghitung Variance Inflation Factor VIF. VIF = 1 FIV menyatakan tingkat “pembengkakan” varians. tolerance Apabila VIF lebih besar dari 10, hal ini berarti terdapat multikolinier pada persamaan regresi linier Ghozali, 2001 : 57. 3. Heteroskedastisitas Pada regresi linier residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel X. Hal ini bisa diidentifikasi dengan cara menghitung korelasi Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Rank Speaman antara residual dengan seluruh variabel bebas. Rumus Rank Spearman adalah : ∑d i 2 r s = 1 – 6 N N 2 – 1 Keterangan : D i = Perbedaan dalam Rank antara residual dengan variabel bebas ke-1 N = Banyaknya data Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1. Kondisi Geografis Indonesia adalah Negara kesatuan yang berbentuk Republik yang terletak 6° Lintang Utara dan 11° Lintang Selatan dan antara 94° Bujur Timur dan 141° Bujur Timur. Indonesia juga merupakan Negara berkembang yang terletak di antara dua samudra, samudra pasifik dan samudra Hindis dan berbatasan dengan samudera Indonesia utara, sebelah timur berbatasan dengan Papua Nugini dan sebelah barat berbatasan dengan samudera Indonesia Sejak tahun 2001 Indonesia dibagi menjadi 30 Propinsi dengan 4 tambahan propinsi, yaitu kepulauan Bangka Belitung, Banten, Gorontalo dan Maluku Utara terdiri dari 268 kabupaten 85 kotamadya 4.424 kecamatan dan 68.819 desa. Indonesia merupakan Negara bahari dengan luas lautnya sekitar 7,9 juta Km Termasuk daerah Zone Economic Eclusive atau 81 dari luas keselurahan. Daratan Indonesia mempunyai luas lebih dari 1,9 juta Km dan mempunyai puluhan atau mungkin ratusan gunung merapi dan sungai.

4.1.2. Kependudukan

Dilihat dari jumlah penduduk Indonesia termasuk Negara dengan penduduk keempat di dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Berdasarkan hasil sensus penduduk pada tahun 2000 sebesar 206,3 juta jiwa. Jumlah ini mencakup penduduk bertempat tinggal tetap sebesar 205,8 juta Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. dan penduduk tidak bertempat tinggal tetap sebesar 421.399 jiwa. Laju pertumbuhan 1,49 pertahun selama periode 2000-2001. jumlah penduduk yang begiti besar dan terus bertambah setiap tahunnya tidak diimbangi dengan pemerataan penyebaran penduduk. Hasil sensus penduduk 2002 menentukan sekitar 61 penduduk tinggal di pulau Jawa gambaran ini menunjukan daya dukung lingkungan yang kurang seimbang di Propinsi – propinsi di Jawa.

4.1.3. Perkembangan Jumlah Uang Beredar

Inilah Jumlah Uang Yang Beredar Di Indonesia Saat Ini - Bank Indonesia BI mencatat uang kertas dan uang logam yang mendominasi Uang Beredar di masyarakat adalah berdenominasi Rp1.000 dan Rp100. Hingga saat ini, jumlah uang kertas dan logam yang beredar di masyarakat per 30 Juni 2010 sebesar Rp269,1 triliun. Jumlah tersebut terdiri dari Rp265,9 triliun berupa uang kertas dan Rp3,2 triliun berupa uang logam. Mayoritas uang yang beredar berdenominasi Rp1.000 dan Rp100, ungkap Deputi Gubernur BI Budi Rochadi selepas Peluncuran Gerakan Peduli Koin Nasional di Kompleks BI Jakarta, Sabtu 3172010.Berdasarkan catatan BI, jumlah uang kertas Rp100 ribu yang beredar adalah Rp135,1 triliun dengan 1,3 miliar lembar kertas atau sekitar 13,77 dari total uang beredar. Sedangkan uang Rp50 ribu berjumlah Rp104,3 triliun dengan 2,1 miliar lembar atau setara 21,27 persen dari uang beredar.Sedangkan uang Rp20 ribu berjumlah Rp8,7 triliun dengan 438 juta lembar kertas atau 4,46 persen dari Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. uang beredar. Sementara uang Rp10 ribu sebesar Rp6,9T triliun dengan 691 juta lembar saham atau 7,04 persen dari uang beredar. Sedangkan Rp5 ribu berjumlah Rp5,6 triliun dengan 1,1 miliar lembar kertas atau setara 11,52 persen. Uang Rp2 ribu sebesar Rp2,1 triliun dengan 1,06 miliar lembar atau setara 10,88 persen dan uang Rp1.000 berjumlah Rp3,04 triliun dengan 3,04 miliar lembar atau setara 31,07 persen dari uang beredar.Sementara uang logam bernenominasi Rp1.000 berjumlah Rp175,6miliar dengan 176 juta keping 1,17 persen, uang Rp500 berjumlah Rp1,9 triliun dengan 3,8 miliar keping 26,09 persen, uang Rp200 berjumlah Rp291 miliar dengan 1,4 miliar keping 9,76 persen.Sedangkan uang Rp100 berjumlah Rp672 miliar dengan 6,7 miliar keping 44,96 persen, uang Rp50 berjumlah Rp108 miliar dengan 2,1 miliar keping 14,57 persen dan uang Rp25 berjumlah Rp12,9 miliar dengan 516 juta keping 3,45 persen. Jadi uang logam yang beredar sebesar Rp3,2 triliun dengan jumlah 14,9 miliar keping, Tahun ini pula, BI juga berencana akan mencetak sejumlah 1,6 miliar keping uang logam. Salah satu yang sudah telah diluncurkan adalah uang logam berdenominasi Rp1.000 .

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

Deskripsi hasil penelitian ini memberikan gambaran tentang data- data serta perkembangan Jumlah Uang Beredar sehingga dapat mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi terhadap perkembangan Jumlah Uang Beredar, Kurs Valuta Asing, Investasi, Import, dan Produk Domestik Bruto. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.2.1. Perkembangan Jumlah Uang Beredar

Berdasarkan tabel 1 dapat dijelaskan bahwa perkembangan Jumlah Uang Beredar setiap tahunnya mengalami peningkatan yang tidak tentu besarnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1 yang menjelaskan bahwa pada tahun 1995 sampai 2009, Perkembangan terbesar Jumlah Uang Beredar pada tahun 1998 sebesar 62,34 dan terendah sebesar 4,72 terjadi pada tahun 2002, Jumlah Uang Beredar terbesar pada tahun 2009 sebesar Rp. 2.015.262 Milyar. dan Jumlah Uang Beredar yang terendah yaitu pada tahun 1995 sebesar Rp. 222.638 Milyar. Tabel.1. Perkembangan Jumlah Uang Beredar Tahun 1995-2009 Tahun Jumlah Uang Beredar Milyar Rupiah Perkembangan 1995 222.638 - 1996 288.632 29,64 1997 355.643 23,21 1998 577.381 62,34 1999 646.205 11,92 2000 747.028 15,60 2001 844.053 12,98 2002 883.908 4,72 2003 955.692 8,12 2004 1.033.527 8,14 2005 1.203.215 16,41 2006 1.382.074 14,86 2007 1.643.203 18,89 2008 1.883.851 14,64 2009 2.015.262 6,97 Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur diolah

4.2.2. Perkembangan Kurs Valuta Asing

Berdasarkan tabel 2 dapat dijelaskan bahwa perkembangan Tingkat Kurs Valuta Asing setiap tahunnya mengalami fluktuatif yang tidak tentu Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. besarnya. Perkembangan terbesar Kurs Valuta Asing pada tahun 1997 sebesar 95,13 hal ini dikarenakan pada tahun 1997 awal terjadi krisis moneter dan perbankan di dunia maka Indonesia mendapatkan dampak dari krisis global tersebut dan terendah sebesar – 23,39 terjadi pada tahun 2009, hal ini dikarenakan sudah membaiknya makro perekonomian di Indonesia sehingga Kurs Valuta Asing mengalami penguatan, Kurs Valuta Asing terbesar pada tahun 2009 sebesar Rp.10.950 dan Kurs Valuta Asing yang terendah yaitu pada tahun 1995 sebesar Rp. 2308. Tabel.2. Perkembangan Kurs Valuta Asing Tahun 1995-2009 Tahun Kurs Valuta Asing Rupiah Perkembangan 1995 2308 - 1996 2383 3,24 1997 4650 95,13 1998 8025 72,58 1999 7100 - 11,52 2000 9595 35,14 2001 10400 8,38 2002 8940 - 14,03 2003 8465 - 5,31 2004 9260 9,39 2005 9830 6,15 2006 9020 - 8,24 2007 9419 4,42 2008 10950 16,25 2009 8388 - 23,39 Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur diolah

4.2.3. Perkembangan Investasi Penanaman Modal Asing

Berdasarkan tabel 3 dapat dijelaskan bahwa perkembangan Investasi selama 15 tahun 1995-2009 cenderung mengalami fluktuasi. Perkembangan tertinggi Investasi adalah pada tahun 1999 sebesar 541,78 hal disebabkan sudah membaiknya kondisi ekonomi karena tahun 1998 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. terjadi krisis ekonomi dan moneter dan perkembangan terendah adalah pada tahun 2008 sebesar -89,21 hal ini disebabkan karena pada tahun 2008 terjadi krisis financial dan adanya kenaikan minyak mentah sehingga berdampak pada Investasi di Indonesia. Investasi tertinggi terjadi pada tahun 1995 sebesar 39914,70 juta US dan Investasi terendah pada tahun 2001 sebesar 9027,50 juta US. Tabel.3. Perkembangan Investasi Tahun 1995-2009 Tahun Investasi Milyar Rp Perkembangan 1995 39914,7 - 1996 29931,4 - 25,01 1997 33833,5 13,03 1998 8343,9 - 75,33 1999 53550,0 541,78 2000 93327,7 74,28 2001 58476,0 - 37,34 2002 25262,3 - 56,79 2003 55849,9 121,08 2004 44801,2 - 19,78 2005 50577,3 12,89 2006 162767,2 221,81 2007 188876,3 16,04 2008 20363,4 - 89,21 2009 21753,3 6,82 Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur diolah

4.2.4. Perkembangan Impor

Berdasarkan tabel 4 dapat dijelaskan bahwa Impor setiap tahunnya mengalami naik turun yang tidak tentu besarnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4 yang menjelaskan bahwa pada tahun 1995 sampai 2009, Perkembangan terbesar Impor pada tahun 2000 sebesar 108,53 dan terendah sebesar -94,70 terjadi pada tahun 2007, Import tertinggi pada Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. tahun 2006 sebesar 408.560.804 US dan Impor yang terendah yaitu pada tahun 2009 sebanyak 14.600.000 US. Tabel.4. Perkembangan Impor Tahun 1995-2009 Tahun Impor US Perkembangan 1995 86.911.722 - 1996 96.520.924 11,05 1997 125.791.786 30,32 1998 88.047.359 - 30,00 1999 142.166.377 61,46 2000 296.462.447 108,53 2001 264.756.519 - 10,69 2002 228.109.878 - 13,84 2003 300.453.511 31,71 2004 191.519.890 - 36,25 2005 289.545.237 51,18 2006 408.560.804 41,10 2007 21.646.321 - 94,70 2008 23.904.324 10,43 2009 14.600.000 - 38,92 Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur diolah

4.2.5 Perkembangan Produk Domestik Bruto

Berdasarkan tabel 5 dapat dijelaskan bahwa perkembangan Produk Domestik Bruto setiap tahunnya mengalami naik turun yang tidak tentu besarnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5 yang menjelaskan bahwa pada tahun 1995 sampai 2009, Perkembangan terbesar Produk Domestik Bruto pada tahun 2009 sebesar 82,55 dan terendah sebesar - 40,18 terjadi pada tahun 1996, Produk Domestik Bruto tertinggi pada tahun 2007 sebesar Rp. 39574,90 milyar dan Produk Domestik Bruto yang terendah yaitu pada tahun 1996 sebanyak Rp. 2706,00 milyar. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Tabel.5. Perkembangan Produk Domestik Bruto Tahun 1995-2009 Tahun Produk Domestik Bruto Milyar Rupiah Perkembangan 1995 4523,80 - 1996 2706,00 - 40,18 1997 3141,00 16,07 1998 4647,50 47,96 1999 5377,40 15,70 2000 6145,10 14,27 2001 7025,60 14,32 2002 8645,10 23,05 2003 9429,50 9,07 2004 10610,10 12,52 2005 12675,50 19,46 2006 15028,50 18,56 2007 17545,40 16,74 2008 21678,50 23,55 2009 39574,90 82,55 Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur diolah

4.3 Hasil Analisis Asumsi Regresi Klasik BLUE Best Linier Unbiased

Estimator. Agar dapat diperoleh hasil estimasi yang BLUE Best Linier Unbiased Estimator atau perkiraan linier tidak bias yang terbaik maka estimasi tersebut harus memenuhi beberapa asumsi yang berkaitan. Apabila salah satu asumsi tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE, sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias. Dalam hal ini harus dihindarkan terjadinya kasus-kasus sebagai berikut :

1. Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai “korelasi antara data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu data time series atau Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. data yang diambil pada waktu tertentu data cross-sectional” Gujarati, 1995:201. Untuk menguji variabel-variabel yang diteliti apakah terjadi autokorelasi atau tidak dapat digunakan uji Durbin Watson, yaitu dengan cara membandingkan nilai Durbin Watson yang dihitung dengan nilai Durbin Watson dL dan dU dalam tabel. Distribusi penetuan keputusan dimulai dari 0 nol sampai 4 empat. Kaidah keputusan dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Jika d lebih kecil daripada d