12
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini memaparkan hakikat resiliensi, hakikat remaja, dan bencana alam.
A. Hakikat Resiliensi
1. Pengertian Resiliensi
Reivinch dan Shatte dalam Sella, 2014 mendifinisikan resiliensi sebagai beikut :
“Resilience is the capacity to respond in healthy and productive ways and when adversity or trauma, that it is essential for
managi ng the daily stress of life.” Resiliensi merupakan kemampuan
individu untuk melakukan respon dengan cara yang sehat dan produktif ketika berharap dengan adversity atau trauma, dimana hal tersebut sangat
penting untuk mengendalikan tekanan hidup sehari – hari. Bisa diartikan
bahwa seseorang mampu merespon masalahnya dengan positif.
Rirkin dan Hoopman Desmita 2009;200 merumuskan defenisi tentang resiliensi secara khusus ditujukan pada siswa dan pendidik, yang
berisikan elemen – elemen pembangunan resiliensi disekolah yaitu : “the
capacity to spring back,rebound,successfully adapt in the face of adversity, and develop social, academic, and vocational competence
despite exposure to severe stress or simply to the stress that is inherent in today’s world”. Dapat diartikan bahwa seseorang memiliki kapasitas
untuk bangkit kembali, beradaptasi ketika menghadapi kesulitan, sehingga seseorang tersebut mampu tetap mengembangkan akademiknya
maupun sosialnya walaupun tekanan dari kesulitan yang dihadapi masih melekat.
13
G rotberg Desmita 2009 mengartikan resiliensi sebagai “the
human capacity to face,overcome, be strengthened by, and even be transformed by experiences of adversity”. Artinya, seseorang mampu
untuk menghadapi, mengatasi, serta diubahkan dan lebih berkembang lagi melalui permasalahan yang dihadapi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa resiliensi akan membentuk seseorang untuk berhasil menyesuaikan diri ketika
mengghadapi kondisi yang tidak menyenangkan, serta dapat tetap mengembangkan diri sekalipun berada dibawah tekanan kondisi yang
tidak menyenangkan.
2. Prinsip Dasar Keterampilan Resiliensi
Empat prinsip yang dijadikan Reivinch dan Shatte 2002 sebagai dasar bagi keterampilan resiliensi adalah sebagai berikut :
a. Manusia dapat berubah
Manusia bukanlah
korban dari
leluhur atau
masalalunya.Setiap orang bebas mengubah hidupnya kapan saja ketika memiliki keinginan dan dorongan.Setiap orang dilengkapi
dengan keterampilan yang sesuai.Individu merupakan pemimpin bagi keberuntungan sendiri.Hasil penelitian mendukung bahwa
manusia dapat berubah secara positif dan menetap. Menurut Frankl dalam Jacob 2014 manusia memiliki
kebebasan berkeinginan Freedom of will yang artinya setiap manusia memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan potensi
14
diri. Kebebasan bertanggung jawab adalah manusia mampu menyikapi situasi dan mengembangkan potensi diri, dengan
bertanggung jawab manusia akan menemukan nilai, makna dan tujuan hidup meskipun dalam situasi penderitaan.
b. Pikiran adalah Kunci untuk Meningkatkan Resiliensi
Emosi menentukan siapa yang tetap resiliensi dan mengalah.Beck mengembangkan system terapi yang dinamakan
terapi kognitif dimana pasien belajar mengubah pikirannya untuk mengatasi deprivasi dan kecemasan.
c. Ketepatan Berfikir adalah Kunci
Penelitiam menunjukkan bahwa individu yang memiliki optimisme yang tidak realistis cendrung menyelesaikan resiko yang
akan terjadi pada kesehatan mereka, sehingga justru menjadi tidak tertolong. Optimisme realistis, tidak mengasumsikan bahwa hal
– hal baik akan datang dengan sendirinya. Hal
– hal baik hanya akan terjadi melalui usaha, pemecahan dan pemecahan masalah dan
perencanaannya. Menurut Branden dalam Jacob 2014 berfikir adalah cara
efektif untuk merespon tantangan dalam hidup. Branden juga percaya bahwa setiap manusia layak untuk bahagia,sukses,
berprestasi dan memiliki rasa cinta. Sehingga dengan ketepatan berfikir setiap manusia akan mampu mengatasi tantangan dalam
hidup.
15
d. Fokus pada kekuatan manusia
Positif psychology memiliki dua tujuan utama, yakni 1 meningkatkan pemahaman tentang kekuatan manusia human
strengths melalui perkembangan system dan metode klasifikasi untuk mengukur kekuatan tersebut; dan 2 menanamkan
pengetahuan ini kedalam program dan intervensi efektif yang terutama dirancang untuk membangun kekuatan partisipan daripada
untuk memperbaiki kelemahan mereka. Resiliensi merupakan kekuatan dasar basic strength yang mendasari semua karakteristik
positif pada kondisi emosional dan psikologis manusia. Kurangnya resiliensi tidak akan ada keberanian, rasionalitas dan insight
Reivich dan Shatte, 2002. Menurut Wong dalam Jacob 2014 Setiap pribadi individu
dapat diajak untuk menggunakan kekuatannya dan menantang jiwanya agar mampu melampaui kondisi yang sedang dialami
sehingga bergerak kearah yang positif, hal ini akan menjadikan pribadi tersebut mampu menerima keberadaan dirinya, keadaan
fisik,kepribadian yang rapuh, emosi yang tidak terkontrol dan pengalaman yang menyakitkan. Tujuannya adalah membantu
pribadi setiap individu untuk memilih sikap yang benar, mengatasi dirinya sendiri dan mengembangkan kekuatan yang ada dalam
dirinya untuk mengatasi dertita yang dialaminya.
16
3. Aspek