10 berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-
otot periatrikular memegang peran penting terhadap perlindungan rawan sendi dan beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting.
7. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoarthritis dengan kerusakan sendi yang nyata dengan nyeri yang menetap dengan kelemahan fungsi.
Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy unrtuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian dan debridement sendi untuk
menghilangkan fragmen tulang sendi.
2.1.7 Konsep Nyeri Osteoartritis
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang di sebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan sangat
bersifat individual. Nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk melindungi diri. Setiap individu pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu.
Walaupun nyeri merupakan salah satu dari gejala yang paling sering terjadi dibidang medis tetapi merupakan hal yang paling sedikit dipahami. Individu yang
merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari upaya untuk menghilangkan nyeri. Nyeri dapat merupakan faktor utama yang menghambat
kemampuan dan keinginan individu untuk pulih dari suatu penyakit. 1.
Pengertian Nyeri Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya Tamsuri, 2007.
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi yang disebabkan oleh stimulasi tertentu Mahon, 1994.
Menurut The International Association For the Study of Pain nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak nyaman, yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan atau berpotensi merusak jaringan. Definisi tersebut merupakan pengalaman subyektif dan bersifat individual.
Dengan dasar ini dapat dipahami bahwa kesamaan penyebab tidak secara otomatis menimbulkan perasaan nyeri yang sama Meliana, 2004.
Universitas Sumatera Utara
11 Nyeri sendi pada osteoarthritis sering dikeluhkan sebagai nyeri dalam,
terlokalisasi di sendi yang terkena. Biasanya nyeri pada osteoarthritis diperberat oleh perkembangan penyakit nyeri tersebut menjadi menetap
karena kartilago sendi tidak memiliki persyarafan, nyeri sendi pada osteoarthtritis berasal dari struktur lain. Nyeri bisa disebabkan oleh
peregangan syaraf di periosteum yang menutupi osteofit dan bisa juga berasal dari fraktur di tulang subkondral atau hipertensi medularis yang disebabkan
oleh gangguan aliran darah akibat penebalan trabekula subkondral. Kejang otot dan instabilitas sendi menyebabkan peregangan kapsul sendi juga dapat
merupakan sumber nyeri Brandt, 2000.
2. Sumber Nyeri
Ada tiga tempat yang dapat menjadi sumber nyeri, yaitu sinovium, jaringan lunak sendi dan tulang. Nyeri sinovium dapat terjadi akibat reaksi
radang yang timbul akibat adanya debris dan kristal dalam cairan sendi. Selain itu juga dapat terjadi akibat kontak dengan rawan sendi pada waktu
sendi bergerak. Kerusakan pada jaringan lunak sendi dapat menimbulkan nyeri, misalnya robekan ligamen dan kapsul sendi, peradangan pada bursa
atau kerusakan meniskus. Nyeri yang berasal dari tulang biasanya akibat rangsangan pada periosteum karena periosteum kaya akan serabut-serabut
penerima nyeri. Pada membran sinovial ini juga terdapat banyak sekali reseptor nyeri,
sehingga jika makrofag ataupun sel-sel polimorfonuklear mengenai daerah dengan banyak reseptor nyeri tersebut akan menmbulkan nyeri dan hidrops.
Teori terjadinya nyeri pada kasus tersebut juga dapat disebabkan oleh terjepitnya ujung-ujung saraf polimodal yang terdapat disekitar sendi karena
terbentuknya osteofit serta adanya pembengkakan dan penebalan jaringan lunak disekitar sendi maka akan menimbulkan nyeri tekan dan nyeri gerak.
Kapsul ligamen sendi akan mengalami iritasi dan pemendekan, hal ini disebabkan karena immobilisasi dan kelenturan kolagen yang melapisinya
berkurang, pelunakan lapisan rawan yang diikuti oleh pecahnya permukaan sendi, terjadi pengerasan pada tulang dibawah lapisan rawan sehingga
kelenturan berkurang, kemudian terjadi kontraktur jaringan ikat maupun
Universitas Sumatera Utara
12 kapsul sendi sehingga pergerakan semakin lama menjadi semakin sempit dan
sulit untuk dilakukan, menyebabkan keterbatasan ROM. 3.
Fisiologi Nyeri Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima
rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat
yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri nosireceptor ada yang bermielien dan ada
juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer. Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam
beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit Kutaneus, somatik dalam deep somatic, dan pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah,
nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda. Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang
berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit kutaneus terbagi dalam dua komponen yaitu :
a. Reseptor A delta : Merupakan serabut komponen cepat kecepatan
tranmisi 6-30 mdet yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab
nyeri dihilangkan. b.
Serabut C : Merupakan serabut komponen lambat kecepatan
tranmisi 0,5 mdet yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit
dilokalisasi. Struktur reseptor nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang
terdapat pada tulang, pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan penyangga lainnya. Karena struktur reseptornya komplek, nyeri yang timbul merupakan
nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi.Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi organ-organ viseral seperti jantung, hati,
usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini biasanya tidak sensitif terhadap pemotongan organ, tetapi sangat sensitif terhadap
penekanan, iskemia dan inflamasi.
Universitas Sumatera Utara
13 4.
Teori Nyeri Terdapat berbagai teori yang berusaha menggambarkan bagaimana
nosireseptor dapat menghasilkan rangsang nyeri. Sampai saat ini dikenal berbagai teori yang mencoba menjelaskan bagaimana nyeri dapat timbul,
namun teori gerbang kendali nyeri dianggap paling relevan Tamsuri, 2007. Teori gate control dari Melzack dan Wall 1965 mengusulkan bahwa
impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri
dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup. Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar
teori menghilangkan nyeri. Suatu keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut kontrol
desenden dari otak mengatur proses pertahanan. Neuron delta-A dan C melepaskan substansi C melepaskan substansi P untuk mentranmisi impuls
melalui mekanisme pertahanan. Selain itu, terdapat mekanoreseptor, neuron beta-A yang lebih tebal, yang lebih cepat yang melepaskan neurotransmiter
penghambat. Apabila masukan yang dominan berasal dari serabut beta-A, maka akan menutup mekanisme pertahanan. Diyakini mekanisme penutupan
ini dapat terlihat saat seorang perawat menggosok punggung klien dengan lembut. Pesan yang dihasilkan akan menstimulasi mekanoreseptor, apabila
masukan yang dominan berasal dari serabut delta A dan serabut C, maka akan membuka pertahanan tersebut dan klien mempersepsikan sensasi nyeri.
Bahkan jika impuls nyeri dihantarkan ke otak, terdapat pusat kortek yang lebih tinggi di otak yang memodifikasi nyeri. Alur saraf desenden melepaskan
opiat endogen, seperti endorfin dan dinorfin, suatu pembunuh nyeri alami yang berasal dari tubuh. Neuromedulator ini menutup mekanisme pertahanan
dengan menghambat pelepasan substansi P. tehnik distraksi, konseling dan pemberian plasebo merupakan upaya untuk melepaskan endorfin Potter,
2005.
Universitas Sumatera Utara
14 5.
Mekanisme Timbulnya Nyeri Pada awal terjadi OA kadang seseorang belum merasakan nyeri
namun setelah agak lama akan merasakan nyeri terutama setelah berdiri atau berjalan lama dan hilang saat istirahat, namun pada tahap dini tidak sampai
terjadi nyeri yang menjalar ke daerah lain. Perasaan nyeri ini akan sangat mengganggu aktivitas sehari-hari jika timbul pemprovokasian dari nyeri
tersebut. Pemprovokasian nyeri ini terjadi jika lutut pasien mendapat tekanan atau saat menggerakkan lututnya, sehingga pasien akan berteriak nyeri saat
tekanan tepat di daerah nyeri. Stres mekanik akan mengakibatkan kerusakan sendi dan memunculkan respons pada tubuh dalam bentuk zat kimiawi yang
merangsang pembentukan tulang baru untuk mengatasi kerusakan tulang rawan. Dari situlah kemudian muncul penebalan atau tonjolan tulang yang tak
teratur atau disebut perkapuran.Selanjutnya akan mengganggu jaringan di sekitarnya dan menimbulkan rasa nyeri.
6. Klasifikasi Nyeri
Pengalaman sensorik dalam nyeri bersifat multidimensi dan dengan berbagai tingkat variasi. Berdasarkan aspek intensitas, nyeri dapat
dikategorikan atas nyeri ringan, sedang dan berat. Berdasarkan lamanya nyeri dapat dikategorikan atas transient sementara, intermittent berulang, dan
persisten menetap. Berdasarkan kualitas nyeri dapat dikategorikan atas : a.
Nyeri tajam merupakan perasaan yang menyengat, rangsangannya sangat cepat dijalarkan ke pusat. Biasanya terdapat di kulit dan tidak terus
menerus. b.
Nyeri tumpul merupakan rasa sakit di kulit sampai jaringan yang lebih dalam, terasa menyebab dan lambat di jalarkan ke pusat dan sifatnya
terus menerus. Berdasarkan waktu dapat dikategorikan atas nyeri akut dan kronik.
Kemampuan manusia beradaptasi terhadap nyeri yang dialaminya, nyeri dikategorikan atas nyeri adaptif dan maladaftif. Nyeri adaptif berguna dalam
proses survival karena berfungsi untuk membangunkan reflek menghindar terhadap stimulus noksius sebelum terjadi kerusakan jaringan. Misalnya
menghindar dari sengatan matahari. Bila telah terjadi kerusakan jaringan,
Universitas Sumatera Utara
15 nyeri sangat bermanfaat dalam proses penyembuhan, khususnya proses
inflamasi.Kebalikan dari nyeri tersebut adalah nyeri maladaftif yang terjadi karena proses patologik di system saraf yang manfaatnya sampai sekarang
belum diketahui. Klasifikasi berdasarkan mekanisme nyeri adalah sebagai berikut :
a. Nyeri Noniseptif Nyeri Fisiologik yaitu nyeri sementara sebagai
respon terhadap stimulus noksius. Nyeri seperti ini jarang mendorong penderita berobat ke dokter, karena pada umumnya nyeri nyeri hilang
tanpa pengobatan atau dengan analgetik ringan.Ciri khasnya adalah adanya korelasi positif antara kekuatan stimulus dengan intensitas
nyeri dan merupakan sensasi fisiologik yang penting.Pasien yang tidak mampu merasakan nyeri ini oleh karena kelainan congenital
menggigit lidah tanpa merasakan nyeri. b.
Nyeri psikogenik yaitu nyeri yang dikeluhkan tanpa terdeteksi adanya kelainan organik. Woolf 2004 menyebutkan nyeri fungsional karena
timbulnya nyeri tersebut disebabkan abnormalitas atau gangguan fungsi system saraf pusat yang berupa peningkatan sensitivitas
terhadap berbagai stimulus. c.
Nyeri inflamasi dapat bersifat spontan atau dapat pula bersifat dibangunkan yang disebabkan oleh kerusakan jaringan dan proses
inflamasi.Nyeri jenis ini berguna untuk mempercepat proses penyembuhan jaringan yang rusak. Gerakan jaringan yang rusak
berkurang oleh karena adanya nyeri, pada gilirannya hal tersebut memungkinkan proses penyembuhan berjalan dengan baik. Bila lesi
atau kerusakan jaringan sembuh, biasanya diiringi dengan hilangnya rasa nyeri.
d. Nyeri neuropatik yaitu nyeri yang disebabkan oleh lesi atau disfungsi
primer pada system saraf. 7.
Pengukuran derajat dan intensitas nyeri Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri
dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan
Universitas Sumatera Utara
16 sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan
pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan tehnik
ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri Tamsuri, 2007.
Nyeri dapat diukur dengan berbagai skala antara lain skala VAS, VDS, Skala 5 tingkat, skala intensitas nyeri deskritif, skala intensitas nyeri
numerik dan skala nyeri menurut bourbanis.Dalam penelitian ini penulis melakukan pemeriksaan derajat atau intensitas nyeri dengan menggunakan
skala nyeri menurut bourbanis yaitu:
Keterangan :
: Tidak nyeri 1-3 : Nyeri ringan
: secara obyektif klien dapat berkomunikasi
dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang : secara obyektif klien mendesis, menyeringai,
dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah
dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak
dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi
dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi.
10 : Nyeri sangat berat : pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi,
memukul.
Universitas Sumatera Utara
17
2.2 Konsep Askep 2.2.1 Pengkajian