Asuhan Keperawatan Pada An.A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas

(1)

Asuhan Keperawatan Pada An.A Dengan Prioritas Masalah

Kebutuhan Dasar Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh

di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan

Oleh

WINDA ANGELINA M 102500039

Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah laporan dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada An.A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas”

Adapun maksud penulis membuat laporan ini adalah untuk melaporkan hasil Karya Tulis Ilmiah dalam rangka menyelesaikan Program Studi Diploma III Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penyusunan laporan akhir ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan semua pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan yang baik ini penulis akan menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Erniyati S.kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Nur Afi Darti S.kp, Mkep ketua Program Studi DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kebijakanya.

4. Ibu Siti Zahara Nasution, S.kp, MNS selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, pemikiran serta dengan sabar memberikan bimbingan dan saran-saranya.

5. Ibu Lufthiani Skep,Ns, Mkes penguji yang telah meluangkan waktu, serta dengan sabar memberikan bimbingan dan saran-saranya.

6. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

7. Keluarga kelolaan saya yang telah memberikan waktu kepada saya untuk melakukan Asuhan Keperawatan.

8. Ayah P Manurung dan Ibu S Sianipar tercinta yang telah mendukung dan memberi semangat dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. Terima kasih atas semua pengorbanan, kasih sayang dan doa yang telah diberikan.

9. Teman-teman mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara khususnya program studi D III keperawatan 2010 dan semuanya yang telah membantu saya dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

10.Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu yang telah memberikan saran sehingga laporan ini dapat terselesaikan.


(4)

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kesalahan yang perlu dikoreksi dan diperbaiki. Oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan dikemudian hari. Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 5 juli 2013


(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II PENGELOLAAN KASUS ... 4

2.1 Konsep Dasar Kebutuhan Nutrisi ... 4

2.2 Kompenen zat gizi ... 5

2.2.1 Karbohidrat ... 5

2.2.2 Lemak ... 6

2.2.3 Protein ... 8

2.2.4 Vitamin ... 9

2.2.5 Mineral ... 11

2.2.6 Air ... 13

2.3 Standard Kecukupun Gizi ... 14

2.4 Kebutuhan Energi ... 15

2.4.1 Penggunaan Energi Oleh Tubuh ... 15

2.5 Kebutuhan Energi Anak Usia Sekolah ( 6-12 tahun) ... 16

A. Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Nutrisi ... 18

1. Pengkajian ... 18

2. Analisa Data ... 22

3. Rumusan Masalah ... 23

4. Perencanaan dan Implementasi ... 23


(6)

B. Asuhan Keperawatan Kasus dengan Masalah Utama

Nutrisi ... 29

1. Pengkajian ... 29

2. Analisa data ... 31

3. Rumusan masalah ... 32

4. Perencanaan ... 33

5. Implementasi dan Evaluasi ... 35

BAB III PENUTUP ... 36

3.1 Kesimpulan ... 36

3.2 Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gizi merupakan peranan yang sangat penting dalam siklus kehidupan manusia.Pada anak kekurangan gizi akan menganggu pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak diatasi dari usia dini akan berlanjut ke usia dewasa.

Program Lembaga Pangan Dunia (LPD) dalam penelitiannya pada awal 2008 menyebutkan jumlah penderita gizi buruk dan rawan pangan di Indonesia mencapai angka 13 juta. Data pemerintah RI menyebutkan penderita gizi buruk hingga tahun 2007 mencapai angka 4,1 juta, atau naik 3 kali lipat dibanding jumlah penderita yang sama di tahun 2005 yakni 1,67 juta jiwa (Saragih, 2010).

Anak usia sekolah dasar (6-12 tahun) memilki karakteristik banyak melakukan aktivitas jasmani. Oleh karena itu, anak membutuhkan kebutuhan energi yang tinggi untuk menunjang aktivitasnya. Energi dalam tubuh dapat timbul karena adanya pembakaran karbohidrat, lemak dan protein, karena itu agar kebutuhan energi itu terpenuhi perlu pemasukan makanan yang memilkin gizi yang tinggi. Pola makan anak yang sehat dibutuhkan untuk menunjang gizi yang seimbang (Anggraini 2003:11).

Pada saat ini, sebagian besar atau 50% dapat dikatakan tidak sakit dan akan tetapi juga tidak sehat, umumnya disebut kekurangan gizi. Kejadian kekurangan gizi sering hilang dari penglihatan atau pengamatan biasa, akan tetapi berdampak pada tingginya angka kematian ibu, angka kematian bayi, angka kematian anak, serta rendahnya usia harapan hidup (Atmarita, 2004).

Berdasarkan data Survey Sosional Ekonomi Nasional (Susenas) 2005, angka gizi buruk dan gizi kurang adalah 28% dari jumlah anak di Indonesia. Data Susenas menunjukkan bahwa prevalensi gizi kurang menurun dari 37,5% (1989) menjadi 24,5 % (2000).

Demikian halnya dengan status gizi buruk di sumatera utara pada tahun 2003 yang tergolong sangat tinggi yaitu sebesar 12,35 % dan gizi kurang 18,59%. Gizi kurang pada anak-anak akan menghambat pertumbuhan dan kurangnya zat tenaga dan kurang protein (zat pembangun) sehingga perlu diperhatikan gizi yang seimbang khususnya untuk anak-anak untuk pencapaian Indonesia sehat.

Orang tua mempunyai peran yang sangat besar dalam pengaturan nutrisi anak. Mereka harus memastikaan anak-anak mereka mendapat gizi yang cukup dari makanan


(8)

yang dikonsumsinya. Orang tua harus menanamkan kepada anak betapa pentingnya pola makan yang sehat bagi tubuh manusia . Makanan apa saja yang harus dikonsumsi anak dan yang tidak boleh dikonsumsi harus ditanamkan sejak dini kepada anak, agar ketika disekolah atau bermain, anak-anak tidak mengkonsumsi jajanan yang tidak sehat.

Penanaman pola makan dengan gizi yang sehat bagi anak dapat dilatih melalui pembiasaan di dalam keluarga. Pembiasaan pola makan yang sehat dapat diawali sebelum seluruh anggota keluarga menjalankan aktivitas yaitu sarapan pagi. Pembiasaan sarapan pagi berguna untuk menujang energi demi optimalnya aktivitas anak belajar di sekolah. Selain itu anak harus dibiasakan membawa bekal dari rumah. Hal ini berguna agar anak tidak membeli makanan yang kemungkinan tidak higienis. Makanan yang dibawa dari rumah juga harus mempunyai nilai gizi yang seimbang agar kebutuhan gizi anak dapat terpenuhi.

Uraian diatas merupakan gambaran bagaimana pola makan yang sehat bagi anak usia sekolah. Pada kenyataannya, gambaran ideal tersebut belum dapat dilakukan oleh keluarga. Dari hasil wawancara terhadap An.A di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas mengatakan bahwa keluarga An.A belum sanggup untuk membuat pemenuhan gizi seimbang untuk An.A. Hal ini dikarenakan kondisi ekonomi keluarga An.A yang tidak mencukupi dan kurang perhatian keluarga An.A terhadap pertumbuhan dan perkembangnya. Disisi lain keluarga An.A juga mengatakan bahwa An.A tidak nafsu makan dan lebih memilih untuk membeli jajanan di luar. Terkait dari uraian di atas, penulis tertarik untuk mengidentifikasi status nutrisi An.A.

1.2 Tujuan 1. Tujuan umum

Mengetahui Status Nutrisi An.A di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi kebutuhan nutrisi pada anak. b. Mengidentifikasi status nutrisi anak


(9)

1.3 Manfaat Penelitian 1. Responden

Menambah pengetahuan pada keluarga An.A tentang pemenuhan nutrisi seimbang pada An.A di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas.

2. Peneliti

Dapat menambah pengetahuan tentang status nutrisi/gizi anak serta meningkatkan keterampilan dan wawasan terhadap penelitian.

3. Tenaga kesehatan.

Masukan agar tenaga kesehatan agar lebih jeli dalam menangani status nutrisi/gizi anak untuk menurunkan angka gizi buruk/gizi kurang pada anak. 4. Bagi instansi pendidikan.

Sebagai tolok ukur kemampuan mahasiswa dalam melakukan penelitian untuk meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa khususnya mahasiswa D3 keperawatan.


(10)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

2.1 Konsep Dasar Kebutuhan Nutrisi

Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan anak, mengingat manfaat nutrisi dalam tubuh dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak, serta mencegah terjadinya berbagai penyakit akibat kurang nutrisi dalam tubuh seperti kekurangan energi dan protein, anemia, defisiensi yodium, defesiensi seng (Zn), defesiensi vitamin A, defesiensi Thimin, defesiensi Kalium dan lain-lain yang dapat menghambat proses tumbuh kembang anak. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi pada bayi adan anak diharapkan anak dapat tumbuh dengan cepat sesuai dengan usia tumbuh kembang dan dapat meningkatkan kualitas hidup, serta mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas (Aziz Alimul Hidayat.2005).

Selain itu kebutuhan nutrisi juga dapat membantu dalam aktivitas sehari-hari karena nutrisi juga sebagai sumber tenaga yang dibutuhkan berbagai organ dalam tubuh, dan juga sebagai sumber zat pembangun dan pengatur dalam tubuh. Sebagai sumber tenaga nutrisi dapat diperoleh dari karbohidrat sebanyak 50-55%, lemak sebanyak 30-35% dan protein sebanyak 15%. Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak haruslah seimbang diantara zat gizi lain, mengingat banyak sekali yang kita temukan berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi yang tidak seimbang seperti tidak suka makan, tidak mau atau tidak mampu untuk makan padahal yang tidak disukai makanan tersebut mengandung zat gizi yang seimbang, sehingga harapan dalam pemenuhan gizi harus selaras, serasi dan seimbang tidak terlaksana, disamping itu pada anak sakit dapat dijumpai masalah masukan nutrisi yang kurang sedangkan kebutuhan dalam tubuh semakin meningkat sehingga akan membutuhkan makanan tambahan seperti kalori, vitamin dan mineral (Behrman, dkk.1996).

Upaya perbaikan pemenuhan kebutuhan nutrisi dalam rangka membantu proses fisiologis dalam tubuh untuk proses tumbuh kembang anak dan membantu aktivitas serta memelihara kesehatan salah satu bagian dari upaya pemulihan kesehatan anak. Dengan harapan anak akan menjadi puas dan orang tua dapat membantu proses edukatif kemudian juga dapat membina kebiasaan waktu makan, meningkatkan selera makan, memelihara kemampuan dan kebiasaan yang baik, memilih jenis makanan, menentukan jumlah dan mendidik dalam berperilaku makan. Dalam proses pemenuhan tersebut akan


(11)

dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya usia, status nutrisi itu sendiri dan keadaan penyakit yang diderita anak sehingga faktor tersebut harus mendapat perhatian dalam pengetahuan kebutuhan nutrisi pada bayi dan anak (Solihin Pudjiadi. 2001).

2.2 Komponen Zat Gizi

Zat gizi merupakan unsur yang penting dari nutrisi mengingat zat gizi tersebut dapat memberikan fungsi tersendiri pada nutrisi, kebutuhan nutrisi tidak akan berfungsi secara optimal apabila tidak mengandung beberapa zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, demikian juga zat gizi yang cukup pada kebutuhan nutrisi akan memberikan nilai yang optimal. Ada beberpa komponen zat gizi yang dibutuhkan pada nutrisi bayi dan ank yang jumlahnya sangat berbeda untuk setiap umur.Secara umum zat gizi dibagi menjadi dua golongan yaitu golongan makro dan golongan mikro :untuk zat gizi golongan makro terdiri dari kalori dan H2O (air), untuk kalori berasal dari karbohidrat, protein dan lemak, H2O( air) sedangkan kelompok zat gizi mikro terdiri dari vitamin dan mineral (Berhman, dkk. 1996).

2.2.1 Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama. Hampir 80% energi dihasilkan dari karbohidrat. Setiap 1 gram karbohidrat menghasilkan 4 kkal. Karbohidrat yang disimpan dalam hati dan otot berbentuk glikogen dengan jumlah yang sangat sedikit. Glikogen adalah sintesis dari glukosa, pemecahan energi selama masa istirahat/puasa. Kelebihan energi karbohidrat berbentuk asam lemak.

Karbohidrat merupakan sumber energi yang tersedia dengan mudah disetiap makanan, karbohidrat harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebab kekurangan karbohidrat sekitar 15% dari kalori yang ada maka dapat menyebabkan terjadi kelaparan dana berat badan menurun demikian sebaliknya apabila jumlah kalori yang tersedia atau berasal dari karbohidrat dengan jumlah yang tinggi dapat menyebabkan terjadi peningkatan berat badan (obesitas). Dalam mendapatkan jumlah karbohidrat yang cukup maka dapat diperoleh dari susu, padi-padian, buah-buahan, sirup, sukrosa, tepung, dan sayu-sayuran (Aziz Alimul Hidayat.2005).

Karbohidrat mempunyai fungsi antara lain adalah sebagai berikut :

1. Sumber energi, fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan energi bagi tubuh,satu gram karbohidrat menghasilkan empatKkal.

2. Pemberi rasa manis pada makanan, khususnya monosakarida dan disakarida. Fruktosa adalah gula paling manis. Bila tingkat kemanisan sukrosa diberi nilai


(12)

1, maka tingkat kemanisan fruktosa adalah 1,7; glukosa 0,7;maltosa 0,4; laktosa 0,2.

3. Penghemat protein, bila karbohidrat makanan tidak mencukupi, maka protein akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi, dengan mengalahkan fungsi utamanya sebagai zat pembangun. Sebaliknya, bila karbohidrat makanan mencukupi, protein terutama akan digunakan sebagai zat pembangun.

4. Pengatur metabolisme lemak. Karbohidrat mencegah terjadinya oksidasi lemak yang tidak sempurna (Ari Yuniastuti. 2008).

Akibat kekurangan karbohidrat antara lain adalah sebagai berikut :

1. Kurangnya tenaga dan tubuh menjadi lemah jika sumber energi yang lain (protein dan lemak) juga kurang mencukupi kebutuhan energi.

2. Lemahnya daya pikir karena otak dan sistem saraf pusat membutuhkan glukosa sebagai sumber energinya.

3. Terhambatnya metabolisme lemak.

4. Protein akan digunakan terlebih dahulu untuk menghasilkan energi sehingga tidak berfungsi lagi sebagai pembangun.

5. Kekurangan serat menyebabkan sulitnya buang air besar.

Kelebihan karbohidrat dapat menyebabkan terjadinya kegemukan dan obesitas. Hal ini terjadi kerena kelebihan karbohidrat akan disimpan sebagai glikogen dalam hati dan jaringan otot, dan sebagiannya akan diubah menjadi lemak sebagai cadangan energi (Rahayu Widodo.2009).

2.2.2 Lemak

Lemak merupakan zat gizi yang berperan dalam pengangkut vitamin A, D, E, K yang larut dalam lemak. Menurut sumbernya lemak berasal dari nabati dan hewani. Lemak nabati mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh seperti terdapat pada kacang-kacangan, kelapa dan lain-lainnya. Sedangkan Lemak hewani banyak mengandung asam lemak jenuh dengan rantai panjang seperti pada daging sapi, kambing dan lainnya.

Dengan demikian, lemak dapat digolongkan menjadi :

1. Lemak dalam tubuh, yaitu lipoprotein (trigliserida, fosfolipid dan kolesterol) yang bergabung dengan protein dihasilkan dihati dan mukosa usus untuk mengangkut lemak yang tidak larut. Jenis yang terdapat di dalam tubuh adalah HDL (High Dencity Lipoprotein), LDL (Low Dencity Lipoprotein), VLDL (Very Low Dencity Lipoprotein), dan glikolipid (merupakan senyawa lipid yaitu


(13)

gliserol dan asam lemak bergabung dengan karbohidrat, fosfat, dan atau nitrogen.

2. Lemak yang terdapat dalam bahan pangan dan dapat digunakan oleh tubuh manusia yaitu:

a. Trigliserida banyak ditemukan pada hewani maupun nabati.

b. Asam lemak jenuh (Saturated Fathy Acid-SAFA) yaitu lemak yang tidak dapat mengikat hidrogen lagi, seperti asam palmiat, asam stearat yang banyak ditemukan pada lemak hewani, keju, mentega, minyak kelapa dan coklat.

c. Asam lemak tidak jenuh ditemukan pada minyak kacang tanah. d. Fosfolipid ditemukan pada pangan nabati maupun hewani.

e. Kolesterol ditemukan dalam jaringan hewan seperti telur, daging, lemak susu.

Lemak mempunyai fungsi yang cukup banyak, lemak yang terdapat dalam bahan pangan berfungsi sebagai :

1. Sumber energi, di mana tiap gram lemak menghasilkan 9-9,3 Kkal/g. 2. Menghemat protein dan thiamin

3. Membuat rasa kenyang lebih lama

4. Pemberi cita rasa dan keharuman yang lebih baik 5. Memberi zat gizi yang lain yang diberikan tubuh.

Sedangkan fungsi lemak dalam tubuh adalah : 1. Sebagai pembangun/pembentuk susunan tubuh 2. Pelindung kehilangan panas tubuh

3. Sebagai penghasil asam lemak esensial 4. Sebagai pelarut vitamin A, D, E, K 5. Sebagai pelumas diantara persendian

6. Sebagai agen pengemulsi yang akan mempermudah transpor substansi lemak keluar masuk melalui membran sel

7. Sebagai prekursor dariprostatglandin yang berperan mengatur tekanan darah, denyut jantung dan lipolisis (Ari yuniastuti. 2008).

Akibat kelebihan dan kekurangan lemak menimbulkan gangguan saraf, penglihatan, pertumbuhan menjadi terhambat, kegagalan reproduksi, gangguan kulit, gangguan ginjal dan hati, sedangkan kelebihan lemak akan menimbulkan obesitas (Rahayu, Widodo. 2009)


(14)

Komponen lemak dalam tubuh harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebab kekurangan lemak akan menyebabkan terjadinya perubahan kulit khususnya asam minoleat yang rendah, berat badan kurang, akan tetapi apabila jumlah lemak yang banyak akan menyebabkan hiperlipidemia, hiperkolesterol atau dapat menyebabkan penyumbatan darah dan lain-lain (Solihin Pudjiadi. 2001).

Sumber utama lemak adalah minyak tumbuh-tumbuhan (minyak kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai, jagung dan sebagainya), mentega, margarin, dan lemak hewan (lemak daging dan ayam). Sumber lemak lain adalah kacang-kacangan, biji-bijian, krim, susu, keju, dan kuning telur, serta makanan yang dimasak dengan lemak atau minyak. Sayur dan buah (kecuali alvukat)sedikit mengandung lemak (Ari Yuniastuti. 2008)

2.2.3 Protein

Merupakan zat gizi dasar yang berguna dalam pembentukan protoplasmasel, selain itu tersedianya protein dalam jumlah yang cukup penting untuk pertumbuhan dan perbaikan sel jaringan dan sebagai larutan untuk keseimbangan osmotik. Protein ini terdiri dari 24 asam amino diantaranya 9 asam amino esensial diantaranya thrionin, valin, leusin, isoleusin, lisin, triftofan, penilalanin, metionin dan histidin, selebihnya asam amino non esensial. Jumlah protein dalam tubuh tersebut harus tersedia dalam jumlah yang cukup apabila jumlahnya berlebih atau tinggi dapat memperburuk insufisiensi ginjal demikian juga apabila jumlahnya kurang maka dapat menyebabkan kelemahan, edema, dapat kwhashiokor apabila kekurangan protein saja tetapi jika kekurangan protein dan kalori menyebabkan marasmus (Solihin Pudjiadi. 2001).

Sumber protein bersal dari yaitu :

1. Protein hewani yaitu protein yang berasal dari hewan seperti susu, daging, telur, hati, udang, ikan, kerang, ayam dan sebagainya.

2. Protein nabati yaitu protein yang berasal dari tumbuhan seperti jagung, kedelai, kacang hijau, terigu, dan sebagainya.

Berdasarkan susunan kimianya, protein dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu : 1. Protein sederhana. Jenis ini tidak berikatan dengan zat lain, misalnya bumin,dan

globulin.

2. Protein bersenyawa. Protein ini dapat membentuk ikatan dengan zat seperti dengan glikogen membentuk glikoprotein, dengan hemoglobin membentuk kromoprotein.


(15)

3. Turunan atau devirat dari protein. Termasuk dalam turunan protein adalah albuminosa, pepton, dan gelatin.

Protein mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Membentuk jaringan baru dalam masa pertumbuhan dan perkembangan tubuh. 2. Memelihara jaringan tubuh, memperbaiki serta mengganti jaringan yang rusak

atau mati.

3. Menyediakan asam amino yang diperlukan untuk membentuk pencernaan dan metabolisme serta antibodi yang diperlukan.

4. Mengatur keseimbangan air yang terdapat dalam kompartemenyaitu intraseluler, ekstra seluler/interseluler dan intravaskuler.

5. Mempertahankan kenetralan (asam basa) tubuh (Ari Yunuastuti. 2008). Kekurangan protein dapat menyebabkan hal-hal sebagai berikut:

1. Kwashiorkor

Gejalanya adalah pertumbuhan terhambat, otot-otot berkurang dan lemah, bengkak (edema) terutama pada perut, kaki, dan tangan, muka bulat, gangguan gerak, tidak nafsu makan serta tampak sedih dan apatis. Kulit kusam, kering bersisik, dan pecah-pecah, rambut kusam, halus dan mudah rontok.Hati membesar dan sering diikuti kekurangan darah dan gangguan mata. Kondisi lebih sering terjadi pada anak usia 2-3 tahun.

2. Marasmus

Penyakit kelaparan ini memiliki gejala antara lain, pertumbuhan yang terhambat, kurus, dan otot berkurang serta lemah, tampak apatis, kadang terjadi perubahan pada kulit dan rambut, pembesaran hati, sering menderita gangguan pencernaan, infeksi saluran nafas, TBC, cacingan, dan penyakit kronis lain.

Kelebihan protein akan memberatkan hati dan ginjal, dapat menyebabkan diare, kekuranagan cairan serta demam (Rahayu Widodo. 2009).

2.2.4 Vitamin

Vitamin merupakan senyawa organik yang digunakan untuk mengkatalisator metabolisme sel yang dapat berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan serta dapat mempertahankan organisme, vitamin yang dibutuhkan antara lain:

a. Vitamin A (Retinol) yang harus tersedia dalam jumlah yang cukup yang mempunyai pengaruh dalam kemampuan fungsi mata serta pertumbuhan tulang dan gigi dan dalam pembentukan maturasi epitel, vitamin ini dapat diperoleh


(16)

dari hati, minyak ikan, susu, kuning telur, margarin, tumbuh-tumbuhan, sayur-sayuran dan buah-buahan.

b. Vitami B kompleks (Thiamin) yang merupakan vitamin yang larut dalam air akan tetapi tidak larut dalam lemak, yang dapat menyebabkan penyakit beri-beri, kelelahan, anoreksia, konstipasi, nyeri kepala, insomnia, takikardi, edema, asam piruvat dalam darah akan meningkat apabila tersedia dalam jumlah yang kurang, kebutuhan vitamin ini dapat diperoleh dari dalam hati, daging, susu.

c. Vitamin B2 (Riboflavin) merupakan vitamin yang sedikit larut dalam air, vitamin ini harus tersedia dalam jumlah yang cukup, apabila kurang dapat menyebabkan fotophobia, penglihatan kabur, gagal dalam pertumbuhan. Vitamin ini dapat diperoleh di dalam susu, keju, hati, daging, telur, ikan, sayur-sayuran hijau dan padi.

d. Vitamin B12 (Sianokobalamin) merupakan vitamin yang sedikit larut dalam air. Pada vitamin ini sangat baik untuk maturasi sel darah merah dalam sumsum tulang, pengaruh kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan anemia dan vitamin ini dapat diperoleh dari daging organ, ikan, telur, susu, dan keju.

e. Vitamin C (Asam ascorbat) merupakan vitamin yang larut dalam air yang mudah dioksidasi dan dipercepat oleh panas atau cahaya, kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan lamanya proses penyembuhan luka, vitamin ini dapat tersedia dalam tomat, buah semangka, kubis, sayur-sayuran hijau.

f. Vitamin D merupakan vitamin yang dapat larut dalam lemak dan akan stabil dalam suasana panas, vitamin ini berguna dalam pengatur penyerapan dan pengendapan kalsium dan fosfor dengan mempengaruhi permeabilitas membran usus, mengatur kadar alkali fosfatase serum, kekurangan vitamin ini akan menyebabkan pertumbuhan jelak dan osteomalasia. Jika anak-anak kekurangan vitamin D, erupsi/keluarnya gigi dapat menjadi terhambat. Selain itu, kekurangan vitamin D juga bisa menghambat pembentukan lapisan dentin.

Hubungan antara vitamin D dengan karies gigi dijelaskan dalam penelitian di USA dan Kanada memberikan kesimpulan yang sama. Prevalensi dari karies lebih banyak terdapat di negara-negara bagian utara dibandingkan dengan negara-negara tropis. Ini disebabkan sedikitnya sinar matahari dan mengakibatkan sintesa vitamin D di kulit berkurang, pengikisan menyebabkan kerusakan pada gigi anak-anak. Dalam hal ini vitamin D akan berfungsi pada


(17)

waktu absorbsi dan metabolisme kalsium dalam pembentukan tulang gigi (Mustafa, 1993).

g. Vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lemak dan tidak stabil terhadap sinar ultraviolet yang dapat berfungsi dalam meminimalkan oksidasi karoten, vitamin A dan asam linoleat serta menstabilkan membran apabla terjadi kekurangan dapat menyebabkan hemolisis sel darah merah pada bayi prematur dan akan menyebabkan kehilangan keutuhan saraf. Vitamin E dapat diperoleh dari minyak, biji-bijian dan kacang-kacangan.

h. Vitamin K merupakan vitamin yang larut dalam lemak yang dapat berfungsi sebagai pembentukan protombin, faktor koagulasi II, VII, IX, X yang harus tersedia dalam tubuh yang cukup apabila terjadi kekurangan dapat menyebabkan perdarahan dan metabolisme tulang yang tidak stabil, vitamin ini tersedia dalam sayuran berdaun hijau, daging dan hati. (Solihin Pudjiadi 2001).

Kekurangan vitamin dalam tubuh lambat laun akan menampakkan gejala-gejala berupa terhentinya pertumbuhan dan gangguan kesehatan. Gejala ini tergantung pada jenis vitamin yang mengalami kekurangan beberapa macam vitamin secara bersamaan.

Kelebihan vitamin terutama golongan vitamin larut lemak, dapat membahayakan tubuh.Hal ini disebabkan oleh vitamin ditimbun dalam jaringan.Sebagai contoh kelebihan vitamin A dan D yang disebabkan oleh pemberian dosis tinggi secara terus menerus atau dalam jangka waktu lama. Untuk vitamin yang larut dalam air (vitamin B dan C) tidak terlalu membahayakan karena kelebihannya dibuang melalui ginjal (Rahayu Widodo 2009).

2.2.5 Mineral

Mineral merupakan komponen zat gizi yang tersedia dalam kelompok mikro yang terdiri dari kalsium, klorida, chromium, kobalt, tembaga, flourin, iodium, besi, magnesium,mangan,fosfor, kalium, natriun, sulfur, dan seng.Semuanya harus tersedia dalam jumlah yang cukup.

Kalsium merupakan mineral yang berguna untuk pengaturan struktur tulang dan gigi, kontraksi otot, iritabilitas syaraf, koagulasi darah, kerja jantung, dan produksi susu. Kalsium ini akan diekskresi 70% dalam tinja, 10% dalam urine, 15-25% tertahan dan tergantung dalam kecepatan pertumbuhan. Kadar kalsium ini harus tersedia dalam jumlah yang cukup karena apabila terjadi kekurangan menyebabkan mineralisasi tulang dan gigi jelek, osteomalasia, osteoporosis, rakhitis, dan gangguan pertumbuhan.


(18)

Tersedianya kalsium ini dapat diperoleh dari susu, keju, sayuran hijau, kerang , dan lain-lain.

Klorida sangat berguna dalam pengaturan tekanan osmotik, keseimbangan asam dan basa, yang tersedia dalam garam, daging, susu, dan telur. Golongan mineral lainnya seperti chromium ini berguna untuk glikemia dan metabolisme dalam insulin yang tersedia dalam ragi, tembaga yang berguna untuk produksi sel darah merah, pembentukan hemoglobin, penyerapan besi dan lain-lain.Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia dan osteoporosis. Apabila zat besi berlebih dapat menyebabkan sirosis dan gastritis, hemolisis, tersedianya tembaga terdapat dalam hati, daging, ikan, padi, dan kacang-kacangan.

Flour merupakan mineral yang berfungsi untuk pengaturan struktur gigi dan tulang yang apabila tersedia dalam jumlah yang kurang menyebabkan caries gigi. Sumber dari flour ini terdapat pada air, makanan laut, tumbuh-tumbuhan. Mineral lain adalah yodium yang merupakan unsurtiroksin dan triiodotironin yang harus tersedia dalam jumlah yang cukup apabila kurang dapat menyebabkan gondok, mineral tersebut terdapat dalam garam. Besi merupakan mineral yang merupakan struktur dari hemoglobin untuk pengangkutan karbondioksida (CO2) dan oksigen(O2)dan kekurangan besi menyebabkan anemia, zat besi tersebut tersedia dalam hati, daging, kuning telur, sayuran hijau, padi dan tumbuh-tumbuhan. Magnesium berguna dalam aktivasi enzim pada metabolisme karbohidrat dan sangat penting dalam proses metabolisme apabila terjadi kekurangan menyebabkan malabsorbsi yang menyebabkan hipokalsemia atau hipokalemia, magnesium dapat diperoleh dalam biji-bijian, kacang-kacangan, daging dan susu. Mangan mineral yang berfungsi dalam aktivitas enzim yang terdapat dalam kacang-kacangan, padi, biji-bijian dan sayuran hijau.Fosfor merupakan unsur pokok dalam pertumbuhan tulang dan gigi, kekurangan dapat menyebabkan kelemahan otot, fosfor tersebut dapat diperoleh dari susu, kuning telur, kacang-kacangan, padi-padian, dan lain-lain. Kalium berfungsi dalam kontraksi otot dan hantaran impuls syaraf, keseimbangan cairan, pengaturan irama jantung.Kalium ini dapat diperoleh dari semua makanan. Natrium berguna dalam pengaturan tekanan osmotik, pengaturan keseimbangan asam dan basa, keseimbangan cairan. Kekurangan ini dapat menyebabkan kram otot, nausea, dehidrasi, hipotensi, natrium ini dapat diperoleh dari garam, susu, telur, tepung dan lain-lain. Sulfur merupakan unsur pokok dalam protein seluler yang membantu proses metabolisme jaringan syaraf, sulfur ini dapat diperoleh darimakanan protein yang mengandung 1%, dan seng merupakan unsur pokok dari


(19)

beberapa enzim karboniok anhidrase yang penting dalam pertukaran karbondioksida (CO2) yang tersedia dalam daging, padi-padian, kacang-kacangan dan keju. (Solihin Pudjiadi, 2001).

Kekurangan mineral dapat mengakibatkan kekurangan:

1. Ca yaitu keropos tulang, saraf otot mudah terangsang, penyakit hipoparatiroidisme, gagal ginjal.

2. K yaitu kelemahan otot, rasa sangat letih, gangguan konsentrasi dan irama jantung.

3. Na, Cl yaitu mual, muntah, sangat lelah, nyeri kepala, kejang otot betis, lengan dan perut.

4. Mg yaitu kejang otot, aritmia (jantung)

5. P yaitu penyakit riketsia (Rahayu widodo. 2010). 2.2.6 Air

Air merupakan sebagian besar zat pembentuk tubuh manusia.Jumlah air sekitar 73% dari bagian tubuh seseorang tanpa jaringan lemak (lean body mass).Tergantung jumlah lemak yang terdapat dalam tubuh, proporsi air ini berbeda antar orang.Pada orang gemuk, perbandingan antara air dan lemak sekitar 50% berbanding 50%.Pada pria normal, perbandingannya antara 60% berbanding 16%.Pada orang kurus perbandingan tersebut adalah 67% dengan 7%.Pada bayi perbandingan tersebut sangat mencolok, yaitu 78% dan 0%. Dengan perkataan lain jumlah air yang terdapat dalam tubuh manusia adalah;

1. Sekitar 80% dari berat badan (untuk bayi dengan low birth weight) 2. Sekitar 70-75% dari berat badan (untuk bayi neonatus)

3. Sekitar 65% dari berat badan (untuk anak) dan 4. Sekitar 55-60% dari berat badan (untuk dewasa)

Air mempunyai berbagai fungsi dalam proses vital tubuh, yaitu: 1. Pelarut dan alat angkut.

Air dalam tubuh berfungsi sebagai pelarut zat-zat gizi berupa monosakarida, asam amino, lemak, vitamin dan mineral serta bahan-bahan lain yang diperlukan tubuh seperti oksigen, dan hormon-hormon.

2. Katalisator

Air berperan sebagai katalisator dalam berbagai reaksi biologi dalam sel, termasuk di dalam saluran cerna.Air diperlukan pula untuk memecah atau menghidrolisis zat gizi kompleks menjadi bentuk-bentuk yang lebih sederhana.


(20)

3. Pelumas

Air berperan sebagai pelumas dalam cairan sendi-sendi tubuh. 4. Fasilitator Pertumbuhan

Air sebagai bagian jaringan tubuh diperlukan untuk pertumbuhan.Dalam hal ini air berperan sebagai zat pembangun.

5. Pengatur Suhu

Karena kemampuan air untuk menyalurkan panas, air memegang peranan dalam mendistribusikan panas dalam tubuh.

6. Peredam benturan

Air dalam mata, jaringan saraf tulang belakang dan dalam kantung ketuban melindungi organ-organ tubuh dari benturan.

Kebutuhan air sehari dinyatakan sebagai proporsi terhadap jumlah energi yang dikeluarkan tubuh dalam keadaan lingkungan rata-rata. Untuk orang dewasa dibutuhkan sebanyak 1,0-1,5 mlk/kkal, sedangkan untuk bayi 1,5ml/kkal (Ari Yuniasatuti. 2008).

Kekurangan cairan dapat berakibat fatal seperti pada diare dan muntaber.Seseorang dapat mengalami kekurangan cairan jika tidak diimbangi dengan pemasukan cairan yang cukup. Gejala kekurangan cairan (dehidrasi) berupa rasa haus, mulut dan bibir kering, kulit menjadi keriput, berkurangnya air seni dan berat badan, gelisah, mengantuk, lemah otot, sesak nafas (Rahayu Widodo. 2009).

2.3 Standar Kecukupan Gizi

Standar kecukupan gizi diperlukan sebagai pedoman yang dibutuhkan oleh individu secara rata-rata dalam sehari untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.Kebutuhan gizi setiap individu berbeda-beda tergantung berberapa faktor yang mempengaruhinya.Penilaian standar kecukupan gizi berpedoman pada angka kebutuhan gizi (AKG).

2.4 Kebutuhan Energi

Kebutuhan energi seseorang tergantung pada usia, ukuran tubuh dan kegiatan, jenis kelamin, pertumbuhan, iklim, status kesehatan, istirahat dan tidur, serta makanan dan aktivitas. Berat tubuh seseorang bergantung pada jumlah kalori yang tersedia untuk energi yang dikeluarkan. Untuk mempertahankan berat badan ideal, diperlukan keseimbangan antara kalori yang masuk dan energi yang dikeluarkan. Kebutuhan energi juga dapat dipengaruhi oleh kegiatan diwaktu senggang. Sebagai contoh,bermain sepak bola atau tenis lebih banyak menguras energi dibandingkan kegiatan membaca atau menonton televisi.


(21)

Menurut Dudek (1987), ada tiga cara untuk menghitung kebutuhan nutrisi seseorang.

1. Untuk individu dewasa, penghitungan didasarkan pada kebutuhan kalori dasar atau basal dan tingkat aktivitas. Kebutuhan kalori basal (KKB) adalah hasil perkalian antara berat badan ideal (BBI) dan angka 10. Jadi rumus KKB adalah (BBI x 10). Sedangkan anak-anak dibawah usia 12 tahun umumnya memerlukan 1000 kalori ditambah 100 kalori dikali usia anak. Bila anak berusia 5 tahun, kebutuhan kalorinya sebesar 1000 + (100 x 5) = 1500 kalori.

2. Berdasarkan tingkat aktivitas dan jumlah kalori untuk setiap berat badan ideal (BBI).

3. Pedoman yang digunakan oleh United state dietarian association (USDA) untuk menghitung jumlah kalori per berat badan menurut jenis kelamin.

2.4.1 Penggunaan energy oleh tubuh.

Energi dibutuhkan untuk keperluan metabolisme basal tubuh, yakni untuk mempertahankan proses-proses dasar dalam tubuh, dan untuk kegiatan fisik.

Metabolisme Basal

Basal Metabolisme rate (BMR) atau laju metabolisme basal adalah rata-rata metabolisme makanan dalam tubuh untuk memenuhi kebutuhan energy individu pada saat bangun dan istirahat (Guyton, 1986). BMR merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses-proses metabolisme dasar yang membuat tubuh tetap hidup. Laju penggunaan energi untuk mempertahankan metabolisme basal disebut dengan laju metabolisme basal. BMR tiap orang berbeda dan diukur pada saat orang tersebut saat berbaring dilantai, dalam keadaan tenang serta hangat, dan dikakukan sedikitnya 12 jam setelah makan (Sherington & Gaman, 1992). Semua reaksi kimia yang berlangsung dalam sel tubuh memungkinkan sel tersebut untuk melanjutkan hidupnya. Reaksi tersebut meliputi reaksi anabolik (penyusunan) dan reaksi katabolik (penguraian). Energi yang dihasilkan dari proses tersebut dibutuhkan untuk berbagai hal (Guyton,1986), yakni :

1. Aktivitas otot untuk melakukan aktivitas, seperti berjalan atau meloncat. 2. Sekresi kelenjar, seperti kelenjar keringat dan kelenjar saliva.

3. Mempertahankan membran potensial saraf dan serabut otot. 4. Sintesis zat-zat didalam tubuh.


(22)

Pengukuran BMR dilakukan dengan menentukan jumlah panas yang dikeluarkan dari tubuh, misalnya dengan mengurung seseorang dalam ruangan berisolasi dan mengukur pengeluaran panasnya. Selain itu, BMR dapat diukur dengan cara sederhana, yakni dengan meniupkan napas kedalam alat khusus yang memantau penghirupan oksigen dan pengeluaran oksigen dan pengeluaran karbondioksida secara cermat.

Faktor yang mempengaruhi BMR :

1. Ukuran tubuh. Individu yang ukuran tubuhnya besar lebih banyak menggunakan energi dibanding individu yamg ukuran tubuhnya kecil.

2. Usia. Anak-anak mempunyai BMR lebih kecil dibandingkan individu dewasa. 3. Aktivitas kelenjar tiroid.

4. Kurang gizi.

5. BMR individu dengan gizi buruk lebih rendah dibandingkan individu yang sehat.

6. Temperatur tubuh. 7. Temperatur lingkungan. 8. Pertunbuhan.

9. Jenis kelamin dan status ekonomi.

2.5 Kebutuhan Energi Anak Usia sekolah (6-12 tahun)

Anak-anak usia sekolah (6-10 tahun), berkembang pada rata-rata yang rendah dan terus menerus, dengan penurunan yang bertahap dalam kebutuhan energi perunit berat badan. Anak usia sekolah mencapai 3 hingga 5 kg dalam berat badan pertahun hingga hingga pubertas.

Nafsu makan anak-anak usia sekolah lebih besar dari pada mereka yang lebih muda, dan asupan makanan lebih bervariasi. Asupan makanan yang direkomendasikan termasuk dua porsi dari kelompok susu, 60 hingga 90 gram kelompok makanan daging, empat porsi atau lebih dari kelompok buah dan sayuran ( dengan sumber vitamin C sehari dan sumber vitamin A setiap hari), tiga hingga empat porsi dari seluruh padi-padian dan roti yang diperkaya gizinya dan sereal, dan hingga 1 hingga 2 sendok teh margarin atau mentega.

Walaupun nafsu makan lebih baik dan makanan yang dimakan lebih bervariasi, diet anak usia sekolah harus hati-hati dikaji untuk kecukupan protein, vitamin A dan C. asupan susu biasanya melebihi rekomendasi. Kendati demikian, anak usia sekolah seringkali gagal untuk makan sarapan yang tepat dan memilki asupan di sekolah yang tidak diawasi sebagai hasil, susu dapat memberikan sumber nutrient yang baik.


(23)

Tabel 2.1 Kebutuhan Energi per Hari

Umur Berat badan (kg) Tinggi badan (cm) Energi (kkal)

0-6 bulan 5,5 60 560

7-12 bulan 8,5 71 800

1-3 tahun 12 89 1220

4-6 tahun 18 108 1720

7-9 tahun 23,5 120 1860

Pria

− 10-10tahun − 13-15 tahun − 16-19 tahun − 20-59 tahun − 60 tahun

30 40 53 56 56

135 152 160 162 162

1950 2200 2360 2400 1960

Wanita

− 10-12 tahun − 13-15 tahun − 16-19 tahun − 20-59 tahun − 60 tahun

32 40 53 50 50

139 153 154 154 154

1750 1900 1850 1900 1700

Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 1988, dikutip dari Solihin pudjiadi, 2001.


(24)

A. Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Kebutuhan Nutrisi. a. Pengkajian

Status nutrisi seseorang, dapat dikaji dengan menggunakan pedoman A-B-C-D. A : Pengukuran antropometrik (antropometric measurements)

B : Data biomedis (biomedical data)

C : Tanda-tanda klinis status nutrisi (clinical signs) D : Diet (dietary)

Tabel 2.2 Jumlah Energi Pangan Yang Dianjurkan

Jenis kelamin Kategori pekerjaan Kj Kkal

Laki-laki ( 18-34 tahun)

Menetap/ duduk 10.500 2.510

Agak aktif 12.000 2.900

Sangat aktif 14.000 3.350

Perempuan (18-54 tahun)

Berbagai pekerjaan umunya

9.000 2,150

Sangat aktif 10.500 2.500

Tabel 2.3 Pengkajian Umum Status Gizi Individu

Area pemeriksaan Tanda-tanda normal Tanda-tanda abnormal (malnut risi)

Penampilan umum dan vitalitas

Gesit, energik, mampu beristirahat dengan baik

Apatis, lesu, tampak lelah

Berat badan Dalam rentang normal, sesuai dengan usia dan tinggi badan

Berat badan kurang atau berlebih

Rambut Rambut bercahaya

berminyak tidak kering

Rambut kering kusam, pecah-pecah tipis, rapuh

Kulit Lembab,sedikit lembab,

turgor kulit baik

Kering, kusam, pecah-pecah pucat atau berpigmen ada petekia atau memar lemak subkutan sedikit.

Kuku Merah muda, keras Rapuh, pucat bentuk seperti sendok

Mata Berbinar, jernih, lembab, konjungtiva merah muda

Kering,konjungtiva pucat atau merah kornea lembut Lidah Merah muda,lembap Berwarna merah, bengkak,

ukuran lidah bertambah atau berkurang

Bibir Lembap, merah muda Bengkak, pecah-pecah pada sudut bibir.

Gusi Merah muda,lembab Bengkak, meradang, mudah berdarah, bebentuk seperti spon.


(25)

Otot Kenyal,berkembang dengan baik

Tonus otot lembek, dan tidak berkembang

System pencernaan Nafsu makan baik, eliminasi normal dan teratur

Anoreksia, indigesti, diare, konstipasi.

System

kardiovaskuler

Nadi dan tekanan darah normal, irama jantung normal

Frekuensi nadi meningkat, tekanan darah meningkat, irama jantung abnormal (tidak teratur).

System persarafan Refleks normal, waspada perhatian baik, emosi stabil.

Refleks menurun, emosi tidak stabil, kurang perhatian, bingung dan emosi labil.

Komponen-komponen pengkajian nutrisi meliputi: a. Pengukuran antropometrik

Metode pengaturan ini meliputi pengkajian ukuran dan proporsi ukuran dan proporsi tubuh manusia. Pengukuran antropometrik terdiri atas:

1) Tinggi badan. Pengukuran tinggi badan pada individu dewasa dan balita dilakukan dalam posisi berdiri tanpa alas kaki, sedangkan pada bayi dilakukan dalam posisi berbaring. Pada kasus-kasus tertentu, seperti pasien yang mengalami cedera dan fraktur tulang belakang, pengukuran dilakukan dalam posisi berbaring. Satuan tinggi badan adalah cm atau inci.

2) Berat badan. Alat ukur yang lazim digunakan untuk mengukur berat badan adalah timbangan manual, meskipun ada pula alat ukur yang menggunakan system digitalik elektrik. Hal-hal yang harus diperhatikan saat mengukur berat badan adalah :

− Alat serta skala alat ukur yang digunakan harus sama setiap kali menimbang.

− Pasien ditimbang tanpa alas kaki.

− Pakaian diusahakan tidak tebal dan relatif sama beratnya setiap kali menimbang.

− Waktu penimbangan relatif sama, misalnya sebelum dan sesudah makan.

Dalam menilai berat badan pasien, kita perlu mempertimbangkan tinggi badan, bentuk rangka, proporsi lemak, otot, dan tulang, serta bentuk dada pasien. Disamping itu, kita juga perlu mengkaji kondisi patologis yang


(26)

berpengaruh terhadap berat badan, seperti edema, splenomegali, asites, gagal jantung atau kardiomegali.

3) Tebal lipatan kulit. Pengukuran tebal lipatan kulit bertujuan untuk menentukan persentase lemak pada tubuh. Pengukuran ini mencerminkan massa otot, jumlah lemak di jaringan subkutan, dan status kalori. Selain itu, pengukuran ini juga digunakan untuk mengkaji kemungkinan malnut risi. Berat badan normal, atau obesitas (Kamath, 1986). Area yang sering digunakan untuk pengukuran ini adalah lipatan kulit trisep, scapula, dan suprailiaka. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat pengukuran antara lain:

− Anjurkan klien untuk membuka baju guna mencegah kesalahan pada hasil pengukuran.

− Perhatikan selalu privasi dan rasa nyaman klien.

− Dalam pengukuran TSF, utamakan lengan klien yang tidak dominan. − Pengukuran TSF dilakukan pada titik tengah lengan atas, antara

akrpmion dan olekranon.

− Ketika pengukuran dilakukan, anjurkan klien untuk relaks. − Alat yang digunakan adalah kaliper.

4) Lingkar tubuh. Umumnya, area tubuh yang digunakan untuk pengukuran ini adalah kepala, dada, dan otot bagian tengah lengan atas. Lingkar dada dan kepala digunakan dalam pengkajian pertumbuhan dan perkembangan otak bayi. Sedangkan lingkar lengan atas (LLA) dan lingkar lengan otot atas (LOLA) digunakan untuk menilai status nutrisi. Satuan ukuran untuk LLA adalah sentimeter. LLA diukur dengan menggunakan alat ukur yang umum digunakan tukang jahit (tape around). Pengukuran dilakukan pada titik tengah lengan yang tidak dominan.

Lingkar pergelangan tangan merupakan area pengkajian yang digunakan untuk menilai bentuk atau kerangka tubuh manusia. Untuk mengukurnya, meteran diletakkan sekeliling bagian distal pergelangan tangan dekat prosesus stiloideus. Bila hasil pengukuran lebih dari 10,4 cm, kerangka atau bentuk tubuh dianggap besar. Jika hasilnya 9,6-10,4 cm kerangka atau bentuk tubuh dianggap sedang, dan jika kurang dari 9,6 cm dianggap kecil (Potter & Perry, 1992).


(27)

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakuakan pada klien merupakan penilaian kondisi fisik yamg berhubungan dengan masalah malnutrisi. Prinsip pemeriksaan ini adalah head to toe yaitu dari kepala sampai ke kaki. Selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap tanda-tanda atau gejala klinis defesiensi nutrisi.

c. Pemeriksaan Biokimia

Nilai umum yang digunakan dalam pemeriksaanini adalah kadar total limfosit, albumin serum, zat besi, transferin serum, kreatinin, hemoglobin, hematokrit, keseimbangan nitrogen, dan tes antigen kulit (Barkaukus, 1995). Hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan risiko status nutrisi buruk meliputi penurunan hemoglobin dan hematokrit, penurunan nilai limfosit, albumin serum kurang dari 3,5 gr/dl, dan peningkatan atau penurunan kadar kolestrol (Taylor, 1989).

d. Riwayat Diet

Kira-kira remaja putri disekolah menegah pernah mencoba diet sedikitnya satu kali, dan 40 % nya berdiet disembarang waktu. Untuk mengetahui riwayat diet seseorang,kita bisa melakukan wawancara mengenai status gizi, kesehatan, sosial-ekonomi, dan budaya orang tersebut, yang berpengaruh terhadap status nutrisinya. Analisis diet klien dapat dilakukan dengan menggunakan kelompok makanan harian (daily food groups) dan tabel komposisi makanan (food composition table). Pengkajian asupan makanan dan pola makan meliputi pengkajian dan informasi mengenai makanan yang biasa dikonsumsi, persiapan makanan, dan kebiasaan makan. Pola makan dan kebiasaan makan dipengaruhi oleh budaya, latar belakang etnis, status sosial ekonomi, dan aspek psikologi.

Berikut adalah faktor resiko yang menyebabkan gangguan nutrisi 1. Riwayat diet

− Gangguan pada fungsi mengunyah dan menelan − Asupan makanan tidak adekuat

− Diet yang salah atau ketat


(28)

− Pemberian nutrisi melalui intravena ( total parenteral nutrisi) selama10 hari atau lebih

− Tidak adekuatnya penyediaan bahan makanan

− Tidak adekuatnya fasilitas penyiapan bahan makanan − Tidak adekuatnya fasilitas penyimpanan bahan makanan − Ketidakmampuan fisik

− Lansia yang tinggal dan makan sendiri. 2. Riwayat penyakit (medis)

− Adanya riwayat berat badan berlebih atau kurang − Penurunan berat badan dan tinggi badan

− Mengalami penyakit tertentu

− Riwayat pembedahan pada system gastrointestinal − Anoreksia

− Mual dan muntah − Diare

− Alkoholisme

− Gangguan yang mengenai organ tertentu ( kanker, hati, ginjal, tiroid, dan paratiroid, serta penyakit adrenal).

− Disabilitas mental − Kehamilan remaja − Terapi radiasi

3. Riwayat pemakaian obat-obatan : aspirin, antibiotika, antasida, depresan, agen hipersentivitas, agens anti inflamasi, agens anti-neoplastik, digitalis, laksatif, diuretic, natrium klorida, dan vitamin atau preparat nutrient lain.

2. Analisa data

Tabel 2.4 Analisa Data Tanda Dan Gejala Klinis Defisiensi Nutrisi

Bagian tubuh Tanda klinis Kemungkinan

kekurangan Tanda umum Penurunan berat badan, lemah,

Lesu rasa haus, adanya dehidrasi Pertumbuhan terhambat

Kalori, cairan, vitamin A Rambut Kusut, kekuningan, kekurangan

pigmen


(29)

Kulit Adanya radang pada kulit atau dermatitis.

Pada bayi terjadi dermatosis.

Adanya petechial hemorarhagik.

Eksema.

Niasin, riboflavin, dan biotinemak,

Asam asetat

Pirodoksin

Mata Fotofobia, atau

penglihatan ganda. Rabun senja

Ribovlafin

vitamin A

Mulut Stomatitis

Glositis

Riboflavin Niasin,

asam volat, sianokobalamin (vit B12),

dan zat besi.

Gigi Karies gigi Fluoride

System neuromuskular Kejang Lemah otot

Vitamin D Kalium

Tulang Riketsia Vitamin D

System gastrointestinal Anoreksia atau nafsu makan menurun

Mual dan muntah

Tiamin

Garam dapur

System endokrin Gondok Iodium

System kardiovaskuler Adanya perdarahan Penyakit jantung Anemia

Vitamin K Tiamin

Pirodoksin dan zat besi System saraf Kelainan mental

Kelainan saraf perifer

Sianokobalamin

3. Rumusan Masalah Penetapan Diagnosis

Menurut North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) , diagnosis keperawatan terkait masalah nutrisi dibagi menjadi tiga (Kozier, 2004) : 1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan.

2. Ketidakseimbangan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh.

3. Ketidakseimbangan nutrisi : potensial lebih dari kebutuhan tubuh. 4. Perencanaan dan Implementasi

Penerapan intervensi keperawatan terkait masalah nutrisi bisa merujuk pada intervensi yang diterapkan secara umum pada klien dengan gangguan pemenuhan nutrisi. Akan tetapi, pada kasus-kasus tertentu, penerapan diagnosis diatas tersebut tentulah harus disesuaikan dengan kasus yang dihadapi.


(30)

1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan :

a. Penurunan asupan oral, ketidaknyamanan pada pada mulut, mual, muntah

b. Penurunan absorpsi nutrisi

c. Muntah, anoreksia, gangguan digesti d. Depresi, stress, isolasi sosial

Kriteria Hasil

Klien akan mengkonsumsi kebutuhan nutrisi harian sesuai dengan tingkat aktivitas dan kebutuhan metabolik.

Indikator

a. Menjelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat

b. Mengidentifikasi kekurangan/defesiensi dalam asupan sehari-hari c. Menyebutkan metode-metode untuk meningkatkan nafsu makan Intervensi umum

Mandiri

a. Jelaskan perlunya konsumsi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan cairan yang adekuat.

b. Konsultasikan dengan ahli gizi untuk menetapkan kebutuhan kalori harian dan jenis makanan yang sesuai bagi klien.

c. Diskusikan bersama klien kemungkinan penyebab hilangnya nafsu makan.

d. Anjurkan klien untuk istirahat sebelum makan.

e. Tawarkan makanan dalam jumlah sedikit tetapi sering.

f. Pada kondisi menurunnya nafsu makan, batasi asupan cairan saat makan dan hindari mengkonsumsi cairan satu jam sebelum dan sesudah makan. g. Dorong dan bantu klien untuk menjaga kebersihan mulut yang baik. h. Atur agar porsi makanan tinggi kalori dan tinggi protein disajikan saat

klien biasanya merasa paling lapar.

i. Lakukan langkah-langkah untuk meningkatkan nafsu makan.

1) Tentukan makanan kesukaan klien dan atur agar makanan tersebut tersaji apabila memungkinkan.

2) Hilangkan bau dan pemandangan yang tidak sedap dari area makan. 3) Kontrol rasa nyeri dan mual sebelum makan


(31)

4) Anjurkan orang terdekat klien untuk membawa makanan yang diperbolehkan dari rumah apabila memungkinkan.

5) Cipatakan lingkungan yang santai saat makan j. Beri klien daftar materi nutrisi diet yang terdiri atas:

1) Asupan tinggi karbohidrat kompleks dan serat.

2) Pengurangan asupan tinggi karbohidrat kompleks dan serat. 3) Penggunaan alkohol hanya dalam jumlah sedang.

4) Asupan kalori yang sesuai untuk mempetahankan berat badan ideal. Kolaborasi

Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian nutrisi secara enteral dan parenteral

1. Enteral. Ketika pemberian makanan melalui oral tidak memungkinkan (mis : pada penderita kanker kepala dan leher, masalah usus, luka bakar berat), maka pemberian nutrisi enteral merupakan suatu pilihan. Pada kondisi ini, makanan dapat diberikan secara langsung kedalam sistem pencernaan melalui selang (mis: selang nasogratik). Masalah–masalah yang mungkin ditemui pada terapi nutrisi enteral antara lain masalah osmolalitas, ketidakseimbangan eletrolit, komplikasi gastrointestinal dan sikap ketergantungan karena pemberian makanan melalui selang (Farley, 1988)

2. Nutrisi parenteral total (TPN)

TPN adalah suatu terapi kompleks yang digunakan untuk memenuhi keperluan nutrisi pasien melalui rute intravena. Larutan yang dugunakan dalam terapi ini adalah larutan hiperosmolar (konsentrasi tinggi). Pemberian kalori dalam jumlah besar yang terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Keberhasilan terapi ini bergantung pada jenis makanan yang diresepkan, penanganan kateter intravena, perawatan luka insisi, dan penanganan komplikasi akibat terapi (Grant, 1988). Bahkan makanan tersebut diberikan melalui pembuluh vena sentral yang memiliki aliran darah yang cepat,seperti vena subklavia, vena jugularis atau pembuluh vena besar lainnya. Terapi ini hanya digunakan apabila asupan makanan secara enteral tidak memadai atau merupakan kontraindikasi. TPNtidak diberikan pada pasien yang dapat pencernanya dapat berfungsi selama 7-10 hari, pasien yang masih dapat


(32)

mencerna makanan dengan baik, dan pada pasien yang mengalami stress atau trauma. Terapi ini juga dianjurkan untuk pasien dengan tumor yang telah bermetastasis (Grant, 1988).

Rasional

a. Nutrisi berperan menyediakan sumber energi, membangun jaringan, dan mengatur proses metabolisme tubuh.

b. Dengan berkonsultasi, kita dapat menentukan metode diet yang memenuhi asupan kalori dan nutrisi yang optimal.

c. Faktor-faktor seperti nyeri, kelamahan, penggunaan analgesik, dan imobilitas dapat menyebabkan anoreksia. Dengan mengidentifikasi penyebab dari anoreksia, kita bisa melakukan intervensi untuk menghilangkan atau meminimalkannya (Foltz, 1997).

d. Kondisi yang lebih lemah dapat menurunkan keinginan dan kemampuan klien anoreksia untuk makan (Foltz, 1997).

e. Distribusi total asupan kalori yang merata sepanjang hari membantu mencegah distensi lambung sehingga selera makan mungkin akan meningkat (Foltz, 1997)

f. Pembatasan asupan cairan saat makan membantu mencegah distensi lambung (Foltz, 1997).

g. Kebersihan mulut yang kurang menyebabkan bau dan rasa yang tidak sedap yang dapat mengurangi nafsu makan.

h. Menyediakan makanan tinggi-kalori dan tinggi-protein pada saat klien merasa paling lapar meningkatkan kemungkinan klien untuk mengkonsumsi kalori dan protein yang adekuat (foltz, 1997).

i. Perencanaan diet berfokus pada upaya mencegah kelebihan nutrisi mengurangi konsumsi lemak, garam,dan gula dapat menurunkan risiko penyakit jantung, diabetes, penyakit kanker tertentu,dan hipertensi.

2. Ketidakseimbangan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

a. Perubahan pada indera pengecapan dan penciuman b. Medikasi (kortikosteroid, anthistamin, estrogen)

c. Risiko peningkatan berat badan sebesar 12,5-15 kg selama kehamilan d. Penurunan pola aktivitas, penurunan kebutuhan metabolic


(33)

Kriteria Hasil

Klien akan menjelaskan mengapa dia berisiko mengalami peningkatan berat badan.

Indikator

a. Menjelaskan alasan peningkatan asupan pada kondisi defisit pengecapan atau penciuman

b. Mendiskusikan kebutuhan nutrisi selama kehamilan

c. Mendiskusikan pengaruh olah raga terhadap pengontrolan berat badan. Intervensi Umum

a. Kaji adanya faktor penyebab peningkatan berat badan, seperti penurunan indera pembau dan perasa, pengaruh medikasi, atau riwayat penambahan berat badan lebih dari 15 kg selama kehamilan.

b. Jelaskan pengaruh penurunan indera perasa dan pembau pada persepsi kenyang setelah makan. Anjurkan klien untuk mengevaluasi asupan berdasarkan penghitungan jumlah kalori bukan perasaan kenyang.

c. Jelaskan rasional peningkatan selera makan akibat penggunaan obat-obat tertentu ( mis : steroid, androgen)

d. Diskusikan tentang asupan nutrisi dan peningkatan berat badan selama kehamilan.

e. Tingkatkan kesadaran klien mengenai berbagai tindakan yang bisa menyebabkan peningkatan asupan makanan.

1) Minta klien menuliskan seluruh makanan yang dikonsumsinya dalam 24 jam terakhir.

2) Instruksikan klien untuk membuat buku harian diet selama 1 minggu yang menjelaskan hal-hal berikut : jenis makanan, kapan,dimana, dan mengapa klien makan; hal yang klien lakukan saat makan; emosiklien sebelum makan; serta kehadiran orang lain saat makan

3) Tinjau kembali buku harian diet untuk mengetahui pola makan klien yang mempengaruhi asupan makanan.

f. Ajarkan teknik-teknik modifikasi perilaku untuk mengurangi asupan kalori, seperti :

1) Jangan makan pada saat melakukan kegiatan lain 2) Minum satu gelas air sesaat sebelum makan.


(34)

3) Kurangi porsi makanan tambahan, makanan berlemak, makanan manis, dan alkohol.

4) Siapkan makanan dalam porsi kecil yang hanya cukup untuk satu kali makan dan buang sisanya.

5) Makan dengan perlahan dan kunyah makanan hingga sempurna. g. Instruksikan klien untuk memperbanyak aktivitas guna membakar kalori. Rasional

a. Kemampuan menurunkan berat badan saat menjalani terapi kortikosteroid tampaknya bergantung pada pembatasan asupan natrium dan upaya mempertahankan asupan kalori sesuai.

b. Peningkatan aktivitas mendukung upaya penurunan berat badan.

c. Individu dengan gangguan penciuman atau pengecapan bisa mengkonsumsi lebih banyak makanan guna memuaskan pengecapan mereka (Dudek, 2000) 3. Ketidakseimbangan nutrisi: potensial lebih dari kebutuhan tubuh. Pada dasarnya,

diagnosa keperawatan ini mirip dengan resiko ketidakseimbangan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh. Diagnosis ini menggambarkan individu yang memiliki riwayat obesitas pada keluarga, yang juga memperlihatkan pola berat badan yang lebih tinggi serta individu yang pernah memiliki riwayat peningkatan berat badan yang berlebihan (mis : kehamilan sebelumnya). Sampai penelitian klinis membedakan diagnosis tersebut dari diagnosis lain yang diterima saat ini, kita bisa menggunakan diagnosis ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan (actual atau resiko) atau resiko ketidakseimbangan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh untuk memberikan penyuluhan langsung guna membantu klien dan keluarga megidentifikasi pola diet yang tidak sehat.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi terhadap masalah kebutuhan nutrisi secara umum dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam :

a. Meningkatkan nafsu makan ditunjukkan dengan adanya kemampuan dalam makan serta adanya perubahan nafsu makan apabila terjadi kurang dari kebutuhan.

c. Mempertahankan nutrisi melalui oral atau parenteral ditunjukkan dengan adanya proses pencernaan makanan yang adekuat.


(35)

B. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS 1. Pengkajian

1. Biodata

Seorang anak laki-laki An.A, berusia 9 tahun, belum menikah, agama islam. An. A adalah seorang siswa SD yang tinggal di Jalan Garu II A Gang Dahlia Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas.

2. Keluhan Utama

Dalam pengkajian yang dilakukan ibu klien mengatakan An.A tidak selera makan, lebih suka jajan diluar.

3. Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien mengatakan sering mengantuk disekolah, kepala pusing, mata berkunang-berkunang, bawaan nya lemas dan cepat lelah, sering sakit-sakitan. Saat melakukan pengkajian didapati klien tampak kurus, pucat, rambut tipis, konjungtiva anemis, stomatitis, BB : 16 kg, TB : 120 cm. Keadaan yang dialami klien mengganggu aktivitasnya misalnya bermain. Keluhan ini dirasakan sejak An.A berumur 1 tahun. 4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Penyakit yang pernah dialami oleh klien adalah klien pernah mengalami demam dan batuk. Klien di bawa ke puskesmas terdekat untuk mendapat pengobatan. Sampai saat ini klien belum pernah dirawat Rumah Sakit. Klien tidak memiliki alergi terhadap makanan apapun.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Saat melakukan pengkajian didapati orang tua klien Ny.D memilki riwayat sakit maag, saudara kandung klien pernah menderita TB paru tetapi sudah sembuh. Tidak ada riwayat penyakit keturunan.

6. Pemeriksaan Fisik

Secara umum didapati pasien sadar dan dapat diajak komunikasi dengan baik, dengan suhu tubuh 36,8 C, nadi 64x/menit, pernafasan 20x/ menit, TB : 120 cm dan BB 16 Kg. Dalam melakukan pengkajian dilakukan juga pemeriksaan Head to toe untuk memperoleh data pemeriksaan fisik lebih lengkap. Dalam pemeriksaan kepala dan rambut didapati bentuk kepala simetris, tidak ada benjolan pada ubun-ubun, kebersihan kepala terjaga. Rambut tipis dan merah, tidak berbau dan bersih, rambut kering.

Pada pemeriksaan wajah warna kulit tampak coklat dengan struktur wajah bulat dan simetris. Mata lengkap dan simetris, palpebra tidak ada kelainan, lembab,


(36)

konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil merah dan coklat muda, kornea bulat merata, iris simetris berbatas jelas, ketajaman penglihatan baik tekanan bola mata baik.

Pada pemeriksaan hidung, tulang hidung tepat di tengah, posisi septum nasi simetris, lubang hidung normal, bersih dan tidak ada sumbatan, tidak ada pernafasan cuping hidung. Bentuk daun telingan normal, dan simetris, ukuran telinga simetris kiri dan kanan, lubang telinga paten dan bersih, ketajaman pendengaran baik.

Pada pemeriksaan mulut dan faring didapati bahwa bibir tidak kering, keadaan gusi stomatitis, gigi sehat, keadaan lidah bersih tidak ada jamur, pita suara baik. Posisi trachea normal, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, suara normal. Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada distensi vena jugularis, denyut nadi karotis teraba.

Pada pemeriksaan integumen kebersihan integumen bersih, kulit hangat, warna kulit coklat, turgor kulit kembali < 2 detik, kulit kering, tidak ada ditemukan kelainan pada kulit klien. Pada pemeriksaan thoraks/dada normal, simetris, pernafasan (frekuensi, irama) 20kali / menit dan tidak ada tanda kesulitan saat bernafas. Saat palpasi pemeriksaan paru gerak dada tampak normal,suara perkusi resonan dan saat auskultasi suara nafas vesikuler.

Pada pemeriksaan jantung tidak ada kelaianan, pulsasi teraba, suara dullnes saat diperkusi bunyi jantung 1 dan 2 normal, tidak ada bunyi tambahan. Abdomen terlihat normal, simetris, tidak ditemukan benjolan, tidak ada nyeri saat di tekan.

Pada pemeriksaan muskoloskeletal (kesimetrisan, kekuatan otot, edema) otot tampak simetris, tidak ada edema.

7. Pola kebiasaan sehari-hari

Frekuensi makan klien tidak menentu, itu dikarenakan klien tidak nafsu makan dan lebih suka jajan diluar. Klien tidak mengalami nyeri pada ulu hatinya, tidak mengalami mual dan muntah, waktu pemberian makanan tidak menentu tergantung selera makan klien, jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi seperempat piring. Waktu pemberian cairan dilakukan saat klin mersa haus, dn masaah yang dialami saat ini klien mengalami anoreksia.

8. Perawatan diri/personal hygine

Tubuh pasien tampak bersih, kebersihan gigi dan mulut kurang bersih dikarenakan An.A sedang mengalami stomatitis, kuku, kaki dan tangan tampak bersih.


(37)

9. Pola kegiatan / aktivitas

Klien beraktivitas seperti biasa dengan teman seumurannta, tetapi terkadang aktivitasnya terganggu karena sering sakit. Untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian, bisa dilakukan secara mandiri.

10.Pola Eliminasi

Klien jarang BAB, saat dilakukan pengkajian BAB terakhir 2 hari yang lalu, klien tidak menglami diare. Pola BAK klien 5-6 kali sehari dan karakteristik jernih, tidak ada kesulitan saat BAK dan tidak ada riwayat penyakit ginjal.

2. Analisa Data

Tabel 2.5 Analisa Data

No. Data Masalah Keperawatan

1. DS =

Klien mengatakan sering ngantuk disekolah, kepala pusing,mata berkunang-kunang, cepat lelah DO =

Klien tampak kurus, pucat, rambut tipis, konjungtiva anemis, stomatitis, BB ; 16 kg, usia 9 tahun, TB ; 120 cm

Kurang nutrisi dari kebutuhan tubuh

2. DS =

Keluarga bertanya mengenai bagaimana cara pemenuhan nutrisi yang seimbang DO =

Saat ditanya tentang masalah kesehatan anaknya keluarga tampak bingung menjawab, mengatakan kalau masalah yang dialami anaknya sekarang adalah masalah biasa dan tidak perlu penanganan lebih lanjut

Kurang pengetahuan

3. Rumusan Masalah Masalah Keperawatan

1. Kurang nutrisi dari kebutuhan tubuh 2. Kurang pengetahuan


(38)

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan anoreksia ditandai dengan klien tampak pucat, rambut tipis, konjungtiva anemis, stomatitis, BB ; 16 kg, TB ; 120 cm, usia ; 9 tahun

2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi tentang nutrisi anak usia 9 ditandai dengan saat ditanya tentang nutrisi anaknya keluarga tampak bingung menjawab dan mengatakan kalau masalah yang dialami


(39)

4. Perencanaan Keperawatan Dan Rasional Tabel 2.6 Perencanaan Keperawatan Dan Rasional

Hari/ tanggal selasa 18 juni 2013 No

Dx Perencanaan Keperawatan

1 Tujuan :

Kebutuhan nutrisi terpenuhi Kriteria Hasil :

− Klien akan mengkonsumsi kebutuhan nutrisi harian sesuai dengan aktivitas dan kebutuhan.

− Berat badan klien meningkat, tidak mengalami pucat dan konjngtiva tidak anemis

Rencana tindakan Rasional

− Kaji frekwensi makan klien perhari

− Kaji tentang nafsu makan klien

− Kaji tentang jumlah dan jenis makanan yang di konsumsi

− Kaji tanda-tanda vital berat badan, tinggi badan klien

− Diskusikan bersama klien kemungkinan penyebab hilangnya nafsu makan

− Kaji pola BAB

− Tawarkan makanan dalam jumlah sedikit tapi sering

− Dengan mengkaji frekuensi makan klien kita dapat mengetahui pola makan dan kebiasaan makan klien.

− Dengan mengkaji nafsu makan klien kita dapat mengetahui porsi makanan yang di konsumsi klien

− Dengan mengkaji jumlah dan jenis makanan yang di

konsumsi klien kita dapat mengetahui jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi klien dan membuat intervensi selanjutnya

− Dengan mengkaji berat badan dan tinggi badan klien kita dapat mengetahui apakah berat badan klien sesuai dengan berat badan anak usia 9 tahun − Dengan mengidentifikasi

penyebab anoreksia kita bisa membuat langkah-langkah untuk meningkatkan nafsu makan klien

− Dengan mengkaji pola BAB kita dapat mengetahui apakah klien mengalami konstipasi atau diare

− Distribusi total asupan kalori yang merata sepanjang hari membantu mencegah distensi lambung sehingga selera makan mungkin akan meningkat.


(40)

− Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan kesukaan

− Anjurkan klien agar menjaga kebersihan mulut

− Anjurkan kepada keluarga agar tidak

memaksa/mengomeli anak saat makan

− Anjurkan keluarga agar membuat suasana makan yang menyenangkan

kesukaan memungkinkan klien selera makan.

− Kebersihan mulut yang kurang menyebabkan bau dan rasa yang tidak sedap yng dapat mengurangi nafsu makan − Agar klien tidak susah untuk

diajak makan

− Dengan membuat suasana makan yang menyenangkan memungkinkan klien untuk selera makan.. Hari/ Tanggal selasa 18 juni 2013 No

Dx Perencanaan Keperawatan

2 Tujuan :

Keluarga mengerti masalah nutrisi yang dialami klien Kriteria Hasil :

Mengatakan pemahaman tentang kondisi yang dialami oleh klien

Rencana tindakan Rasioanl

− Kaji pengetahuan keluarga tentang kebutuhan nutrisi anak

− Jelaskan kepada keluarga tentang perlunya konsumsi karbohidrat, lemak,

protein, vitamin, mineral, dan cairan yang cukup

− Jelaskan kepada keluarga tentang penyebab nutrisi kurang dan nutrisi yang berlebih

− Jelaskan kepada keluarga tentang tanda dan gejala nutrisi kurang dan nutrisi berlebih

− Jelaskan kepada keluarga bagaimana cara mencegah nutrisi kurang dan nutrisi berlebih serta pemenuhan gizi seimbang

− Untuk mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan keluarga tentang nutrisi − Dengan penjelasan yang

diberikan klien dan keluarga paham mengenai komponen zat yang penting didalam tubuh

− Keluarga paham tentang penyebab nutrisi kurang dan nutrisi yang berlebih

− Keluarga dank lien paham tentang tanda dan gejalan nutrisi kurang dan nutrisi berlebih

− Keluarga dan klien paham tentang bagaimana cara mencegah nutrisi kurang dan nutrisi yang berlebih serta pemebuhan gizi seimbang


(41)

5. Implementasi dan Evaluasi

Tabel 2.7 Implementasi dan evaluasi Hari/

Tanggal

No

Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)

Rabu/ 19 juni 2013

1 − Mengkaji frekwensi makan klien perhari

− Mengkaji tentang nafsu makan klien

− Mengkaji tentang jumlah dan jenis makanan yang di konsumsi

− Mengkaji tanda-tanda vital, berat badan, tinggi badan klien − Mendiskusikan bersama klien

kemungkinan penyebab hilangnya nafsu makan

− Mengkaji pola BAB

S : Klien mengatakan nafsu makan kurang

O : Tanda-tanda vital T : 36,8 0c

RR : 2Ox/i HR : 64x/i BB : 16 Kg TB : 120 cm

Klien tampak pucat, kurus dan lemah.

A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan

Rabu/ 19 juni 2013

2 − Mengkaji pengetahuan keluarga tentang kebutuhan nutrisi anak

− Melibatkan keluarga dalam penerimaan informasi. − Menjelaskan mengenai

penyebab kurang nutrisi

S : keluarga mengatakan tidak tahu tentang masalah yang dialami oleh anaknya.

A : keluarga mendengarkan dan memahami informasi yang

diberikan oleh perawat. A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan


(42)

BAB III PENUTUP a. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilaksanakan pada tanggal 17-21 Juni 2013 di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas mengenai status nutrisi An.A bahwa An.A mengalami kekurangan nutrisi. Hal ini dapat diketahui dari penjelasan dari ibu klien yang mengatakan kalau An.A tidak pernah selera makan, lebih suka jajan diluar dari pada makan dirumah, An.A sering sakit-sakitan tampak kurus, pucat, lemah, rambut tipis dan merah, BB : 16 kg, TB : 120 cm, usia : 9 tahun.

3.2 Saran

Dari pengkajian yang dilakukan kepada An.A responden menunjukkan bahwa status nutrisi An.A di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas masih kurang dari kebutuhan nutrisi anak usia 9 tahun. Untuk itu penulis menyarankan kepada masyarakat khususnya ibu dan anak untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan nutrisi yang seimbang untuk pertumbuhan dan perkembangan anaknya.

Pengkajian ini hanya dilakukan pada satu keluarga saja, sehingga hasil yang didapat tidak dapat digeneralisasikan untuk wilayah Sumatera Utara. Oleh karena itu penulis menyarankan agar dilakukan pengkajian pada berbagai individu lagi agar diketahui apa yang menjadi permasalahan yang mengganggu kesehatan.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Azis.(2006). Kebutuhan Dasar Manusia.Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan (buku 2). Jakarta : Salemba Medika.

Arisman. (2008). Gizi dalam Daur Kehidupan. (edisi 2). Jakarta: EGC

Barasi, Mary E. (2007). Ilmu Gizi. Jakarta: EMS

Mubarak,wahit iqbal. (2005).Buku Ajar kebutuhan dasar manusia, teori dan aplikasi dalam praktik. Jakarta : EGC

Potter & perry. (2006). Fundamental Keperawatan (volume 2 edisi 4). Jakarta : EGC

Soekirman. (2009). Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Jakarta : Direktoral Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Sumantri, Arif. (2010). Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Kencana

Widodo, Rahayu. (2009). Pemberian Makanan, Suplemen dan Obat pada Anak. Jakarta: EGC


(44)

Lampiran 1

CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi dan evaluasi keperawatan No.Dx Hari/

tanggal Pukul Tindakan keperawatan Evaluasi 1 Kamis/

20 juni 2013

09 :00

09 : 30

10 : 00

11 : 30

12 : 00

12 : 15

− Mengkaji frekwensi makan klien perhari

− Mengkaji tentang nafsu makan klien

− Mengkaji tentang jumlah dan jenis makanan yang di konsumsi

− Mngkaji tanda-tanda vital, berat badan, tinggi badan klien

− Mendiskusikan

bersama klien kemungkinan penyebab

hilangnya nafsu makan − Mengkaji pola BAB

S : klien mengatakan nafsu makan masih kurang O : tanda-tanda vital

T : 36,8 0c RR : 2Ox/i HR : 64x/i BB : 16 Kg TB : 120 cm Klien tampak pucat, kurus dan lemah.

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan 2 Kamis/

20 juni 2013

10 : 00

10 : 30

11 : 00

11 : 30

12 : 00

− Mengkaji pengetahuan keluarga tentang kebutuhan nutrisi anak − Menjelaskan kepada

keluarga tentang perlunya konsumsi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan cairan yang cukup

− Menjelaskan kepada keluarga tentang

penyebab nutrisi kurang dan nutrisi yang

berlebih

− Menjelaskan kepada keluarga tentang tanda dan gejala nutrisi kurang dan nutrisi berlebih

− Menjelaskan kepada keluarga bagaimana cara mencegah nutrisi kurang dan nutrisi berlebih serta pemenuhan gizi seimbang

S : keluarga dank lien mengatakan

paham mengenai masalah nutrisi yang dialami oleh klien

A : keluarga dan klien mengetahui

tentang :

− Komponen zat gizi

− Penyebab kurang nutrisi dan nutrisi berlebih − Tanda dan

gejala nutrisi kurang dan nutrisi berlbih − Pencegahan nutrisi kurang dan nutrisi berlebih serta pemenuhan gizi seimbang. A : Masalah teratasi P : Intervensi


(45)

dihentikan 1 Jumat/

21 juni 2013

10 : 00

10 : 30

11 : 00

11 : 30

12 : 00

− Menawarkan makanan dalam jumlah sedikit tapi sering

− Menganjurkan keluarga untuk memberikan makanan kesukaan.

− Menganjurkan klien agar menjaga kebersihan mulut

− Menganjurkan kepada keluarga agar tidak memaksa/mengomeli anak saat makan

− Menganjurkan keluarga agar membuat suasana makan yang

menyenangkan

S : Nafsu makan klien suda h mulai meningkat A : Keluarga klien

mengatakan klien menghabiskan ½ piring porsi makanan yang disediakan A : Masalah teratasi P : Intervensi


(46)

a. Berat badan kurang dari normal b. Nafsu makan berkurang

c. Rambut tipis dan merah d. Kurang bersemangat e. Mata pucat

f. Muda lelah g. Malas beraktivitas h. Cengeng

Akibat gizi kurang :

a. Kecerdasan kurang

b. Kurang darah

c. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan

d. Mudah terserang penyakit

3. Tanda & Gejala Gizi Kurang

1.

Pencegahan gizi kurang

a. Dahulukan makan daripada jajan b. Makan minimal 3 x sehari dengan

teratur

2. Penyebab Gizi Berlebih

a. Faktor keturunan

b. Faktor makanan yaitu Fast Food (makan cepat saji, makanan ringan dalam kemasan, minuman ringan.

Akibat Gizi Berlebih:

Darah tinggi, diabetes, bahkanpenyakit jantung yang dapat

terjadi pada anak-anak yang mengalami obesitas akibat timbunan lemak, kolesterol, gula dalam tubuh

NUTRISI PADA ANAK

1. Pengertian

Nutrisi/gizi adalah makanan yang cukup mengandung zat-zat yang

dibutuhkan untuk mempertahankan kehidupan,

pertumbuhan dan fungsi organ tubuh serta menghasilkan energi.

a.Jumlah makanan yang

dimakan kurang

b.Jenis bahan makanan

tidak seimbang

c.Makanan tidak teratur

d.Penyakit

e.Anak banyak jajan di luar


(47)

NUTRISI

PADA ANAK

DISUSUN OLEH : WINDA ANGELINA M

102500039

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012/2013 a. Karbohidrat: sebagai sumber tenaga dan

energi

b. Lemak : sebagai sumber tenaga c. Vitamin : sebagai zat pengatur d. Protein : sebagai zat pembangun

Bahan makanan Umur 6-10 tahun Umur 11-15 tahun Daging, ikan, telur

50 gr (2 potong)

75 gr (21/2 potong sebesar kotak korek

api ) Nasi 200 gr (1

piring)

200 gr (1 piring) Tempe 75 gr (3

potong sebesar kotak korek

api

100 gr (4 potong sebesar kotak korek

api)

Sayur

175gr (3/4 200 gr (1 4. Sumber-sumber Zat

Gizi a. Membuat suasana makan anak

menyenangkan

b. Jangan memaksa/mengomeli anak ketika anak makan

c. Berikan kebebasan anak dalam

memilih menu makanan dengan tetap . mempertahankan gizi yang seimbang


(1)

BAB III PENUTUP a. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilaksanakan pada tanggal 17-21 Juni 2013 di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas mengenai status nutrisi An.A bahwa An.A mengalami kekurangan nutrisi. Hal ini dapat diketahui dari penjelasan dari ibu klien yang mengatakan kalau An.A tidak pernah selera makan, lebih suka jajan diluar dari pada makan dirumah, An.A sering sakit-sakitan tampak kurus, pucat, lemah, rambut tipis dan merah, BB : 16 kg, TB : 120 cm, usia : 9 tahun.

3.2 Saran

Dari pengkajian yang dilakukan kepada An.A responden menunjukkan bahwa status nutrisi An.A di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas masih kurang dari kebutuhan nutrisi anak usia 9 tahun. Untuk itu penulis menyarankan kepada masyarakat khususnya ibu dan anak untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan nutrisi yang seimbang untuk pertumbuhan dan perkembangan anaknya.

Pengkajian ini hanya dilakukan pada satu keluarga saja, sehingga hasil yang didapat tidak dapat digeneralisasikan untuk wilayah Sumatera Utara. Oleh karena itu penulis menyarankan agar dilakukan pengkajian pada berbagai individu lagi agar diketahui apa yang menjadi permasalahan yang mengganggu kesehatan.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Azis.(2006). Kebutuhan Dasar Manusia.Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan (buku 2). Jakarta : Salemba Medika.

Arisman. (2008). Gizi dalam Daur Kehidupan. (edisi 2). Jakarta: EGC

Barasi, Mary E. (2007). Ilmu Gizi. Jakarta: EMS

Mubarak,wahit iqbal. (2005).Buku Ajar kebutuhan dasar manusia, teori dan aplikasi dalam praktik. Jakarta : EGC

Potter & perry. (2006). Fundamental Keperawatan (volume 2 edisi 4). Jakarta : EGC

Soekirman. (2009). Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Jakarta : Direktoral Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Sumantri, Arif. (2010). Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Kencana

Widodo, Rahayu. (2009). Pemberian Makanan, Suplemen dan Obat pada Anak. Jakarta: EGC


(3)

Lampiran 1

CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi dan evaluasi keperawatan No.Dx Hari/

tanggal Pukul Tindakan keperawatan Evaluasi 1 Kamis/

20 juni 2013

09 :00

09 : 30

10 : 00

11 : 30

12 : 00

12 : 15

− Mengkaji frekwensi makan klien perhari

− Mengkaji tentang nafsu makan klien

− Mengkaji tentang jumlah dan jenis makanan yang di konsumsi

− Mngkaji tanda-tanda vital, berat badan, tinggi badan klien

− Mendiskusikan

bersama klien kemungkinan penyebab

hilangnya nafsu makan − Mengkaji pola BAB

S : klien mengatakan nafsu makan masih kurang O : tanda-tanda vital

T : 36,8 0c RR : 2Ox/i HR : 64x/i BB : 16 Kg TB : 120 cm Klien tampak pucat, kurus dan lemah.

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan 2 Kamis/

20 juni 2013

10 : 00

10 : 30

11 : 00

11 : 30

12 : 00

− Mengkaji pengetahuan keluarga tentang kebutuhan nutrisi anak − Menjelaskan kepada

keluarga tentang perlunya konsumsi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan cairan yang cukup

− Menjelaskan kepada keluarga tentang

penyebab nutrisi kurang dan nutrisi yang

berlebih

− Menjelaskan kepada keluarga tentang tanda dan gejala nutrisi kurang dan nutrisi berlebih

− Menjelaskan kepada keluarga bagaimana cara mencegah nutrisi kurang dan nutrisi berlebih serta pemenuhan gizi seimbang

S : keluarga dank lien mengatakan

paham mengenai masalah nutrisi yang dialami oleh klien

A : keluarga dan klien mengetahui

tentang :

− Komponen zat gizi

− Penyebab kurang nutrisi dan nutrisi berlebih − Tanda dan

gejala nutrisi kurang dan nutrisi berlbih − Pencegahan nutrisi kurang dan nutrisi berlebih serta pemenuhan gizi seimbang. A : Masalah teratasi P : Intervensi


(4)

dihentikan 1 Jumat/

21 juni 2013

10 : 00

10 : 30

11 : 00

11 : 30

12 : 00

− Menawarkan makanan dalam jumlah sedikit tapi sering

− Menganjurkan keluarga untuk memberikan makanan kesukaan.

− Menganjurkan klien agar menjaga kebersihan mulut

− Menganjurkan kepada keluarga agar tidak memaksa/mengomeli anak saat makan

− Menganjurkan keluarga agar membuat suasana makan yang

menyenangkan

S : Nafsu makan klien suda h mulai meningkat A : Keluarga klien

mengatakan klien menghabiskan ½ piring porsi makanan yang disediakan A : Masalah teratasi P : Intervensi


(5)

a. Berat badan kurang dari normal b. Nafsu makan berkurang

c. Rambut tipis dan merah d. Kurang bersemangat e. Mata pucat

f. Muda lelah g. Malas beraktivitas h. Cengeng

Akibat gizi kurang :

a. Kecerdasan kurang b. Kurang darah

c. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan

d. Mudah terserang penyakit

3. Tanda & Gejala Gizi Kurang

1.

Pencegahan gizi kurang

a. Dahulukan makan daripada jajan b. Makan minimal 3 x sehari dengan

teratur

2. Penyebab Gizi Berlebih

a. Faktor keturunan

b. Faktor makanan yaitu Fast Food (makan cepat saji, makanan ringan dalam kemasan, minuman ringan.

Akibat Gizi Berlebih:

Darah tinggi, diabetes, bahkanpenyakit jantung yang dapat

terjadi pada anak-anak yang mengalami obesitas akibat timbunan lemak, kolesterol, gula dalam tubuh

NUTRISI PADA ANAK

1. Pengertian

Nutrisi/gizi adalah makanan yang cukup mengandung zat-zat yang

dibutuhkan untuk mempertahankan kehidupan,

pertumbuhan dan fungsi organ tubuh serta menghasilkan energi.

a.Jumlah makanan yang dimakan kurang b.Jenis bahan makanan

tidak seimbang

c.Makanan tidak teratur d.Penyakit

e.Anak banyak jajan di luar


(6)

NUTRISI

PADA ANAK

DISUSUN OLEH : WINDA ANGELINA M

102500039

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012/2013 a. Karbohidrat: sebagai sumber tenaga dan

energi

b. Lemak : sebagai sumber tenaga c. Vitamin : sebagai zat pengatur d. Protein : sebagai zat pembangun

Bahan makanan

Umur 6-10 tahun

Umur 11-15 tahun Daging,

ikan, telur

50 gr (2 potong)

75 gr (21/2

potong sebesar kotak korek

api ) Nasi 200 gr (1

piring)

200 gr (1 piring) Tempe 75 gr (3

potong sebesar kotak korek

api

100 gr (4 potong sebesar kotak korek

api)

Sayur

175gr (3/4 200 gr (1

4. Sumber-sumber Zat Gizi

Cara memotivasi makan pada anak a. Membuat suasana makan anak

menyenangkan

b. Jangan memaksa/mengomeli anak ketika anak makan

c. Berikan kebebasan anak dalam

memilih menu makanan dengan tetap . mempertahankan gizi yang seimbang


Dokumen yang terkait

Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi Kurang dari Kebutuhan pada Klien Diabetes Melitus di Kelurahan Harjosari I Medan Amplas

0 54 41

Asuhan Keperawatan pada An.A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas

0 34 45

Asuhan Keperawatan pada Tn. R dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh di Lingkungan V Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas

0 27 56

Asuhan Keperawatan pada An.F dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh di Lingkungan IX Kelurahan Harjosari II Medan Amplas

0 27 64

Asuhan Keperawatan pada An.S dengan Prioritas Masalah kebutuhan Dasar Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh di Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas

0 14 58

Asuhan Keperawatan pada An.S dengan Prioritas Masalah kebutuhan Dasar Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh di Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas

0 0 6

Asuhan Keperawatan pada An.S dengan Prioritas Masalah kebutuhan Dasar Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh di Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas

0 0 4

Asuhan Keperawatan pada An.S dengan Prioritas Masalah kebutuhan Dasar Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh di Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas

0 0 26

Asuhan Keperawatan pada An.S dengan Prioritas Masalah kebutuhan Dasar Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh di Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas

0 0 1

Asuhan Keperawatan pada An.S dengan Prioritas Masalah kebutuhan Dasar Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh di Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas

0 0 20