Asuhan Keperawatan pada An.A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas

(1)

Asuhan Keperawatan pada An.A dengan Prioritas Masalah

Kebutuhan Dasar Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan

Oleh

FAJAR AMANAH ARIGA 102500101

Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah Tuhan yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan judul “Asuhan Keperawatan pada An.A dengan Prioritas Masalah kebutuhn dasar nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas” Karya Tulis Ilmiah (KTI) merupakan salah satu syarat yang harus dibuat untuk dapat menyelesaikan pendidikan DIII fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan dukungan dalam proses penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah (KTI), sebagai berikut:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku ketua prodi DIII Keperawatan

4. Ibu Siti Zahara, S.Kp, MNS selaku Dosen Pembimbing KTI, yang senantiasa memberikan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan yang sangat berharga dalam penulisan karya tulis ilmiah (KTI) sehingga dapat diselesaikan. 5. Ibu Lutfiani Skep, Ns, M.Kes selaku penguji

6. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

7. Terima kasih yag sedalam-dalamnya kepada Ayahanda tercinta Anjasmara, Ibunda Asnita Poerba tercinta, kakak-kakaku tersayang, Rita Nosara Ariga, Reni Asmara Ariga, Selviani Ariga, Sri Budi Astuti Ariga, Dian Mayasari Ariga, Hijrah Purnama Sari Ariga, abangku Sapaat Ramadan Ariga, Kahairul Yasin Ariga, yang selalu mendoakan dan menyayangi, memberikan dukungan dan nasehat, serta senantiasa memberikan yang terbaik.


(4)

8. Kepada sahabat-sahabatku,Wijaya Pranata, Samsul Bahri, Aulia Baitur Rahmah, dan semua teman-teman Fakultas Keperawatan stambuk 2010, serta seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu yang selalu membantu dan mendukung dalam penyelesaian karya tulis ilmiah (KTI) dan perkuliahanku, terima kasih atas dukungan, kritik, dan saran kalian semua.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu mencurahkan karuniaNya kepada semua pihak yang telah membantu mendukung penulis. Harapan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan profesi keperawatan.

Medan, Juni 2013


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.2.1 Tujuan Umum ... 2

1.2.2 Tujuam Khusus ... 3

1.3 Manfaat ... 3

BAB II PENGELOLAAN KASUS ... 4

2.1 Konsep Dasar ... 4

2.1.1 Defenisi Nutrisi ... 4

2.1.2 Sistem tubuh yang berperan dalam pemenuhan nutrisi ... 4

2.1.3 Fungsi Nutrisi ... 8

2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Nutrisi ... 9

2.1.5 Zat-zat yang Diperlukan Tubuh ... 10

2.1.6 Masalah Kebutuhan Nutrisi ... 18

2.1.7 Faktor-faktor Penyebab Gizi Kurang... 19

2.1.8 Penilaian Status Gizi ... 20

2.2Asuhan Keperawatan ... 21

2.2.1 Pengkajian ... 21

2.2.2 Diagnosa ... 23

2.2.3 Perencanaan ... 24

2.3. Asuhan Keperawatan Kasus ... 27


(6)

2.3.2 Analisa data ... 28

2.3.3 Rumusan Masalah ... 29

2.3.4 Diagnosa Keperawatan Prioritas ... 29

2.3.5 Perencanaan Keperawatan ... 30

2.3.6 Implementasi dan Evaluasi ... 32

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

3.1 Kesimpulan ... 34

3.2 Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan dasar manusia yang sangat penting. Dilihat dari kegunaannya nutrisi merupakan sumber energi untuk segala aktivitas dalam sistem tubuh. Sumber nutrisi dalam tubuh berasal dari dalam tubuh sendiri seperti glikogen yang terdapat dalam otot dan hati ataupun protein dan lemak dalam jaringan dan sumber lain yang berasal dari luar tubuh seperti yang sehari – hari dimakan oleh manusia ( Hidayat, 2006).

Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh (Hidayat, 2006). Tubuh memerlukan energi untuk fungsi-fungsi organ tubuh, pergerakan tubuh, mempertahankan suhu, fungsi enzim, pertumbuhan dan pergantian sel yang rusak (Tarwoto, 2006). Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak akan sangat berguna dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan ( Hidayat, 2005).

Masalah nutrisi erat kaitanya dengan intake makanan dan metabolisme tubuh serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara umum faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi adalah faktor fisiologis untuk kebutuhan metabolisme basal, faktor patofisiologi seperti adanya penyakit tertentu yang mengganggu pencernaan atau meningkatkan kebutuhan nutrisi, faktor sosioekonomi seperti adanya kemampuan individu. Status gizi seseorang muncul dari gabungan beberapa faktor yakni faktor lingkungan, genetik dan juga perilaku individu. Perilaku merupakan faktor terbesar kedua yang mempengaruhi status kesehatan seseorang. Untuk mengatasi gizi kurang diperlukan perubahan sosial baik gaya hidup, aktivitas fisik, perilaku makan dan disertai penyiapan lingkungan yang kondusif (Notoatmodjo, 2003).

Dalam keluarga biasanya seorang ibu akan berperan dalam mengatur makanan keluarga termasuk persiapan makanan, pengolahan makanan sampai penyajian untuk


(8)

seluruh anggota keluarga. Oleh karena itu ibu adalah sasaran utama pendidikan gizi keluarga. Masalah gizi karena pengetahuan dapat terlihat dari pengetahuan ibu tentang memasak, kesulitan dalam memberi makan anak- anaknya, penyediaan bahan dan jenis masakan yang tidak beragam sehingga memberi efek kebosanan dan cara memperlakukan bahan pangan dalam pengolahan (Khumaidi, 1994). Seorang ibu rumah tangga yang bukan ahli gizi juga harus dapat menyusun dan menilai hidangan yang disajikan kepada anggota keluarganya agar anggota keluarga yang mengkonsumsinya tertarik dan dapat mempertahankan kesehatan (Sediaoetama,1988).

Pada tahun 2006, selama periode Januari sampai Oktober, jumlah total kasus gizi buruk di Indonesia dilaporkan dan ditangani petugas kesehatan sebanyak 20.580 kasus dan 186 diantaranya menyebabkan kematian. Jumlah tersebut menurun di bandingkan pada 2005, yang mencapai 76.178 kasus. Pada tahun 2007, sekitar 19.799 balita dari 5.543.944 balita yang ada di seluruh indonesia diperkirakan menghadapi masalah gizi buruk dan gizi kurang (Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2007).

Berdasarkan laporan organisasi kesehatan dunia (WHO/ World Health Organization) ini menyebutkan angka kejadian gizi buruk dan kurang pada Balita di tahun 2002 masing-masing meningkat menjadi 8,3% dan 27,5% Pada tahun 2005 naik lagi menjadi masing-masing 8,8% dan 28% dan Hasil Riskesdas Pada tahun 2010 naik lagi menjadi masing-masing 17,9% dan 4,9% dan kondisi ini cukup mengkhawatirkan. Alasannya selain berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak, kekurangan gizi juga termasuk salah satu penyebab utama kematian balita (Dina, 2008).

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mendapatkan gambaran asuhan keperawatan pada An. A dengan prioritas masalah kebutuhan dasar nutrisi kurang dari kebutuhan.


(9)

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi masalah nutrisi pada An. A

2. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi masalah nutrisi pada An. A

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi kegiatan belajar mengajar

Dapat menambah pengetahuan bagi tenaga pengajar dalam proses belajar mengajar

1.3.2 Bagi praktek keperawatan

Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi perawat dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga pada anak yang mengalami gangguan nutrisi 1.3.3 Bagi keluarga dan masyarakat

Menjadi pedoman bagi keluarga untuk mengatasi gangguan nutrisi pada anak


(10)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS 2.1 Konsep Dasar

2.1.1. Defenisi Nutrisi

Kata “gizi” berasal dari bahasa Arab “ghidza” , yang berarti makanan. Zat gizi (nutritients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan (Almatsier, 2001).

Nutrisi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi (Supariasa dkk, 2002).

Nutrisi merupakan elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh, yang dikategorikan menjadi enam yakni air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral (Potter and Perry, 2005).

2.1.2. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Pemenuhan kebutuhan nutrisi

Sistem yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah sistem pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ asesoris. Saluran pencernaan dimulai dari mulut sampai usus halus bagian distal, sedangkan organ asesoris terdiri atas hati, kantong empedu, dan pankreas. Ketiga organ ini membantu terlaksananya sistem pencernaan makanan secara kimiawi ( Hidayat 2006).

2.1.2.1 Saluran Pencernaan 2.1.2.1.1 Mulut

Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan dan terdiri atas dua bagian luar yang sempit (vestibula), yaitu ruang diantara gusi, gigi bibir, pipi dan bagian dalam, yaitu rongga mulut. Di dalam mulut makanan mengalami proses mekanisme melalui pengunyahan yang akan membuat makanan dapat hancur secara merata, dibantu oleh


(11)

enzim amilase yang akan memecah amilium yang terkandung di dalam makanan menjadi maltosa. Proses mengunyah ini merupakan kegiatan terkoordinasi antara lidah, gigi dan otot-otot mengunyah. Di dalam mulut juga terdapat kelenjar saliva yang menghasilkan saliva untuk proses pencernaan dengan cara mencerna hidrat arang, khususnya amilase, melicinkan bolus sehingga mudah ditelan, menetralkan serta mengencerkan bolus.

Dalam proses sekresi, saliva dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya faktor mekanisme (seperti adanya benda-bolus-dalam mulut), faktor psikis (seperti bila mencium atau mengingat makanan yang enak), dan faktor kimiawi (seperti bila makanan terasa asam atau asin).

2.1.2.1.2 Faring dan Esofagus

Faring merupakan saluran pencernaan yang terletak di belakang hidung, mulut dan laring. Faring berbentuk kerucut dengan bagian terlebar di bagian atas hingga vertebra servikal keenam. Faring langsung berhubungan dengan esofagus, saluran tabung yang memiliki otot dengan panjang kurang lebih 20-25 cm dan terletak di belakang trakea, di depan tulang punggung, kemudian masuk melalui toraks menembus diafragma yang berhubungan langsung dengan abdomen serta menyambung dengan lambung.

Esofagus merupakan bagian yang berfungsi dengan menghantarkan makanan dari faring menuju lambung. Esofagus berbentuk seperti silinder yang berongga dengan pajang kurang lebih 2 cm dengan kedua ujungnya dilindungi oleh sfingter. Dalam keadaan normal, sfingter bagian atas selalu tertutup, kecuali bila ada makanan masuk ke dalam lambung. Keadaan ini berfungsi untuk mencegah gerakan balik sisi organ bagian atas, yaitu esophagus. Proses penghantaran makanan dilakukan dengan cara peristaltik, yaitu lingkaran serabut otot di depan makanan mengendor dan yang di belakang makanan berkontraksi. ( Hidayat 2006).


(12)

2.1.2.1.3 Lambung

Lambung merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri atas bagian atas (disebut fundus), bagian utama, dan bagian bawah yang berbentuk horizontal (antrum pilorik). Lambung berhubungan langsung dengan esofagus melalui orifisium atau kardia dengan duodenum melalui orifisium pilorik. Lambung terletak di bawah diafragma dan di depan pancreas, sedangkan limpa menempel pada sebelah kiri fundus.

Fundus memiliki fungsi, yaitu fungsi motoris serta fungsi sekresi dan pencernaan. Fungsi motoris lambung adalah sebagai reservoir untuk menampung makanan sampai dicerna sedikit demi sedikit dan sebagai pencampur adalah memecah makanan menjadi partikel-partikel kecil yang dapat bercampur dengan asma lambung. Fungsi sekresi dan pencernaan adalah mensekresi pepsin dan HCl yang akan memecah protein menjadi pepton., amilase memecak amilium menjadi maltosa lipase memecah lemak menjadi asam lemak, dan gliserol membentuk sekresi gastrin, mensekresi faktor instrinsik yang yang memungkinkan absorbsi vitamin B12 yaitu di uleum, dan mensekresi mucus yang bersifat protektif.

Makanan berada pada lambung selama 2-6 jam, kemudian bercampur dengan getah lambung (cairan asam bening tak berwarna) yang mengandung 0,4 % HCl untuk mengasamkan semua makanan serta bekerja sebagai antiseptik dan desinfektan.

2.1.2.1.4 Usus Halus

Usus halus merupakan tabung berlipat-lipat denga panjang kurang lebih 2,5 m dalam keadaan hidup. Kemudian, akan bertambah panjang menjadi kurang lebih 6 m pada orang yang telah meninggal, akibat adanya relaksasi otot yang telah kehilangan tonusnya.

Usus halus terletak diantara umbilicus dan dikelilingi oleh usus besar yang memanjang dari lambung hingga katup ileo kolika. Usus halus terdiri atas tiga bagian, yaitu duodenum dengan panjang kurang lebih 25 cm, jejunum dengan panjang kurang lebih 2 m, dan ileum dengan panjang kurang lebih 1 m atau 3/5 akhir dari usus.

Fungsi usus halus pada umumnya adalah mencerna dan mengabsorbsi chime dari lambung. Zat-zat makanan yang telah halus akan di absorbsi di dalam usus halus, yaitu


(13)

pada duodenum, dan di sini terjadi absorbsi besi, kalsium dengan bantuan vitamin D, vitamin A, D, E, dan K dengan bantuan empedu dan asam folat. (Hidayat, 2006).

2.1.2.1.5 Usus Besar

Usus besar atau juga disebut sebagai kolon merupakan sambungan dari usus halus yang dimulai dari katup ileokolik atau ileosaekal yang merupakan tempat lewatnya makanan. Usus besar memiliki panjang kurang lebih 1,5 meter. Kolon terbagi atas asenden, transversum, desenden, sigmoid berakhir di rectum yang panjangnya kira-kira 10 cm dari usus besar, dimulai dari kolon sigmoideus dan berakhir pada saluran anal.

Fungsi utama usus besar adalah megabsorbsi air (kurang lebih 90%), elektrolit, vitamin, dan sedikit glukosa. Kapasitas absorbsi air kurang lebih 5000 cc/hari. Flora yang terdapat di usus besar berfungsi untu menyintesis vitamin K dan B serta memungkinkan pembusukan sisa-sisa makanan. (Hidayat, 2006).

2.1.2.2Organ Asesoris 2.1.2.2.1 Hati

Hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh yang terlatak di bagian paling atas rongga abdomen, di sebelah kanan di bawah diafragma, dan memiliki berat kurang lebih 1500 gram (kira-kira 2,5% orang dewasa). Hati terdiri atas dua lobus, yaitu lobus kana dan kiri yang dipisahkan oleh ligament falsiformis. Pada lobus kanan bagian belakang kantung empedu terdapat sel yang bersifat fagositosis terhadap bakteri dan benda asing lain dalam darah. Fungsi hati adalah menghasilkan cairan empedu, fagositosis bakteri, dan bend asing lainnya, memproduksi sel darah merah, dan menyimpan glikogen.

2.1.2.2.2 Kantung Empedu

Kantung empedu merupakan sebuah organ berbentuk seperti kantung yang terletak di bawah kanan hati atau lekukan permukaan bawah hati sampai pinggiran depan yang memiliki panjang 8-12 cm dan berkapasitas 40-60 cm. kantung empedu memiliki bagian fundus, leher, dan tiga pembungkus, yaitu sebelah luar pembungkus


(14)

peritoneal, sebelah tengah jaringan berotot tak bergaris, dan sebelah dalam membran mukosa.

Fungsi kantung empedu adalah tempat menyimpan cairan yang lain, memekatkan cairan empedu yang berfungsi memberi pH sesuai dengan pH optimum enzim-enzim pada usus halus, mengemulsi garam-garam empedu, mengemulasi lemak, mengekskresi beberapa zat yang tak digunakan oleh tubuh, dan memberi warna pada feses, yaitu kuning kehijau-hijauan (dihasilkan oleh pigmen empedu). Cairan empedu mengandung air, garam empedu, lemak, koleterol, pigmen, fofolipid, dan sedikit protein. (Hidayat, 2006).

2.1.2.2.3 Pankreas

Pankreas merupakan kelenjar yang stukturnya sama seperti kelenjar ludah dan memiliki panjang kurang lebih 5 cm. pankreas terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian kepala pankreas yang paling lebar, badan pankreas yang letaknya dibelakang lambung dan di depan vertebra lumbalis pertama, serta bagian ekor pankreas yang merupakan bagian runcing disebelah kiri dan meyentuh limpah. Pankreas memiliki dua fungsi, yaitu fungsi eksokrin dilaksanakan oleh sel sekretori yang membentuk getah pankreas berisi enzim serta elektrolit dan fungsi endokrin yamg terbesar di antara alveoli pankreas. (Hidayat, 2006).

2.1.3. Fungsi Nutrisi

Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya, bila makanan tidak dipilih dengan baik, tubuh akan mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu. Zat-zat gizi esensial adalah zat yang harus didatangkan dari makanan. Bila dikelompokkan ada tiga fungsi zat gizi dalam tubuh, berikut akan dijelaskan lebih lanjut.

Fungsi pertama adalah memberi energi. Zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan kegiatan/ aktivitas. Ketiga zat gizi termasuk ikatan organik yang mengandung karbon yang dapat dibakar. Ketiga zat gizi


(15)

terdapat dalam jumlah paling banyak dalam bahan pangan. Dalam fungsi sebagai zat pemberi energi, ketiga zat gizi tersebut dinamakan zat pembakar.

Fungsi kedua adalah pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh. Protein, mineral, dan air adalah bagian dari jaringan tubuh. Olehkarena itu diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara, dan mengganti sel-sel yang rusak. Dalam fungsi ini ketiga zat gizi (nutrients) tersebut dinamakan zat pembangun.

Fungsi ketiga adalah mengatur proses tubuh. Protein, mineral, air, dan vitamin diperlukan untuk mengatur proses tubuh. Protein mengatur keseimbangan air didalam sel, bertindak sebagai buffer dalam upaya memelihara netralitas tubuh dan membentuk antibodi sebagai penangkal.

2.1.4. Faktor yang Mempengaruhi Nutrisi

faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi ialah pengetahuan, prasangka, kebiasaan, kesukaan dan ekonomi.

Pengetahuan yang kurang tentang menfaat makanan bergizi dapat mempengaruhi pola konsumsi makan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan dalam memahami kebutuhan gizi.

Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi tinggi dapat mempengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di beberapa daerah, tempe yang merupakan sumber protein yang paling murah, tidak dijadikan bahan makanan yang layak untuk dimakan karena masyarakat menganggap bahwa mengonsumsi makanan tersebut dapat merendahkan derajat mereka.

Kebiasaan yang merugikan ataupun pantangan terhadap makanan tertentu juga dapat mempengaruhi status gizi. Misalnya, dibeberapa daerah terdapat larangan makanan pisang dan pepaya bagi para gadis remaja. Padahal, makanan tersebut merupakan sumber vitamin yang sangat baik. Adapula larangan makanan ikan bagi anak-anak karena ikan dianggap dapat mengakibatkan cacingan, padahal ikan merupakan sumber protein yang sangat baik bagi anak-anak.

Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat mengakibatkan kekurangan variasi makanan, sehingga tubuh tidak memperoleh zat-zat yang dibutuhkan


(16)

secara cukup. Kesukaan dapat mengakibatkan merosotnya gigi pada remaja bila nilai giinya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Saat ini, para remaja dikota-kota besar dinegara kita memiliki kecenderungan menyenangi makanan tertentu secara berlebihan, seperti makanan cepat saji (junk food), bakso dan lain-lainnya. Makanan-makanan ini tentu saja dapat berdampak buruk bagi kesehatan mereka jika dikonsumsi terlalu sering dan berlebihan karena tidak memiliki asupan gizi yang baik.

Status ekonomi juga dapat mempengaruhi perubahan status gizi karena penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit. Oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi perekonomian yang tinggi biasanya mampu mencukupi kebutuhan gizi keluarganya dibandingkan masyarakat dengan kondisi perekonomian rendah. (Hidayat, 2006).

2.1.5. Zat- Zat yang Diperlukan Tubuh 1. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi hampir seluruh penduduk di dunia khususnya bagi penduduk negara yang sedang berkembang walaupun jumlah kalori yang dihasilkan oleh 1 gram karbohidrat hanya 4 kalori. Karbohidrat mempunyai fungsi sebagai sumber energi utama, membantu metabolisme lemak, sebagai energi cadangan dalam bentuk glikogen dan serat yang terkandung berfungsi memperbaiki kinerja peristaltik usus dan pemberi muatan pada sisa makanan.

Pada umumnya karbohidrat dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Monosakarida adalah gula paling sederhana dan sangat sedikit ditemukan dalam makanan, misalnya glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Disakarida merupakan ikatan dua gula yang jumlahnya juga sedikit dalam makanan yang terdiri dari sukrosa, laktosa, dan maltosa. Sedangkan polisakarida terdiri dari pati, dekstrin, glikogen, dan polisakarida non pati.

Sumber karbohidrat berada pada jenis makanan yang berasal dari padi- padian atau serealia, umbi- umbian, kacang- kacang kering dan gula. Bahan olahan sumber karbohidrat yaitu bihun, mie, roti, tepung- tepungan, selai, sirup. Sebagian besar


(17)

sayuran juga mengandung karbohidrat seperti wortel dan bit. Bahan makanan hewani juga ada yang mengandung karbohidrat seperti daging, ayam, ikan, telur dan susu.

Tabel 2.1Kadar nilai karbohidrat dalam berbagai makanan

Bahan makanan mg/100

gram

Bahan makanan mg/100 gram

Gula pasir 94 Kacang tanah 23,6

Gula kelapa 76 Tempe 12,7

Jelli/jam 64,5 Tahu 1,6

Pati 87,6 Pisang ambon 25,8

Bihun 82 Apel 14,9

Makaroni 78,7 Mangga

harumanis 11,9

Beras setengah giling 78,3

Jagung kuning 73,7

Kerupuk udang dengan pati 68,2 Wortel 9,3

Mie kering 50 Bayam 6,5

Roti putih 50 Kangkung 5,4

Ketela pohon 34,7 Tomat masak 4,2

Ubi jalar merah 27,9 Hati sapi 6

Kentang 19,2 Telur bebek 0,8

Kacang ijo 62,9 Telur ayam 0,7

Kacang merah 59,5 Susu sapi 4,3

Kacang kedelai 34,8 Susu kental

manis 4

(sumber: Almatsier, 2001) 2. Protein

Protein terdiri dari berbagai kombinasi asam amino yang diikat oleh ikatan peptide. Protein memiliki fungsi membangun dan memelihara sel- sel dan jaringan tubuh, membentuk ikatan- ikatan esensial tubuh, mengatur keseimbangan air, memelihara netralitas tubuh, pembentukan antibodi, mengangkut zat- zat gizi dan sebagai sumber energi. Sumber protein berada dalam bahan makanan hewani dan nabati. Bahan makanan hewani yaitu telur, susu, daging, ikan dan kerang, sedangkan bahan makanan nabati seperti tempe, tahu dan kacang- kacangan. Protein hewani memiliki susunan asam amino yang paling sesuai terhadap kebutuhan manusia namun harganya lebih mahal.


(18)

Tabel 2.2Kadar nilai protein pada berbagai makanan (gram/100 gram)

Bahan makanan Nilai

protein

Bahan makanan Nilai protein Kacang kedelai

Kacang merah

Kacang tanah terkelupas Kacang hijau

Biji jambu monyet

Tempe kacang kedelai murni Ayam

Telur bebek Telur ayam Udang segar Ikan segar

Tepung susu skim Tepung susu Keju 34,9 29,1 25,3 22,2 21,2 18,3 18,2 13,1 12,0 21,0 16,0 35,6 24,6 22,8 Kerupuk udang Jagung kuning Roti putih Mie kering

Beras setengah giling Kentang Gaplek Ketela pohon Daun singkong Bayam Kangkung Wortel Tomat masak Mangga harumanis 17,2 9,2 8,0 7,9 7,6 2,0 1,5 1,2 6,8 3,5 3,0 1,2 1,0 0,4

(sumber: Almatsier, 2001)

3. Lemak

Lemak berfungsi sebagai sumber energi, sumber asam lemak esensial, alat pengangkut vitamin yang larut dalam lemak, menghemat penggunaan protein, memberikan rasa kenyang dan kelezatan, melindungi organ tubuh, menjaga suhu tubuh dan sebagai pelumas. Kebutuhan lemak menurut WHO (1990) menganjurkan konsumsi lemak sebanyak 15-30% kebutuhan energi total yang dianggap baik untuk kesehatan. Diantara lemak yang dikonsumsi sehari dianjurkan paling banyak 10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh dan 3-7% dari lemak tidak jenuh ganda. Sumber utama lemak yaitu minyak tumbuh- tumbuhan seperti kelapa, kacang tanah, kacang kedelai, jagung, mentega dan lemak hewan seperti lemak daging, susu,keju, dan kuning telur.


(19)

Tabel 2.3Kadar nilai lemak pada berbagai makanan

Bahan makanan Nilai Lemak

Bahan makanan Nilai Lemak Minyak kacang tanah

Minyak kelapa sawit Minyak kelapa Ayam

Daging sapi Telur bebek Telur ayam

Sarden dalam kaleng Tawes

Ikan segar Udang segar

Kacang tanah terkelupas Kelapa tua, daging Kacang kedelai, kering Tahu

Tempe kacang kedelai murni 100,0 100,0 98,0 25,0 14,0 14,3 11,5 27,0 13,0 4,5 0,2 42,8 34,7 18,1 4,6 4.0 Lemak sapi Mentega Margarin

Cokelat manis, batang Tepung susu

Keju

Susu kental manis Susu sapi segar Tepung susu skim Biskuit

Mie kering

Jagung kuning, pipil Roti putih

Beras setengah giling Ketela pohon (singkong) Apokat Durian 90,0 81,6 81,0 52,9 30,0 20,3 10,0 3,5 1,0 14,4 11,8 3,9 1,2 1,1 0,3 6,5 3,0

(sumber: Almatsier, 2001)

4. Vitamin

Vitamin merupakan zat- zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan tidak dibentuk oleh tubuh. Vitamin berfungsi dalam beberapa tahap reaksi metabolisme energi, pertumbuhan, dan pemeliharaan tubuh. Vitamin dikelompokkan menjadi vitamin larut lemak (vitamin A,D,E,K) dan vitamin larut air (B dan C).


(20)

Vitamin A berperan dalam mengatur berbagai fungsi tubuh seperti untuk penglihatan normal, kekebalan tubuh, memelihara fungsi reproduksi, membantu pembentukan sel darah merah dengan berinteraksi dengan zat besi.

Sumber vitamin A yakni hati, kuning telur, susu, dan mentega, sayuran berwarna hijau tua, sayuran dan buah- buahan berwarna kuning jingga seperti daun singkong, daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis, wortel, tomat, jagung kuning, pepaya, mangga, nangka dan jeruk.

Tabel 2.4Kadar nilai vitamin A pada berbagai makanan

Bahan Makanan RE Bahan Makanan RE

Hati sapi

Uning telur bebek Kuning telur ayam Ayam

Ginjal

Ikan sardin (kaleng) Minyak ikan

Minyak kelapa sawit Minyak hati ikan hiu Wortel Daun singkong Daun pepaya Daun Lamtoro Daun tales Daun melinjo 13170 861 600 243 345 250 24000 18000 2100 3600 3300 5475 5340 3118 3000 Daun Katuk Sawi Kangkung Bayam

Ubi jalar merah Mentega Margarin

Susu bubuk, “full cream” Keju

Susu kental manis Susu segar

Mangga masak pohon Pisang raja Tomat masak Semangka 3111 1940 1890 1827 2310 1287 600 471 225 153 39 1900 285 450 177

(sumber: Almatsier, 2001)

2. Vitamin D

Vitamin D dibentuk tubuh dengan bantuan sinar matahari. Vitamin D diabsorpsi dalam usus bersama dengan lipida dengan bantuan cairan empedu. Vitamin D berfungsi


(21)

membantu pembentukan dan pemeliharaan tulang bersama vitamin A dan C, dan pengerasan tulang dengan cara mengatur agar kalsium dan fospor tersedia di dalam darah untuk diendapkan pada proses pengerasan tulang. Sumber vitamin D diperoleh dari sinar matahari dan makanan. Makanan hewani yang merupakan sumber vitamin D yaitu kuning telur, hati, krim, mentega dan minyak hati- ikan.

Tabel 2.5 Nilai vitamin D berbagai bahan makanan

Bahan makanan µg Bahan makanan µg

Susu sapi ASI Tepung susu Krim Keju Yogurt Telur utuh Kuning telur Mentega 0,01- 0,03 0,04 0,21 0,1- 0,28 0,03- 0,5 0,04 1,75 4,94 0,76

Minyak hati ikan Margarin

Daging sapi, babi, biri-biri

Unggas Hati

Ikan air tawar Ikan berlemak Udang dan kerang

210 5,8- 8,0 Sedikit sekali Sedikit sekali 0,2-1,1 Sedikit sekali 2,5 Sedikit sekali

(sumber: Almatsier, 2001) 3. Vitamin E

Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan yang larut dalam lemak, merangsang reaksi kekebalan, mencegah penyakit jantung koroner, mencegah keguguran dan mencegah gangguan menstruasi. Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan hemolisis eritrosit dan sindroma neurologik. Vitamin E diabsorpsi di usus dan bergantung pada garam empedu dan lipase pankreas. Sumber vitamin E banyak terdapat pada makanan terutama minyak tumbuh- tumbuhan misalnya, minyak kecambah, gandum dan biji-bijian.

Tabel 2.6 Nilai vitamin E total di dalam minyak tumbuh-tumbuhan

Minyak Mg

Biji kapas Jagung Kacang kedelai 30-81 53-162 56-160


(22)

Kacang tanah Kelapa Kelapa sawit Safflower Zaitun 20-32 1-4 33-73 25-49 5-15

(sumber: Almatsier, 2001)

4. Vitamin K

Vitamin K berfungsi untuk membantu proses pembekuan darah. Vitamin K diabsorpsi dalam usus halus dengan bantuan empedu dan cairan pankreas. Sumber vitamin K adalah hati, sayuran daun berwarna hijau,kacang buncis, kacang polong, kol dan brokoli, susu, daging, telur, serealia, dan buah- buahan.

Tabel 2.7Nilai vitamin K pada beberapa bahan makanan

Bahan makanan µg Bahan makanan µg

Susu sapi Keju Mentega Ayam Daging sapi Hati sapi Hati ayam Minyak jagung Jagung Gandum Tepung terigu Roti 3 35 30 11 7 92 7 10 5 5 4 4 Asparagus Buncis Brokoli Kol Daun selada Bayam Kentang Tomat Pisang Jeruk Kopi Teh hijau 57 14 200 125 129 89 3 5 2 1 38 712

(sumber: Almatsier, 2001) 5.Vitamin C

Vitamin C berfungsi meningkatkan daya tahan terhadap infeksi, mencegah kanker dan penyakit jantung, membantu absorpsi kalsium dengan menjaga agar kalsium berada


(23)

dalam bentuk larutan. Sumber vitamin C terdapat di dalam pangan nabati yaitu sayur dan buah terutama yang asam seperti jeruk, nenas, rambutan, pepaya, gandaria dan tomat. Akibat kekurangan vitamin C adalah penyakit skorbut.

Tabel 2.8Nilai vitamin C berbagai bahan makanan (mg/100 gram)

Bahan makanan Mg Bahan makanan Mg

Daun singkong Daun katuk Daun melinjo Daun pepaya Sawi Kol Kol kembang Bayam Kemangi Tomat masak Kangkung

Ketela pohon kuning

275 200 150 140 102 50 65 60 50 40 30 30

Jambu monyet buah Gandaria Jambu biji Pepaya Mangga muda Mangga masak Durian Kedondong Jeruk manis Nenas Rambutan 197 110 95 78 65 41 53 50 49 27 24 58

(sumber: Almatsier, 2001)

6.Vitamin B

Vitamin B terdiri dari vitamin B1 (thiamin), vitamin B2 (riboflavin), niacin, pyridoksin, Biotin, asam panthotenat, asam folat dan vitamin B12 (cyanocobalamine).

Thiamin memiliki peranan penting dalam metabolisme karbohidrat, lemak, protein dan asam nukleat. Sumber makanan yang mengandung thiamain yaitu serealia, kacang- kacangan, daging organ, daging tanpa lemak, dan kuning telur. Tiamin diabsorpsi secara aktif terutama di duodenum bagian atas yang bersuasana asam. Gejala klinik kekurangan thiamin terutama menyangkut sistem saraf dan jantung yang dalam keadaan berat dinamakan beri- beri.

Vitamin B2 (riboflavin) berfungsi membantu metabolisme dalam tubuh dan diabsorpsi dalam mukosa usus. Niacin berfungsi dalam reaksi pembentukan energi yang


(24)

berhubungan dengan integritas kulit, saluran pencernaan dan susunan saraf pusat. Sumber niacin dapat diperoleh dari hati, jerohan, kacang- kacangan dan ikan. Pyridoksin berfungsi untuk metabolisme protein dan asam amino. Sumber pyridoksin dapat diperoleh dari daging dan telur.

Biotin berperan dalam fiksasi CO2. Sumber biotin dapat diperoleh dari telur dan kacang- kacangan. Asam panthotenat berfungsi membantu berbagai proses metabolisme dalam tubuh. Sumbernya dapat diperoleh dari hati, ginjal, telur dan susu. Asam folat berfungsi untuk menghindarkan anemia dan berfungsi dalam sintesa protein dalam tubuh dan dapat diperoleh dari bahan pangan hewani.

5. Mineral

Mineral memiliki banyak peranan penting untuk tubuh. Mineral yang diperlukan tubuh antara lain:

1. Zat kapur (Ca) dan phosfor (P) diperlukan tubuh untuk memberikan sifat keras pada tulang dan gigi. sumber Fosfor dapat diperoleh dari susu, keju, kuning telur, daging, ikan,unggas dan kacang-kacangan.

2. Natrium dan Kalium diperlukan untuk mengatur keseimbangan air dan elektrolit yang dapat diperoleh dari garam dapur, daging, ikan, unggas, susu dan telur.

3. Zat Fluor merupakan zat gizi yang diperlukan sebagai komponen jaringan keras tulang dan gigi dan dapat diperoleh dari air minum yang mengandung Fluor.

4. Zat yodium merupakan zat penting untuk tubuh karena merupakan komponen utama dari hormin tiroid.

5. Zat Chlor berfungsi membantu dalam pencernaan protein dan dapat diperoleh dari garam dapur, daging, susu dan telur.

6. Zat Besi diperlukan tubuh untuk pembentuk hemoglobin yang disimpan dalam hati. Sumber zat besi dapat diperoleh dari hati, daging, dan kuning telur, sayuran berdaun hijau tua, tiram, udang dan salem.


(25)

7. Magnesium berfungsi sebagai unsur tulang dan gigi, mempengaruhi kepekaan otot dan saraf dan bekerja pada beberapa enzim. Sumber Magnesium dapat diperoleh dari tepung gandum, kakao, kacang- kacangan, daging, makanan dari laut dan susu. 8. Zat Seng (Zn) berfungsi membantu enzim melakukan fungsinya, sebagai antioksidan

dan berperan dalam fungsi membran. Dapat diperoleh dari tiram, makanan laut, hati, lembaga gandum, ragi, daging, telur, unggas dan ikan.

9. Selenium berfungsi untuk membantu beberapa proses metabolisme dalam tubuh. Sumber selenium dapat diperoleh dari ikan laut, kerang- kerangan. (Baliwati. dkk, 2006)

2.1.6. Masalah Kebutuhan Nutrisi

Gangguan kebutuhan nutrisi terdiri atas kekurangan nutrisi dan malnutrisi, kelebihan nutrisi dan obesitas (Hidayat, 2006).. Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan tidak berpuasa (normal) atau resiko penuruna berat badan akibat ketidakcukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme. Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan zat gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan. Gejal umumnya adalah berat badan rendah dengan asupan makanan yang cukup atau asupan kurang dari kebutuhan tubuh, adanya kelemahan otot dan penurunan energi pucat pada kulit, membran mukosa, konjungtiva, dan lain-lain.

Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan dialami seseorang yang mempunyai resiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan metabolisme secara berlebih. Sedangkan obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan metabolisme karena kelebihan asupan kalori dan penurunan dalam penggunaan kalori (Hidayat, 2006).

2.1.7. Faktor-Faktor Penyebab Gizi Kurang 2.1.7.1 Penyebab Langsung


(26)

Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit.

2.1.7.2Penyebab Tidak Langsung

Ada 3 penyebab tidak lansung yang menyebabkan gizi kurang yaitu :

1. Ketahanan makanan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.

2. Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan masyarakat diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik, baik fisik, mental dan sosial.

3. Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. System pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan (Alimul, 2008).

Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan keterampilan keluarga. Makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan dan keterampilan, makin baik tingkat ketahanan makanan keluarga, makin baik pola pengasuhan maka akan makin banyak keluarga yang memamfaatkan pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

2.1.8. Penilaian Status Gizi

Pada prinsipnya,penilaian status gizi anak serupa dengan penilaian pada periode kehidupan lain. Pemeriksaan yang perlu lebih diperhatikan tentu saja bergantung pada bentuk kelainan yang bertalian dengan kejadian penyakit tertentu. Kurang kalori protein, misakan lazim menjangkiti anak. Oleh karena itu, pemeriksaan terhadap tanda dan gejala ke arah sana termasuk pula kelainan yang menyertai, perlu dipertajam.


(27)

Anamnesis tentang asupan pangan harus mencantumkan pula ( selain wawancara asupan pangan ) pertanyaan yang terkait dengan baik status gizi maupun kesehatan gigi: asupan flior baik secara sistemik maupun topikal; frekuensi ngemil ( snacking ); jumlah makanan yang di santap antara dua waktu makan; asupan minuman bergula, seperti jus, kopi, teh, dan soda; obat atau kondisi yang mempengaruhi sekresi air ludah ( menambah atau mengurangin ); penyakit keronis.

Pemeriksaan klinis diarahkan untuk mencari kemungkinan adanya bintik bitot, xerosis, karies, gondok, serta hepato dan splenomegali. Penilaian antropometris yang penting dilakukan ialah penimbangan berat dan pengukuran tinggi badan, lingkar lengan dan lipatan kulit triseps. Pemeriksaan ini penting, terutama pada anak prasekolah yang berkelas ekonomi dan sosial rendah. Pengamatan anak usia pengamatan anak usia sekolah dipusatkan terutama pada pencepatan tumbuh. Uji pertumbuhan pada golongan usia ini setidaknya diselenggarakan setahun sekali karena laju pertumbuhan pada fase ini relatif lambat. Sebagai patokan, pertambahan berat anak usia 5-10 tahun berkisar sampai 10%-nya, sementara tinggi badan hanya bertambah sekitar 2 cm setahun (Arisman,2008).

2.2 Asuhan Keperawatan 2.2.1 Pengkajian

1. Riwayat keperawatan dan diet

a. Anggaran makan, makan kesukaan, waktu makan. b. Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus?

c. Adakah penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa lama periode waktunya?

d. Adakah status fisik pasien yang dapat meningkatkan diet seperti luka bakar dan demam?

e. Adakah toleransi makan/minum tertentu?

2. Faktor yang mempengaruhi diet a. Status kesehatan.


(28)

c. Status sosial ekonomi. d. Faktor psikologis.

e. Informasi yang salah tentang makanan dan cara berdiet.

3. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan fisik : apatis, lesu.

b. Berat badan : obesitas, kurus (underweight).

c. Otot : flaksia/lemah, tonus kurang, tenderness, tidak mampu bekerja.

d. Sistem saraf : bingung, rasa terbakar, paresthesia, reflek menurun.

e. Fungsi gastrointestinal : anoreksia, konstipasi, diare, flatulensi, pembesaran liver.

f. Kardiovaskuler : denyut nadi lebih dari 100 kali/menit, irama abnormal, tekanan darah rendah/tinggi.

g. Rambut : kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis, pecah/patah-patah.

h. Kulit : kering, pucat, iritasi, petekhie, lemak disubkutan tidak ada.

i. Bibir : kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis, membran mukosa pucat.

j. Gusi : pendarahan, peradangan. k. Lidah : edema, hiperemis. l. Gigi : karies, nyeri, kotor.

m. Mata : konjungtiva pucat, kering, exotalmus, tanda-tanda infeksi.

n. Kuku : mudah patah. o. Pengukuran antropometri :

- Berat badan ideal : (TB – 100) ± 10% - Lingkar pergelangan tangan


(29)

- Lingkar lengan atas (MAC) : Nilai normal Wanita : 28,5 cm

Pria : 28,3 cm - Lipatan kulit pada otot trisep (TSF) :

Nilai normal Wanita : 16,5-18 cm Pria : 12,5-16,5 cm 4. Laboratorium

a. Albumin (N : 4-5,5 mg/100 ml) b. Transferin (N : 170-25 mg/100 ml) c. Hb (N : 12 mg %)

d. BUN (N : 10-20 mg/100 ml)

e. Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (N : laki-lakin: 0,6-1,3 mg/100 ml, wanita : 0,5-1,0 mg/100 ml)

2.2.2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Definisi : Keadaan dimana intake nutrisi kurang dari kebutuhan metabolisme tubuh

Kemungkinan berhubungan dengan : a. Efek dari pengobatan.

b. Mual/muntah.

c. Gangguan intake makanan. d. Radiasi/kemoterapi.

e. Penyakit kronis.

Kemungkinan data yang ditemukan : a. Berat badan menurun.

b. Kelemahan. c. Kesulitan makan.

d. Nafsu makan berkurang. e. Hipotensi.


(30)

g. Kulit kering.

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada : a. Anoreksia nervosa

b. AIDS c. Pembedahan d. Kehamilan e. Kanker f. Anemia g. Marasmus

Tujuan yang diharapkan :

a. Terjadi peningkatan berat badan sesuai batasan waktu. b. Peningkatan status nutrisi.

2.2.3. Perencanaan dan intervensi

Intervensi Rasional

1. Tingkat intake makanan melalui: - Mengurangi gangguan dari

lingkungan seperti berisik dan lain-lain.

- Jaga privasi pasien.

- Jaga kebersihan ruangan (barang-barang seperti sputum pot, urinal tidak berada dekat tempat tidur).

- Berikan obat sebelum makan jika ada indikasi.

2. Jaga kebersihan mulut pasien. 3. Bantu pasien makan jika tidak

mampu.

4. Sajikan makanan yang mudah dicerna, dalam keadaan hangat, tertutup, dan berikan sedikit-sedikit tetapi sering.

1. Cara khusus untuk

meningkatkan nafsu makan.

2. Mulut yang bersih


(31)

5. Selingi makan dengan minum. 6. Hindari makanan yang banyak

mengandung gas.

7. Ukur intake makanan dan timbang berat badan.

8. Lakukan latihan pasif dan aktif. 9. Kaji tanda vital, sensori, bising

usus.

10. Monitor hasil lab, seperti glukosa, elektrolit, albumin, hemoglobin, kolaborasi dengan dokter.

11. Berikan umpan balik yang positif tentang peningkatan intake, berat badan.

12. Berikan pendidikan kesehatan tentang cara diet, kebutuhan kalori, dari tindakan keperawatan yang berhubungan dengan nutrisi jika pasien menggunakan NGT. 13. Cek kepatenan tube.

14. Pemberi cairan/makanan tidak lebih 150 cc sekali pemberian. 15. Cek temperatur makanan agar

tidak terlalu panas/dingin.

16. Atur posisi semifowler saat memberikan makanan.

17. Jelaskan bagaimana tube bekerja dan perawatannya.

3. Membantu pasien makan.

4. Meningkatkan selera makan dan intake makan.

5. Memudahkan makanan masuk. 6. Mengurangi rasa nyaman.

7. Observasi kebutuhan nutrisi. 8. Menambah nafsu makan.

9. Membantu mengkaji keadaan pasien.

10. Monitor status nutrisi.

11. Meningkatkan kepercayaan untuk meningkatkan makan.

12. Meningkatkan pengetahuan agar pasien lebih kooperatif.

13. Menghindari aspirasi dan obstruksi tube.

14. Menghindari aspirasi.

15. Mengurangi kram dan terbakar pada abdomen.

16. Mengurangi regurtasi.


(32)

2. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh

Definisi : Pasien dengan risiko atau aktual mengonsumsi makanan melebihi dari kebutuhan metabolisme tubuh.

Kemungkinan berhubungan dengan : a. Kelebihan intake.

b. Gaya hidup. c. Perubahan kultur.

d. Psikologi untuk konsumsi tinggi kalori. Kemungkinan data yang ditemukan : a. 20% lebih berat dari badan ideal. b. Pola makan yang berlebihan. Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada :

a. Obesitas b. Hipotiroidesme

c. Pasien dengan pemakaian kortikosteroid d. Imobilisasi yang lama

e. Cushings syndrome f. Bulimia

Tujuan yang diharapkan :

a. Teridentifikasinya kebutuhan nutrisi dan berat badan yang terkontrol.

b. Perencanaan kontrol berat badan untuk yang akan datang. c. Tidak terjadinya penurunan berat badan yang berlebihan.

Intervensi Rasional

1. Lakukan pengkajian kembali pola makan pasien.

1. Informasi dasar untuk


(33)

2. Diskusikan dengan pasien tentang kelebihan makan.

3. Diskusikan motivasi untuk menurunkan berat badan.

4. Kolaborasi dengan ahli diet yang tepat.

5. Ukur intake makanan dalam 24 jam. 6. Buat program latihan untuk

olahraga.

7. Hindari makanan yang banyak mengandung lemak.

8. Berikan pengetahuan kesehatan tentang :

- Program diet yang benar.

- Akibat yang mungkin timbul pada kelebihan berat badan.

data.

2. Membantu mencapai tujuan.

3. Membantu memecahkan

masalah.

4. Menentukan makanan yang sesuai dengan pasien.

5. Mengetahui jumlah kalori yang masuk.

6. Meningkatkan kebutuhan

energi.

7. Makanan berlemak banyak menghasilkan energi.

8. Memberikan informasi dan mengurangi komplikasi.

2.3. Asuhan Keperawatan Kasus 2.3.1 Pengkajian

I. BOIDATA

An. A (perempuan), berusia 7 tahun, beragama islam,bertempat tinggal di jalan Garu 2B Gg. Jasa An. A seorang pelajar kelas 1 SD.

II. KELUHAN UTAMA

Saat dilakukan pengkajian, keluarga (ibu) mengatakan An. A tidak mau makan, dan setelah diobservasi, diperoleh data An. A berusia 7 tahun dengan BB 10 kg dan TB 100 cm.


(34)

III.RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

An. A tidak mau makan karena kebiasaan jajan dan nafsu makan kurang. An. A baru mau makan bila disulangi, masalah nutrisi yang dialaminya mengganggu tumbuh-kembang dan aktivitas.

IV.RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

An. A pernah mengalami diare dan malnutrisi, keluarga mengatakan bila An. A sakit dibawa berobat ke klinik, An.A tidak pernah dirawat/dioperasi sebelumnya dan tidak ada riwayat alergi, serta imunisasi An. A lengkap.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Saat dilakukan pengkajian, Ny. S dan Tn. I tidak memiliki penyakkit keturunan, saudara kandung An. A (An. Ar, 1 tahun) tidak mengalami hal yang sama seperti yang dialami An. A, tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa dan tidak ada anggota keluarga yang meninggal.

VI.RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL

An. A berharap kebutuhan nutrisinya terpenuhi sesuai dengan tumbuh kembangnya. An. A terlihat kurus, warna rambut coklat (seperti rambut jagung), rambut tidak merata, konjungtiva anemis, mukosa mulut kering. An. A inggin nafsu makannya meningkat. Saat dikaji Keadaan emosi stabil, tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang lain. Kegiatan ibadah yang dilakukan An. A adalah mengaji.

VII. PEMERIKSAAN FISIK

Saat dilakukan pengkajian, keadaan An. A compos mentis, suhu tubuh 36,20c, nadi 96 x/menit, pernafasan 24 x/menit, TB 100 cm, dan BB 10 Kg. Penyebaran rambut tidak merata, tidak berbau dan warna rambut coklat (seperti rambut jagung). Wajah terlihat pucat dan struktur wajah lengkap. Konjungtiva anemis, dan tidak terdapat oedema. Tidak terdapat sekret atau lendir pada hidung dan tidak terdapat pernafasan cuping hidung. Serta bibir terlihat pecah-pecah.

VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

An.A biasa makan 2x sehari, tidak ada riwayat alergi terhadap semua jenis makanan, An. A makan pada siang dan malam hari sebanyak ± 3 sendok makan dan biasanya An. A makan nasi, kerupuk dan kecap. Minum seperti biasa. An. A mandi 2 x sehari


(35)

dan menyikat gigi setiap mandi. Memotong kuku kaki dan tangan bila sudah panjang. Setiap hari belajar di sekolah dan bermain sepulang sekolah. An. A BAB 1-2 x sehari, dengan karakteristik feses lembek, warna kuning berbau khas, tida ada riwayat perdarahan, saat dikaji An. A terakhir kali BAB tadi pagi, pernah mengalami diare dan tidak pernah menggunakan laktasif. An. A BAK 2-5x sehari denga karakteristik urine bening berbau khas, tidak ada keluhan nyeri/rasa terbakar/kesulitan saat BAK. An. A biasanya tidur pada jam 9 malam dan bangun jam 6 pagi, tidak ada masalah tidur atau gangguan tidur.

1.3.2. Diagnosa Keperawatan 1. Analisa data

Data Etiologi Masalah keperawatan

DO:

An. A tampak kurus TB: 100cm

BB: 10kg

warna rambut coklat ( seperti rambut jagung), rambut tidak merata, mudah rontok, konjungtiva anemis, mukosa mulut kering

DS : An.A tidak mau makan

Tidak mau makan

Inteke nutrisi tidak adekuat

Nutrisi kurang darikebutuhan

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

DO : An. A terlihat kurus tidak mau makan

Intake nutrisi tidak adekuat

Kurang pengetahuan tentang nutrisi


(36)

DS: Ny. S mengatakan :

• An. A tidak mau makan Ny. S mengatakan ini merupakan hal biasa pada anak

• makanan pada anak cukup nasi,kerupuk dan kecap.

• Ny. S mengatakan belum pernah mendapatkan

pendidikan kesehatan tentang nutrisi pada anak

An. A terlihat kurus usia 7 tahun BB : 10

kg TB 100 cm

An. A tidak mau makan

Tidak pernah mendapatkan pendidikan kesehatan

tentang pemberian nutrisi pada anak

Kurang pengetahuan

2. Rumusan masalah

1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 2. Kurang pengetahuan tentang nutrisi

3. Diangnosa Keperawatan Prioritas

-Gangguan Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d perubahan intake nutrisi tidak adekuat d/d Ny. S mengatakan putrinya An. A tidak mau makan,Tb 100 cm dan BB 10kg warna rambut coklat ( seperti rambut


(37)

jagung), rambut tidak merata, mudah rontok, konjungtiva anemis, mukosa mulut kering

-Kurang pengetahuan tentang nutrisi b/d kurangnya informasi tentang pemberian gizi pada anak d/d Ny. S mengatakan putrinya An. A tidak mau makan merupakan hal biasa pada anak,makanan pada anak cukup nasi,kerupuk dan kecap.,Ny. S mengatakan belum pernah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang nutrisi pada anak atau usia 7 tahun dengan BB 10 kg. TB 100 cm

4. Perencanaan Keperawatan

Diangnosa : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d perubahan intake nutrisi tidak adekuat d/d Ny. S mengatakan putrinya An. A tidak mau makan

makan,Tb 100 cm dan BB 10kg . warna rambut coklat ( seperti rambut jagung), rambut tidak merata, mudah rontok, konjungtiva anemis, mukosa mulut kering

Tujuan : tidak terjadi gangguan nutrisi pada anak.

Kreteria hasil : peningkatan berat badan sesuai usia, rambut hitam merata, rambut tidak rontok, mukosa mulut tidak kering dan anak tidak tampak kurus

Intervensi 1. Timbang berat badan

2. Berikan makanan dalam keadaan hangat

3. Anjurkan ibu memberikanan makanan dalam porsi kecil tetapi sering

4. Anjurkan ibu memberikan makan yang bervariasi

5. Anjurkan ibu untuk memberikan

Rasional

1. Untuk mengetahuin

peningkatan berat badan 2. Meningkatkan nafsu makan

anak

3. Untuk mengurangin kelelahan anak pada saat makan


(38)

makanan selingan makan dan mengurangin kebosanan

5. Meningkatakan jumlah kalori ke dalam tubuh anak sehingga kebutuhan kalorinya bisa terpenuhi

2. Kurang pengetahuan tentang nutrisi b/d kurangnya informasi tentang pemberian gizi pada anak d/d Ny. S mengatakan putrinya An. A tidak mau makan merupakan hal biasa pada anak makanan pada anak cukup nasi,kerupuk dan kecap.

Ny. S mengatakan belum pernah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang nutrisi pada anak atau usia usia 7 tahun dengan BB 10 kg. TB 100cm

Tujuan : meningkatkan pengetahuan keluarga tentang status gizi pada anak

Kreteria hasil : keluarga dapat mengulanggin penjelasan tentang nutrisi

1. Gali pengetahuan keluarga tentang gizi anak dan gizi kurang.

2. Diskusikan dengan keluarga tentang gizi pada anak dan gizi kurang.

3. jelaskan kepada keluarga terutama Ny. S tentang cara mengatasi/

1. Mengetahui pengetahuan keluarga tentang gizi pada anak.

2. Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang gizi pada anak.


(39)

menanggulangi gizi kurang pada anak.

4. jelaskan kepada keluarga Ny. S tentang cara pengolahan makanan yang baik.

5. jelaskan kepada keluarga terutama Ny. S tentang cara memodifikasi menu makanan guna meningkatkan gizinkeluarga

6. Berikan kepada keluarga

kesempatan untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan.

7. Berikan reinforcement yang posifit kepada keluarga.

keluarga tentang gizi pada anak tanda dan penyebab gizi kurang

4. Memberikan masukan kepada Ny. S cara pengolan makanan

5. Menambah pengetahuan Ny. S tentang cara memodifikasi makanan yang dapat meningkatkan gizi keluarga

6. Mengevaluasi pengetahuan keluarga terutama Ny. S tentang nutrisi pada anak

7. Meningkatkan motifasi ibu untuk mengatasi anak sulit makan

5.Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Diagnosa Implementasi Evaluasi (SOAP)

1. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d perubahan intake nutrisi tidak adekuat d/d Ny. S mengatakan putrinya An. A tidak mau makan ,TB: 100 cm dan BB: 10kg warna rambut

1. Timbang berat badan kaji tanda-tanda kurang nutrisi

2. Anjurkan ibu memberikan

S : Ny. S mengatakan akan

memberikan makanan hangat pada putri ny


(40)

coklat ( seperti rambut jagung), rambut tidak merata, mudah rontok, konjungtiva anemis, mukosa mulut kering

makanan dalam keadaan hangat 3. Anjurkan ibu

memberikanan makanan dalam porsi kecil tetapi sering

4. Anjurkan ibu memberikan

makan yang bervariasi

5. Anjurkan ibu untuk

memberikan makanan selingan

An.A dan akan memberikan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan bervariasi serta akan memberikan makanan selingan O : 100 cm dan

BB: 10kg Rambut tidak merata, warna kuning seperti rambut jagung Rambut rontok, mukosa mulut kering

A : masalah belum teratasi P : intervensi

dilanjutkan 2. Kurang

pengetahuan tentang nutrisi b/d kurangnya informasi tentang pemberian gizi pada anak d/d Ny. S mengatakan putrinya An. A. sulit dikasih makan

merupakan hal biasa pada anak makanan pada anak cukup nasi,kerupuk dan kecap.

1. Gali

pengetahuan keluarga tentang gizi anak dan gizi kurang.

2. Diskusikan

dengan keluarga tentang gizi pada anak dan gizi

S: Ny. S dapat menanggulangi gizi kurang, cara mengolah makanan yang baik dan memodifikasi makanan O : 100 cm dan BB:


(41)

Ny. S mengatakan belum pernah mendapatkan

pendidikan kesehatan tentang nutrisi pada anak atau usia 7 tahun dengan BB 10 kg

kurang.

3. jelaskan kepada keluarga terutama Ny. S tentang cara mengatasi/ menanggulangi gizi kurang pada anak.

4. jelaskan kepada keluarga Ny. S tentang cara pengolahan

makanan yang baik.

5. jelaskan kepada keluarga terutama Ny. S tentang cara

memodifikasi

menu makanan guna

meningkatkan gizi keluarga

6. Berikan kepada keluarga

kesempatan untuk mengulangi kembali

penjelasan yang telah diberikan. 7. Berikan

reinforcement

yang posifit kepada keluarga.

10kg Rambut tidak merata, warna kuning seperti rambut jagung, rambut rontok,mukosa mulut kering A: masalah teratasi P: intervensi

dihentikan

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN 2.2 KESIMPULAN


(42)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 17 -19 juni 2013 di Kel. Harjosari 1 Kec. Medan Amplas bahwa yang menjadi prioritas masalah keperawatan pada An. A dengan keluhan utama tidak mau makan Data-data yang mendukung yaitu: An. A tampak kurus, warna rambut coklat(seperti rambut jagung), rambut tidak merata. Rontok konjungtiva anemis, mukosa mulut kering.

Intervensi yang diimplementasikan terkait kebutuhan dasar nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Timbang berat badan, berikan makanan dalam keadaan hangat, anjurkan ibu memberikan makanan dalam porsi kecil tetapi sering, anjurkan ibu memberikan makanan yang bervariasi, anjurkan ibu untuk memberikan makanan selingan

Dari implementasi yang dilakukan diperoleh hasil evaluasi bahwa masalah teratasi sebagian nafsu makan An. A meningkat.

3.2. SARAN

3.2.1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi baru tentang kebutuhan nutrisi pada anak, khususnya bagi mata kuliah keperawatan keluarga, sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif terhadap masalah kebutuhan nutrisi pada anak.

3.2.2. Bagi Praktek Keperawatan

Sebaiknya peran perawat lebih dioptimalkan dalam memberikan intervensi yang tepat melalui penyuluhan tentang nutrisi pada anak, sehingga dapat mencegah masalah nutrisi pada anak. Dan orang tuanya lebih peduli dengan anaknya terutama masalah nutrisinya.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. (2001). Prinsip Ddasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka

Utama : Jakarta

Arisman. (2010). Gizi Dalam Daur Ulang Kehidupan. EG : Edisi 2. Jakarta

Hidayat. (2006). Pengantar Kebutuhan dasar Manusia : Salemba Medika.

Jakarta

Hidayat dan Musrifatul Uliyah. (2004). Buku Saku Kebutuhan Dasar

manusia. EGC : Jakarta

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Konsep,

Proses dan Praktik. Edisi 4. Volume 1. EGC : Jakarta

Setyowati dan Arita Muwarni. (2008). Asuhan Keperawatan Keluarga.

Mitra Cendikia : Jogjakarta

Soekirman. (2000). Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Direktorat Jendral

Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta

Supriasa., dkk. (2002). Penilaian Status Gizi. EGC : Jakarta

Tarwoto dan wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses

Keperawatan. Salemba medika : Jakarta


(44)

Lampiran

CATATAN PERKEMBANGAN

Diagnosa Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi Dx 1 18 Juni 2013 1. Menggali pengetahuan

keluarga tentang gizi anak dan gizi kurang. 2. Mendiskusikan dengan

keluarga tentang gizi pada anak dan gizi kurang.

3. Menjelaskan kepada keluarga terutama Ny.S tentang cara mengatasi/ menanggulangi gizi kurang pada anak.

4. Menjelaskan kepada keluarga Ny.S tentang

cara pengolahan makanan yang baik.

5. Menjelaskan kepada keluarga terutama Ny.S tentang cara

memodifikasi menu makanan guna meningkatkan gizi keluarga.

6. Memberikan kepada keluarga kesempatan untuk mengulangi

S : Ny.S mengatakan dapat memahami cara

menanggulangi gizi kurang, cara mengolah makanan yang baik dan memodifikasi makanan O : Ny.S dapat

menyebutkan tentang: - Pengertian gizi

pada anak dan gizi kurang.

- Tanda dan gejala gizi kurang.

- Cara mengatasi dan menanggulangi gizi kurang. - Cara mengolahan

dan memodifikasi makanan.

A : Masalah teratasi sebagian


(45)

kembali penjelasan yang telah diberikan.

7. Memberikan reinforcement yang posifit kepada keluarga.

dilanjutkan

Dx 2 19 Juni 2013 1. Menimbang berat badan.

2. Memberikan makanan dalam keadaan hangat. 3. Menganjurkan ibu

memberikanan makanan dalam porsi kecil tetapi sering.

4. Menganjurkan ibu memberikan makan yang bervariasi. 5. Menganjurkan ibu

untuk memberikan makanan selingan.

S : Ny.S mengatakan akan sering memberikan anaknya makan dalam porsi kecil tetapi sering. O : Ny.S dapat

menyebutkan Tentang: Pemberian makanan dalam porsi kecil tapi sering dan memberikan makanan yang bervariasi

A : Masalah Teratasi P : Intervensi


(1)

coklat ( seperti rambut jagung), rambut tidak merata, mudah rontok, konjungtiva anemis, mukosa mulut kering

makanan dalam keadaan hangat 3. Anjurkan ibu

memberikanan makanan dalam porsi kecil tetapi sering

4. Anjurkan ibu memberikan

makan yang bervariasi

5. Anjurkan ibu untuk

memberikan makanan selingan

An.A dan akan memberikan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan bervariasi serta akan memberikan makanan selingan O : 100 cm dan

BB: 10kg Rambut tidak merata, warna kuning seperti rambut jagung Rambut rontok, mukosa mulut kering

A : masalah belum teratasi P : intervensi

dilanjutkan 2. Kurang

pengetahuan tentang nutrisi b/d kurangnya informasi tentang pemberian gizi pada anak d/d Ny. S mengatakan putrinya An. A. sulit dikasih makan

merupakan hal biasa pada anak makanan pada anak cukup nasi,kerupuk dan kecap.

1. Gali

pengetahuan keluarga tentang gizi anak dan gizi kurang.

2. Diskusikan

dengan keluarga tentang gizi pada anak dan gizi

S: Ny. S dapat menanggulangi gizi kurang, cara mengolah makanan yang baik dan memodifikasi makanan O : 100 cm dan BB:


(2)

Ny. S mengatakan belum pernah mendapatkan

pendidikan kesehatan tentang nutrisi pada anak atau usia 7 tahun dengan BB 10 kg

kurang.

3. jelaskan kepada keluarga terutama Ny. S tentang cara mengatasi/ menanggulangi gizi kurang pada anak.

4. jelaskan kepada keluarga Ny. S tentang cara pengolahan

makanan yang baik.

5. jelaskan kepada keluarga terutama Ny. S tentang cara

memodifikasi

menu makanan guna

meningkatkan gizi keluarga

6. Berikan kepada keluarga

kesempatan untuk mengulangi kembali

penjelasan yang telah diberikan. 7. Berikan

reinforcement

yang posifit kepada keluarga.

10kg Rambut tidak merata, warna kuning seperti rambut jagung, rambut rontok,mukosa mulut kering A: masalah teratasi P: intervensi

dihentikan

BAB III


(3)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 17 -19 juni 2013 di Kel. Harjosari 1 Kec. Medan Amplas bahwa yang menjadi prioritas masalah keperawatan pada An. A dengan keluhan utama tidak mau makan Data-data yang mendukung yaitu: An. A tampak kurus, warna rambut coklat(seperti rambut jagung), rambut tidak merata. Rontok konjungtiva anemis, mukosa mulut kering.

Intervensi yang diimplementasikan terkait kebutuhan dasar nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Timbang berat badan, berikan makanan dalam keadaan hangat, anjurkan ibu memberikan makanan dalam porsi kecil tetapi sering, anjurkan ibu memberikan makanan yang bervariasi, anjurkan ibu untuk memberikan makanan selingan

Dari implementasi yang dilakukan diperoleh hasil evaluasi bahwa masalah teratasi sebagian nafsu makan An. A meningkat.

3.2. SARAN

3.2.1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi baru tentang kebutuhan nutrisi pada anak, khususnya bagi mata kuliah keperawatan keluarga, sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif terhadap masalah kebutuhan nutrisi pada anak.

3.2.2. Bagi Praktek Keperawatan

Sebaiknya peran perawat lebih dioptimalkan dalam memberikan intervensi yang tepat melalui penyuluhan tentang nutrisi pada anak, sehingga dapat mencegah masalah nutrisi pada anak. Dan orang tuanya lebih peduli dengan anaknya terutama masalah nutrisinya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. (2001). Prinsip Ddasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka

Utama : Jakarta

Arisman. (2010). Gizi Dalam Daur Ulang Kehidupan. EG : Edisi 2. Jakarta

Hidayat. (2006). Pengantar Kebutuhan dasar Manusia : Salemba Medika.

Jakarta

Hidayat dan Musrifatul Uliyah. (2004). Buku Saku Kebutuhan Dasar

manusia. EGC : Jakarta

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Konsep,

Proses dan Praktik. Edisi 4. Volume 1. EGC : Jakarta

Setyowati dan Arita Muwarni. (2008). Asuhan Keperawatan Keluarga.

Mitra Cendikia : Jogjakarta

Soekirman. (2000). Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Direktorat Jendral

Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta

Supriasa., dkk. (2002). Penilaian Status Gizi. EGC : Jakarta

Tarwoto dan wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses

Keperawatan. Salemba medika : Jakarta


(5)

Lampiran

CATATAN PERKEMBANGAN

Diagnosa Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi Dx 1 18 Juni 2013 1. Menggali pengetahuan

keluarga tentang gizi anak dan gizi kurang. 2. Mendiskusikan dengan

keluarga tentang gizi pada anak dan gizi kurang.

3. Menjelaskan kepada keluarga terutama Ny.S tentang cara mengatasi/ menanggulangi gizi kurang pada anak.

4. Menjelaskan kepada keluarga Ny.S tentang

cara pengolahan makanan yang baik.

5. Menjelaskan kepada keluarga terutama Ny.S tentang cara

memodifikasi menu makanan guna meningkatkan gizi keluarga.

6. Memberikan kepada keluarga kesempatan untuk mengulangi

S : Ny.S mengatakan dapat memahami cara

menanggulangi gizi kurang, cara mengolah makanan yang baik dan memodifikasi makanan O : Ny.S dapat

menyebutkan tentang: - Pengertian gizi

pada anak dan gizi kurang.

- Tanda dan gejala gizi kurang.

- Cara mengatasi dan menanggulangi gizi kurang. - Cara mengolahan

dan memodifikasi makanan.

A : Masalah teratasi sebagian


(6)

kembali penjelasan yang telah diberikan.

7. Memberikan reinforcement yang posifit kepada keluarga.

dilanjutkan

Dx 2 19 Juni 2013 1. Menimbang berat badan.

2. Memberikan makanan dalam keadaan hangat. 3. Menganjurkan ibu

memberikanan makanan dalam porsi kecil tetapi sering.

4. Menganjurkan ibu memberikan makan yang bervariasi. 5. Menganjurkan ibu

untuk memberikan makanan selingan.

S : Ny.S mengatakan akan sering memberikan anaknya makan dalam porsi kecil tetapi sering. O : Ny.S dapat

menyebutkan Tentang: Pemberian makanan dalam porsi kecil tapi sering dan memberikan makanan yang bervariasi

A : Masalah Teratasi P : Intervensi


Dokumen yang terkait

Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi Kurang dari Kebutuhan pada Klien Diabetes Melitus di Kelurahan Harjosari I Medan Amplas

0 54 41

Asuhan Keperawatan Pada An.A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas

0 61 47

Asuhan Keperawatan pada Tn. R dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh di Lingkungan V Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas

0 27 56

Asuhan Keperawatan pada An.F dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh di Lingkungan IX Kelurahan Harjosari II Medan Amplas

0 27 64

Asuhan Keperawatan pada An.S dengan Prioritas Masalah kebutuhan Dasar Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh di Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas

0 14 58

Asuhan Keperawatan pada An.S dengan Prioritas Masalah kebutuhan Dasar Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh di Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas

0 0 6

Asuhan Keperawatan pada An.S dengan Prioritas Masalah kebutuhan Dasar Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh di Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas

0 0 4

Asuhan Keperawatan pada An.S dengan Prioritas Masalah kebutuhan Dasar Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh di Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas

0 0 26

Asuhan Keperawatan pada An.S dengan Prioritas Masalah kebutuhan Dasar Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh di Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas

0 0 1

Asuhan Keperawatan pada An.S dengan Prioritas Masalah kebutuhan Dasar Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh di Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas

0 0 20