69
2.2.2 Fore Shadowing
Fore shadowing adalah bayang-bayang yang mendahului sebuah peristiwa yang sesungguhnya itu terjadi. Bisa berupa ucapan atau
ramalan seorang tokoh tentang nasib yang akan diderita oleh tokoh lain. Misalnya, fore shadowing yang terdapat pada lakon Raja Lear karya
William Shakespeare terjemahan Trisno Sumardjo adalah sebagai berikut.
EDMUND : “ Itulah kegilaan paling hebat di dunia ini: bila kita
merana dalam kebahagian – sering karena mual pada perbuatan sendiri – yang kita salahkan atas
bencana kita ialah matahari, bulan bintang; seolah kita jadi penjahat karena kodrat, gila karena
paksaan falak; menjadi durjana, mencuri dan
berkhianat karena suasana alam; mabuk, dusta dan berjinah karena terpaksa tunduk pada
pengaruh suatu planet; dan segala kejahatan kita karena paksaan dewata ……………
Dalam penggalan naskah lakon di atas diperlihatkan bagaimana tokoh Edmund yang menjelasakan tentang persitiwa yang sedang terjadi dan di
alami. Peristiwa yang baginya tidak baik dan menentang kebajikan ini menghasilkan satu ramalan akan akibat-akibat yang bakal terjadi ke
depan. Satu peristiwa yang menjadi sebab dan memunculkan sebuah akibat di kemudian hari telah dibicarakan sebelumnya oleh Edmund.
kutipan di bawah memberikan penjelasan tersebut.
EDMUND : Percayalah, akibat-akibat yang disebut itu malang
sekali telah terjadi benar-benar; misalnya kejadian tak fitri antara anak dan orangtuanya,
persahabatan lama yang putus, sengketa dalam Negara, ancaman dan hasutan terhadap para raja
dan bangsawan, kecurigaan yang tidak beralasan, pembuangan kawan-kawan, tentara kucar-kacir,
perkawinan retak dan entah apa lagi.
Dalam perjalanan lakon, ramalan dan pikiran yang diucapkan oleh Edmund ini benar-benar terjadi.
2.2.3 Dramatic Irony
Dramatic irony adalah aksi seorang tokoh yang berkata atau bertindak sesuatu, dan tanpa disadari akan menimpa dirinya sendiri.
Dalam lakon banyak dijumpai tokoh-tokoh ini, dan biasanya tidak disadari oleh tokoh tersebut. Misalnya, lakon Oidipus karya Sophocles dimana
Oidipus mencari penyebab bencana yang melanda kerajaannya. Oidipus memerintahkan untuk menangkap penyebab bencana tersebut dan harus
Di unduh dari : Bukupaket.com
70
diusir dari kerajaannya. Padahal yang menjadi penyebab tersebut adalah dirinya sendiri yang membunuh bapaknya dan mengawini ibunya sendiri.
Ucapannya tersebut harus dibuktikan yaitu dengan mengusir dirinya sendiri dari kerajaan.
Contoh dramatic irony yang ada pada lakon Raja Lear karya William Shakespeare terjemahan Trisno Sumardjo adalah sebagai berikut.
EDGAR : Agaknya ada penjahat memfitnah aku.
EDMUND :
Itulah kukhawatirkan. Jangan lupa, jauhidia senantiasa. Sampai amarahnya berkurang
nyalanya; datanglah ke kamarku,akan kuatur hingga dapat kaudengar apa yang dikatakan ayah
kita. Pergilah, ini kunciku. – Dan bila keluar, bawalah senjata.
EDGAR :
Senjata?
EDMUND : Nasihatku ini untuk kebaikan kanda; aku boleh
disebut penjahat, kalau tak ada niat orang menjatuhkan engkau. Kusampaikan padamu apa
yang kulihat dan kudengar; itupun samar-samar, belum kugambarkan kekejiannya. Pergilah kini
Dalam dialog di atas sebenarnya yang memfitnah dan ingin mencelakakan Edgar adalah Edmund sendiri, tetapi dengan tipu daya
yang memikat rancangan ini seolah-olah sebuah nasehat. Dramatic irony ini berfungsi untuk mengaduk-aduk emosi penonton dan seolah-olah
membodohkan tokoh yang menjadi korban dramatic irony. Dalam dramatik ironi sebenarnya penonton sudah mengetahuinya, tetapi
bagaimana cara yang dilakukan untuk melaksanakannya yang menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dalam pikiran penonton. Dengan
timbulnya tanda tanya ini penonton akan merasa penasaran. Rasa penasaran inilah yang sebenarnya menjadi tujuan dalam rangkaian
adegan yang sedang berlangsung. 2.2.4 Flashback
Flashback adalah kilas balik peristiwa lampau yang dikisahkan kembali pada saat ini. Kilas balik ini berfungsi untuk mengingatkan
kembali ingatan penonton pada peristiwa yang telah lampau tetapi masih dalam satu rangkaian peristiwa lakon. Kilas balik biasanya diceritakan
melalui dialog peran, tetapi kilas balik pada film biasanya berupa nukilan- nukilan gambar.
Di unduh dari : Bukupaket.com
71
Misalnya, flashback yang terdapat pada lakon “Antigone” karya Sophocles terjemahan Rendra dapat dilihat pada kutipan berikut.
ANTIGONE :
Larangan Creon tidak pada tempatnya. Ia saudaraku. Aku akan menguburnya.
ISMENE : Ya, Dewa Apakah sudah kamu lupa: betapa
Ayahanda ditindas, dihina dan meninggal dunia? Betapa ia bertanya dan mengungkapkan dosanya,
kemudian menusuk kedua matanya sendiri sehingga buta Dan lalu Jocasta, yang menjadi
istri Namun juga ibunya sendiri itu, mati menggantung diri Selanjutnya, kedua saudara
kita, bertengkar, berperang dan saling berbunuhan. Dan kini, kamu dan aku, tinggal
sendiri. Betapa sempurnanya kemalangan kita, apabila akhirnya kita berdua binasa kerna
melanggar undang-undang kepala negara. Antigone, ingatlah, bukankah kita ini wanita? Apa
daya melawan pria? Di dalam keadaan gawat dan darurat, pria terkuatlah yang mengatasi suasana.
Kita mesti patuh pada perintahnya, betapa pun keras kedengarnnya. – maka sementara
memohon pengertian lepada yang wafat, menyesal karena harus menahan diri dalam
berbuat, aku akan menyesuaikan diriku dengan perintah pihak atasan. Apa guna mempertaruhkan
nyawa secara sia-sia?
Seperti diketahui bahwa lakon Oidipus merupakan lakon trilogi lakon yang terdiri dari tiga seri atau periode. Dari dialog Ismene di atas
penonton akan mengetahui bagaimana kejadian atau peristiwa yang menimpa keluarga Oidipus mulai dari lakon Oidipus Sang Raja, Oidipus
di Kolonus, sampai dengan Antigone. Dengan penceritaan latar belakang peristiwa ini maka penonton bisa merunut perjalanan keluarga Oidipus.
2.2.5 Suspen